Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

MABUK PERJALANAN

Pembimbing:
dr. Mira Amaliah, Sp.THT-KL

Penyusun:
Ario Lukas
406182074

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
PERIODE 27 APRIL – 3 MEI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat dengan
judul “Mabuk Perjalanan”. Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk
pemenuhan tugas Kepanitriaan Klinik di stase Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta. Penyusun
sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penyusun
ingin berterima kasih kepada:
1. dr. Mira Amaliah, Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan FK-UNTAR.
2. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan FK-UNTAR.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis referat ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf
apabila terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini dan
mengharapkan saran serta kritik yang membangun guna menambah ilmu dan
pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup ilmu Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.
Penyusun juga berharap referat ini dapat memberi manfaat dan dapat
menambah wawasan keilmuan di bidang kedokteran khususnya dalam lingkup
ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorokan serta dapat memacu minat baca.

Jakarta, 1 Mei 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keseimbangan merupakan suatu sensasi terhadap orientasi dan


gerakan tubuh. Salah satu organ utama yang mengendalikan keseimbangan
tubuh adalah perangkat vestibularis yang ada di telinga dalam. Perangkat
vestibularis memberikan informasi esensial untuk keseimbangan dan
koordinasi gerakan kepala, mata, dan postur.1
Keseimbangan didasarkan pada tiga informasi rangsangan, yaitu
visual, vestibular, dan somatosensorik. Ketika terdapat gangguan pada salah
satu rangsangan tersebut, maka tubuh lewat kepekaan rangsang yang lain
akan berkompensasi untuk mempertahankan keseimbangan. Keadaan ini
akan bermanifestasi menjadi gangguan mempertahankan keseimbangan.2
Mabuk perjalanan atau yang dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai
“motion sickness” adalah salah satu gangguan dalam sistem keseimbangan.
Mabuk perjalanan disebabkan oleh adanya konflik pada input kinetik pada
reseptor sensorik dan sering disertai dengan stimulasi vestibular yang
berlebihan.2 Konflik yang terjadi berupa ketidaksesuaian dan kontradiktif
antara sensorik dari visual dan dari vestibular. Keadaan ini dipicu oleh suatu
pergerakan pasif, seperti ketika mengendarai mobil atau melihat benda yang
bergerak ketika kita diam.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
Secara garis besar, telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar ditandai dari dari daun telinga
(auricular) sampai meatus akustikus eksternal hingga membrane timpani.
Telinga tengah dibatasi oleh membrane timpani di lateral; berisi tuba
auditiva (menghubungkan telinga tengah dengan faring, kavitas timpani
(berisi tulang-tulang pendengaran), dan ruang udara cellulae mastoidea.
Telinga dalam terletak di bagian petrosal os temporal. Di bagian superior
terdapat apparatus/perangkat vestibularis, sedangkan di bagian medial
terdapat koklea. Karena di dalam telinga dalam terdapat organ vestibular
dan koklear, maka telinga dalam juga disebut sebagai tempat organ
vestibulokoklear.4,5
Di telinga dalam, terdapat saluran yang dinamakan labirin. Labirin
dibagi menjadi dua, yaitu bagian tulang (bony) di bagian luar dan bagian
membranosa di bagian dalam. Labirin tulang berisi cairan perilimf dan
labirin membranosa berisi endolimf. Kedua jenis cairan ini bekerja dalam
merespon dan menghantarkan stimulasi ke organ akhir untuk keseimbangan
dan pendengaran.5
Gambar 2.1 Anatomi telinga dalam6

Labirin tulang adalah suatu rongga-rongga yang berhubungan, yaitu


rongga koklea, vestibulus, dan kanalis semisirkularis yang berada di dalam
kapsul otikus bagian petrosal os temporal. Kapsul otikus terdiri dari tulang
yang padat. Rongga-rongga pada labirin tulang berisi cairan.5,6

Gambar 2.2 Labirin tulang6


Bagian vestibulus pada labirin tulang berupa ruang oval yang kecil
(sekitar 5 mm) yang berisi utrikulus dan sakulus. Organ ini yang berperan
dalam menjaga keseimbangan tubuh. Pada bagian vestibulus terdapat
foramen ovale pada dinding lateral yang berisi basis stapes. Vestibulus
berhubungan dengan koklea tulang di anterior, dengan kanalis
semisirkularis di bagian posterior, dan dengan fossa kranial posterior
melalui akuaduktus vestibularis. Akuaduktus vestibularis memanjang
hingga permukaan posterior dari bagian petrosal os temporal, dimana disitu
membuka secara posterolateral ke meatus akustikus internus.5
Kanalis semisirkularis ada tiga buah (di anterior, posterior, dan
lateral). Kanal-kanal ini berhubungan dengan vestibulus di labirin tulang.
Setiap kanal masing-masing membentuk dua pertiga lingkaran, kecuali pada
satu bagian di ujung yang agak membesar, yaitu ampula tulang. Terdapat
semacam tudung diatas ampula, yaitu kupula, berisi rambut-rambut yang
erbenam di dalam lapisan gelatinosa. Ketiga kanalis sirkularis ini terletak di
posterosuperior vestibulus, dan mempunyai lima bukaan ke vestibulus,
karena kanal anterior dan posterior hanya punya satu saluran. Di dalam
kanalis semisirkularis terdapat ductus semisirkularis.5
Pada bagian dalam labirin tulang, terdapat labirin membranosa, yang
berisi saluran-saluran yang saling berhubungan. Labirin ini berisi endolimf.
Komposisi endolimf dan perilimf mirip seperti cairan intrasel dan ekstrasel.
Mirip seperti labirin tulang, pada labirin membranosa dibagi menjadi dua
bagian, yaitu labirin koklear dan vestibular; disertai ductus semisirkularis.5,6
Gambar 2.3 Labirin membranosa6

Ductus semisirkularis membuka ke utrikulus melalui lima bukaan,


sama seperti kanalis semisirkularis. Utrikulus berhubungan dengan sakulus
melalui ductus utrikulosakular. Sakulus berhubungan dengan ductus
koklearis melalui ductus reuniens. Di dalam utrikulus dan sakulus terdapat
area epitel sensorik yang terspesialisasi, dinamakan macula. Macula
utrikulus terdapat di dasar utrikulus, sejajar dengan basis kranii. Macula
utrikulus terletak di dinding medial sakulus, tegak lurus dengan basis kranii.
Sel rambut pada macula diinervasi oleh serat nervus vestibulokoklearis.5,6

Gambar 2.4 Dimensional perangkat vestibularis5


Pada tiap ductus semisirkularis, terdapat ampula di ujung yang berisi
area sensorik, yaitu crista ampullari. Crista ampullari adalah sensor untuk
merekam gerakan endolimf di ampula yang berasal dari rotasi kepala dalam
bidang ductusnya. Pada crista ampullari juga terdapat sel rambut yang
bertindak sebagai stimulant neuron sensorik primer.5,6
Semua saluran-saluran tersebut didalam telinga akan berujung pada
meatus akustikus internus. Meatus akustikus internus adalah saluran sempit
yang berisi perjalanan nervus fasialis, nervus vestibulokoklearis beserta
cabangnya, dan pembuluh darah. Nervus vestibulokoklearis akan bercabang
di dekat ujng lateral meatus akustikus internus, menjadi cabang nervus
koklearis, dan cabang nervus vestibularis.5

2.2. Fisiologi
Sesuai dengan struktur anatomisnya, organ yang mengatur
keseimbangan tubuh di dalam telinga adalah perangkat vestibularis.
Perangkat ini terdiri dari dua struktur yaitu kanalis semisirkularis dan organ
otolit. Perangkat vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
kepala. Berbeda dengan informasi pada sistem pendengaran, sebagian besar
informasi dari perangkat vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.1
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi rotasional
atau angular kepala (contohnya seperti menengok). Pergerakan tersebut
akan menggerakan endolimf mendorong kupula sehingga kupula
membungkuk dan rambut yang tertanam melekuk. Akselerasi dan deselerasi
sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimf
pada setidaknya salah satu kanalis semisirkularis (karena tiga kanalis
menempati/mencakup tiga dimensi yang berbeda). Kanal tulang dan sel-sel
rambut mulai ikut bergerak. Pada awalnya, gerakan sel-sel rambut akan
tertinggal atau berlawanan dengan arah gerakan karena adanya momen
inersia. Saat itu juga cairan dalam bidang yang sama dengan arah gerakan
akan bergeser ke arah berlawanan juga. Gerakan cairan ini menyebabkan
kupula miring dalam arah berlawanan dengan gerakan kepala, dan menekuk
rambut-rambut sensorik di dalamnya. Jika gerakan kepala terus berlanjut
dengan arah dan kecepatan yang sama, perlahan-lahan endolimf akan
menyusul sehingga posisi rambut-rambut tadi kembali tegak. Ketika
gerakan kepala melambat atau berhenti, maka akan terjadi tekukan ke arah
yang sebaliknya, dan perlahan-lahan akan tegak kembali setelah beberapa
lama kepala berhenti.1
Rambut-rambut di sel rambut vestibularis terdiri dari satu kinosilium
dengan beberapa mikrovilus (stereosilia) yang tersusun dalam barisan lebih
rendah dan makin menurun dari kinosilia. Stereosilia dihubungkan oleh tip
link. Ketika rambut-rambut tadi menekuk karena adanya pergerakan, maka
tip link akan menarik kanal ion berpintu mekanis. Sel rambut akan
depolarisasi dan hiperpolarisasi tergantung dari buka-tutup pintu kanal ion
tersebut. Depolarisasi akan terjadi ketika stereosilia menekuk ke arah
kinosilium dan hiperpolarisasi ketika menekuk menjauhi kinosilium. Sel-sel
rambut tersebut akan membentuk sinaps dengan ujung terminal neuron
aferen yang aksonnya saling mengumpul membentuk saraf vestibularis.
Saraf vestibularis akan menyatu dengan saraf auditorius dari koklea
membentuk nervus vestibulokoklearis.1
Gambar 2.5 Aktivasi kanalis semisirkularis pada pergerakan kepala1
Organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus, memberi informasi tentang
posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perbuhan kecepatan
gerakan lurus. Stereosilia dan kinosilium di utrikulus dan sakulus menonjol
ke dalam suatu lembaran gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menggeser
rambut dan menyebabkan perubahan potensial. Di dalam lapisan gelatinosa
terbenam banyak kristal kecil kalsium karbonat yang dinamakan otolit,
sehingga membuat lapisan ini lebih berat dan meningkatkan inersianya
dibandingkan cairan sekitar. Posisi normal rambut-rambut utrikulus vertical
dan rambut-rambut sakulus horizontal.1

Gambar 2.6 Aktivasi kinosilium dan stereosilium8

Ketika terdapat gerakan kepala seperti menunduk atau menengadah,


maka rambut-rambut pada utrikulus akan menekuk sesuai gerakan karena
adanya gravitasi (seperti saat menunduk). Ketika ada gerakan horizontal
seperti berjalan lurus, maka membrane otolit akan tertinggal dahulu
sehingga rambut menekuk ke belakang. Jika arah dan kecepatannya
dipertahankan, maka membrane otolit akan menyamai arah gerak. Begitu
pula ketika gerakan berhenti atau melambat, maka momen inersia juga akan
bekerja (rambut terdorong ke arah berlawanan). Dengan begitu disimpulkan
bahwa utrikulus mendeteksi arah gerak percepatan atau perlambatan
horizontal linier.1
Prinsip kerja pada sakulus sama seperti utrikulus, hanya saja respon
gerakan sakulus adalah arah linier vertical atau seperti saat bangun dari
tempat tidur.1
Sinyal-sinyal dari hasil depolarisasi-hiperpolarisasi tadi akan dibawa
melalui nervus vestibulokoklearis ke nucleus vestibularis di batang otak,
dan diteruskan ke serebelum. Di sini, informasi vestibular akan
diintegrasikan dengan informasi dari berbagai reseptor seperti permukaan
kulit, visual, sendi, dan otot. Kombinasi berbagai informasi ini ditujukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan postur, mengontrol otot mata
agar terfiksasi di satu titik walau kepala bergerak, dan mempersepsikan
gerakan dan orientasi.1

2.3. Definisi
Mabuk perjalanan atau motion sickness adalah suatu gangguan
keseimbangan karena adanya konflik yang kontradiktif pada stimulasi
vestibular dan visual.2 Mabuk perjalanan merujuk ke manifestasi pucat,
keringat berlebih, pusing, mual, dan muntah yang dipicu oleh gerakan
pasif.3 Mabuk perjalanan juga didefinisikan sebagai sensitivitas berlebih
terhadap perangkat vestibularis.1 Keadaan ini dianggap sebagai “pusing
yang fisiologis”, dam terjadi pada individu yang rentan terhadap konflik
stimulasi tersebut.7

2.4. Epidemiologi dan faktor resiko


Pasien yang menderita migrain biasanya lebih rentan terkena mabuk
perjalanan.7 Mabuk perjalanan juga dapat menyerang semua rentang umur,
dan banyak dialami pada masa anak-anak dan remaja. Perempuan memiliki
kecenderungan mengalami mabuk perjalanan lebih tinggi daripada laki, dan
cenderung lebih dominan pada masa pubertas.2 Menurut studi dari Billed
dan Barabas, mabuk perjalanan yang berat ada pada 45-49% anak dengan
migraine dibandingkan dengan anak pada kelompok kontrol (5-10%).3
Beberapa faktor yang mencetuskan timbulnya mabuk perjalanan
antara lain konflik vestibulovisual pada individu yang tidak bisa
memvisualisasikan gerakan (contohnya duduk di kabin tertutup pada sebuah
kapal), membaca di dalam mobil atau duduk di mobil kursi belakang, dan
individu dengan predisposisi migraine.7
Beberapa faktor yang menurunkan kejadian atau mengurangi gejala
mabuk perjalanan antara lain berdiri di dek kapal dan fokus pada bentang
horizon atau daratan, duduk di kursi depan saat mengendarai mobil dan
melihat ke kejauhan, atau meminimalisir gerakan kepala dengan
menyenderkan kepala saat mengendarai mobil.7
Secara bentuk anatomis, seharusnya perangkat vestibular antara kanan
dan kiri serta jarak perangkat vestibular ke sumbu tubuh di tengah relative
simetris, dengan deviasi dibawah 5%. Letak ini memungkinkan sistem saraf
pusat beradaptasi dengan medan geometrik untuk mempertahankan orientasi
dan stabilisasi gerakan. Namun, perbedaan perangkat vestibularis antara
kanan dan kiri dalam hal ketinggian makula dari sakulus dan utrikulus
diyakini sebagai salah satu faktor pencetus mabuk perjalanan.2

2.5. Patofisiologi
Prinsip keseimbangan normal adalah keserasian input-input informasi
dari sensorik keseimbangan (visual, vestibular, dan somatosensorik) yang
diintegrasikan untuk mempertahankan keseimbangan atau postur yang
diinginkan. Pada mabuk perjalanan, terjadi gangguan pada salah satu
penangkap sensorik tersebut, dan penangkap sensorik yang lainnya akan
berusaha lebih untuk mengompensasi gangguan tersebut. Ketika ada dua
sensorik yang terganggu, maka usaha yang dikeluarkan oleh satu sensorik
yang tidak terganggu akan semakin besar sehingga manifestasinya akan
lebih hebat.2,8

Gambar 2.7 Pengendalian keseimbangan tubuh8

Selain malfungsi dari sensorik, mabuk perjalanan bisa dihasilkan oleh


suatu konflik internal antar ketiga penangkap sensorik tersebut. Kelainan ini
yang sebenarnya menjadi dasar patofisiologi mabuk perjalanan. Sebagai
contoh, ketika seseorang sedang berada di kapal laut namun berada di
bagian dalam dek, secara visual tubuh akan menangkap dunia yang stabil.
Namun di saat yang bersamaan, sistem vestibular akan menangkap
pergerakan kapal, terutama ketika banyak guncangan seperti badai.
Pergerakan pasif akan menggenerasi pergerakan pada sistem vestibular
karena perangkat vestibular belum beradaptasi dengan gerekan tersebut,
maka timbulah mabuk perjalanan.2 Pergerakan yang eksesif dan berulang
juga akan menstimulasi perangkat vestibular secara berlebihan. Gerakan
yang mencetuskan mabuk perjalanan terutama gerakan yang cepat dan
berulang, gerakan yang cepat berubah-ubah arah.9
Mabuk perjalanan juga bisa dialami oleh para astronot yang sedang
mengorbit di luar angkasa. Kejadian ini muncul saat mereka pertama kali
terpapar pada suatu kondisi mikrogravitasi di luar angkasa dan mabuk
perjalanan akan membaik seiring waktu dengan penyesuaian. Mabuk
perjalanan bisa dirasakan kembali saat mereka memasuki gravitasi bumi
kembali ketika gaya gravitasi meningkat. Hal ini dipercaya akibat
ketidakcocokan pada input neural akibat perubahan pada input dari
perangkat vestibular dan sensor gravitasi lainnya tanpa perubahan yang
tidak selaras di input reseptor sensorik spasial lainnya.10
Kerentanan seorang individu terhadap mabuk perjalanan ditemukan
pada individu dengan mutasi genetik DFNA9 dan berespon pada
hiperreaktivitas dari refleks vestibulookular. Namun pada beberapa individu
tersebut dapat juga ditemukan hiporefleksia pada hipo atau arefleksia. Hal
ini dapat dikompensasi secara parsial dengan peningkatan stimuli frekuensi
rendah pada refleks optokinetic dan servikookular.2

2.6. Gejala & Tanda Klinis


Tanda dan gejala klinis yang menonjol saat mabuk perjalanan antara
lain pusing dari ringan sampai berat, lemas/fatigue, pucat, keringat dingin,
salivasi, mual, dan mungkin bisa muntah.7,11 Gejala-gejala ini diyakini
disebabkan dari refleks-refleks yang dimediasi lewat hubungan vestibular di
batang otak dan lobus flokulonodular di serebelum.10
Pada orang yang mengalami mabuk perjalanan, muntah diakibatkan
karena adanya “Zona Pencetus” kemoreseptor di medulla otak untuk
menginisiasi muntah. Sinyal stress dari otak yang akan mencetuskan
muntah. Kemoreseptor zona pencetus ini terletak di area postrema di
dinding lateral ventrikel keempat. Stimulasi pada area ini menyebabkan
muntah. Dua hal yang bisa menstimulasi area ini adalah obat-obatan (seperti
morfin atau digitalis) dan mabuk perjalanan. Pergerakan akan menstimulasi
reseptor di labirin vestibular dan impulsnya diteruskan ke batang otak
melalui jalur nucleus vestibular ke serebelum, dan berakhir di area postrema
ini.9,12
Pergerakan dalam kasus mabuk perjalanan juga mengaktifkan reseptor
labirin vestibular yang diteruskan ke otak bagian bawah, dan mencetuskan
mual.12 Selain faktor fisiologis, mabuk perjalanan juga bisa diperkuat
dengan adanya ansietas seperti kecemasan dalam mengendarai transportasi
baru untuk melaksanakan perjalanan.9

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis mabuk perjalanan bisa ditegakan dengan anamnesis gejala.
Adanya gejala seperti pusing, mual-muntah, berkeringat, pucat, perasaan
tidak nyaman; yang dicetuskan karena suatu pergerakan atau melihat benda
yang bergerak (stimulasi visual-vestibular), dan berangsur-angsur
menghilang sudah mengarah ke mabuk perjalanan. Habituasi yang khas
seperti mabuk saat engendarai mobil di kursi belakang atau pusing yang
terjadi akibat perjalanan dengan pesawat atau kapal laut juga menguatkan
diagnosis mabuk perjalanan. Pemeriksaan penunjang lain bisa dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding.7,9

2.8. Diagnosis & Diagnosis Banding


Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan dasar. Dari anamnesis,
didapatkan pusing yang dipicu oleh pergerakan atau melihat pergerakan
benda. Ini merupakan pusing yang fisiologis. 13 Pada mabuk perjalanan juga
biasanya tidak ada gangguan pada pendengaran.2
Pusing pada mabuk perjalanan perlu dibedakan dengan kelainan
keseimbangan lainnya. Salah satu penyakit keseimbangan lainnya adalah
vertigo. Vertigo adalah gangguan integritas subyektif yang disebabkan oleh
pemrosesan informasi sensorik yang kontradiktif. Vertigo dapat terjadi
tanpa harus adanya stimulasi gerakan. Vertigo dibagi menjadi dua, yaitu
sentral dan perifer. Pada vertigo sentral, kelainan terletak pada pusat
keseimbangan di serebelum, sedangkan pada vertigo perifer letak
kelainannya ada pada perangkat vestibularis. Ciri khas dari vertigo adalah
sensasi pusing yang berputar, juga disertai gangguan pendengaran seperti
tinitus.14
Penyakit lainnya yang menyerupai mabuk perjalanan adalah Mal de
Debarquement Syndrome (MDDS). MDDS adalah ketidakseimbangan yang
terjadi setelah pajanan yang sangat lama terhadap suatu gerakan (seperti
perjalanan pesawat atau kepal pesiar jarak jauh. Perbedaan MDDS dengan
mabuk perjalanan adalah manifestasinya yang menetap enam hingga
duabelas bulan, sedangkan pada mabuk perjalanan manifestasi gejala klinis
aan menghilang dalam beberapa jam. Ketidakseimbangan pada MDDS tidak
berkaitan dengan mual, dan tidak dapat diredakan pada obat-obatan anti
mabuk perjalanan. Ciri khasnya adalah pusing semakin hebat dirasakan
ketika duduk, dan agak membaik ketika penderita sedang berjalan.13
Pusing yang disebabkan oleh mabuk perjalanan juga harus di
diagnosis banding dengan penyakit lain seperti Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) dan Penyakit Meniere. BPPV disebabkan oleh
otolit yang berada di kanalis semisirkularis yang mengubah aliran endolimf.
Onset terjadinya sebentar (sekitar 10 - 60 detik), diprovokasi oleh gerakan
kepala. BPPV juga disertai gangguan pendengaran. Penyakit Meniere terjadi
secara rekuren dan disertai tinnitus dan aural fullness. Penyakit ini
disebabkan oleh peningkatan volume endolimf.15
Mabuk perjalanan sering menjadi gejala penyerta pada penderita
migraine. Namun mabuk perjalanan pada penderita migraine biasanya lebih
dominan pada nyeri kepala yang menekan dan episodic hanya satu sisi
kepala (unilateral), disertai mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia.7

2.9. Tatalaksana
2.9.1. Non-farmakologi
Mengingat mabuk perjalanan dipengaruhi oleh stimulasi visual
dan vestibular dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
maka strategi modifikasi gaya hidup sangat penting. Pasien dapat
terus dipaparkan dengan faktor resiko atau kebiasaan yang
mencetuskan mabuk perjalanan, namun dipaparkan secara gradual
dan berulang dengan tujuan untuk membiasakan pasien. Pendekatan
ini dipercaya bisa menimbulkan adaptasi sehingga bisa tahan
terhadap mabuk perjalanan walaupun ada faktor resiko pencetus.7
Pendekatan kedua adalah dengan menghindari faktor pencetus.
Misalkan jadi pasien mengendarai mobil, pasien harus duduk
didepan dagar pasien dapat melihat pandangan secara luas dan tidak
terjadi ketidakcocokan stimulasi input vestibular dan visual.7
Pada penelitian secara uji acak terkontrol, jahe dapat
menurunkan gejala-gejala mabuk perjalanan seperti mual.
Pengendalian napas dan mendengarkan music juga berguna untuk
menghindari tercetusnya mabuk perjalanan. Walaupun efektivitasnya
hanya setengah dari penggunaan obat, namun cara-cara ini sangat
mudah dilakukan dan bebas efek samping.2
2.9.2. Farmakologi
Pengobatan mabuk perjalanan berupa pengobatan yang
simptomatik untuk mengurangi pusing. Obat yang dapat dipakai
antara lain antikolinergik sistemik. Mekanisme kerjanya
menghambat reseptor kolinergik dan meredakan transmisi input
vestibular ke sistem sarah pusat. Target obat antikolinergik adalah
feedback sistem eferen dari batang otang ke labirin vestibular
(bagian dari nucleus vestibulokoklear) dan reseptor muskarinik dari
efektor saraf otonom yang diinervasi oleh saraf parasimpatik sentral
dan perifer. Obat yang paling sering dipakai adalah Scopolamin
(Hyoscine). Mengingat pada mabuk perjalanan juga ada muntah,
maka biasanya antikolinergik digabungkan dengan antiemetik.
Hyoscine dapat diberikan secara peroral ataupun transdermal.
Sediaan transdermal bekerja dengan melepaskan zat obat secara
kontinu selama 72 jam. Scopolamine juga tersedia dalam sediaan
spray nasal dengan onset cepat, yatu 30 menit setelah pemakaian
pada kasus mabuk perjalanan dan tidak menimbulkan iritasi mukosa
hidung atau nasofaring. Scopolamine dan obat antihistamin siklizin
yang merupakan antihistamin H1 generasi pertama memiliki efek
supresi yang minimal pada interaksi visual-vestibular.2,13
Dosis hyoscine yang dapat digunakan adalah 300 μg sebelum
perjalanan dan 300 μg tiap 6 jam. Efek samping yang dihasilkan
berupa mulut kering, mengantuk, konstipasi, dan retensi urin.16
Obat lain yang bisa digunakan adalah prometazin, dengan
dosis 25 mg peroral sebelum perjalanan. Efek samping yang
dihasilkan antara lain mengantuk, hipotensi postural, mulut kering,
penglihatan kabur, konstipasi, retensi urin, dan gejala
ekstrapiramidal.16
Antihistamin juga dipakai untuk pengobatan mabuk
perjalanan. Contoh obat yang dipakai adalah siklizin dan
dimenhidrinat, namun siklizin lebih disukai karena lebih efektif
mengontrol gejala gastrointestinal dan tidak terlalu mengantuk
dibandingkan dengan dimenhidrinat. Namun, efek sedasi dari
dimenhidrinat memberikan keuntungan bagi pasien agar dapat
beristirahat jika dalam perjalanan. Piperazin juga merupakan contoh
anti-mabuk perjalanan yang dapat dipakai dan efek mengantuknya
sangat rendah.16
Dosis siklizin yang dapat digunakan adalah 50 mg per oral
terbagi dalam 3 dosis per hari. Dimenhidrinat dapat diberikan secara
peroral tiga puluh menit sebelum perjalanan sebanyak 50 - 100 mg.16
Obat golongan lain yang dapat digunaan adalah antagonis
kanal kalsium. Obat ini menghambat influks kalsium secara
intraselular. Contoh obat ang dapat digunakan adalah sinarizin,
namun secara studi sinarizin kurang efektif dibandingkan hyoscine.
Dosis sinarizin yang dapat digunakan adalah 30 mg diberikan dua
jam sebelum perjalanan, kemudian dapat dilanjutkan 15 mg.16
Antagonis serotonin 5-HT3 dapat digunakan sebagai anti
muntah pada pasien-pasien mabuk perjalanan. Contoh obat yang
dapat digunakan adalah ondansentron.16

2.10. Komplikasi
Pada umumnya mabuk perjalanan bisa dikendalikan hingga tidak
menimbulkan komplikasi. Keadaan mabuk perjalanan juga merupakan suatu
hal yang fisiologis. Mabuk perjalanan dapat segera diatasi dengan
pemberian obat-obatan terutama yang sedatif. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah menetapnya manifestasi pusing dari mabuk perjalanan, yaitu
MDDS.13

2.11. Prognosis
Prognosis mabuk perjalanan umumnya baik, asalkan faktor pencetus
bisa dikendalikan, karena pada dasarnya mabuk perjalanan adalah suatu
kondisi yang fisiologis. Mabuk perjalanan dapat dicegah dengan berbagai
cara, contohnya menghindari makanan yang berlemak dan padar sebelum
melakukan perjalanan dan minum anti-mabuk perjalanan atau anti-
muntah.7,9
BAB III
KESIMPULAN

1. Mabuk perjalanan adalah suatu keadaan fisiologis berupa pusing, berkeringat,


pucat, mual, dan muntah. Manifestasi gejala-gejala ini dipicu oleh suatu
pergerakan pasif seperti mengendarai mobil atau melihat sesuatu yang
bergerak ketika posisi tubuh diam. Mabuk perjalanan merupakan kelainan
pada sistem keseimbangan tubuh. Mabuk perjalanan biasa terjadi pada
individu-individu tertentu yang rentan terhadap pajanan input visual dan
vestibular yang berlebih.
2. Dasar mekanisme mabuk perjalanan adalah adanya konflik input sensorik dari
visual dan vestibular serta sensitivitas yang berlebih pada sistem vestibular.
Mabuk perjalanan terjadi ketika salah satu atau dua dari tiga sensorik untuk
mempertahankan keseimbangan (visual, vestibular, dan somatosenosrik)
terganggu. Pergerakan pasif yang cepat dan/atau berubah-ubah orientasinya
akan mencetuskan mabuk perjalanan, terutama saat perangkat vestibularis
belum beradaptasi terhadap input informasi gerakan tersebut. Ketika
perangkat vestibularis sudah beradaptasi, maka gejala-gejala tersebut
berangsur-angsur akan menghilang.
3. Mabuk perjalanan dapat diobati secara medikamentosa ataupun dengan
perubahan kebiasaan. Obat-obatan yang dapat dipakai antara lain golongan
antimuskarinik dan antihistamin seperti scopolamine untuk meradakan gejala
mabuk perjalanan. Obat-obatan tersebut pada umumnya dikonsumsi sebelum
melakukan perjalanan, dan dapat diulang jika dibutuhkan. Perubahan
habituasi seperti duduk di kursi depan saat mengendarai mobil atau
mendengarkan musik saat perjalanan juga membantu meredakan gejala
mabuk perjalanan
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7 th ed. Canada:


Cengage Learning; 2010.
2. Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et
al. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: head and neck surgery. 7th ed. Vol.
3. London: Hodder Arnold; 2008.
3. Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s Otorhinolaryngology: head and neck
surgery. 17th ed. Shelton, Connecticut: BC Decker; 2009.
4. Sobotta J, Putz R, Pabst R, Putz R, Bedoui S. Sobotta: atlas of human
anatomy. 23rd ed. Vol. 3. München: Elsevier, Urban & Fischer; 2006.
5. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 8 th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2018
6. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students. 2 nd
ed. Elsevier, Churchill Livingstone; 2015
7. Bansal M. Disease of Ear, Nose and Throat: Head and Neck Surgery. 1 st
ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2013
8. Hussain, SM. Logan Turner’s Diseases of the Nose, Throat and Ear: Head
and Neck Surgery. 11th ed. CRC Press, an Imprint of Taylor and Francis,
2016.
9. Sembulingan K, Sembulingan P. Essentials of Medical Physiology. 6th ed.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2012
10. Barrett K, Brooks H, Boitano S, Barman S. Ganong’s Review of Medical
Physiology. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010.
11. Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Diseases of Ear, Nose and Throat:
Head and Neck Surgery. 7th ed. New Delhi: Elsevier, RELX India Pvt. Ltd;
2018
12. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12 th ed. USA:
Saunders Elsevier; 2011.
13. Lee KJ, Chan Y, Goddard JC. Essential otolaryngology: head & neck
surgery. 11th ed. New York: McGraw-Hill Education Medical; 2015
14. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A Step-By-Step
Learning Guide. 3rd ed. Stuttgart: Thieme; 2009.
15. Japp AG, Robertson C. Macleod’s Clinical Diagnosis. 1 st ed. London:
Churchill Livingstone, Elsevier; 2013.
16. Katzung BG, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology. 13 th ed. New
York: McGraw-Hill, Lange; 2015.

Anda mungkin juga menyukai