Seorang pasien datang dengan keluhan sukar menelan sejak 4 hari yang lalu, terus
menerus, pasien merasakan seperti ada yang mengganjal pada tenggorokan. Pada
awalnya pasien masih bisa makan makanan padat namun sekarang hanya bisa makan
makanan lembek seperti bubur, sehingga pasien jadi jarang makan. Faktor yang
memperberat ketika pasien makan makanan padat pasien mengatakan tidak ada hal yang
memperingan. Pasien juga mengeluhkan nyeri tenggorokan saat menelan yang dirasakan 4
hari lalu, yang dirasakan terus menerus. Pasien mengeluhkan suara bergumam yang
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri ketika menggerakkan leher
sejak 4 hari yang lalu, tapi masih bisa menggerakkan lehernya. Sejak 3 hari yang lalu
terdapat demam yang terus menerus namun pasien belum mengukur suhu tubuhnya.
Awalnya 1 minggu yang lalu pasien ketulangan saat makan daging yang terdapat tulang
rawan. Riwayat batuk- batuk lama tidak ada. Riwayat demam dan keringat berlebihan di
malam hari tidak ada. Penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir tidak ada.
Riwayat sakit gula tidak ada. Riwayat minum obat rutin selama 6 bulan tidak ada.
Anamnesis tambahan
RPD:
hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-)
Membran timpani :
- Warna Putih Mutiara Putih Mutiara
- Perforasi (-) (-)
- Cone of light (+) (+)
- Retraksi (-) (-)
- Bulging (-) (-)
Tes pendengaran
Dextra Sinistra
Tes Penala
Cavum nasi Sekret (-), massa (-) Sekret (-), massa (-)
Concha media Eutrophy, oedem (-), hiperemis (-) Eutrophy, oedem (-), hiperemis (-)
Concha inferior Eutrophy, oedem (-), hiperemis (-) Eutrophy, oedem (-), hiperemis (-)
Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)
Tonsila Palatina
-Warna mukosa Tidak hiperemis Tidak hiperemis
-Ukuran T1, Tidak melebar T1, Tidak melebar
-Crypta/detritus/membran -/-/- -/-/-
tampak pendorongan dinding posterior faring
Diagnosis banding
● Abses retrofaring
● Abses parafaring
● Abses peritonsil
● Epiglotitis akut
● Tonsillitis
Pemeriksaan penunjang
● Foto polos servikal
● Pemeriksaan laringoskopi direk
Hasil pemeriksaan penunjang foto polos servikal
lateral
● tampak penebalan pada daerah retrofaring
servikal 2 setebal 45 mm, servikal-6 setebal
45 mm
● tidak tampak destruksi korpus vertebra.
Resume
● Anamnesis
○ Disfagi sejak 4 hari lalu, terus menerus, seperti ada yang mengganjal di
tengorokan, awalnya pasien masih bisa makan makanan padat namun
sekarang hanya bisa makan makanan lembek, tidak ada hal yang memperingan
○ Odinofagi sejak 3 hari lalu, terus menerus
○ Suara bergumam sejak 3 lalu
○ Nyeri saat menggerakan leher sejak 4 hari lalu
○ Febris
○ Riwayat ketulangan 1 minggu lalu
● Pemeriksaan status generalis
○ kekakuan otot leher ( neck stiffness ) disertai nyeri pada pergerakan
● Pemeriksaan fisik THT
○ tampak pendorongan dinding posterior faring, hiperemis
● Pemeriksaan foto polos servikal
○ tampak penebalan pada daerah retrofaring servikal 2 setebal 45 mm, servikal-6
setebal 45 mm
Diagnosis kerja
Abses retrofaring
Penatalaksanaan
● Diberikan infus RL
● seftriakson 2x 1 gram(IV), metronidazol 3x500 mg(IV)
● tramadol drip dalam ringer laktat 1 ampul/8 jam
● Rencana untuk aspirasi pus
Prognosis
QAV: ad bonam
QAF: ad bonam
QAS: dubia ad bonam
Anatomi
Faring
● Batas
○ superior: oksipital, sinus sphenoid
○ inferior: berhubungan dengan esofagus
setinggi M. krikofaringeus
○ anterior: kavum nasi, kavum oris, dan
laring
○ posterior: kolumna vertebral servikal
● Terbagi menjadi 3: nasofaring, orofaring dan
laringofaring (hipofaring)
● Faring memiliki unsur-unsur meliputi mukosa,
palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Nasofaring
● Batas
○ superior : basis cranii
○ inferior : palatum molle
○ anterior : berhubungan dengan cavum
nasi melalui choana
○ posterior : vertebra C1
○ lateral : otot-otot konstriktor faring
● Fungsi : menyalurkan udara respirasi →
laring
Orofaring
● Batas
○ superior : palatum molle
○ inferior : bidang datar yang melalui tepi atas
epiglotis
○ anterior : berhubungan dengan cavum oris
melalui isthmus
○ posterior : vertebra C2, C3 bersama dengan
otot-otot paravertebra
● Fungsi orofaring
○ Menyalurkan udara dan makanan
○ refleks bersin, batuk, dan muntah
○ proses menelan
○ drainase mukus dari nasofaring
○ artikulasi
Laringofaring
● Letak : di belakang dan sisi kiri dan kanan
laring disebut fossa piriformis
● Batas
○ superior : bidang datar melewati
tepi atas epiglotis
○ inferior : tepi bawah kartilago
krikoid
○ anterior : aditus laring
○ posterior : vertebra C3-C6
● Fungsi laringofaring
○ Menyalurkan udara, air dan
makanan
○ berperan dalam proses bicara
● Mukosa
○ Nasofaring: epitel torak, + sel goblet, silia (+)
○ Orofaring & laringofaring: epitel berlapis gepeng, silia (-)
○ Sel jaringan limfoid di sepanjang faring
Infeksi saluran
pernapasan atas
Supurasi KGB
nasofaring
Limfadenopati
retrofaring
Abses
Diagsosis
● Anamnesis
○ Dewasa
■ nyeri tenggorokan ● Pemeriksaan fisik
■ demam ○ pada pemeriksaan tenggorok dapat
■ disfagia ditemukan penonjolan pada dinding
■ odinofagia posterior faring, fluktuatif pada palpasi
■ Kekakuan otot leher disertai tanpa adanya trismus.
nyeri pada pergerakan ○ stridor & retraksi → tanda obstruksi jalan
■ Air liur menetes (drooling) nafas atas
○ Suhu tubuh meningkat
■ Obstruksi saluran napas:
○ limfadenopati servikal bisa ditemukan
dispnea, mengorok,stridor
○ Anak
■ nyeri tenggorokan
■ Sulit menelan
■ demam
■ Kaku leher
■ odinofagia
■ Batuk
■ Suara bergumam
Pemeriksaan penunjang
● Pemeriksaan darah lengkap
○ Leukositosis
● CT scan leher dengan kontras
○ mengkonfirmasi adanya abses dan membantu dalam menentukan tindakan
bedah
○ Lesi hipoden dikelilingi cincin pada rongga retrofaring
● Foto polos servikal lateral
○ Dijumpai penebalan jaringan lunak retrofaring ( prevertebra ) :
- setinggi C2 : > 7 mm ( normal 1 - 7 mm ) pada anak-anak dan dewasa
- setinggi C6 : > 14 mm ( anak-anak , N : 5 – 14 mm ) dan > 22 mm ( dewasa, N : 9 – 22
mm )
● Pembuatan foto dilakukan dengan posisi kepala hiperekstensi dan selama
inspirasi. Kadang-kadang dijumpai udara dalam jaringan lunak prevertebra dan
erosi korpus vertebra yang terlibat.
Penatalaksanaan
● Menejemen jalan napas
○ berikan tambahan oksigen
○ intubasi endotrakeal dibutuhkan apabila pasien menunjukkan tanda obstruksi
jalan napas atas
● Cairan intravena dibutuhkan apabila pasien mengalami dehidrasi akibat demam dan
intake oral yang buruk
● Antibiotik yang diberikan selama 10 hari
○ Ampicillin yang dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ketiga dan
metronidazole
● Analgetik
● Tindakan operatif yang dapat dilakukan yaitu aspirasi pus (needle aspiration) atau
insisi drainase.
Komplikasi
Komplikasi pada abses retrofaring dapat terjadi akibat:
● efek desak massa (abses) : obstruksi jalan napas
● ruptur abses: asfiksia, pneumonia aspirasi, abses paru
● penyebaran infeksi ke daerah sekitar:
○ inferior: edema laring , pleuritis, empiema, abses mediastinum
○ lateral: trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses parafaring
○ Posterior: osteomielitis dan erosi kolumna spinalis
● sepsis
Prognosis
Prognosis baik apabila abses retrofaring diidentifikasi dini. Meskipun demikian
tingkat mortalitas mencapai 40-50% apabila timbul komplikasi serius (misalnya
meningitis) meskipun komplikasi jarang terjadi. Rekurensi terjadi pada 1-5% pasien