Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONEISA

CYSTITIS

DISUSUN OLEH:
Andi Chaerunnisa
111 2018 2025

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Erlin Syahril, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul “Cystitis” yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Andi Chaerunnisa


NIM : 111 2018 2025

Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat Tugas Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Profesi Dokter dalam disiplin ilmu Radiologi pada,

Hari/Tanggal : 13 November 2019


Tempat : Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar, 13 November 2019


Menyetujui,
Pembimbing Penulis

dr. Erlyn Syahril, Sp. Rad Andi Chaerunnisa, S.ked

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 1
DAFTAR ISI... .................................................................................................... .2
BAB I. PENDAHULUAN. ................................................................................. .3
Latar Belakang .......................................................................................... .3
BAB II. Tinjauan Pustaka. .................................................................................. .6
A. Definisi. ............................................................................................... .6
B. Etiologi…………………………………………………………………6
C. Patogenesis .......................................................................................... .7
D. Gejala Klinik ....................................................................................... .8
E. Diagnosis ............................................................................................. .9
F. Klasifikasi Gambaran Metastasis……………………………………...10
G. Penatalaksanaan. ............................................................................... ...14
H. Pencegahan ……………………………………………………………16
I. Diferensial Diagnosis………………………………………………….17
LAPORAN KASUS……………………………………………………………...19
BAB III. Kesimpulan ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (SK) adalah infeksi yang terjadi pada sistim saluran

kemih, mulai dari meatus uretra sampai ke grnjal. Susunan anatominya meliputi

uretra, kandung kemih, ur€ter, pelvis renalis, dan parenkim ginjal. Organ lain

yang kadang dapat memberikan manifestasi ISK berulang adalah prostat,

epididimis dan juga fasia perirenal.l Akan tetapi menurut Bishop batasan dari ISK

masih kontroversi, dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknik biomolekuler

modern untuk mendeteksi fragmen bakteri dalam jaringan atau biofilm adheren

dari kuman meskipun koloni kuman dalam urin tidak bermakna (signifikan).1

ISK menjadi masalah kesehatan besar di Amerika Serikat, dan dapat

mengenai seluruh usia dan jenis kelamin. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa

penderita ISK tiap tahun lebih dari 7 1uta, termasuk 2 juta diantaranya mengalami

cystitis. trbih kurang seperlimanya mendatangi instalasi gawat darurat dan satu

dari lima wanita pernah mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi ISK pada

wanita berbanding 30:1 dengan pria dan sekitar 50 % dari mereka akan

berkembang menjadi ISK berulang .

Infeksi dipengaruhi oleh interaksi antara kuman dan host. Pada manula

(ederly), ISK menjadi masalah yang sangat sulit. Diagnostik, pencegahan dan

pengobatan sangat kompleks karena manifestasi klinik yang atipical dan

immunocompromised host oleh karena faktor usia .

4
Infeksi saluran kemih ISK tipe sedarhana {uncomplicated type} jarang

dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) walaupun sering

mengaiami ISK berulang. Sebaiknya ISK berkomplikasi {complicated type}

terutarna terkait refluk vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiansi

ginjal kronik (IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT).

Penggunaan prosedur pencitraan ginjal seperti uttrasanngrafi (USG) yang teraebar

luas di masyarakat terrnasuk praktik dokter umum harus berdasarkan indikasi

rnedis yang kuat dan benar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Sistitis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berkembang biaknya

mikroorganisme di saluran kemih terutama VU (kandung kemih). Sistitis

merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium yang melapisi dinding VU. Saat

inflamasi mulai timbul, maka akan terjadi respon terhadap struktur

permukaan dinding kandung kemih menyebabkan kesulitan yang tinggi

dalam berkemih. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus

berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus

menerus ini menyebabkan perubahan anatomik kandung kemih berupa

hipertrofi otot detrusor. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi

otot dinding . 5

B. ETIOLOGI

Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri,

virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli.

Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus

mirabilis, Providencia stuartii, Morganella morganii, Klebsiella pneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus

faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan Pseudomonas sering

dikaitkan dengan ISK berulang, tindakan instrumentasi, dan infeksi

nosokomial. Bakteri patogen dengan virulensi rendah maupun jamur dapat

6
sebagai penyebab ISK pada pasien dengan imunokompromais. Infeksi

Candida albicans relatif sering sebagai penyebab ISK pada

imunokompromais dan yang mendapat antimikroba jangka lama.6

C. PATOGENESIS

Secara umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih

dengan tiga cara yaitu:

1) Ascending yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra

dan cara inilah yang paling sering terjadi.

2) Discending, disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada

ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui

peredaran darah.

3) Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik

yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir

ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2008).

Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari

banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organismenya. Bakteri

dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari

uretra. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat

mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan

gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat

meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Noer dan Soemyarso, 2006).

7
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang

berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri

dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus

epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik

ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi

bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang

terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria,

akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali

(frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema,

meradang dan perdarahan (hematuria) (Noer dan Soemyarso, 2006).

D. GEJALA KLINIK

Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu

nyeri bila buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan

ngompol. Gejala infeksi saluran kemih bagian atas biasanya panas tinggi,

gejala gejala sistemik, nyeri di daerah pinggang belakang. Namun demikian

sulit membedakan infeksi saluran kemih bagian atas dan bagian bawah

berdasarkan gejala klinis saja. Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur

penderita adalah sebagai berikut :

0-1 Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare,

kejang, koma, panas (hipotermia).

1 bulan - 2 tahun : Panas (hipotermia), gangguan pertumbuhan, anoreksia,

muntah, diare, kejang, koma, kolik, air kemih

8
berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri

perut/pinggang.

2-6 tahun : Panas (hipotermia) tanpa diketahui sebabnya, tidak

dapat menahan kencing, polakisuria, dysuria, enuresis,

air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah,

gangguan pertumbuhan serta anoreksia.

6-18 tahun : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui

sebabnya, tak dapat menahan kencing, polakisuria,

disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna

(Noer dan Soemyarso, 2006).

E. DIAGNOSIS

Menurut Saputra (2010) diagnosis yang biasa dilakukan dalam praktek klinis

antara lain:

1) Pemeriksaan analisis urin (spesimen ambilan bersih)

2) Pemeriksaan kultur urin dan penghitungan jumlah koloni

3) Pemeriksaan kultur darah (hanya diindikasikan untuk kecurigaan adanya

pielonefritia atau sepsis)

4) Pemeriksaan dengan CT scan spiral, sistoskopi, dan ultrasonografi

(diindikasikan untuk pria yang menderita ISK dan wanita yang mengalami

ISK berulang).

9
F. KLASIFIKASI GAMBARAN CYSTITIS

1. Foto Polos X-Ray

Radiografi konvensional secara khas menunjukkan area lengkung atau

bintik dari peningkatan radiolusensi di wilayah kandung kemih, terpisah

dari gas rektal yang lebih posterior. Gas intraluminal akan dipandang

sebagai tingkat cairan gas yang berubah dengan posisi pasien, dan, ketika

berdekatan dengan permukaan mukosa yang tidak tergantung, mungkin

memiliki batu bulat atau penampilan "manik kalung". Hal ini diduga untuk

mencerminkan penebalan tidak teratur yang dihasilkan oleh blebs

submukosa seperti yang terlihat di Cystoscopy langsung.

Gambar 1. Foto Polos X-Ray

10
Gambar 2. Foto Polos X-Ray

Gambar 3. X-Ray panggul menunjukkan gas di dinding kandung kemih


(Arrow)

11
2. CT- SCAN

CT adalah pemeriksaan yang sangat sensitif yang memungkinkan deteksi

dini gas intraluminal atau intramural. CT juga berguna dalam mengevaluasi

penyebab lain gas intraluminal seperti pembentukan fistula enterik dari

karsinoma usus yang berdekatan atau penyakit inflamasi.

Gambar 4. Aksial, non-kontras ditingkatkan CT scan dari panggul


menunjukkan beberapa gelembung kecil udara di dinding kandung kemih
(panah putih). Dinding kandung kemih menebal.4

Gambar 5. Coronal CT scan dengan kontras dalam kandung kemih urin


menunjukkan gelembung kecil udara (panah hitam) dalam dinding
kandung kemih menebal nyata (panah merah).4

12
3. Ultrasonografi

Dapat menunjukkan gas echogenik dalam dinding

kandung kemih dengan artefak bayangan kotor. Ultrasound

juga akan sering menunjukkan penebalan dinding kandung

kemih yang menyebar dan peningkatan echogenicity

Gambar 6. USG Bladder Kantung kemih buncit menunjukkan


penebalan dinding tidak teratur yang abnormal. Ketebalan
mural sekitar 7 mm.

13
RIM lucency gas menguraikan dinding kandung kemih

konsisten dengan sistitis emphysematous. USG, yang

dilakukan untuk menilai saluran ginjal bagian atas,

menunjukkan artefak dari gas dinding kandung kemih (pelek

echogenic dengan bayangan kotor posterior).

Gambar 7. USG Bladder

G. PENATALAKSANAAN

Karena risiko infeksi menyebar ke ginjal dan karena tingkat komplikasi tinggi

pada populasi tua dan pada penderita diabetes, pengobatan yang cepat hampir

selalu disarankan. Hal ini disarankan untuk menghindari penetrasi vagina sampai

infeksi telah dibersihkan . 3

14
1. Obat

Antibiotik digunakan untuk mengendalikan infeksi bakteri. Sangat penting

bahwa antibiotik, sekali dimulai, akan selesai. Cystitis juga bisa diobati dengan

obat over-the-counter, mana diri pengobatan yang tepat.

Umumnya antibiotik digunakan termasuk:

 Nitrofurantoin

 Trimetoprim-sulfametoksazol

 Amoksisilin

 Sefalosporin

 Ciprofloxacin atau levofloksasin

 Doksisiklin

Pemilihan antibiotik sebaiknya dipandu oleh hasil kultur urin.

Kronis atau ISK berulang harus ditangani secara menyeluruh karena

kemungkinan infeksi ginjal (pielonefritis). Antibiotik mengendalikan infeksi

bakteri. Mereka mungkin diperlukan untuk jangka waktu yang lama. Profilaksis

dosis rendah antibiotik kadang-kadang dianjurkan setelah gejala akut telah

mereda.

Pyridium dapat digunakan untuk mengurangi pembakaran dan urgensi yang

terkait dengan cystitis. Ada beberapa bukti bahwa membuat urin lebih asam basa

baik (misalnya dengan asam askorbat) atau lebih dapat menenangkan rasa sakit

cystitis. jus Cranberry juga mengandung tanin kental, Mannose - D dan

proanthocyanidins yang telah ditemukan menghambat aktivitas E. coli dengan

mencegah bakteri menempel ke permukaan lapisan mukosa kandung kemih dan

15
usus, membantu bakteri jelas dari saluran kemih. Tindak lanjut mungkin termasuk

budaya urin untuk memastikan bahwa bakteri tidak lagi hadir dalam kandung

kemih.

H. PENCEGAHAN

 Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan

ke belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari

daerah dubur ke uretra.

 Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil

untuk menyiram bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera

setelah melakukan hubungan seksual dapat membantu menghilangkan

bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual.

Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan

bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat

mengurangi risiko cystitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi

saluran kemih.

 Minum jus cranberry mencegah jenis tertentu dari bakteri yang melekat

pada dinding kandung kemih dan dapat mengurangi kemungkinan infeksi.

 Tablet ekstrak cranberry juga telah ditemukan efektif dalam mencegah

cystitis dan merupakan alternatif yang mungkin bagi mereka yang tidak

suka rasa jus cranberry.

16
I. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

 Vesicocolic or vesicovaginal fistulas

Gambar 8. Pasien telah mengalami berlalunya gas dan bangku berair


melalui vagina, menunjukkan diagnosis fistula rektovaginal. 1, 2 karena
gelembung udara dan radioaktivitas FDG intens dalam kandung kemih,
kami berspekulasi lebih lanjut tentang pembentukan fistula
vesicovaginorectal . 7

 Trauma

Gambar 9. Ruptur kantung kemih. CT dari panggul berikut menunjukkan


kontras Foley kateter (putih panah) dalam lumen kandung kemih dengan
tangga di ruang ekstraperitoneal (panah merah).7

17
Gambar 10. Pecahnya kandung kemih, Extraperitoneal. Satu gambar dari
IVU menunjukkan kepadatan berbentuk api yang berdekatan dengan
dinding lateral kanan kandung kemih yang mewakili ekstra-peritoneal
kontras dari pecah kandung kemih. 7

18
LAPORAN KASUS

Nama : Muh Aminun

Tanggal Lahir : 17 Juli 1998

Klinis : Dysuria

Jenis Pemeriksaan : Usg Abdomen

Tanggal Pemeriksaan : 4 November 2019

ANAMNESIS
KU : Nyeri Perut bawah
AT :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 2 minggu dan
memberat sejak 3 hari belakangan . Keluhan disertai dengan demam (+) Nyeri ulu
hati (-) mual (-) muntah (-). Riwayat prnyakit yang sama (-). Riwayat pengobatan
(-) Riwayat keluarga (-). Faktor lingkungan asap rokok (+). Merokok (-). BAB
biasa, BAK nyeri .
Riwayat penyakit sebelumnya : ada
Riwayat keluhan yang sama : tidak ada
Riwayat hipertensi : tidak ada
Riwayat DM : tidak ada
Riwayat keluarga : tidak ada

PEMERIKSAAN FISIS
Status generalis : Sakit Sedang/Gizi baik/Compos mentis GCS 15 (E4V5M6)
Status gizi : BB = 59 kg

TB = 163 cm

𝐵𝐵
Status Gizi =𝑇𝐵2= 59 / 1.63 x 1,63 = 22,69 kg/m2=>Normal

19
Status vitalis : Tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit,
pernafasan 25x/menit tipe :Thoraco-abdominal, suhu 37,0oC,
axilla
Kepala : Normocephal, rambut hitam sukar dicabut, konjugtiva anemis (-
/-), sklera icterus(-/-), edema palpebra(-/-), pupil bulat isokor
(2,5mm/2.5mm), hidung sekret (-/-), darah (-/-), deviasi
septum(-), telinga normotia, sekret (-/-), darah (-/-), bibir tidak
sianosis, stomatitis(-)
Leher : Tidak hiperemis faring, Tonsil (T1/T1), tidak ada massa tumor,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran tiroid .
Thorax (Depan) :
I : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tampak retraksi
dada, tidak tampak jejas,
P : Nyeri tekan(-), massa tumor(-), krepitasi(-), vocal fremitus kiri (N) kanan
(menurun)
P : Sonor, batas paru hepar ICS V anterior dextra, batas paru belakang ICS IX
posterior dextra.
A : Bunyi pernafasan bronkhial, bunyi tambahan : Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)

Thorax (Belakang) :
I : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan.
P : Nyeri tekan (-) massa tumor(-), krepitasi(-),
P : Sonor
A : Bunyi pernafasan bronkhial, bunyi tambahan : Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)

20
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
P : Batas atas jantung kanan = ICS II linea parasternalis dextra, batas jantung
atas kiri = ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung bawah kiri = ICS
IV linea midclavicularis sinistra
A : Bunyi jantung I/II murni reguler ,bising (-)

Abdomen :
I : Cekung, mengikuti gerak nafas
A : Peristaltik usus kesan normal, bising usus (-)
P : Nyeri tekan suprapubik (+), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
P : Tympani, ascites (-)
Ekstremitas : dalam batas normal
Lain-lain :(-)

21
PENUNJANG
 Laboratorium Darah Rutin
DARAH
HASIL NILAI RUJUKAN
LENGKAP
WBC 11,2 [103/uL] 4,0 – 9,0
LYMPH 2,2 [103/uL] (19,3 %) 0,4 – 4,4 (11 % – 49 %)
MONO 0,8 [103/uL] (7,2 %) 0,0 – 0,8 (0 % – 9 %)
GRA 0,8 [103/uL] (73,5 %) 0,8 – 1,7 (42 % – 85 %)
RBC 5,30 [106/uL] 3,80 – 5.30
HGB 13,3 [g/dL] 12,0 – 18,0
HCT 40,1 [%] 36,0 – 56,0
MCV 82 [um3 atau fL] 80,0 – 100,0
MCH 29,5 [pg] 27,0 – 32
MCHC 33,2 [g/dL] 32,0 – 36,0
RDW 15,1 [%] 11,5 – 16,5
PLT 331 [103/uL] 120 – 380
MPV 7,6 [um3 atau fL] 5,0 – 10,0
PCT 0,25 [%] 0,10 – 1,00
PDW 16,3 [fL] 12,0 – 18,0

22
 USG Abdomen

23
Hasil Pemeriksaan :

 Ginjal Kanan : Tampak dilatasi dari pelvocalycel system, tidak tampak

echo batu

 Hepar : ukuran, bentuk dan echotexture parenkim dalam batas normal,

SOL (-)

 GB dan pancreas normal

 Ginjal kiri : Bentuk, Ukuran dan echodifferensiasi kortex dan medulla

dalam batas normal, SOL (-)

 VU : Mukosa menebal irregular, tidak tampak batu hiperechoic

Kesan :

 Pelvocalyectasis Dextra ( ringan ) e.c Ureterolith Dextra

 Cystitis

TATALAKSANA

• IVFD RL 20 tpm
• Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam/iv
• Inj. Ranitidin 1amp/8j/iv
• Paracetamol 500mg/7jam/Oral

24
BAB III

KESIMPULAN

1. Infeksi saluran kemih (SK) adalah infeksi yang terjadi pada sistim saluran
kemih, mulai dari meatus uretra sampai ke grnjal .

2. Cistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan


oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran

balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),

kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

3. Penyebab Cistitis yang paling adalah Escherichia Koli, Enterobacter

Aerogenes dan Klebsiella pneumonia .

4. Gejala klinis Cistitis yaitu nyeri bila buang air kecil (dysuria), sering

buang air kecil (frequency), dan ngompol.

5. Pengobatan untuk cystitis dapat diberikan antibiotic yang sesuai dengan

kultur urin .

6. Pencegahan yaitu menjaga kebersiham organ intim

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Maimun Syulvi . Penanganan Infeksi Saluran Kemih . Bagian llmu

Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah . Kuala ; 2008

2. Artikel Radiopaedia . Emphysematous cystitis .dikutip dari

https://radiopaedia.org/articles/emphysematous-cystitis?lang=us

3. Richard colganmd . and mozella williams. Md . Diagnosis and Treatment

of Acute Uncomplicated Cystitis . University of Maryland School of

Medicine, Baltimore . Maryland : 2011

4. Emphysematous Infections of the Abdomen and Pelvis: A Pictorial

Review. DE Grayson; RM Abbott; AD Levy and PM Sherman. May 2002

RadioGraphics, 22, 543-561.

5. Priyangga Setio Nugroho. Ana Majdawati . Hubungan Penebalan Dinding

Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Nitrit Urin pada Penderita

Klinis Sistitis . Medical Study Program, Medical and Health Science

Faculty.Radiology Department, Medical and Health Science Faclty,

Muhammadiyah University Yogyakarta : 2012

6. Sudung O. Pardede. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak:

Manifestasi Klinis dan Tata Laksana . Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo. Jakarta : Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018

7. Amersham Health Encyclopedia .

http://learningradiology.com/archives04/COW%20101-

Bladder%20Rupture/bladderrupturecorrect.htm

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai