MABUK PERJALANAN
Pembimbing:
dr. Mira Amaliah, Sp.THT-KL
Penyusun:
Ario Lukas
406182074
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
PERIODE 27 APRIL – 3 MEI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat dengan
judul “Mabuk Perjalanan”. Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk
pemenuhan tugas Kepanitriaan Klinik di stase Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta. Penyusun
sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penyusun
ingin berterima kasih kepada:
1. dr. Mira Amaliah, Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan FK-UNTAR.
2. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan FK-UNTAR.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis referat ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf
apabila terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini dan
mengharapkan saran serta kritik yang membangun guna menambah ilmu dan
pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup ilmu Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.
Penyusun juga berharap referat ini dapat memberi manfaat dan dapat
menambah wawasan keilmuan di bidang kedokteran khususnya dalam lingkup
ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorokan serta dapat memacu minat baca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Anatomi
Secara garis besar, telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar ditandai dari dari daun telinga
(auricular) sampai meatus akustikus eksternal hingga membrane timpani.
Telinga tengah dibatasi oleh membrane timpani di lateral; berisi tuba
auditiva (menghubungkan telinga tengah dengan faring, kavitas timpani
(berisi tulang-tulang pendengaran), dan ruang udara cellulae mastoidea.
Telinga dalam terletak di bagian petrosal os temporal. Di bagian superior
terdapat apparatus/perangkat vestibularis, sedangkan di bagian medial
terdapat koklea. Karena di dalam telinga dalam terdapat organ vestibular
dan koklear, maka telinga dalam juga disebut sebagai tempat organ
vestibulokoklear.4,5
Di telinga dalam, terdapat saluran yang dinamakan labirin. Labirin
dibagi menjadi dua, yaitu bagian tulang (bony) di bagian luar dan bagian
membranosa di bagian dalam. Labirin tulang berisi cairan perilimf dan
labirin membranosa berisi endolimf. Kedua jenis cairan ini bekerja dalam
merespon dan menghantarkan stimulasi ke organ akhir untuk keseimbangan
dan pendengaran.5
Gambar 2.1 Anatomi telinga dalam6
2.2. Fisiologi
Sesuai dengan struktur anatomisnya, organ yang mengatur
keseimbangan tubuh di dalam telinga adalah perangkat vestibularis.
Perangkat ini terdiri dari dua struktur yaitu kanalis semisirkularis dan organ
otolit. Perangkat vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
kepala. Berbeda dengan informasi pada sistem pendengaran, sebagian besar
informasi dari perangkat vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.1
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi rotasional
atau angular kepala (contohnya seperti menengok). Pergerakan tersebut
akan menggerakan endolimf mendorong kupula sehingga kupula
membungkuk dan rambut yang tertanam melekuk. Akselerasi dan deselerasi
sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimf
pada setidaknya salah satu kanalis semisirkularis (karena tiga kanalis
menempati/mencakup tiga dimensi yang berbeda). Kanal tulang dan sel-sel
rambut mulai ikut bergerak. Pada awalnya, gerakan sel-sel rambut akan
tertinggal atau berlawanan dengan arah gerakan karena adanya momen
inersia. Saat itu juga cairan dalam bidang yang sama dengan arah gerakan
akan bergeser ke arah berlawanan juga. Gerakan cairan ini menyebabkan
kupula miring dalam arah berlawanan dengan gerakan kepala, dan menekuk
rambut-rambut sensorik di dalamnya. Jika gerakan kepala terus berlanjut
dengan arah dan kecepatan yang sama, perlahan-lahan endolimf akan
menyusul sehingga posisi rambut-rambut tadi kembali tegak. Ketika
gerakan kepala melambat atau berhenti, maka akan terjadi tekukan ke arah
yang sebaliknya, dan perlahan-lahan akan tegak kembali setelah beberapa
lama kepala berhenti.1
Rambut-rambut di sel rambut vestibularis terdiri dari satu kinosilium
dengan beberapa mikrovilus (stereosilia) yang tersusun dalam barisan lebih
rendah dan makin menurun dari kinosilia. Stereosilia dihubungkan oleh tip
link. Ketika rambut-rambut tadi menekuk karena adanya pergerakan, maka
tip link akan menarik kanal ion berpintu mekanis. Sel rambut akan
depolarisasi dan hiperpolarisasi tergantung dari buka-tutup pintu kanal ion
tersebut. Depolarisasi akan terjadi ketika stereosilia menekuk ke arah
kinosilium dan hiperpolarisasi ketika menekuk menjauhi kinosilium. Sel-sel
rambut tersebut akan membentuk sinaps dengan ujung terminal neuron
aferen yang aksonnya saling mengumpul membentuk saraf vestibularis.
Saraf vestibularis akan menyatu dengan saraf auditorius dari koklea
membentuk nervus vestibulokoklearis.1
Gambar 2.5 Aktivasi kanalis semisirkularis pada pergerakan kepala1
Organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus, memberi informasi tentang
posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perbuhan kecepatan
gerakan lurus. Stereosilia dan kinosilium di utrikulus dan sakulus menonjol
ke dalam suatu lembaran gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menggeser
rambut dan menyebabkan perubahan potensial. Di dalam lapisan gelatinosa
terbenam banyak kristal kecil kalsium karbonat yang dinamakan otolit,
sehingga membuat lapisan ini lebih berat dan meningkatkan inersianya
dibandingkan cairan sekitar. Posisi normal rambut-rambut utrikulus vertical
dan rambut-rambut sakulus horizontal.1
2.3. Definisi
Mabuk perjalanan atau motion sickness adalah suatu gangguan
keseimbangan karena adanya konflik yang kontradiktif pada stimulasi
vestibular dan visual.2 Mabuk perjalanan merujuk ke manifestasi pucat,
keringat berlebih, pusing, mual, dan muntah yang dipicu oleh gerakan
pasif.3 Mabuk perjalanan juga didefinisikan sebagai sensitivitas berlebih
terhadap perangkat vestibularis.1 Keadaan ini dianggap sebagai “pusing
yang fisiologis”, dam terjadi pada individu yang rentan terhadap konflik
stimulasi tersebut.7
2.5. Patofisiologi
Prinsip keseimbangan normal adalah keserasian input-input informasi
dari sensorik keseimbangan (visual, vestibular, dan somatosensorik) yang
diintegrasikan untuk mempertahankan keseimbangan atau postur yang
diinginkan. Pada mabuk perjalanan, terjadi gangguan pada salah satu
penangkap sensorik tersebut, dan penangkap sensorik yang lainnya akan
berusaha lebih untuk mengompensasi gangguan tersebut. Ketika ada dua
sensorik yang terganggu, maka usaha yang dikeluarkan oleh satu sensorik
yang tidak terganggu akan semakin besar sehingga manifestasinya akan
lebih hebat.2,8
2.9. Tatalaksana
2.9.1. Non-farmakologi
Mengingat mabuk perjalanan dipengaruhi oleh stimulasi visual
dan vestibular dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
maka strategi modifikasi gaya hidup sangat penting. Pasien dapat
terus dipaparkan dengan faktor resiko atau kebiasaan yang
mencetuskan mabuk perjalanan, namun dipaparkan secara gradual
dan berulang dengan tujuan untuk membiasakan pasien. Pendekatan
ini dipercaya bisa menimbulkan adaptasi sehingga bisa tahan
terhadap mabuk perjalanan walaupun ada faktor resiko pencetus.7
Pendekatan kedua adalah dengan menghindari faktor pencetus.
Misalkan jadi pasien mengendarai mobil, pasien harus duduk
didepan dagar pasien dapat melihat pandangan secara luas dan tidak
terjadi ketidakcocokan stimulasi input vestibular dan visual.7
Pada penelitian secara uji acak terkontrol, jahe dapat
menurunkan gejala-gejala mabuk perjalanan seperti mual.
Pengendalian napas dan mendengarkan music juga berguna untuk
menghindari tercetusnya mabuk perjalanan. Walaupun efektivitasnya
hanya setengah dari penggunaan obat, namun cara-cara ini sangat
mudah dilakukan dan bebas efek samping.2
2.9.2. Farmakologi
Pengobatan mabuk perjalanan berupa pengobatan yang
simptomatik untuk mengurangi pusing. Obat yang dapat dipakai
antara lain antikolinergik sistemik. Mekanisme kerjanya
menghambat reseptor kolinergik dan meredakan transmisi input
vestibular ke sistem sarah pusat. Target obat antikolinergik adalah
feedback sistem eferen dari batang otang ke labirin vestibular
(bagian dari nucleus vestibulokoklear) dan reseptor muskarinik dari
efektor saraf otonom yang diinervasi oleh saraf parasimpatik sentral
dan perifer. Obat yang paling sering dipakai adalah Scopolamin
(Hyoscine). Mengingat pada mabuk perjalanan juga ada muntah,
maka biasanya antikolinergik digabungkan dengan antiemetik.
Hyoscine dapat diberikan secara peroral ataupun transdermal.
Sediaan transdermal bekerja dengan melepaskan zat obat secara
kontinu selama 72 jam. Scopolamine juga tersedia dalam sediaan
spray nasal dengan onset cepat, yatu 30 menit setelah pemakaian
pada kasus mabuk perjalanan dan tidak menimbulkan iritasi mukosa
hidung atau nasofaring. Scopolamine dan obat antihistamin siklizin
yang merupakan antihistamin H1 generasi pertama memiliki efek
supresi yang minimal pada interaksi visual-vestibular.2,13
Dosis hyoscine yang dapat digunakan adalah 300 μg sebelum
perjalanan dan 300 μg tiap 6 jam. Efek samping yang dihasilkan
berupa mulut kering, mengantuk, konstipasi, dan retensi urin.16
Obat lain yang bisa digunakan adalah prometazin, dengan
dosis 25 mg peroral sebelum perjalanan. Efek samping yang
dihasilkan antara lain mengantuk, hipotensi postural, mulut kering,
penglihatan kabur, konstipasi, retensi urin, dan gejala
ekstrapiramidal.16
Antihistamin juga dipakai untuk pengobatan mabuk
perjalanan. Contoh obat yang dipakai adalah siklizin dan
dimenhidrinat, namun siklizin lebih disukai karena lebih efektif
mengontrol gejala gastrointestinal dan tidak terlalu mengantuk
dibandingkan dengan dimenhidrinat. Namun, efek sedasi dari
dimenhidrinat memberikan keuntungan bagi pasien agar dapat
beristirahat jika dalam perjalanan. Piperazin juga merupakan contoh
anti-mabuk perjalanan yang dapat dipakai dan efek mengantuknya
sangat rendah.16
Dosis siklizin yang dapat digunakan adalah 50 mg per oral
terbagi dalam 3 dosis per hari. Dimenhidrinat dapat diberikan secara
peroral tiga puluh menit sebelum perjalanan sebanyak 50 - 100 mg.16
Obat golongan lain yang dapat digunaan adalah antagonis
kanal kalsium. Obat ini menghambat influks kalsium secara
intraselular. Contoh obat ang dapat digunakan adalah sinarizin,
namun secara studi sinarizin kurang efektif dibandingkan hyoscine.
Dosis sinarizin yang dapat digunakan adalah 30 mg diberikan dua
jam sebelum perjalanan, kemudian dapat dilanjutkan 15 mg.16
Antagonis serotonin 5-HT3 dapat digunakan sebagai anti
muntah pada pasien-pasien mabuk perjalanan. Contoh obat yang
dapat digunakan adalah ondansentron.16
2.10. Komplikasi
Pada umumnya mabuk perjalanan bisa dikendalikan hingga tidak
menimbulkan komplikasi. Keadaan mabuk perjalanan juga merupakan suatu
hal yang fisiologis. Mabuk perjalanan dapat segera diatasi dengan
pemberian obat-obatan terutama yang sedatif. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah menetapnya manifestasi pusing dari mabuk perjalanan, yaitu
MDDS.13
2.11. Prognosis
Prognosis mabuk perjalanan umumnya baik, asalkan faktor pencetus
bisa dikendalikan, karena pada dasarnya mabuk perjalanan adalah suatu
kondisi yang fisiologis. Mabuk perjalanan dapat dicegah dengan berbagai
cara, contohnya menghindari makanan yang berlemak dan padar sebelum
melakukan perjalanan dan minum anti-mabuk perjalanan atau anti-
muntah.7,9
BAB III
KESIMPULAN