Anda di halaman 1dari 23

2.

1 DEFINISI
Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara menuju
paru - paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam. Sufokasi
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen dan terjadi kematian.1,2

2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu:
1. Smothering (pembekapan)
Smothering merupakan asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas
bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus atau adanya obstruksi atau
sumbatan pada hidung dan mulut. Biasanya dilakukan terhadap korban yang lemah atau
tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak tangan atau memakai benda lain seperti
kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka korban ke kasur dan lain-lain.

Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau
tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang, dapat
juga bunuh diri dengan cara mengikatkan gulungan kain atau bantal menutup muka.1,2,3,4

Tanda-tanda asfiksia pada pembekapan:5


1. Sianosis
Tanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan bibir dimana
terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis mempunyai arti jika keadaan mayat
masih baru (kurang dari 24 jam post mortem).
2. Perdarahan Berbintik (petechial haemorrhages; Tardiu`s Spot)
Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar,
seperti pada konjunctiva bulbi, palpebra, dan subserosa lain. Pada kasus yang hebat

2
perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit, khususnya di daerah wajah. Pelebaran
pembuluh darah konjunctiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase konvulsi.
Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam
vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler
sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-
bintik perdarahan.

3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi
lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi.

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan
aktivitas pernafasan pada fase dispnoe yang disertai sekresi selaput lendir saluran
nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Tanda-tanda asfiksia ini juga disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar
di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pasti bahwa pada
korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.

Cara kematian pada pembekapan:5


1. Kecelakaan (paling sering)
Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya, terutama bayi premature bila hidung dan mulut tertutup oleh
bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak
yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja
orangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut
overlying.
Pada anak-anak dan dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam
suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau
dalam kantong plastik. Penggunaan kantung plastik akan merangsang sistem
saraf simpatis, akibatnya terjadi aritmia. Orang dewasa yang terjatuh waktu

3
bekerja atau pada penderita epilepsy yang mendapat serangan dan terjatuh,
sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan
sebagainya.

2. Bunuh diri (suicide)


Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada
penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu
dengan “membenamkan” wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal,
pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. Bisa juga dengan
menggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut.

Gambar 1: Pembekapan hidung dan mulut dengan bantal

3. Pembunuhan
Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa
hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat,
orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Pada pembunuhan dengan
pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung dan mulut diplester, bantal
ditekan ke wajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada hidung dan mulut.
Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan
menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking.

2. Wedging
Merupakan bentuk asfiksia mekanik dimana wajah, leher, dan thoraks tertekan
karena berada diantar dua struktur benda keras. Pada suatu penelitian

4
menunjukkan bahwa wedging sering terjadi pada anak-anak usia tiga sampai
enam bulan.3
3. Choking-Gagging
Choking merupakan adanya sumbatan aliran udara yang melewatinya yaitu
sumbatan pada laringofaring. Hal ini kebanyakan terjadi secara tidak sengaja
karena adanya benda asing seperti tulang ikan, koin, kancing, ataupun gigi palsu.
Benda asing, ataupun tumor, dan muntahan ini akan menginduksi terjadinya
spasme laring, sehingga aliran udara akan tersumbat.2,3
Fase terjadinya sumbatan jalan nafas terdiri dari penetrasi benda kejalan nafas,
sumbatan jalan nafas, dan gagalnya mengeluarkan benda yang menyumbat.
Tanda yang dijumpai yaitu tanda-tanda sumbatan jalan nafas atas (stridor, distress
pernafasan, batuk, choking) dan tidak mampu berbicara. Kemudian diikuti
dengan nafas yang panjang menyebabkan objek untuk makin masuk. Terjadilah
laringospasme. Terjadi rangsangan vagal, menyebabkan aritmia dan apnoe,
terjadi kematian.3
Choking sering terjadi secara tidak sengaja pada anak-anak kurang dari satu
tahun. Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 5
tahun. Bunuh diri jarang terjadi kecuali pada pasien gangguan jiwa atau tahanan
dalam penjara. Jika pembunuhan maka akan dijumpai adanya tanda-tanda
perlawanan.3

5
Gambar 2:

A. Benda asing dimulut


B. Benda asing berada
diorofaring

Gagging merupakan bentuk asfiksia sebagai akibat pemaksaan memasukkan kain


kedalam mulut atau penutupan mulut dan hidung dengan kain atau material yang
sama, yang diikatkan kesekeliling kepala. Kain ataupun material tersebut
menyumbat faring. Awalnya, masih bisa bernafas seperti biasa; adanya kumpulan
saliva, peningkatan mucus dengan oedema faring dan mukosa hidung, menyebabkan
sumbatan. Pada orang dewasa sering akibat adanya gigi palsu. Atau juga akibat
adanya bekuan darah dari trauma.6
4. Asfiksia traumatika

Ketika terjadi fiksasi mekanik pada dada dapat menyebabkan kematian,


disebut dengan asfiksia traumatik. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan
dan jarang sekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka
akan tampak tanda - tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan disertai
dengan cedera dada dan fraktur tulang iga.2,3

Pemeriksaan Luar3

6
- Masque ecchymotique yaitu perubahan warna dari biru kemerahan menjadi
biru kehitaman pada wajah dan leher dengan keterlibatan pada thoraks bagian
atas, punggung, dan lengan.
Pemeriksaan Dalam3
Pada pemeriksaan didapatkan mungkin minimal atau tidak ada:
- Mata: Purtscher’s retinopathy (perdarahan retina)
- Mulut, hidung, telinga: petechiae/ ekimosis pada faring, sublingual, hidung,
dan kanalis auditoris.
- Traktus respiratorius atas: petechiae pada epiglotis, laring, dan trakea, edema
pada laring.
- Tulang: fraktur klavikula/iga; mungkin terdapat fraktur ekstremitas dan
pelvis; jarang terjadi fraktur tulang tengkorak.
- Paru-paru: kontusio/laserasi; hemo-pneumothoraks; kongesti
- Jantung: rupture, kontusio (jarang).
- Abdomen: laserasi hepar/limfa.
- CNS: oedema cerebri; perdarahan intracerebral (jarang).

Gambar 3: traumatik asfiksia

5. Inhalasi gas-gas berbahaya

Inhalasi gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida, karbon monoksida, asap


pada gedung yang terbakar, hydrogen sulfida (H2S), methan pada pekerja

7
mungkin dapat menyebabkan sufokasi. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas
yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal. Karbon monoksida
(CO) merupakan penyebab kematian utama pada keracunan. CO tidak berasa,
tidak berbau, tidak berwarna, dan gas noniritan yang dihasilkan dari adanya
lingkungan yang kurang oksigen pada temperature yang tinggi. Ikatan CO
dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari oksigen, sehingga darah yang
mengangkut oksigen berkurang. Efek hipoksia akan meningkat karena ikatan CO
dengan hemoglobin, meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dan
menggeser kurva disosiasi oksigen kekiri, sehingga menurunkan pelepasan
oksigen ke sel. Penurunan pelepasan ini akan merangsang pernafasan,
meningkatkan pengambilan CO dan menyebabkan respiratori alkalosis, yang
akan menggeser kurva disosiasi oxyhemoglobin kekiri.2,3,5

Pemeriksaan Luar

- Gambaran “Cherry red” karena CO menyebabkan vasodilatasi.


- Sianosis karena pembendungan pada pembuluh darah yang lebih dalam.

Pemeriksaan Dalam

- Adanya ”Cherry-pink” pada darah dan organ tubuh.


- Dijumpai petechi sampai nekrosis miocard pada jantung.
- Rhabdomyolysis
- Kerusakan neuronal hipoksia

Gambar 4: Keracunan karbon monoksida


Sianida menyebabkan asfiksia dengan berkompetisi dengan sitokrom
oksidase dan enzyme seluler lainnya dimana enzim tersebut dibutuhkan untuk
penggunaan oksigen. Dijumpai lebam mayat yang sama merahnya dengan
keracunan karbon monoksida. Ahli patologis sering membuat diagnosis dengan

8
mengenali bau pada saat autopsy karena bau gas tersebut seperti almond yang
pahit.7

2.3 PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Biasanya
dalam waktu 4 - 5 menit setelah mengalami sufokasi komplit. Pada beberapa kasus
terjadi kematian mendadak.5

2.4 TANDA -TANDA POST MORTEM5

PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH

Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang
digunakan untuk menekan.
Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau
geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung,
lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan.
Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/ permukaan dalam bibir
akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi, dan lidah.

Gambar 5: abrasi kecil pada bibir atas kanan


Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal,
maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam.
Pada pembekapan dengan menggunakan bantal, bila tekanan yang
dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai
lipstick, maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang

9
berlipstick tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih
dalam, yaitu ke bantalnya sendiri.
Pada asfiksia traumatik mungkin dapat dilihat adanya fraktur pada iga, mata
yang berlinang, bola mata yang menonjol dan konjungtiva kongesti, petechi,
dan lidah akan keluar.
Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut
tidak terlalu besar, kelainannya bisa minimal: yaitu luka lecet atau memar
pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.
Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain
menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus
pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau
memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya
kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya,
atau membuka seluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.
Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban.
Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar
maupun pada pembedahan jenazah. Perlu dilakukan pemerikssan kerokan
bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH

Tetap cairnya darah


o Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas
fibrinolisin. Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan
yang ada di ekstravaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh
darah oleh karena cepatnya proses kematian.
Kongesti
o Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan
merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisan
mengeluarkan banyak darah. Otak dan organ-organ abdominal juga
mengalami kongesti.
Edema pulmonum

10
o Edema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi pada
kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
Perdarahan berbintik (Pethecial haemorrhages)
o Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viscelar paru
terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit
kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis
dan daerah subglotis.
Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran nafas
Dapat juga ditemukan benda asing seperti koin, lumpur, dan sebagainya pada
mulut, kerongkongan, dan trakea.

2.5 ASPEK MEDIKOLEGAL2

Para dokter biasanya dipanggil untuk bersaksi apakah penyebab kematian pada
seseorang merupakan sufokasi atau tidak dan juga apakah sufokasi yang terjadi
merupakan tidak sengaja (accidental), bunuh diri, atau pembunuhan. Adanya benda
asing atau bukti yang lain menunjukkan terjadinya sufokasi pada kebanyakan kasus.
Pada pemeriksaan post mortem sangat diperlukan untuk menunjang apakah penyebab
kematian akibat sufokasi atau tidak. Bunuh diri dengan sufokasi sangat jarang
dilaporkan. Accidental terjadi pada anak-anak ketika mereka menelan benda asing
seperti koin. Atau juga pada orang yang terjebak pada bangunan yang terbakar.
Pembunuhan dengan sufokasi paling sering terjadi. Benda asing seperti pakaian
mungkin secara paksa dimasukkan kedalam mulut. Bantal paling sering digunakan untuk
membunuh anak-anak, orang tua atau wanita.

Metode yang digunakan adalah:

(a) Burking: merupakan metode yang diciptakan oleh Burke dan Hare untuk
membunuh korban mereka. Mereka menekan dada korban dan menutup mulut
mereka.
(b) Bans-dola: pada metode ini, dada korban ditekan dengan dua papan kayu.
Fraktur iga ataupun laserasi pada paru-paru mungkin terlihat.

11
Definisi

Kematian bayi mendadak yang tak terduga (SUID), juga dikenal sebagai kematian
mendadak yang tak terduga pada masa bayi (SUDI), adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kematian mendadak dan tak terduga, baik yang dijelaskan atau tidak dijelaskan
(termasuk sindrom kematian bayi mendadak [SIDS] dan kematian yang tidak jelas), terjadi
selama masa bayi. Setelah penyelidikan kasus, SUID dapat dikaitkan dengan penyebab kematian
seperti mati lemas, asfiksia, jebakan, infeksi, konsumsi, penyakit metabolisme, dan trauma (tidak
disengaja atau tidak disengaja). SIDS adalah subkategori SUID dan penyebab kematian bayi
yang tidak dapat dijelaskan setelah investigasi kasus menyeluruh termasuk otopsi, investigasi di
tempat kejadian, dan tinjauan riwayat klinis.

Definisi Istilah

 Pengasuh: Di seluruh dokumen, "orang tua" digunakan, tetapi istilah ini dimaksudkan
untuk menunjukkan setiap pengasuh bayi.
 Berbagi tempat tidur: Orang tua dan bayi tidur bersama di permukaan apa pun (tempat
tidur, sofa, kursi).
 Cosleeping: Istilah ini umum digunakan, tetapi gugus tugas menganggapnya
membingungkan dan tidak digunakan dalam hal ini
 dokumen. Ketika digunakan, penulis perlu memperjelas apakah mereka merujuk pada
tidur dekat kedekatan (yang tidak selalu berarti berbagi tempat tidur) atau berbagi
tempat tidur.

12
 Berbagi kamar: Orang tua dan bayi tidur di kamar yang sama di permukaan terpisah.
 Kematian bayi terkait tidur: SUID yang terjadi selama periode tidur yang diamati atau
tidak diamati.
 Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS): Penyebab yang ditetapkan untuk kematian
bayi yang tidak dapat dijelaskan setelahnya investigasi kasus menyeluruh termasuk
investigasi adegan, otopsi, dan tinjauan klinis.

Epidemiologi

Kematian bayi mendadak yang tak terduga (SUID), atau kematian mendadak yang tak
terduga saat masih bayi (SUDI): kematian yang tak terduga, apakah dijelaskan atau tidak
dijelaskan (termasuk SIDS), terjadi selama masa bayi. Terjadi selama periode tidur yang tidak
teramati (yaitu, kematian bayi yang berhubungan dengan tidur), seperti mati lemas yang tidak
disengaja, menantang, tidak dapat ditentukan dengan otopsi saja, dan mungkin tetap tidak
terselesaikan setelah penyelidikan kasus lengkap. Beberapa kematian yang didiagnosis sebagai
SIDS ditemukan, dengan penyelidikan khusus lebih lanjut, untuk dikaitkan dengan gangguan
metabolisme atau aritmia terkait saluranopati jantung.Meskipun pedoman standar untuk
melakukan investigasi kasus menyeluruh telah dikembangkan (pedoman ini belum diadopsi
secara seragam di seluruh > 2.000 pemeriksa medis AS dan yurisdiksi koroner. Informasi dari
responden darurat, penyelidik adegan, dan wawancara pengasuh dapat memberikan bukti
tambahan untuk membantu pemberi sertifikat kematian (yaitu, pemeriksa medis dan koroner)
dalam menentukan secara akurat penyebab kematian. Namun, pemberi sertifikat kematian
mewakili kelompok yang beragam dengan berbagai tingkat keterampilan dan pendidikan. Selain
itu, ada preferensi diagnostik. Baru-baru ini, banyak perhatian telah difokuskan pada pelaporan
perbedaan di antara pemberi sertifikat kematian. Pada satu ekstrem, beberapa pemberi sertifikat
telah meninggalkan penggunaan SIDS sebagai penjelasan penyebab kematian. Pada ekstrem
yang lain, beberapa pemberi sertifikasi tidak akan mengklasifikasikan kematian sebagai mati
lemas tanpa adanya penanda patologis asfiksia saat otopsi (yaitu, temuan patologis diagnostik
oklusi oronasal atau kompresi dada), bahkan dengan bukti kuat dari investigasi adegan
menunjukkan kemungkinan mati lemas yang tidak disengaja.

13
Untuk memantau SIDS dan SUID lainnya secara nasional, Amerika Serikat
mengklasifikasikan penyakit dan cedera menurut kode diagnostik Klasifikasi Statistik
Internasional Penyakit (ICD). Di Amerika Serikat, Pusat Statistik Kesehatan Nasional
memberikan kode diagnostik SIDS (Klasifikasi Internasional of Diseases, Revisi ke-10 [ICD-10]
R95) jika kematian diklasifikasikan dengan terminologi seperti SIDS (termasuk yang diduga,
kemungkinan, atau konsisten dengan SIDS), kematian bayi mendadak, kematian bayi yang tiba-
tiba yang tidak dapat dijelaskan, kematian bayi mendadak yang tak terduga, SUID , atau SUDI
pada sertifikat kematian bersertifikat.8,9 Kematian akan dikodekan "penyebab kematian tidak
jelas dan tidak spesifik lainnya" (ICD-10 R99) jika penyebab kematian dilaporkan sebagai tidak
diketahui atau tidak ditentukan.

Kematian diberi kode “mati lemas tidak disengaja dan pencekikan di tempat tidur
”(ICD-10 W75) ketika istilah asfiksia, asfiksia, asfiksasi, dicekik, dicekik, dicekik, tercekik, atau
mati lemas dilaporkan, bersama dengan istilah bed atau buaian. Kode ini juga termasuk kematian
saat tidur di sofa dan kursi. rekomendasi posisi tidur nonprone pertama, dan penurunan ini
konsisten dengan peningkatan yang stabil dalam prevalensi tidur terlentang (Gambar 1) .12
Tingkat US SIDS menurun dari 120 kematian per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 1992
menjadi 56 kematian per 100 000 hidup kelahiran pada tahun 2001, mewakili pengurangan 53%
selama 10 tahun. Dari tahun 2001 hingga 2008, angka tersebut tetap konstan (Gambar 1) dan
kemudian menurun dari 54 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 40 pada tahun
2013 (tahun terakhir dimana data tersedia). Pada 2013, 1561 bayi meninggal karena SIDS.13
Meskipun tingkat SIDS telah menurun> 50% sejak awal 1990-an, SIDS tetap menjadi penyebab
utama kematian postneonatal (28 hari hingga 1 tahun).

Angka kematian pasca-melahirkan semua penyebab mengikuti tren yang mirip dengan
tingkat SIDS dan SUID, dengan penurunan 26% dari tahun 1992 hingga 2001 (dari 314 menjadi
231 per 100.000 kelahiran hidup). Dari 2001 hingga 2009, mortalitas pascakelahiran. angka ini
juga tetap tidak berubah (dari 231 menjadi 222 per 100.000 kelahiran hidup), dan kemudian
telah menurun setiap tahun sejak 2009 menjadi tingkat 193 per 100.000 kelahiran hidup pada
2013.14 Beberapa penelitian telah mengamati bahwa beberapa kematian sebelumnya
diklasifikasikan sebagai SIDS (ICD-10 R95) sekarang sedang diklasifikasikan sebagai penyebab
lain kematian bayi yang berhubungan dengan tidur (misalnya, mati lemas dan tercekik di bed
atau sebab-sebab lain yang tidak jelas atau tidak spesifik dan bahwa setidaknya beberapa

14
penurunan dalam tingkat SIDS dapat dijelaskan dengan meningkatkan tingkat penyebab-
penyebab lain yang ditugaskan untuk memperhitungkan variasi dalam klasifikasi pemberi
sertifikat kematian dan untuk lebih konsisten melacak SIDS dan kematian bayi terkait tidur
lainnya, Pusat Statistik Kesehatan Nasional telah menciptakan kategori penyebab kematian
khusus SUID.

SUID di Amerika Serikat. Mirip dengan tingkat SIDS, tingkat SUID juga menurun pada
akhir 2000-an, dari 99 per 100.000 kelahiran hidup pada 2009 menjadi 87 pada 2013. Disparitas
Rasial dan Etnis SIDS dan tingkat kematian SUID, seperti penyebab lain kematian bayi,
memiliki perbedaan ras dan etnis yang menonjol dan persisten.14 Meskipun penurunan SIDS
dan SUID di semua ras dan etnis, tingkat SUID di antara orang kulit hitam non-Hispanik (172
per 100.000) kelahiran hidup) dan bayi Indian Amerika / Alaska Asli (191 per 100.000 kelahiran
hidup) bayi lebih dari dua kali lipat, bahwa bayi kulit putih non-hispanik (84 per 100.000
kelahiran hidup) pada tahun 2010–2013. Tingkat SIDS untuk bayi di Asia / Kepulauan Pasifik
dan Hispanik jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi kulit putih non-Hispanik. Selain itu,
perbedaan ras dan etnis yang serupa terlihat dengan kematian yang dikaitkan dengan ASSB dan
kematian yang tidak jelas atau tidak spesifik. Perbedaan dalam prevalensi posisi telentang dan
kondisi lingkungan tidur lainnya antara populasi ras dan etnis dapat berkontribusi terhadap
perbedaan ini. Prevalensi penentuan posisi telentang pada tahun 2010 data dari Studi Posisi
Tidur Bayi Nasional pada bayi kulit putih adalah 75%, dibandingkan dengan 53% Masing-
masing, 73%, dan 80% di antara bayi berkulit hitam, Hispanik, dan Asia. Sistem Pemantauan
Penilaian Risiko Kehamilan juga memantau prevalensi posisi tidur bayi.

Di beberapa Negara, Pada tahun 2011, 78% ibu melaporkan bahwa mereka paling sering
meletakkan bayi di atas punggung mereka untuk tidur (26 negara melaporkan dan tahun terakhir
tersedia), dengan 80,3% ibu kulit putih dan 54% ibu kulit hitam melaporkan penempatan
terlentang. Berbagi tempat tidur orang tua20–22 dan penggunaan ranjang empuk juga lebih
umum di kalangan keluarga kulit hitam daripada di antara kelompok ras / etnis lainnya. 23-25
Usia saat Meninggal Sembilan puluh persen dari kasus SIDS terjadi sebelum bayi mencapai usia
6 bulan. SIDS memuncak antara usia 1 dan 4 bulan. Meskipun SIDS pernah dianggap sebagai
peristiwa langka selama bulan pertama setelah kelahiran, pada tahun 2004–2006, hampir 10%
kasus yang diberi kode SIDS terjadi selama periode ini. SIDS jarang terjadi setelah usia 8
bulan.16 Distribusi usia yang serupa terlihat untuk ASSB.

15
Patofisiologi
Konvergensi pemicu eksogen atau "pemicu stres" (misalnya Posisi tidur yang rawan,
overbundling, obstruksi jalan napas), periode kritis perkembangan, dan disfungsional atau sistem
kardiorespirasi atau gairah yang belum matang (kerentanan intrinsik) yang mengarah pada
kegagalan respons protektil. Konvergensi faktor-faktor ini pada akhirnya dapat menghasilkan
kombinasi asfiksia progresif, bradikardia, hipotensi, asidosis metabolik, dan megap-megap tidak
efektif, yang mengarah ke kematian. Dengan demikian, kematian dapat terjadi sebagai akibat
dari interaksi antara bayi yang rentan dan lingkungan tidur yang berpotensi asfiksasi atau terlalu
panas. Mekanisme bertanggung jawabuntuk kerentanan intrinsik (yaitu, respons kardiorespirasi
atau gairah yang disfungsional) masih belum jelas tetapi mungkin hasil dari kondisi lingkungan
dalam rahim dan / atau pembangunan yang ditentukan secara genetic atau menunda pematangan.

Bayi yang meninggal karena SIDS lebih mungkin telah dilahirkan premature atau
pertumbuhan terbatas, yang menunjukkan lingkungan intrauterin suboptimal. Kerugian lain pada
kondisi lingkungan rahim termasuk paparan nikotin atau komponen lain dari asap rokok dan
alkohol.

Studi terbaru telah mengeksplorasi bagaimana paparan pralahir terhadap asap rokok
dapat mengakibatkan peningkatan risiko SIDS. Dalam model hewan, paparan asap rokok atau
nikotin selama perkembangan janin mengubah ekspresi reseptor nikotinik asetilkolin di daerah
batang otak yang penting untuk fungsi otonom dan mengubah jumlah reseptor orexin pada anak
babi, mengurangi jumlah neuron serotonergik (5-hydroxytryptamine [5-HT]) meduler dalam
raphe obscurus pada tikus, meningkatkan pergantian 5-HT dan 5-HT pada monyet Rhesus, 33
mengubah rangsangan saraf neuron dari neuron dalam nukleus trus solitaries (daerah batang otak
yang penting untuk integrasi sensorik) pada marmot dan mengubah aktivitas otonom janin.

Pada bayi, ada hubungan kuat antara reseptor nikotinik asetilkolin dan reseptor
serotonergik (5-HT) di batang otak selama perkembangan dan ada bukti penting baru-baru ini
tentang perubahan epigenetik dalam plasenta bayi dengan paparan asap tembakau prenatal.
Pajanan prenatal terhadap asap tembakau melemahkan pemulihan dari hipoksia pada bayi
prematur, menurunkan variabilitas denyut jantung pada bayi prematur dan preterm, dan
menghapuskan hubungan normal antara denyut jantung dan usia kehamilan saat lahir. Selain itu,
bayi dari ibu yang merokok menunjukkan gangguan pola rangsangan terhadap stimulasi

16
trigeminal sebanding dengan konsentrasi cotinine urin, paparan asap tembakau prenatal
mengubah pemrograman normal refleks kardiovaskular, sehingga peningkatan tekanan darah
dan denyut jantung sebagai respons terhadap pernapasan. 4% karbon dioksida atau kemiringan
60° lebih besar dari yang diharapkan. Perubahan fungsi otonom, gairah, dan kardiovaskular ini
refleks semuanya dapat meningkatkan kerentanan bayi terhadap SIDS.

Kemungkinan signifikan secara patofisiologis, adalah kelainan neurotransmisi


serotonergik dalam batang otak kaudal. Kelainan batang otak yang melibatkan sistem 5-HT
hingga 70% bayi yang meninggal karena SIDS kini telah dikonfirmasi di beberapa set data
independen dan laboratorium 0,29 Ini termasuk penurunan 5-hydroxytryptamine Pengikatan
reseptor 1A (5-HT1A), relatif menurun mengikat transporter 5-HT, peningkatan jumlah neuron
5-HT yang belum matang, dan penurunan level jaringan 5-HT dan enzim pembatas laju untuk
sintesis 5-HT, tryptophan hydroxylase. Selain itu, adatidak ada bukti degradasi serotonin
berlebihan sebagaimana dinilai oleh kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (metabolit utama
serotonin) atau rasio 5-hydroxyindoleacetic asam menjadi serotonin. Daerah ini batang otak
memainkan peran penting dalam mengoordinasikan banyak fungsi pernapasan, gairah, dan
otonom, dan ketika disfungsional, dapat mencegah respons perlindungan normal terhadap stresor
yang biasanya terjadi selama tidur. Yang penting, temuan ini tidak terbatas pada nukleus yang
mengandung neuron 5-HT tetapi juga mencakup situs proyeksi yang relevan. Kelainan lain di
situs proyeksi batang otak telah dijelaskan juga. Misalnya, kelainan Phox2B yang imun-reaktif
neuron telah dilaporkan dalam nukleus retrotrapezoid manusia yang homolog, sebuah wilayah
batang otak yang menerima 5-HT penting proyeksi dan sangat penting untuk chemoreception
karbon dioksida dan terlibat dalam sindrom hipoventilasi sentral bawaan manusia.

Batang otak memiliki hubungan timbal balik yang penting dengan sistem limbik yang
terdiri dari komponen kortikal dan subkortikal, termasuk korteks limbik, hipotalamus, amigdala,
dan hippocampus. Area-area otak ini penting dalam pengaturan fungsi otonom, terutama sebagai
respons terhadap rangsangan emosional. Dengan demikian, batang otak dan sistem limbik
merupakan jaringan kunci dalam mengendalikan banyak aspek fungsi otonom. Baru-baru ini,
kelainan pada dentate gyrus (komponen hippocampus) diamati pada 41% dari 153 bayi yang
meninggal secara tak terduga tanpa penyebab yang jelas dan 43% dari subset kematian
diklasifikasikan sebagai SIDS. Temuan ini menunjukkan bahwa disfungsi daerah otak lain yang
saling berhubungan dengan batang otak dapat berpartisipasi dalam patogenesis SIDS. Bilaminasi

17
dentin gyrus juga ditemukan pada beberapa kasus temporal epilepsi lobus. Potensi masa depan
garis investigasi adalah mungkin terkait dengan ketidakstabilan homeostatik terkait-batang otak
antara SIDS dan kematian mendadak yang tak terduga pada epilepsi dan kejang demam.

Ada hubungan yang signifikan antara kelainan pengikatan reseptor 5-HT1A batang otak
dan faktor risiko SIDS tertentu, termasuk merokok tembakau. Data ini mengkonfirmasi hasil
dari penelitian sebelumnya pada manusia29,53 dan juga konsisten dengan penelitian pada anak
babi yang mengungkapkan bahwa paparan nikotin pasca-kelahiran menurun. medoreary 5-HT1A
immunoreactivity reseptor.56 Serotonergik neuron terletak di rapula meduler dan
paragigantocellularis lateralis yang berdekatan memainkan peran penting dalam banyak fungsi
otonom, termasuk control respirasi, tekanan darah, denyut jantung, termoregulasi, tidur dan
gairah, dan paten saluran napas bagian atas. Tikus rekayasa dengan penurunan jumlah neuron 5-
HT dan tikus atau babi dengan penurunan aktivitas sekunder stimulasi autoreceptor 5-HT1A
menunjukkan berkurangnya respons ventilator terhadap karbon dioksida, produksi panas yang
disfungsional dan mekanisme kehilangan panas, dan arsitektur tidur yang diubah. Termoregulasi
yang menyimpang dalam model ini memberikan bukti untuk substrat biologis untuk risiko SIDS
yang terkait dengan lingkungan yang berpotensi panas berlebih.

Selain itu, dengan pengurangan konstitutif dalam neuron penghasil 5-HT (PET1
knockout) atau tikus tikus di mana sebagian besar neuron 5-HT meduler telah dihancurkan
dengan neurotoksin yang diterapkan secara lokal memiliki penurunan kemampuan untuk
menyadarkan kembali secara otomatis di respons terhadap asfiksia.58,59 Selain itu, defisiensi
neuron 5-HT yang disebabkan oleh injeksi langsung neurotoksin 5-HT-selektif telah merusak
gairah sebagai respons terhadap hipoksia.

REKOMENDASI UNTUK MENGURANGI RISIKO SIDS DAN KEMATIAN BAYI INFAN


TERKAIT DENGAN TIDUR LAINNYA

Rekomendasi yang diuraikan di sini dikembangkan untuk mengurangi risiko SIDS dan
tidur mati lemas terkait, asfiksia, dan jebakan di antara bayi dalam populasi umum. Seperti yang
didefinisikan oleh ahli epidemiologi, risiko mengacu pada

18
probabilitas bahwa suatu hasil akan terjadi mengingat adanya faktor tertentu atau serangkaian
faktor. Meski semua rekomendasi dimaksudkan untuk semua yang merawat bayi, beberapa
rekomendasi juga diarahkan kepada para pembuat kebijakan kesehatan, peneliti, dan profesional
yang merawat atau bekerja atas nama bayi. Selain itu, karena perilaku tertentu, seperti merokok,
dapat meningkatkan risiko bagi bayi, beberapa rekomendasi ditujukan kepada wanita yang
sedang hamil atau mungkin hamil dalam waktu dekat.

Rekomendasi tersebut, bersama dengan kekuatan dari rekomendasi tersebut, dirangkum


dalam pernyataan kebijakan yang menyertainya. Perlu dicatat bahwa tidak ada uji coba
terkontrol secara acak berkaitan dengan SIDS dan kematian terkait tidur lainnya; sebaliknya,
studi kasus-kontrol adalah standar.

Rekomendasi tersebut didasarkan pada studi epidemiologi yang mencakup bayi hingga usia 1
tahun. Oleh karena itu, rekomendasi untuk posisi tidur dan lingkungan tidur, kecuali ditentukan
lain, untuk tahun pertama setelah lahir. Rekomendasi berbasis bukti yang mengikuti diberikan
untuk membimbing praktisi perawatan kesehatan dalam percakapan dengan orang tua dan orang
lain yang merawat bayi. Praktisi perawatan kesehatan didorong untuk melakukan percakapan
terbuka dan tidak menghakimi dengan keluarga tentang praktik tidur mereka. Kondisi medis
individu dapat menjamin bahwa penyedia layanan kesehatan membuat rekomendasi yang
berbeda setelah menimbang risiko dan manfaat relatif.

POSISI TIDUR BAYI

Untuk mengurangi risiko SIDS, bayi harus ditempatkan pada posisi tidur terlentang
(sepenuhnya di belakang) untuk setiap periode tidur oleh setiap pengasuh sampai usia 1 tahun.
Tidur miring tidak aman dan tidak disarankan. Posisi tidur tengkurap atau samping dapat
meningkatkan risiko rebreathing gas yang kadaluwarsa, menghasilkan hiperkapnia dan hipoksia.
Posisi tengkurap juga meningkatkan risiko terlalu panas dengan mengurangi tingkat kehilangan
panas dan meningkatkan suhu tubuh lebih dari posisi terlentang. Bukti menunjukkan bahwa tidur
yang rawan mengubah kontrol otonom sistem kardiovaskular bayi selama tidur, terutama pada
usia 2 hingga 3 bulan dan dapat mengakibatkan penurunan oksigenasi otak. Posisi tengkurap
menempatkan bayi pada risiko tinggi SIDS. Dalam 1 penelitian AS, risiko SIDS yang terkait
dengan posisi samping sama besarnya. untuk yang terkait dengan posisi tengkurap dan risiko
yang disebabkan oleh populasi yang lebih tinggi telah dilaporkan untuk posisi tidur samping

19
daripada untuk posisi tengkurap. Selanjutnya, risiko SIDS sangat tinggi untuk bayi yang
ditempatkan di samping dan ditemukan di perut. Posisi tidur samping secara inheren tidak stabil,
dan kemungkinan bayi menggelinding ke posisi tengkurap dari posisi tidur samping adalah
secara signifikan lebih besar daripada rawan berguling dari belakang. Bayi yang tidak terbiasa
dengan posisi tengkurap dan yang cenderung tidur juga berisiko lebih besar daripada yang
biasanya ditempatkan rentan Oleh karena itu sangat penting bahwa setiap pengasuh
menggunakan posisi tidur terlentang untuk setiap periode tidur.

Prevalensi posisi terlentang tetap stagnan selama dekade terakhir. Salah satu alasan yang
sering dikutip oleh orang tua untuk tidak menggunakan posisi tidur terlentang adalah persepsi
bahwa bayi tidak nyaman atau tidak tidur nyenyak. Namun, bayi yang terbangun sering normal
dan seharusnya tidak dianggap sebagai orang yang kurang tidur. Studi fisiologis menunjukkan
bahwa bayi lebih kecil kemungkinannya untuk bangun ketika mereka tidur dalam posisi
tengkurap. Kemampuan untuk bangkit dari tidur adalah respons fisiologis pelindung yang
penting terhadap stresor selama tidur, dan kemampuan bayi untuk tidur untuk bertahan lama.
periode mungkin tidak menguntungkan secara fisiologis.

Posisi tidur terlentang tidak meningkatkan risiko tersedak dan aspirasi pada bayi, bahkan
pada mereka dengan refluks gastroesofageal. Orang tua dan pengasuh terus khawatir bahwa bayi
akan tersedak atau bernafas saat bersalin. Orang tua sering salah mengartikan batuk atau
tersedak, yang merupakan bukti refleks gag perlindungan yang normal, untuk tersedak atau
aspirasi. Berbagai penelitian di berbagai negara belum menunjukkan peningkatan insiden
aspirasi sejak perubahan untuk tidur terlentang. Orang tua dan pengasuh sering khawatir tentang
aspirasi ketika bayi telah didiagnosis dengan gastroesophageal reflux.

risiko kematian akibat GERD [gastroesophageal reflux disease] mungkin lebih besar
daripada risiko SIDS. Contoh-contoh dari gangguan jalan nafas atas adalah mereka yang
mekanisme perlindungan jalan nafasnya terganggu, termasuk bayi dengan kelainan anatomi,
seperti tipe 3 atau 4 celah laring, yang memiliki tidak menjalani operasi antireflux. Tidak ada
bukti bahwa bayi yang menerima pemberian nasogastrik atau orogastrik berisiko lebih tinggi
terhadap aspirasi jika ditempatkan pada posisi terlentang. Tinggikan kepala boks bayi saat bayi it
terlentang tidak efektif dalam mengurangi gastroesophageal. selain itu, meninggikan kepala boks

20
bayi dapat menyebabkan bayi meluncur untuk kaki boks ke posisi yang dapat membahayakan
pernapasan dan karena itu tidak dianjurkan.

Bayi prematur harus ditempatkan terlentang sesegera mungkin. Bayi yang lahir prematur
memiliki peningkatan risiko dan hubungan antara posisi tengkurap dan SIDS di antara bayi berat
lahir rendah dan bayi prematur adalah sama dengan, atau mungkin bahkan lebih kuat dari,
hubungan di antara mereka yang lahir dengan istilah. Oleh karena itu, bayi prematur harus
ditempatkan terlentang untuk tidur segera setelah status klinis telah stabil. bayi prematur harus
ditempatkan terlentang untuk tidur, seperti halnya bayi cukup bulan, dan orang tua bayi prematur
harus diberitahukan tentang pentingnya tidur terlentang dalam mencegah SIDS. Bayi prematur
yang dirawat di rumah sakit harus dijaga tetap dalam kondisi dominan posisi terlentang,
setidaknya dari usia postmenstrual 32 minggu ke depan, sehingga mereka menjadi terbiasa tidur
terlentang sebelum pulang. Selanjutnya, gugus tugas percaya bahwa neonatologis, perawat
neonatal, dan penyedia layanan kesehatan lainnya yang bertanggung jawab untuk mengatur
keluarnya rumah sakit. bayi dari NICU harus waspada tentang mendukung rekomendasi
pengurangan risiko SIDS sejak lahir. Mereka harus memodelkan rekomendasi begitu bayi stabil
secara medis dan secara signifikan sebelum bayi diantisipasi keluar dari rumah sakit. Selain itu,
NICU didorong untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan untuk memastikan bahwa
tidur terlentang dan praktik tidur aman lainnya dimodelkan untuk orang tua sebelum dikeluarkan
dari rumah sakit.

PERMUKAAN TIDUR

Bayi harus diletakkan di atas permukaan tidur yang kuat (mis., Kasur di tempat tidur
yang disetujui keselamatan) yang ditutupi oleh sprei tanpa alas tidur atau benda lunak untuk
mengurangi risiko SIDS dan mati lemas. Untuk menghindari mati lemas, rebreathing, dan risiko
SIDS, bayi harus tidur di permukaan yang keras (misalnya, buaian dan kasur yang disetujui
keselamatan). Permukaan harus ditutupi oleh lembaran yang dipasang tanpa alas yang lembut
atau longgar. Permukaan yang kokoh mempertahankan bentuknya dan tidak akan lekukan atau
sesuai bentuk kepala bayi saat bayi diletakkan di permukaan. Kasur lunak, termasuk yang
terbuat dari busa memori, dapat membuat saku (atau lekukan) dan meningkatkan kemungkinan
rebreathing atau mati lemas jika bayi diletakkan atau berguling ke posisi tengkurap.

21
Kasur harus keras dan mempertahankan bentuknya bahkan ketika lembar dipasang yang
ditunjuk untuk model yang digunakan, sehingga ada tidak ada celah antara kasur dan dinding
keranjang, playpen, boks portabel, halaman bermain, atau tidur samping tempat tidur. Hanya
kasur yang dirancang untuk produk spesifik yang harus digunakan. Bantal atau bantal tidak
boleh digunakan sebagai pengganti kasur atau sebagai tambahan kasur. Bahan atau benda lunak,
seperti bantal, selimut, selimut, atau kulit domba, bahkan jika ditutupi oleh selembar kain, tidak
boleh diletakkan di bawah bayi yang sedang tidur. Kasur toppers, yang dirancang untuk
membuat permukaan tidur lebih lembut, tidak boleh digunakan untuk bayi di bawah 1 tahun.
Setiap kain di dinding boks atau kanopi harus kencang dan melekat kuat pada bingkai agar tidak
membuat risiko mati lemas untuk bayi.

Bayi tidak boleh ditempatkan untuk tidur di tempat tidur berukuran dewasa karena risiko
terperangkap dan mati lemas. Rel tempat tidur portabel (pagar dipasang di sisi tempat tidur yang
dimaksudkan untuk mencegah anak jatuh dari tempat tidur) tidak boleh digunakan bersama bayi
karena risiko terjebak dan dicekik. Bayi harus tidur di area yang bebas dari bahaya, termasuk
kabel yang menjuntai, kabel listrik, dan kabel yang menutupi jendela, karena ini dapat
menimbulkan risiko pencekikan.

Perangkat duduk, seperti kursi mobil, kereta bayi, ayunan, gendongan bayi, dan
gendongan bayi, tidak disarankan untuk tidur rutin di rumah sakit atau di rumah, terutama untuk
bayi muda. Beberapa orang tua memilih untuk membiarkan bayi mereka tidur di kursi mobil
atau alat duduk lainnya. Perangkat duduk termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kursi mobil,
kereta bayi, ayunan, gendongan bayi, dan gendongan bayi. Orang tua dan pengasuh sering
menggunakan perangkat ini, bahkan ketika tidak bepergian, karena mereka nyaman. Satu studi
menemukan bahwa rata-rata bayi muda menghabiskan 5,7 jam / hari dalam kursi mobil atau
perangkat duduk serupa.Namun, ada beberapa kekhawatiran tentang penggunaan perangkat
duduk sebagai lokasi tidur bayi biasa. Menempatkan bayi dalam alat semacam itu dapat
mempotensiasi refluks gastroesofagus dan plagiocephaly posisional. Karena mereka masih
memiliki kontrol kepala yang buruk dan sering mengalami fleksi kepala saat dalam posisi
duduk, bayi yang berusia kurang dari 4 bulan dalam perangkat duduk mungkin berisiko lebih
tinggi mengalami obstruksi jalan nafas atas dan desaturasi oksigen.

22
Daftar Pustaka

1. Bardale, Rajesh. 2011. Principles Of Forensic Medicine And Toxicology.


London: J.P Medical Ltd.
2. James et all. 2003. Forensic Medicine: Clinical And
Pathological Aspects. London: Greenwich Medical Media.
3. Moon RY; Task Force on Sudden Infant Death Syndrome. SIDS and other sleep-
related infant deaths: expansion of recommendations for a safe infant sleeping
environment. Pediatrics. 2011;128(5). Available at: www.pediatrics.
org/cgi/content/full/128/5/e1341

4. Moon RY; Task Force on Sudden Infant Death Syndrome. SIDS and other sleep-
related infant deaths: expansion of recommendations for a safe infant sleeping
environment. Pediatrics. 2011;128(5):1030–1039

5. Ebell MH, Siwek J, Weiss BD, et al. Strength of Recommendation Taxonomy


(SORT): a patient-centered approach to grading evidence in the medical
literature. Am Fam Physician. 2004;69(3):548–556

6. Willinger M, James LS, Catz C. Defining the sudden infant death syndrome
(SIDS): deliberations of an expert panel convened by the National Institute of
Child Health and Human Development. Pediatr Pathol. 1991;11(5):677–684

7. Centers for Disease Control and Prevention. Sudden unexplained infant death
investigation reporting form (SUIDIRF). Available at: www.cdc.gov/
SIDS/SUIDRF.htm. Accessed January 10, 2016

8. Camperlengo LT, Shapiro-Mendoza CK, Kim SY. Sudden infant death


syndrome: diagnostic practices and investigative policies, 2004. Am J Forensic
Med Pathol. 2012;33(3):197–201

23
24

Anda mungkin juga menyukai