Anda di halaman 1dari 18

KOLANGITIS

Anatomi
Duktus sistikus
Duktus sistikus merupakan lanjutan dari vesika fellea, terletak pada porta hepatis
yang mempunyai panjang kira-kira 3-4 cm. Pada porta hepatis duktus sistikus mulai dari
kollum vesika fellea, kemudian berjalan ke postero-kaudal di sebelah kiri kollum vesika
fellea. Lalu bersatu dengan duktus hepatikus kommunis membentuk duktus koledokus.
ukosa duktus ini berlipat-lipat terdiri dari 3-!" lipatan, berbentuk spiral yang pada
penampang longitudinal terlihat sebagai valvula disebut valvula spiralis #$eisteri%.
Duktus hepatikus
Duktus hepatikus berasal dari lobus de&ter dan lobus sinister yang bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis pada porta hepatis dekat pada processus papillaris
lobus kaudatus. Panjang duktus hepatikus kommunis kurang lebih 3 cm terletak disebelah
ventral arteri hepatika propria de&ter dan ramus de&ter vena portae. 'ersatu dengan
duktus sistikus menjadi duktus koledokus.
#(%

Duktus koledokus
Duktus koledokus mempunyai panjang kira ) kira * cm dibentuk oleh persatuan
duktus sistikus dengan duktus hepatikus kommunis pada porta hepatis, dimana dalam
perjalanannya dapat dibagi menjadi tiga bagian
#(%
Pada kaput pankreas duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus
+irsungi membentuk ampulla, kemudian bermuara pada dinding posterior pars desenden
duodeni membentuk suatu benjolan ke dalam lumen disebut papilla duodeni major.
#(%
,ambar. !. -natomi saluran empedu
Etiologi
Penyebab tersering obstruksi biliaris adalah . koledokolitiasis, obstruksi struktur
saluran empedu, dan obstruksi anastomose biliaris. 'agaimanapun berat penyebab
obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa cairan empedu yang terinfeksi. /asus
obstruksi akibat keganasan hanya "(-401 yang hasil kultur empedunya positif.
/oledokolitiasis menjadi penyebab tersering kolangitis.
#3,2%
Dalam beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya pemakaian manipulasi
saluran biliaris invasif seperti kolangiografi, stent biliaris, untuk terapi penyakit saluran
biliaris telah menyebabkan pergeseran penyebab kolangitis. 3elain itu pemakaian jangka
panjang stent biliaris seringkali disertai obstruksi stent oleh cairan biliaris yang kental
dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis.
#3%
Epidemiologi
/olangitis merupakan infeksi pada duktus koledokus yang berpotensi
menyebabkan kesakitan dan kematian. Dilaporkan angka kematian sekitar !3-221.
/olangitis ini dapat ditemukan pada semua ras. 'erdasarkan jenis kelamin, dilaporkan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang dominan diantara
keduanya. 'erdasarkan usia dilaporkan terjadi pada usia pertengahan sekitar (0-40 tahun.
Manifestasi klinik
5alaupun gambaran klasik kolangitis terdiri dari trias, demam, ikterus, dan nyeri
abdomen kuadran kanan atas yang dikenal dengan trias 6harcot, namun semua elemen
tersebut hanya ditemukan pada sekitar (0 persen kasus. Pasien dengan kolangitis
supuratif tampak bukan saja dengan adanya trias charcot tapi juga menunjukkan
penurunan kesadaran dan hipotensi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh 6ameron,
demam di temukan pada lebih dari 70 persen kasus, ikterus pada 4* persen kasus dan
nyeri abdomen hanya pada 4" persen kasus.
#3%

Dua hal yang diperlukan untuk terjadinya kolangitis yaitu adanya obstruksi aliran
empedu dan adanya bakteri pada duktus koledokus. Pada sebagian besar kasus, demam
dan mengigil disertai dengan kolangitis menandakan adanya bakteriemia. 'iakan darah
yang diambil saat masuk ke rumah sakit untuk kolangitis akut adalah positif pada 40
sampai (0 persen pasien. Pada hampir semua serial Escherichia coli dan Klebsiella
pneumoniae adalah organisme tersering yang didapatkan pada biakan darah. 8rganisme
lain yang dibiakan dari darah adalah spesies Enterobacter, Bacteroides, dan
Pseudomonas.
Dalam serial terakhir species Enterobacter dan Pseudomonas lebih sering
ditemukan, demikian juga isolat gram negatif dan spesies jamur dapat dibiak dari empedu
yang terinfeksi. -dapun organisme anaerobik yang paling sering diisolasi adalah
Bacteroides fragilis. 9etapi, anaerobik lebih jarang ditemukan pada serial terakhir
dibandingkan saat koledokolitiasis merupakan etiologi kolangitis yang tersering.
#3,7%

Diagnosis
Diagnosis kolangitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis penderita kolangitis dapat ditemukan adanya keluhan demam,
ikterus, dan sakit pada perut kanan atas. 'eberapa penderita hanya mengalami dingin dan
demam dengan gejala perut yang minimal. :kterus atau perubahan +arna kuning pada
kulit dan mata didapatkan pada sekitar 201 penderita.
#!,3,2%
2. Pemeiksaan !isis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya demam, hepatomegali, ikterus,
gangguan kesadaran, sepsis, hipotensi dan takikardi.
#4,7%
". Pemeiksaan Pen#n$ang
Pada pemeriksaaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis pada sebagian
besar pasien. $itung sel darah putih biasanya melebihi !3.000. Lekopeni atau
trombositopenia kadang ) kadang dapat ditemukan, biasanya jika terjadi sepsis parah.
3ebagian besar penderita mengalami hiperbilirubinemia sedang. Peningkatan bilirubin
yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. 9es fungsi hati termasuk alkali fosfatase
dan transaminase serum juga meningkat yang menggambarkan proses kolestatik.
#3, 4, 7%
'eberapa pemeriksaan radiologis pasien dengan kolangitis adalah.
a. !oto polos a%domen
eskipun sering dilakukan pada evaluasi a+al nyeri abdomen , foto polos
abdomen jarang memberikan diagnosis yang signifikan. $anya sekitar !(1 batu saluran
empedu yang terdiri dari kalsium tinggi dengan gambaran radioopak yang dapat dilihat.
Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar hidrops, kandung
empedu kadang juga dapat terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas
yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.
#3,!3%
b. &ltasonogafi
;ltrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun
ekstrahepatik. <uga dapat dilihat kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau
edema karena peradangan maupun sebab lain. 'atu yang terdapat pada duktus koledokus
distal kadang sulit dideteksi, karena terhalang udara di dalam usus. Dengan ultrasonografi
lumpur empedu dapat diketahui karena bergerak sesuai dengan gaya gravitasi.
#3,!",!3%

,ambar. " enunjukkan ultrasonografi dari duktus
intrahepatik yang mengalami dilatasi
c. 'T(S)an
69 3can tidak lebih unggul daripada ultrasonografi untuk mendiagnosis batu
kandung empedu. 6ara ini berguna untuk diagnosis keganasan pada kandung empedu
yang mengandung batu, dengan ketepatan sekitar *0-70 persen.
,ambar 3. 69 scan yang menunjukkan dilatasi duktus biliaris
#panah hitam% dan
dilatasi duktus pankreatikus #panah putih%, dimana keduanya terisi oleh musin
d. E*'P
=ndoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan yang menggunakan
lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro intestinal. =ndoscope
>etrograde 6holangiopancreotography #=>6P% dapat lebih akurat menentukan penyebab
dan letak sumbatan serta keuntungannya juga dapat mengobati penyebab obstruksi
dengan mengeluarkan batu dan melebarkan peyempitan.
,ambar. 4 enunjukkan endoscope 6holangiopancreotography
#=>6P% dimana menunjukkan duktus biliaris yang berdilatasi
pada bagian tengah dan distal #dengan gambaran feeling defect%
e. Skintigafi
3kintigrafi bilier digunakan untuk melihat sistem bilier termasuk fungsi hati dan
kandung empedu serta diagnosa beberapa penyakit dengan sensitifitas dan spesifitas
sekita 701 sampai 7*1. eskipun test ini paling bagus untuk melihat duktus empedu
dan duktus sistikus, namun skintigrafi bilier tidak dapat mengidentifikasi batu saluran
empedu atau hanya dapat memberikan informasi sesuai dengan letak anatominya. -gent
yang digunakan untuk melakukan test skintigrafi adalah derivat asam iminodiasetik
dengan label
77m
9c.
f. Kolesistogafi oal
etode ini dapat digunakan untuk melihat kerja dari sistem bilier melalui
prinsip kerja yang sama dengan skintigrafi tapi dapat memberikan informasi yang lebih
jelas. Pasien diberi pil kontras oral selama !"-!4 jam sebelum dilakukan tes. /emudian
kontras tadi diabsorbsi oleh usus kecil, lalu dibersihkan oleh hepar dan di ekskresi ke
dalam empedu dan dikirim ke kandung empedu.
g. Kolangiogafi
'iasanya diindikasikan ada suatu saat dalam penatalaksanaan pasien
dengan kolangitis. Pada sebagian besar kasus, kolangiografi dilakukan untuk menentukan
patologi biliaris dan penyebab obstruksi saluran empedu sebelum terapi definitif. <adi,
kolangiografi jarang diperlukan pada a+al perjalanan kolangitis dan dengan demikian
harus ditunda sampai menghilangnya sepsi. /ekecualian utama adalah pasien yang
datang dengan kolangitis supuratif, yang tidak berespon terhadap antibiotik saja. Pada
kasus tersebut, kolangiografi segera mungkin diperlukan untuk menegakkan drainase
biliaris. /olangiografi retrograd endoskopik ataupun kolangiografi transhepatik perkutan
dapat digunakan untuk menentukan anatomi atau patologi billiaris. 9etapi, kedua teknik
tersebut dapat menyebabkan kolangitis pada sekitar ( persen pasien. Dengan demikian
perlindungan antibiotik yang tepat harus diberikan sebelum instrumentasi pada semua
kasus.
Diagnosis %anding
a. /olesistitis akut
$ampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh
batu yang terjebak di dalam kantong $artmann. Pada keluhan utama dari kolesistikus
akut adalah nyeri perut di kuadran kanan atas, yang kadang-kadang menjalar ke belakang
di daerah skapula. 'iasanya ditemukan ri+ayat kolik dimasa lalu, yang pada mulanya
sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Pada kolesistitis, nyeri menetap dan
disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan dan defans muskuler otot dinding
perut. /adang-kadang empedu yang membesar dapat diraba. Pada sebagian penderita,
nyeri disertai mual dan muntah.
*
b. Pankreatitis
Pankreatitis adalah radang pankreas yang kebanyakan bukan disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus, akan tetapi akibat autodigesti oleh en?im pankreas yang keluar
dari saluran pankreas. 'iasanya serangan pankreatitis timbul setelah makan kenyang atau
setelah minum alkohol. >asa nyeri perut timbul tiba-tiba atau mulai secara perlahan.
@yeri dirasakan di daerah pertengahan epigastrium dan biasanya menjalar menembus ke
belakang. >asa nyeri berkurang bila pasien duduk membungkuk dan bertambah bila
terlentang. untah tanpa mual dulu sering dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi
se+aktu lambung sudah kosong. ,ambaran klinik tergantung pada berat dan tingkat
radang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut tegang dan sakit terutama bila ditekan.
/ira-kira 701 disertai demam, takikardia, dan leukositosis.
*,7
c. $epatitis

$epatitis merupakan salah satu infeksi virus pada hepar yang terdiri dari
hepatitis -, hepatitis ', hepatitis 6, hepatitis D dan hepatitis =. $epatitis ' merupakan
hepatitis yang paling sering terjadi. /eluhan utamanya yaitu nyeri perut pada kuadran
kanan atas sampai di ulu hati. /adang disertai mual, muntah dan demam. 3ekitar 701
kasus hepatitis merupakan infeksi akut. 3ebagian menjadi sembuh dan sebagian lagi
menjadi hepatitis fulminan yang fatal.
#", 7%
Penatalaksanaan
<ika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan a+al adalah
konservatif. /eseimbangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi dan perlindungan
antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan dapat diterapi sebagai pasien ra+at dengan
antibiotik oral. Dengan kolangitis supuratif dan syok septik mungkin memerlukan terapi
di unit pera+atan insentif dengan monitoring invasif dan dukungan vasopresor.
Pemilihan a+al perlindungan antibiotika empiris harus mencerminkan
bakteriologi yang diduga. 3ecara historis, kombinasi aminoglikosida dan penicillin telah
dianjurkan. /ombinasi ini adalah pilihan yang sangat baik untuk mela+an basil gram
negatif yang sering ditemukan dan memberikan antivitas sinergistik mela+an
enterokokus. Penambahan metronida?ole atau clindamycin memberikan perlindungan
antibakterial terhadap anaerob bakteroides fragilis, jadi melengkapi perlindungan
antibiotik. Perlindungan antibiotik jelas diubah jika hasil biakan spesifik dan kepekaan
telah tersedia.
3atu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotik untuk
terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang terdapat dalam empedu. 3ecara teoritis
antibiotik saluran biliaris yang ideal harus merupakan antibiotik yang bukan saja
mencakup organisme yang ditemukan dengan infeksi saluran biliaris, tetapi juga yang
dieksresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam cairan empedu.
DEKOMP*ESI +ILIA*IS
3ebagian besar pasien #sekitar *0 persen% dengan kolangitis akut akan
berespon terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam menghilang dan tes
fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam "4 sampai 42 jam. <ika pasien tidak
menunjukkan perbaikan atau malahan memburuk dalam !" sampai "4 jam pertama,
dekompresi biliaris darurat harus dipertimbangkan. Pada sebagian besar kasus,
dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan secara non operatif baik dengan jalur
endoskopik maupun perkutan. Aaitu.
#",3%

a. Penangg#langan sfingteotomi endoskopik
-pabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau malah semakin
buruk, dapat dilakukan sfingterotomi endoskopik, untuk pengaliran empedu dan nanah
serta membersihkan duktus koledokus dari batu. /adang dipasang pipa nasobilier.
-pabila batu duktus koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari " cm, sfingterotomi
endoskopik mungkin tidak dapat mengeluarkan batu ini. Pada penderita ini mungkin
dianjurkan litotripsi terlebih dahulu.
#*,!"%
%. Lisis %at#
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin berhasil pada
batu kolesterol. 9erapi berhasil pada separuh penderita dengan pengobatan selama satu
sampai dua tahun. Lisis kontak melalui kateter perkutan kedalam kandung empedu
dengan metil eter berhasil setelah beberapa jam. 9erapi ini merupakan terapi invasif
+alaupun kerap disertai dengan penyulit
#*%
=35L #=&tracorporeal 3hock 5ave Lithotripsy% adalah

penghancuran batu
saluran empedu dengan menggunakan berbagai jenis lithotripter yang dilengkapi dengan
pencitraan flouroskopi sebelum prosedur, diperlukan sfingterotomi endoskopik dan
pemasangan kateter nasobiliaris untuk memasukkan material kontras. 9erapi dilanjutkan
sampai terjadi penghancuran yang adekuat atau telah diberikan pelepasan jumlah
gelombang kejut yang maksimum.
#3, *, 7%
). PT+D , Pe)#taneo#s Tans-epatik +ilia Dainage.
Pengaliran bilier transhepatik biasanya bersifat darurat dan sementara sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau mengurangi ikterus
berat pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan. Pada pasien dengan pipa 9
pada saluran empedu dapat juga dimasukkan koledokoskop dari luar untuk membantu
mengambil batu intrahepatik.
#*,!3%
ADAP&N PEM+EDA/AN(PEM+EDA/AN 0ANG DILAK&KAN 1
A. Kolesistektomi Te%#ka
/arl Legenbach dari <erman telah melakukan kolesistektomi elektif yang pertama
pada tahun !22". Lebih dari satu abad kolesistektomi terbuka dijadikan standar untuk
metode terapi pembedahan pada sistem empedu. /olesistektomi membutuhkan anestesi
umum kemudian dilakukan irisan pada bagian anterior dinding abdomen dengan panjang
irisan !" ) "0 cm.
#!0%
Tek-nik opeasi #nt#k kolesistektomi te%#ka
9idak ada aturan yang kaku tentang jenis insisi yang terbaik. :nsisi digaris tengah,
paramedian kanan, transversal dan insisi subkostal dapat dilakukan, tergantung pada
pilihan ahli bedah. /riteria penting adalah pemaparan yang adekuat untuk diseksi serta
eksplorasi. Pilihannya adalah insisi subkostal kanan #/ocher% sebagai salah satu insisi
yang paling serba guna dalam diseksi kandung empedu dan saluran empedu.
#3,!"%
,ambar insisi untuk pembedahan sistem bilier
9erdapat sedikit perbedaan pendapat tentang pengangkatan kandung empedu
secara antegrad #diseksi dimulai di fundus% atau retrograd #diseksi dimulai di porta%. <ika
anatomi porta tidak dikaburkan oleh peradangan yang parah, maka pilihannya adalah
memulai diseksi pada porta. Dengan traksi pada kandung empedu menggunakan klem
yang dipasang di fundus dan kantung $artman, peritoneum yang menutupi segitiga 6alot
diinsisi dan disisihkan dengan diseksi tumpul. -rteri sistikus diidentifikasi, diligasi ganda
atau diklem ganda, dan lalu dipotong, meninggalkan puntung sekurangnya !sampai "
mm.
3
,ambar langkah-langkah teknik kolesistektomi
Pemotongan arteri mempermudah identifikasi saluran sistikus. emperhatikan
anomali yang sering terjadi adalah penting pada tahapan ini. -nomali yang cukup sering
adalah masuknya saluran sistikus ke saluran hepatik kanan, anomali lain adalah
masuknya saluran hepatik asesorius kanan yang cukup besar ke saluran sistikus. 3angat
penting bah+a struktur saluran yang dipotong sampai anatomi sistem saluran yang tepat
telah diketahui. Persambungan saluran sistikus dengan saluran empedu harus ditunjukkan
secara jelas. <ika kandung empedu mengandung batu kecil atau lumpur, saluran sistikus
diikat dengan jahitan atau klem tunggal pada tempat keluarnya dari kandung empedu,
untuk mencegah batu atau lumpur masuk ke dalam saluran empedu selama diseksi.
enegakkan anatomi pada tahap operasi ini dilakukan dengan kolangiografi operatif.
#3,!"%
2 Kolangiogafi opeatif
/olangiografi operatif dilakukan secara rutin karena dua alasan. Pertama, untuk
mendapatkan peta anatomik di daerah yang sering mengalami anomali. /edua yang sama
pentingnya adalah untuk menyingkirkan batu saluran empedu yang tidak dicurigai,
dengan insidensi setinggi ( sampai !0 persen.
/olangiografi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari sekian banyak
kanula kolangiografik yang dapat digunakan #'erci, Lehman, 6olangiocath, dll%.
Pilihannya adalah kolesistektomi terbuka adalah kanula 'erci bersudut untuk
mempermudah insersi dan fiksasi. :nsisi dibuat disaluran sistikus pada titik yang aman
setelah persambungan sistikus dan saluran empedu #biasanya sekurangnya ",0 cm%. :nsisi
harus cukup besar untuk memasukkan kanula atau kateter, yang dapat diinsersikan jika
empedu terlihat mengalir dari lumen. /anula lalu dipertahankan di tempatnya dengan
hemoklip medium atau klem khusus. aterial kontras untuk kolangiografi adalah
hypaBue "( persen. 3istem operasi yang paling disukai untuk kolangiografi,
menggunakan fluorokolangiografi dengan penguatan citra #image intensifier% serta
monitor televisi . :ni memungkinkan pengisian saluran empedu secara lambat dan
pemaparan multiple sistem saluran saat sedang diisi.
#3,!0%
2 Lapaoskopi Kolesistektomi
/olesistektomi laparoskopi adalah cara yang invasif untuk mengangkat batu
empedu dengan menggunakan teknik laparoskopi. Prosedur menjadi populer pada tahun
!722 dan telah berkembang dengan cepat. :ndikasi untuk operasi adalah batu empedu,
polip simtomatik dan penyulit akibat batu. /ontraindikasinya adalah sepsis abdomen,
gangguan pendarahan, kehamilan dan tidak mampu melihat saluran empedu. 9eknik ini
adalah pera+atan yang singkat dan dapat kembali beraktifitas dengan normal.
Penyulitnya adalah adanya cidera saluran empedu, perdarahan, kebocoran empedu dan
cidera akibat trokar
#3%
,ambar ( Lokasi kanula untuk kolesistektomi laparoskopi.
,ambar 4. Lokasi kanula dan susunan a+al untuk kolesistektomi laparoskopi

,ambar * . /olesistektomi Laparoskopik
/eterangan gambar .
-. 9empat trokar
'. Cundus ditahanDdipegang dan cephalad diretraksi untuk mengeksposDmengenai
kandung empedu proksimal dan ligamentum hepotoduadenale. 3elain itu bagian
posterolateral infundibulum di retraksi untuk dapat mengenai segitiga 6alot
6. 3egi tiga 6alot dibuka dan leher kandungan empedu dan bagian duktus sistikus di
diseksi. /lip dipindahkan pada hubungan antara duktus sistikus dengan kandungan
empedu
D. Pembukaan kecil dibuat didalam duktus sistikus dan kateter kolangiogram di insersi
=. Duktus sistikus dan arteri sistikus dibagi
C. ,ambar intraoperatif yang menunjukkan bagian lateral infundibulum kandungan
empedu, nampak segitiga 6alot yang sudah didiseksi begitu juga dengan arteri
sistikus
E Eksploasi koledok#s3 lapaoskopi eksploasi d#kt#s emped#
;mumnya, batu duktus empedu dideteksi intraoperatif dengan kolangiografi
intraoperatif atau ultrasonografi dan dilakukan dengan cara laparoskopi eksplorasi
koledokus yang merupakan bagian dari tekhnik kolesistetomi laparoskopi. Pasien dengan
batu duktus empedu dideteksi sebelum operasi, biasanya dengan klirens endoskopik.
@amun, kurang berhasil sehingga batu di duktus harus dilakukan dengan
kolesistektomi.
!3
<ika batu pada duktus empedu kecil, mungkin dapat dibilas ke dalam duodenum
dengan mengalirkan saline melalui kateter kolangiografi setelah sfingter 8ddi
direlaksasikan dengan glukagon. <ika irigasi #pengaliran% tidak berhasil, dapat dilakukan
pemasangan kateter balon melalui duktus sistikus dan turun ke duktus empedu.
!3
,ambar 2 laparoskopi eksplorasi duktus empedu. Laparoskopi eksplorasi koledokus.
/eterangan ,ambar .
:. /eranjang transistik dengan menggunakan fluoroskopi
-. /eranjang digunakan sebagai tempat batu dan terbuka
'. 'atu ditempatkan dikeranjang kemudian dipindahkan dari duktus sistikus

::. /oledoskopi transistik dan pemindahan batu
6. /eranjang dile+ati oleh beberapa saluran pada skopik dan batu dapat dilihat
diba+ahnya
D. 'atu entrapped
=. Pernyataan dari koledoskopik
:::. /oledoktomi dan pemindahan batu
C. :nsisi kecil dibuat pada duktus empedu
,. Duktus empedu dibersihkan batunya dengan koledoskopik
$. Pemasangan 9. 9ube dibagi kiri duktus empedu yang berhubungan dengan dinding
abdomen untuk dekompersi empedu
Komplikasi
'eberapa komplikasi dari penyakit kolangitis terutama yang derajat tinggi
#kolangitis supuratif% adalah sebagai berikut1
A. A%ses -ati piogenik
-bses hati piogenik merupakan *(1 dari semua abses hati. -bses ini pada anak
dan de+asa muda terjadi akibat komplikasi apendisitis, dan pada orang tua sebagai
komplikasi penyakit saluran empedu seperti kolangitis. :nfeksi pada saluran empedu
intrahepatik menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangiolitis dengan akibat
abses multiple.
*
+. +akteemia 4 sepsis %aktei gam negatif
#7%

'akteremia adalah terdapatnya bakteri di dalam aliran darah #"(-401%.
/omplikasi bakteremia pada kolangitis dapat terjadi oleh karena etiologi utama penyebab
terjadinya kolangitis adalah infeksi bakteri. Demam merupakan keluhan utama sekitar
!0-!(1.
'. Peitonitis sistem %ilie
/ebocoran empedu dalam ruang peritoneal menyebabkan iritasi dan peritonitis. <ika
empedu terkena infeksi, maka akan menyebabkan peritonitis dan sepsis yang mempunyai
resiko tinggi yang sangat fatal.
D. Ke#sakan d#kt#s emped#
Duktus empedu dapat dengan mudah rusak pada tindakan kolesistektomi atau pada
eksplorasi duktus empedu yang tidak sesuai dengan anatominya. /esalahan yang sangat
fatal adalah tidak mengetahui cara melakukan transeksi atau ligasi pada duktus.
E. Pedaa-an
-rteri hepatik dan arteri sistikus serta vaskularisasi hepar lainnya dapat mengalami
trauma dan perdarahan pada saat melakukan operasi. Perdarahan yang terjadi kadang
susah untuk dikontrol.
D. Kolangitis asendens dan infeksi lain
/olangitis asendens adalah komplikasi yang terjadinya lambat pada pembedahan
sistem bilier yang merupakan anastomosis yang dibentuk antara duktus empedu dan usus
besar bagian asendens. >efluks pada bagian intestinal dapat berlanjut menjadi infeksi
aktif sehingga terjadi stagnan empedu pada sistem duktus yang menyebabkan drainase
tidak adekuat.
/omplikasi lain yang harus diperhatikan pada pembedahan sistem bilier adalah
abses subprenikus. $al ini harus dijaga pada pasien yang mengalami demam beberapa
hari setelah operasi.
/omplikasi yang berhubungan dengan pemakaian kateter pada pasien yang
diterapi dengan perkutaneus atau drainase endoskopik adalah.
E Perdarahan #intra-abdomen atau perkutaneus%
E 3epsis
Pognosis
9ergantung berbagai faktor antara lain .
Pengenalan dan pengo%atan dii
Pada kasus kolangitis dibutuhkan pengobatan antibiotik secara dini dan diikuti
dengan drainase yang tepat serta dekompresi traktus biliaris.
*espon te-adap teapi
3emakin baik respon penderita kolangitis terhadap terapi yang diberikan
#misalnya antibiotik% maka prognosisnya akan semakin baik.
@amun sebaliknya, respon yang jelek akan memperberat penyakit tersebut.
Kondisi Kese-atan Pendeita
3istem pertahanan tubuh penderita merupakan salah satu faktor yang menentukan
prognosis penyakit ini. 'iasanya penderita yang baru pertama kali mengalaminya dan
berespon baik terhadap terapi yang diberikan, prognosisnya akan baik.
7
DA!TA* P&STAKA
!. Debas, 9. $aile, ,astrointestinal 3urgery, Pathophysiology and anagement, p . "02-
"03
". 3abiston 6, Davidm 9e&tbook of 3urgery, 5'. 3auders company, !742, p . !!(4 )
!!4!
3. 6ameron L, <ohn, 9erapi bedah utakhir, =disi 4, 'inarupa -ksaram <akarta, !77*,
hal . 4*4-4*7
4. 3hojamanes, $omayoun, o, 6holangitis, in . http.D+++.emidicine.com* "004, p .
!-!0
(. Luhulima, <5, dr, Prof, -bdomen, -natomi ::, 'agian -ntomi C/;$, akassar,
"00!. hal . "2-"7
4. Piut? >, Pabst >, -tlas -natomi anusia, =disi "0, =,6, <akarta, !77*, hal . !44-
!4(
*. De <ong, 5im, 'uku -jar :lmu 'edah, =,6, <akarta, !77* hal . **4-**2.
2. /aminstein, David, D, 6holangitis, in . http.DD+++.healthato?.com "004, p . !-2
7. <osh, <. -dams, 6holangitus, in http.DD+++.emidiche.com "004, p . !-!!
!0. @orthon -, <effery, 'alinger, >andal >, 6hang =-, et al, 3urgery 'asic 3cience and
6linical =vidence, Part :, @e+ Aork, 3prinset 6omp, "000, p . (42-(*4
!!. Patel -, Lambiase L, Decarli. -, Ca?elF - Pancreas, in . http.DD+++.geogle.com,
"00(. p . ! ) (
!". 'urkitt ,, Guick 6, ,att D. anagement of gallstone disease in essensial surgery,
second edition, @e+ Aork F 6hurchill Livingstone, !774, P . "!(-""0
!3. 'runicardi C, -ndersen D, 'illiar 9, dkk. 6holangitis in 3ch+art? Principles of
3urgery, =ight edition, @e+ Aork F c,ra+-$ill, "000, p . !"03-!"!3

Anda mungkin juga menyukai