Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara menuju
paru - paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam. Sufokasi
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen dan terjadi kematian.1,2

2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu:
1. Smothering (pembekapan)
Smothering merupakan asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas
bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus atau adanya obstruksi atau
sumbatan pada hidung dan mulut. Biasanya dilakukan terhadap korban yang lemah atau
tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak tangan atau memakai benda lain seperti
kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka korban ke kasur dan lain-lain.

Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau
tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang, dapat
juga bunuh diri dengan cara mengikatkan gulungan kain atau bantal menutup muka.1,2,3,4

Tanda-tanda asfiksia pada pembekapan:5


1. Sianosis
Tanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan bibir dimana
terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis mempunyai arti jika keadaan mayat
masih baru (kurang dari 24 jam post mortem).
2. Perdarahan Berbintik (petechial haemorrhages; Tardiu`s Spot)

2
Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar,
seperti pada konjunctiva bulbi, palpebra, dan subserosa lain. Pada kasus yang hebat
perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit, khususnya di daerah wajah. Pelebaran
pembuluh darah konjunctiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase konvulsi.
Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam
vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler
sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-
bintik perdarahan.

3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi
lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi.

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan
aktivitas pernafasan pada fase dispnoe yang disertai sekresi selaput lendir saluran
nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Tanda-tanda asfiksia ini juga disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar
di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pasti bahwa pada
korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.

Cara kematian pada pembekapan:5


1. Kecelakaan (paling sering)
Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya, terutama bayi premature bila hidung dan mulut tertutup oleh
bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak
yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja
orangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut
overlying.
Pada anak-anak dan dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam
suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau

3
dalam kantong plastik. Penggunaan kantung plastik akan merangsang sistem
saraf simpatis, akibatnya terjadi aritmia. Orang dewasa yang terjatuh waktu
bekerja atau pada penderita epilepsy yang mendapat serangan dan terjatuh,
sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan
sebagainya.

2. Bunuh diri (suicide)


Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada
penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu
dengan membenamkan wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal,
pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. Bisa juga dengan
menggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut.

Gambar 1: Pembekapan hidung dan mulut dengan bantal

3. Pembunuhan
Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa
hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat,
orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Pada pembunuhan dengan
pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung dan mulut diplester, bantal
ditekan ke wajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada hidung dan mulut.
Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan
menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking.

2. Wedging

4
Merupakan bentuk asfiksia mekanik dimana wajah, leher, dan thoraks tertekan
karena berada diantar dua struktur benda keras. Pada suatu penelitian
menunjukkan bahwa wedging sering terjadi pada anak-anak usia tiga sampai
enam bulan.3

3. Choking-Gagging
Choking merupakan adanya sumbatan aliran udara yang melewatinya yaitu
sumbatan pada laringofaring. Hal ini kebanyakan terjadi secara tidak sengaja
karena adanya benda asing seperti tulang ikan, koin, kancing, ataupun gigi palsu.
Benda asing, ataupun tumor, dan muntahan ini akan menginduksi terjadinya
spasme laring, sehingga aliran udara akan tersumbat.2,3
Fase terjadinya sumbatan jalan nafas terdiri dari penetrasi benda kejalan nafas,
sumbatan jalan nafas, dan gagalnya mengeluarkan benda yang menyumbat.
Tanda yang dijumpai yaitu tanda-tanda sumbatan jalan nafas atas (stridor, distress
pernafasan, batuk, choking) dan tidak mampu berbicara. Kemudian diikuti
dengan nafas yang panjang menyebabkan objek untuk makin masuk. Terjadilah
laringospasme. Terjadi rangsangan vagal, menyebabkan aritmia dan apnoe,
terjadi kematian.3
Choking sering terjadi secara tidak sengaja pada anak-anak kurang dari satu
tahun. Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 5
tahun. Bunuh diri jarang terjadi kecuali pada pasien gangguan jiwa atau tahanan
dalam penjara. Jika pembunuhan maka akan dijumpai adanya tanda-tanda
perlawanan.3

5
Gambar 2:

A. Benda asing dimulut


B. Benda asing berada
diorofaring

Gagging merupakan bentuk asfiksia sebagai akibat pemaksaan memasukkan kain


kedalam mulut atau penutupan mulut dan hidung dengan kain atau material yang
sama, yang diikatkan kesekeliling kepala. Kain ataupun material tersebut
menyumbat faring. Awalnya, masih bisa bernafas seperti biasa; adanya kumpulan
saliva, peningkatan mucus dengan oedema faring dan mukosa hidung, menyebabkan
sumbatan. Pada orang dewasa sering akibat adanya gigi palsu. Atau juga akibat
adanya bekuan darah dari trauma.6

4. Asfiksia traumatika

Ketika terjadi fiksasi mekanik pada dada dapat menyebabkan kematian,


disebut dengan asfiksia traumatik. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan
dan jarang sekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka
akan tampak tanda - tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan disertai
dengan cedera dada dan fraktur tulang iga.2,3

6
Pemeriksaan Luar3
- Masque ecchymotique yaitu perubahan warna dari biru kemerahan menjadi
biru kehitaman pada wajah dan leher dengan keterlibatan pada thoraks bagian
atas, punggung, dan lengan.
Pemeriksaan Dalam3
Pada pemeriksaan didapatkan mungkin minimal atau tidak ada:
- Mata: Purtschers retinopathy (perdarahan retina)
- Mulut, hidung, telinga: petechiae/ ekimosis pada faring, sublingual, hidung,
dan kanalis auditoris.
- Traktus respiratorius atas: petechiae pada epiglotis, laring, dan trakea, edema
pada laring.
- Tulang: fraktur klavikula/iga; mungkin terdapat fraktur ekstremitas dan
pelvis; jarang terjadi fraktur tulang tengkorak.
- Paru-paru: kontusio/laserasi; hemo-pneumothoraks; kongesti
- Jantung: rupture, kontusio (jarang).
- Abdomen: laserasi hepar/limfa.
- CNS: oedema cerebri; perdarahan intracerebral (jarang).

Gambar 3: traumatik asfiksia

5. Inhalasi gas-gas berbahaya

7
Inhalasi gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida, karbon monoksida, asap
pada gedung yang terbakar, hydrogen sulfida (H2S), methan pada pekerja
mungkin dapat menyebabkan sufokasi. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas
yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal. Karbon monoksida
(CO) merupakan penyebab kematian utama pada keracunan. CO tidak berasa,
tidak berbau, tidak berwarna, dan gas noniritan yang dihasilkan dari adanya
lingkungan yang kurang oksigen pada temperature yang tinggi. Ikatan CO
dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari oksigen, sehingga darah yang
mengangkut oksigen berkurang. Efek hipoksia akan meningkat karena ikatan CO
dengan hemoglobin, meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dan
menggeser kurva disosiasi oksigen kekiri, sehingga menurunkan pelepasan
oksigen ke sel. Penurunan pelepasan ini akan merangsang pernafasan,
meningkatkan pengambilan CO dan menyebabkan respiratori alkalosis, yang
akan menggeser kurva disosiasi oxyhemoglobin kekiri.2,3,5

Pemeriksaan Luar

- Gambaran Cherry red karena CO menyebabkan vasodilatasi.


- Sianosis karena pembendungan pada pembuluh darah yang lebih dalam.

Pemeriksaan Dalam

- Adanya Cherry-pink pada darah dan organ tubuh.


- Dijumpai petechi sampai nekrosis miocard pada jantung.
- Rhabdomyolysis
- Kerusakan neuronal hipoksia

Gambar 4: Keracunan karbon monoksida


Sianida menyebabkan asfiksia dengan berkompetisi dengan sitokrom
oksidase dan enzyme seluler lainnya dimana enzim tersebut dibutuhkan untuk

8
penggunaan oksigen. Dijumpai lebam mayat yang sama merahnya dengan
keracunan karbon monoksida. Ahli patologis sering membuat diagnosis dengan
mengenali bau pada saat autopsy karena bau gas tersebut seperti almond yang
pahit.7

2.3 PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Biasanya
dalam waktu 4 - 5 menit setelah mengalami sufokasi komplit. Pada beberapa kasus
terjadi kematian mendadak.5

2.4 TANDA -TANDA POST MORTEM5

PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH

Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang
digunakan untuk menekan.
Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau
geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung,
lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan.
Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/ permukaan dalam bibir
akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi, dan lidah.

Gambar 5: abrasi kecil pada bibir atas kanan


Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal,
maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tanda-tanda

9
kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam.
Pada pembekapan dengan menggunakan bantal, bila tekanan yang
dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai
lipstick, maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang
berlipstick tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih
dalam, yaitu ke bantalnya sendiri.
Pada asfiksia traumatik mungkin dapat dilihat adanya fraktur pada iga, mata
yang berlinang, bola mata yang menonjol dan konjungtiva kongesti, petechi,
dan lidah akan keluar.
Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut
tidak terlalu besar, kelainannya bisa minimal: yaitu luka lecet atau memar
pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.
Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain
menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus
pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau
memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya
kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya,
atau membuka seluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.
Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban.
Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar
maupun pada pembedahan jenazah. Perlu dilakukan pemerikssan kerokan
bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH

Tetap cairnya darah


o Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas
fibrinolisin. Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan
yang ada di ekstravaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh
darah oleh karena cepatnya proses kematian.
Kongesti

10
o Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan
merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisan
mengeluarkan banyak darah. Otak dan organ-organ abdominal juga
mengalami kongesti.
Edema pulmonum
o Edema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi pada
kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
Perdarahan berbintik (Pethecial haemorrhages)
o Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viscelar paru
terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit
kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis
dan daerah subglotis.
Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran nafas
Dapat juga ditemukan benda asing seperti koin, lumpur, dan sebagainya pada
mulut, kerongkongan, dan trakea.

2.5 ASPEK MEDIKOLEGAL2

Para dokter biasanya dipanggil untuk bersaksi apakah penyebab kematian pada
seseorang merupakan sufokasi atau tidak dan juga apakah sufokasi yang terjadi
merupakan tidak sengaja (accidental), bunuh diri, atau pembunuhan. Adanya benda
asing atau bukti yang lain menunjukkan terjadinya sufokasi pada kebanyakan kasus.
Pada pemeriksaan post mortem sangat diperlukan untuk menunjang apakah penyebab
kematian akibat sufokasi atau tidak. Bunuh diri dengan sufokasi sangat jarang
dilaporkan. Accidental terjadi pada anak-anak ketika mereka menelan benda asing
seperti koin. Atau juga pada orang yang terjebak pada bangunan yang terbakar.
Pembunuhan dengan sufokasi paling sering terjadi. Benda asing seperti pakaian
mungkin secara paksa dimasukkan kedalam mulut. Bantal paling sering digunakan untuk
membunuh anak-anak, orang tua atau wanita.

Metode yang digunakan adalah:

11
(a) Burking: merupakan metode yang diciptakan oleh Burke dan Hare untuk
membunuh korban mereka. Mereka menekan dada korban dan menutup mulut
mereka.
(b) Bans-dola: pada metode ini, dada korban ditekan dengan dua papan kayu.
Fraktur iga ataupun laserasi pada paru-paru mungkin terlihat.

12

Anda mungkin juga menyukai