201810330311051
KELOMPOK D1
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK)/ urinary tract infection (UTI), pada anak sering
ditemukan dan merupakan penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak,
sesudah infeksi saluran napas. Prevalensi pada anak wanita berkisar 3-5% dan
pada anak pria ± 1%. Infeksi oleh bakteria Gram negatif enterokokus merupakan
penyebab terbanyak, tetapi virus dan fungus dapat juga ditemukan pada beberapa
penderita. Infeksi berulang sering terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi
karena adanya kelainan anatomik atau fungsional saluran kemih yang
menyebabkan adanya stasis urin atau refluks, sehingga perlu pengenalan dini dan
pengobatan yang adekuat untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
Insidens ISK masih tinggi dan sebagai penyakit infeksi yang hanya ditandai
dengan badan demam, menempati urutan kedua penyakit infeksi yang paling
sering setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Komplikasi akut pada anak
sehat saat ini jarang kecuali pada bayi yang dapat berkembang menjadi infeksi
sistemik. Komplikasi jangka panjang ISK adalah keadaan yang berhubungan
dengan parut ginjal yaitu hipertensi dan gagal ginjal kronik.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Infeksi saluran air kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran air kemih,
mulai dari uretra, vesika urinaria, ureter, sampai jaringan ginjal. Infeksi ini dapat
berupa pielonefritis akut, pielonefritis kronik, infeksi saluran air kemih berulang,
bakteriuria bermakna, bakteriuria asimtomatis.
B. Epidemiologi
Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung umur dan jenis kelamin ISK
dapat terjadi pada 3,5% anak perempuan dan 1,1% anak laki-laki pada kelompok
anak kurang dari 10 tahun. Pada kelompok anak berusia kurang dari 2 tahun
angka kejadian ISK mencapai 5 %. Angka kejadian pada neonatus kurang bulan
sebesar 3 %, sedangkan pada neonatus cukup bulan 1%.
3
C. Etiologi
4
Batu Gagal ginjal
Selang nefrostomi Diabetes
Tabel 1. Faktor predisposisi terjadinya ISK kompleks.
D. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK
bawah. ISK atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama parenkim
ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis, sedangkan ISK bawah (lower UTI)
adalah bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan
bawah adalah hubungan vesikoureter.
ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian
kecil (10-20%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis,
baik berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.
5
E. Patogenesis
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula
ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks
berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam
parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear
6
dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada
pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator
toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal
scarring).
F. Manifestasi klinis
7
3. 2 - 6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna,
diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.
G. Diagnosis
8
3) Ras kulit putih
Bila ditemukan 2 atau lebih faktor risiko tersebut maka sensitivitas untuk
kemungkinan ISK mencapai 95% dengan spesifisitas 31%.
H. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,
dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Pemeriksaan dengan stik
urin dapat mendeteksi adanya leukosit esterase, enzim yang terdapat di dalam
lekosit neutrofil, yang menggambarkan banyaknya leukosit dalam urin.
Biakan Urin
Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil
dengan urin porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteria >100.000 koloni/
ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >10.000 koloni tetapi disertai
dengan gejala klinis yang jelas dianggap ada ISK.
I. Tatalaksana
Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter
spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.
Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .
Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang
resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti
sefalosporin atau ko-amoksiklav.
Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik
parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan
dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10 hari.
Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi kuman
setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat diberikan
trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin.
Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai kembali,
dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat pertumbuhan bakteri dan
kepekaan terhadap obat.
11
Jenis antibiotik Dosis per hari
Amoksisilin 1) 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3
dosis
Sulfonamid
1) Trimetroprim (TMP) dan 1) 6-12 mg TMP dan 30-60 mg
Sulfametoksazol (SMX) SMX /kgbb/hari dibagi dalam 2
2) Sulfisoksazol 2) Dosis 120-150 mg/kgbb/hari
dibagi dalam 4 dosis
Sefalosporin
1) Sefiksim 1) 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
2) Sefpodiksim dosis
3) Sefprozil 2) 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
4) Sefaleksin dosis
5) Lorakarbef 3) 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis
4) 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam
4 dosis
5) 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis
Pilihan antimikroba oral pada infeksi saluran kemih.
Jenis antibiotik Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih.
12
Pengobatan sistitis akut
Anak dengan sistitis diobati dengan antibiotik per oral dan umumnya tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit, indikasi mondok adalah rasa sakit yang
hebat, toksik, muntah dan dehidrasi, anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
pengobatan parenteral seama 5 – 7 hari. Untuk sistitis akut, direkomendasikan
pemberian antibiotik oral seperti trimetoprim, sulfametoksazol, nitrofurantoin,
amoksisilin, Amoksisilin klavulanat, sefaleksin, dan sefiksim.
Pengobatan pielonefritis
Pemberian antibiotik pada pielonefritis akut diberikan selama 7-10 hari atau
10-14 hari. Pemberian antibiotik parenteral selama 7 - 14 hari sangat efektif dalam
mengatasi infeksi pada pielonefritis akut. Perbaikan klinis sudah terlihat dalam
24-48 jam pemberian antibiotik parenteral, sehingga setelah perbaikan klinis,
antibiotik dilanjutkan dengan pemberian antibiotik per oral sampai selama 7-14
hari pengobatan.
Bakteriuria asimtomatik
Pada beberapa kasus ditemukan pertumbuhan kuman > 105 cfu/mL dalam
urin tanpa gejala klinik, telah disepakati bahwa bakteriuria asimtomatik tidak
memerlukan terapi antibiotik.
13
Pengobatan suportif
Pada ISK pengobatan suportif dan simtomatik juga perlu diperhatikan,
misalnya pengobatan terhadap demam dan muntah. Terapi cairan harus adekuat
untuk menjamin diuresis yang lancar. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan
fenazopiridin HCl (Pyridium) dengan dosis 7 – 10 mg/kgbb/hari.
14
Pemberian profilaksis
Antibiotik profilaksis bertujuan untuk mencegah infeksi berulang dan
mencegah terjadinya parut ginjal. Berbagai penelitian telah membuktikan
efektivitas antibiotik profilaksis menurunkan risiko terjadinya ISK berulang pada
anak, dan kurang dari 50% yang mengalami infeksi berulang selama pengamatan
5 tahun.
J. Komplikasi
15
BAB III
KESIMPULAN
ISK merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak kedua pada anak
setelah infeksi pernapasan. Ditahun pertama kehidupan, penyakit ini banyak
diderita oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, dan sebaliknya
setelah tahun pertama kehidupan anak perempuan lebih banyak menderita
penyakit ISK dibandingkan anak laki-laki. Sirkumsisi bisa menurunkan risiko
anak laki-laki terkena penyakit ini.
Gejala awal dari ISK pada anak sangatlah tidak khas, biasanya anak akan
mengalami demam hilang timbul yang tidak dapat diketahui darimana sumbernya.
Jarang sekali kasus yang disertai dengan gangguan dari traktus urinarius, sehingga
untuk menegakkan diagnosis ISK pada anak akan dibutuhkan analisis urin dan
kultur urin. Pada beberapa kasus yang meragukan, diagnostik imaging bisa
dilakukan untuk membantu diagnosis walaupun sampai sekarang pemeriksaan ini
masih kontroversial.
Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan antibiotik. Deteksi dini dan
pengobatan segera akan sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang bisa
dihindari. Tapi tentu saja yang paling penting adalah pencegahan dengan cara
menjaga higien dan sebaiknya pasien yang pernah menderita ISK benar-benar
diperhatikan agar tidak terjadi ISK berulang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17