Anda di halaman 1dari 26

Disusun oleh:

Ovy Magda Aulia


030.15.150
 Nama : Tn. Endin
 Alamat : Krajan I
 Umur : 31 thn
 Tempat, tanggal, lahir : Krajan, 01 Juni 1988
 Pendidikan : SMA
 Jenis Kelamin : Laki- laki
 Suku bangsa : Sunda
 Agama : Islam
 No RM : 00.78.28.75
Anamnesis
 Keluhan Utama

Pasien mengeluh terdapat benjolan di leher sejak 2


bulan yang lalu dan tidak nyeri.

 Keluhan Tambahan

Pasien merasa tidak nyaman saat menelan, dan


merasa tidak nyaman dengan benjolan.
Riwayat Penyakit
Sekarang
 Datang poli THT dengan keluhan benjolan di leher
sejak 2 bulan yang lalu

 Pasien merasa tidak nyaman saat menelan

 Pasien merasa tidak nyaman dengan benjolan


Riwayat Penyakit

Dahulu : Kebiasaan:
• Hipertensi (-) • Merokok (+)
• DM (-) • Konsumsi obat-obatan tertentu (-)
• Alergi (-)

Keluarga:
• Hipertensi (-)
• DM (-)
• Alergi (-)
• Riw. Penyakit Serupa (-)
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan : Sakit ringan
 Tanda Vital
TD : 100/60
HR: 72
RR: 20x/ menit
SpO2 :98%
Suhu :36,7 oC
Kepala : normocephali

Status Generalis
Mata : conjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), pupil isokor,

Wajah : simetris, NT (-
), luka (-), allergic
Leher : pembesaran tiroid (-), crease (-)
pembesaran KGB (-), Teraba
nodul colli anterior, diameter 2
cm, mobile, kenyal,berbatas
tegas, pada saat di aspirasi
warnanya putih keruh, bergerak
saat menelan atau menjulurkan
lidah
7
Jantung : Tidak tampak ictus
cordis
Palpasi ictus cordis (+)
Paru – paru : Gerak napas Perkusi jantung dalam batas
simetris, normal
Vocal fremitus kanan = kiri BJ I,II reguler, murmur (-),
Perkusi sonor diseluruh lapang gallop (-)
paru
Auskultasi SNV (+/+)

Ekstermitas : Akral hangat


(+/+),
oedem (-/-), CRT <2”, Abdomen : Inspeksi : tidak tampak
Distensi
sianosis (-/-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : timpani (+)
Palpasi: supel
STATUS THT TELINGA
KANAN KIRI

Normotia Bentuk telinga luar Normotia

Nyeri tarik (-), nyeri Daun telinga Nyeri tarik (-), nyeri
tekan (-) tekan (-)

Tidak ada kelainan Retro aurikuler Tidak ada kelainan

LIANG TELINGA

Lapang Lapang/sempit Lapang

Hiperemis (-) Warna epidermis Hiperemis (-)

(-) Sekret (-)

(-) Serumen (-)

(-) Kelainan lain (-)


STATUS THT HIDUNG

KANAN KIRI

Tidak ada kelainan Bentuk hidung luar Tidak ada kelainan

(-) Deformitas (-)

Nyeri tekan

(-) Dahi (-)

(-) Pipi (-)

(-) Krepitasi (-)


KANAN RINOSKOPI ANT. KIRI

Vestibulum
Lapang Kavum nasi Lapang
Eutrofi Konka inferior Eutrofi
Sekret (-) Meatus nasi inferior Sekret (-)

Eutrofi Konka media Eutrofi


Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
(-) Sekret (-)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Tidak ada kelainan Dasar hidung Tidak ada kelainan

RINOSKOPI POST.
Koana, mukosa konka,
sekret, muara tuba eustachii,
Sulit dilakukan adenoid, fossa rusenmuler, Sulit dilakukan
atap nasofaring
Arkus faring Simetris

Pilar anterior Hiperemis (-)

Palatum mole Hiperemis (-)


Tidak ada kelainan

Mukosa faring Hiperemis (-)

Dinding posterior faring Hiperemis (-)

Uvula Letak ditengah

Tonsil palatina Besar : T1/T1


Warna : Hiperemis (-)
Kripta, detritus : (-)

Gigi geligi

Pilar posterior Hiperemis (-)

KGB : regional Tidak teraba pembesaran


HIPOFARING
Basis lidah Tidak terlihat
Valekula Tidak terlihat
Plika glosoepiglotika Tidak terlihat

LARING
Epiglotis Tidak terlihat
Plika aryepiglotika Tidak terlihat
Aritenoid Tidak terlihat
Sinus piriformis Tidak terlihat
Korda vokalis Gerakan pita suara : tidak terlihat
Pita suara palsu : tidak terlihat
Subglotik Tidak terlihat

LEHER
Pemeriksaan kelenjar Tidak teraba pembesaran
Hasil Pemeriksaan Penunjang
No. Parameter Hasil Nilai rujukan
1. Hemoglobin 14,7 13,2-17,3
2. Eritrosit 5,12 4,50-5,90
3. Leukosit 8,69 4,40-11,30
4. Trombosit 354 150-400
5. Hematokrit 42,8 40-52
6. MCV 84 80-100
7. MCH 29 26-34
8. MCHC 34 32-36
9. RDW-CV 12,5 12,2-15,3
10. BT 2 1-3
11. CT 10,5 5-11
12. GDS 91 70-110
13. Ureum 28,1 15-50
14. Creatinin 1,06 0,60-1,10
Hasil pemeriksaan
Deep Fine Needle Aspiration Biopsi (Deep-FNAB)

Makroskopik Nodul colli anterior


berdiameter 2cm, mobile,
kenyal aspirat putih keruh.
Miksroskopik Kistik hanya terdiri dari
bahan-bahan yang
menyerupai skuama dan
lameral keratin. Tidak tampak
proses spesifik maupun
keganasan pada keadaan ini
Kesimpulan Anterior FNAB: cystic lession
mengesankan epidermal cyst.
RESUME
Tn. Endi , 31 tahun datang ke poli THT dengan keluhan terdapat benjolan pada
leher sejak 2 bulan. Pasien merasakan tidak nyaman saat makan dan minum,
kemudian pernafasan nya terganggu dan tidak nyeri dan gatal. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi dan DM. Pada pemeriksaan fisik, teraba nodul colli
anterior, diameter 2 cm, mobile, kenyal, berbatas tegas, pada saat di aspirasi,
warnanya putih keruh, bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah.
Diagnosis

WD: DD: :
Kista Ductus Tiroglossus Tumor Colli Anterior
Lingual tiroid
Kista brankial
Kista dermoid
Lipoma
Tatalaksana

• Surgical removal of thyroglossus tract : Insisi dan drainase, aspirasi


perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan injeksi dengan bahan sklerotik.
• Schlange (1893) melakukan eksisi dengan mengambil korpus hioid dan
kista beserta duktus-duktusnya; dengan cara ini angka kekambuhan
menjadi 20% .
• Sistrunk (1920) memperkenalkan teknik baru berdasarkan embriologi,
yaitu kista beserta duktusnya, korpus hioid, traktus yang
menghubungkan kista dengan foramen sekum serta otot lidah
sekitarnya kurang lebih 1 cm diangkat. Cara ini dapat menurunkan angka
kekambuhan menjadi 2-4%.
• Ekstirparsi : tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta
kapsulnya.
• Antibiotics to treat infection
Prognosis
Ad Vitam
Ad Fungsionam Dubia ad Bonam
Ad Sanationam
Tinjauan Pustaka
DEFINISI & EPIDEMIOLOGI
Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terbentuk dari
duktus tiroglosus yang menetap sepanjang alur penurunan
kelenjar tiroid, yaitu dari foramen sekum sampai kelenjar tiroid
bagian superior di depan trakea. Kista ini merupakan 70% dari
kasus kista yang ada di leher. Kista ini biasanya terletak di garis
median leher, dapat ditemukan di mana saja antara pangkal lidah
dan batas atas kelenjar tiroid.
Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat
ditemukan di semua usia. Predileksi umur terbanyak antara umur
0-20 tahun yaitu 52%, umur sampai 5 tahun terdapat 38%.
Sistrunk (1920) melaporkan 31 kasus dari 86.000 pasien anak.
Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya kista berdasarkan
jenis kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai 70
tahun, rata-rata pada usia 5,5 tahun.
Klasifikasi Kista
Duktus
Tiroglosus
Kista duktus tiroglosus dibagi dalam enam
klasifikasi berdasarkan di mana lokasi
kistanya tumbuh, yaitu:

- Kista Suprahyoid
- Kista Juxtahyoid
- Kista Intralingual
- Kista Suprasternal
- Kista Intralaryngeal
- Kista Infrahyoid

Kista duktus tiroglosus dapat tumbuh di


mana saja di garis tengah leher, sepanjang
jalur bebas duktus tiroglosus mulai dari
dasar lidah sampai ismus tiroid.
PATHOPHYSIOLOGY
TERIMAKASIH! 
REFERENSI
1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
Edisi 13. Jilid 1. Alih Bahasa: Staf Pengajar Bag. THT FKUI. Jakarta: Bina
Rupa Aksara, 2006; 295-6, 381-2.2.
2. Cohen JI. Massa Jinak Leher. Dalam Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
6, Alih Bahasa: Wijaya C. Jakarta : EGC, 2008; 415-21.3.
3. Sobol M. Benign Tumors. Dalam : Comprehensive Management of Head
and Neck Tumors. Vol. 2. Thawley S, Panje WR. 4. Philadelphia : WB
Saunders Co, 2005; 1362-69.4.
4. Montgomery WW. Surgery of the Upper Respiratory System. 2nd ed.
Vol. II. Philadelphia: Lea & Febiger, 2005; 88.5.
5. Colman BH. Disease of Nose, Throat and Ear and Head and Neck, A
Handbook for Students and Practitioners. 14th ed. Singapore: ELBS,
2006; 183.

Anda mungkin juga menyukai