Daftar Isi i
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Pembahasan 2
2.1 Anatomi 2
2.1.1 Sinus Kavernosus 2
2.1.2 Otot Bola Mata 3
2.2 Sindrom Tolosa-Hunt 5
2.2.1 Definisi dan Kriteria Diagnosis 5
2.2.2 Epidemiologi 6
2.2.3 Etiologi 6
2.2.4 Patogenesis 6
2.2.5 Manifestasi Klinis 7
2.2.6 Diagnosis 8
2.2.7 Tatalaksana 10
2.2.8 Follow-up 11
2.2.9 Prognosis 11
Bab III Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 13
i
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
1
BAB II Pembahasan
2.1 Anatomi
Sinus kavernosus terletak pada fossa kranialis media, pada kedua sisi dari
sella turcica dari os sphenoidalis.
2
Gambar 3. Anatomi potongan koronal dari sinus kavernosus.
Sinus kavernosus adalah tempat dimana arteri melewati struktur-struktur vena, dan
hal ini berfungsi sebagai pertukaran panas antara aliran darah arteri dengan sirkulasi
vena yang lebih dingin.(5)
3
levator palpebrae superioris, superior rectus, inferior rectus, medial rectus, lateral
rectus, inferior oblique dan superior oblique.(4)
4
o M. inferior oblique: elevasi, abduksi, dan rotasi lateral bola mata,
dipersarafi oleh CN III
• Satu atau lebih episode nyeri orbital unilateral yang bertahan selama
berminggu-minggu jika tidak ditangani,
• Paresis dari 1 atau lebih nervus kranial tiga, empat, dan/atau enam dan/atau
gambaran granuloma pada MRI ataupun biopsy,
• Paresis yang bersamaan dengan awitan nyeri atau menyertai nyeri dalam 2
minggu,
• Nyeri dan paresis yang membaik dalam 72 jam setelah ditangani dengan
kortikosteroid adekuat,
• Penyebab lain telah dieksklusikan dengan investigasi yang sesuai.
Kriteria diagnosis ini kemudian direvisi pada tahun 2018 oleh the International
Headache Society dengan kriteria sebagai berikut:(6)
5
o Nyeri kepala bersifat ipsilateral dengan inflamasi granulomatosa
• Gejala tidak lebih baik dijelaskan dengan diagnosis lain.
Dengan kombinasi kriteria klinis dan radiologis seperti diatas dapat mencapai
sensitivitas 95 – 100% untuk diagnosis dari sindrom Tolosa-Hunt. Namun,
memiliki spesivisitas yang lebih rendah yaitu 50% kecuali temuan klinis dan
radiologis atipikal digunakan untuk mengeksklusi diagnosis.
Sindrom THS adalah langka, tetapi merupakan salah satu penyebab yang
penting dari hilangnya penglihatan yang dapat tidak ditemukan pada pemeriksaan
primer. Pasien dapat menunjukkan adanya ptosis, baal wajah, diplopia, midrosis,
dan/atau proptosis yang pada awalnya mengarahkan diagnosis ke keganasan,
infeksi atau oklusi vaskular.(2)
2.2.2 Epidemiologi
Perkiraan kasus per tahun dari THS adalah 1 kasus per 1 juta per tahun.
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya preponderansi geografis
ataupun ras. Sangat jarang untuk ditemukannya THS pada usia muda. Usia rata-rata
adalah 41 tahun menurut National Organization for Rare Disoder. Walaupun
biasanya unilateral, kedua sisi dapat terkena, dan terdapat beberapa laporan kasus
yang menyangkut bilateral (sekitar 5%). Tidak terdapat predisposisi laki-laki atau
perempuan.(1)
2.2.3 Etiologi
THS adalah penyakit idiopathik dan diperkirakan dari inflamasi non spesifik
pada regio sinus kavernosus dan/atau fisura orbitalis superior. Meskipun demikian,
cedera kepala, tumor, atau aneurisma dapat menjadi pemicu potensial.(1)
2.2.4 Pathogenesis
THS disebabkan oleh proses infalamasi oleh etiologi yang tidak diketahui.
Pada pemeriksaan histopatologi, terdapat inflamasi nonspesifik dari septa dan
dinding sinus kavernosus, dengan infiltasi limfosit dan sel plasma, granuloma giant
cell, dan proliferasi fibroblast. Inflamasi ini menyebabkan tekanan dan disfungsi
6
sekunder dari struktur di dalam sinus kavernosus, termasuk nervus kranialis III, IV,
dan VI, serta divisi superior dari nervus kranial V. Terdapat juga penebalan dari
dura mater pada sinus kavernosus.
7
Jarang sekali, inflamasi dapat mengenai apeks orbital yang menyebabkan
kerusakan dari nervus optikus dan diskus optikus menjadi pucat atau bengkak.
Kehilangan dari visus penglihatan pada kasus-kasus tersebut tidak dapat diprediksi
dan dapat menjadi permanen.(9) Tolosa Hunt syndrome dapat berlangsung selama 8
minggu jika tidak diobati dan membaik dengan sendirinya. Jarang sekali terdapat
adanya defisit neurologis sisa setelah penyakit ini usai.
2.2.6 Diagnosis
8
Gambar 6. Pada potongan aksial (A) dan koronal (D) gambaran MRI T2
menunjukkan pembesaran dari sinus kavernosus (SK) sisi kanan yang sedikit
hipointens terhadap grey mater (panah hitam). Aksial (B) dan koronal (E)
menunjukkan gambaran post-kontras T1 yang menunjukkan penyengatan dari
jaringan lunak abnormal yang ekstensi sampai fisura orbitalis superior (panah
putih). Aksial (C) dan koronal (F) menunjukkan post-kontras T1 pada saat pasien
kontrol 1 bulan kemudian, menunjukkan perbaikan signifikan pada pembesaran
dan penyengatan abnormal SK kanan.(10)
Pada kasus yang langka, gambaran MRI dapat normal. Gambaran MRI ini juga
tidak spesifik untuk THS dan dapat ditemukan juga pada limfoma, sarcoidosis, dan
meningioma. Penemuan MRI pada penyakit ini menunjukkan respons terhadap
terapi glukokortikoid.
9
• Antibodi antineutrofil • Serologi Lyme
sitoplasmik • Elektroforesis serum protein
• Test antibody fluoresen • Laju endap darah (LED)
treponemal • C-reactive protein
Pada pasien dengan THS, pemeriksaan ini umumnya normal. Walaupun pada
beberapa kasus ditemukan peningkatan LED, leukositosis ringan, dan konsentrasi
antibodi antinuclear telah dilaporkan pada THS, hal ini mensugestikan adanya
penyakit jaringan ikat yang mendasarinya.
2.2.7 Tatalaksana
10
tinggi selama 2 – 4 minggu diikuti dengan penurunan dosis secara lambat untuk
periode setidaknya 4 – 6 minggu dan sampai beberapa bulan. Laju dari penurunan
dosis harus dipandu dengan perbaikan gejala klinis, tetapi gambaran MRI persisten
tidak menjadi panduan untuk tidak mengurangi dosis, selama terdapat regresi.
2.2.8 Follow-up
2.2.9 Prognosis
11
BAB III Kesimpulan
12
Daftar Pustaka
13