“DOKUMEN RAHASIA”
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
DASAR DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Tunika media
● Merupakan Lapisan tengah
● Terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat yang konsentris.
● Serabut otot polos pada tunica media disokong oleh serabut kolagen dan elastik
● Pada arteri besar, di lapisan ini terdapat membrana elastica externa/lamina
elastica externa. Struktur ini tidak ditemukan pada arteri kecil maupun vena.
❏ Diantara tunika intima dan tunika media mungkin didapatkan tunika elastika
interna. Diantara tunika media dan tunika adventisia mungkin didapatkan tunika
elastika externa.
❏ Kedua tunika elastika ini merupakan serabut elastis yang membentuk berkas
mengelilingi dinding pembuluh darah.
❏ Struktur dinding pembuluh bervariasi, tergantung besar dan jenis pembuluh
darah tersebut.
Tabel Perbedaan Arteri & Vena
VENA
● Diameter pembuluh darah vena lebih besar dan dindingnya lebih, tipis daripada
arteri. Sekitar 60% darah berada di vena.
● Lapisan utama (yang paling tebal) pada pembuluh darah vena adalah tunica
adventitia
● Lapisan endotel vena mempunyai "labile junction" dan mudah dipengaruhi oleh
histamine, serotonin, bradykinin yang akan meningkatkan permeabilitasnya
sehingga muda mengalami oedem lokal dan inflamasi.
Venula
Berdiameter 200, terdiri dari :
● Tunika intima 1 lapis sel endotel dengan lamina basalis. Lapisan subendotel tipis
berupa jaringan pengikat longgar. Tidak ada tunika elastika interna.
● Tunika media mempunyai 1-3 lapis otot polos berjalan sirkuler.
● Tunika adventisia merupakan lapisan paling tebal dibandingkan lapisan lain.
● Didapatkan jaringan pengikat longgar dengan banyak serabut kolagen logitudinal
dan fibroblas.
Histofisiologi
Diameter pembuluh vena lebih besar daripada arteri dan tekanan darah di dalamnya
lebih rendah dari pada arteri sehingga aliran darah di dalam vena lebih lambat.
Vena Sedang
● Diameter. 1-10 mm
● Vena sedang terdapat pada vena-vena superfisialis dan profunda di
extremitas, juga vena-vena di visera. Contoh. V. Radialis, V. Poplitea,V Tibialis.
● Vena sedang terutama vena di extremitas umumnya mempunyai banyak katup
(valvula), yang berfungsi untuk mencegah aliran darah membalik
● Lapisan nya terdin dari:
○ Tunica intima: endotel, lamina basalis, subendotel, lamina elastika
internal yang discontinue
○ Tunica media: otot polos + serabut kolagen & elastis
○ Tunica adventitia: jar ikat longgar dan ada vasa vasorum
Pada vena profunda inilah sering terjadi Superficial Venous thrombosis dan deep
venous thrombosis.
Vena Besar
● Diameter >10 mm
○ Contoh: V. Cava Superior, V. Cava Inferior, V. Porta,V. Renalis, V.
Lienalis, V. Mesenterica superior, V. lliaca externa.
● Tunika intima: lebih tebal daripada vena sedang. Lapisan subendotel tebal,
terdapat serabut elastis dan fibroblast
● Tunika media kurang berkembaig, kadang- kadang tidak ada, otot polos sedikit
sekali.
● Tunika adventitia sangat tebal, terdapat banvak otot polos longitudinal dan
serabut kolagen & elastis.
● Vasa vasorum dapat mencapai tunika media.
Darah yang berasal dari seluruh tubuh dikembalikan menuju jantung oleh pembuluh
darah vena. Prinsip hemodinamika berlaku juga dalam proses pengembalian darah ini
(darah mengalir dari tekanan yang lebih tinggi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah vena adalah: (Liana et al. 2020)
1. Gravitasi
2. Kontraksi otot rangka
3. Faktor respirasi (inspirasi)
4. Daya hisap atrium kanan.
Darah selalu berada dalam kondisi bersirkulasi setiap waktu. Saat tubuh dalam kondisi
istirahat, kapasitas reservoir vena meningkat saat darah masuk ke dalam sistem vena
dari kapiler. Saat volume ini melebihi kapasitas vena, darah akan terdorong ke atrium
jantung.
Istilah venous return didefinisikan sebagai volume darah yang memasuki
masing-masing atrium per menit dari vena. Sepanjang perjalanan darah sejak
dikontraksikan keluar dari jantung, tekanannya akan menurun akibat gaya friksi
dengan dinding darah, sehingga saat mencapai sistem vena, tekanan darah
rata-rata berkisar 17 mmHg. Walaupun demikian, karena tekanan atrium
mendekati 0 mmHg, darah masih dapat mengalir masuk ke atrium jantung
dengan mudah. Jika tekanan pada atrium meningkat secara patologis, misalnya
pada kondisi gagal jantung kongestif, gradien vena-atrial ini menurun dan
menurunkan venous return, mengakibatkan darah menumpuk di sistem vena.
Proses koagulasi
Kaskade koagulasi
Thrombophlebitis
DEFINISI:
Thrombophlebitis
Lokasi Thrombophlebitis
Penyebab SVT dan DVT adalah faktor-faktor yang menghambat sirkulasi atau peredaran darah
secara normal, dapat dibedakan menjadi:
● Faktor genetik: sering ditemukan pada orang dengan kelainan bawaan thrombophilia
(inherited thrombophilia), misalnya defisiensi faktor C atau 'S atau adanva mutasi
Faktor V Leiden → menyebabkan hiperkoagulabilitas genetik
● Factor acquired: Trauma yang menyebabkan kerusakan dinding vena, misalnya vena
puncture, insersi canule, post sclerotherapy pada varicose vein, post op.
FAKTOR RISIKO:
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI (2018)
Ada 3 faktor penting yang berkontribusi dalam patogenesis thrombosis yang dikenal
sebagai Triad Virchow:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Tujuan:
Terapi Non-Farmakologi
● Istirahat
● Kompres Hangat
● Compression Stocking
● Rujuk Spesialis Bedah
Terapi Farmakologi
● NSAID
● Anticoagulant: thrombolytic low molecular weight heparin
○ fondaparinux (arixta) 2,5 mg/ hari SC selama 45 hari atau
○ Enoxaparin sodium (lovenox) 40 mg/ hari selama 4 minggu
● Dilanjutkan dengan anticoagulant warfarin sodium 1 mg (Coumadin) selama 3
bulan. untuk mencegah pembentukan thrombus
● Indikasi pemberian anticoagulant adalah:
○ SVT yang mempunyai risiko menjadi tromboemboli yaitu:
■ SVT pada ekstremitas inferior yang panjangnya > 5 cm
■ SVT di proksimal lutut
■ SVT pada V. Saphena magna
■ pasien dengan riwayat tromboemboli
■ DVT
■ Pasien harus di follow-up 7-10 hari kemudian untuk melihat apakah
ada perbaikan.
■ USG ulang setelah 3 bulan.
■ Pada pasien dengan kontra indikasi pemberian antikoagulan, maka
dilakukan ligasi pada vena saphena magna.
-Skema pemberian NSAID dengan memperhatikan risiko terhadap GIT dan CV-
Resep Obat
NSAID
R/Ibuprofen tab 400mg no.XXI
S 3 dd tab I p.c
_________________________ttd
Pencegahan
● Olahraga teratur
● Hindari merokok
● Hindari obesitas & rutin melakukan aktivitas fisik minimal ±150 menit/minggu
● Diet banyak sayur dan buah
● Hindari duduk atau diam terlalu lama
Komplikasi
● DVT (6-36%)
● Pulmonary emboli (2-13%)
● Pasien dengan trombus 3 cm dari saphenofemoral junction harus diterapi sebagai DVT
karena 14-70% akan berkembang menjadi DVT.
● SVT yang berulang/rekuren dapat menjadi chronic venous insufficiency
Prognosis
DEFINISI
Chronic Venous insufficiency (CVI) adalah malfungsi dinding vena dan/atau katup vena
yang menyebabkan stasis aliran darah dan biasanya terjadi di tungkai bawah.
● Idiopathic
● Vascular malformations and infections
● Usia lanjut > 50 tahun
● Kurang gerak
● Immobilisasi dalam waktu lama
● Tumor pelvic
● inherited coagulopathies
● Hyperhomocysteinemia
MANIFESTASI KLINIS
● Oedem tungkai
● Nyeri
● Kram pada kaki
● Penebalan kulit di sekitar ankle
● Varicose veins
● Kadang gatal
● Sakit berdenyut pada kaki
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainya, seperti
lengan dan dapat menyebar hingga ke paru -paru. DVT yang menyerang
paru-paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari pembuluh
darah paru dan menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya yang disebut
emboli paru (Pulmonary Embolism/PE) dan venous thromboembolism (VTE).
Penyebab Deep Vein Thrombosis
Darah manusia terdiri atas protein faktor pembekuan dan trombosit. Kedua komponen
ini bekerja dengan cara membentuk gumpalan darah guna mencegah terjadinya
pendarahan saat pembuluh darah terluka. Kombinasi dan lambatnya aliran darah pada
pembuluh darah, aktivasi pembekuan darah, dan jejas pada pembuluh darah
menjadikan terbentuknya trombus (gumpalan darah) yang dapat menyumbat aliran
darah sehingga memicu DVT.
Terdapat banyak faktor risiko yang dapat menjadi penyebab DVT, salah satunya adalah
adanya faktor keturunan dalam keluarga. Penderita VTE serta penderita yang
mempunyai penyakit lain, seperti gagal jantung dan kanker juga memilki resiko terkena
DVT kembali. Usia dan berat badan juga dapat berdampak kepada seseorang untuk
mengidap DVT, begitu pula seseorang yang kondisi tubuhnya kurang bergerak, dapat
memicu DVT.
DEFINISI
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau thrombosis vena dalam adalah penggumpalan darah
yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam. kondisi ini muncul pada pembuluh
vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis.
Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh vena lainnya seperti bagian
lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang
paru-paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari pembuluh
darah paru dan menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli
paru (pulmonary embolism/ PE ) dan venous Thromboembolism (VTE)
ETIOLOGI
Darah manusia terdiri atas protein faktor pembekuan dan trombosit. Kedua komponen
ini bekerja dengan cara membentuk gumpalan darah guna mencegah terjadi
perdarahan saat pembuluh darah terluka. Kombinasi dari lambatnya aliran darah pada
pembuluh darah, aktivasi pembekuan darah, dan jejas pada pembuluh darah,
menjadikan terbentuknya thrombus (gumpalan darah) yang dapat menyumbat aliran
darah sehingga memicu DVT.
FAKTOR RISIKO
Terdapat banyak faktor risiko yang dapat menjadi penyebab DVT, salah satunya adalah
adanya faktor keturunan dalam keluarga. Penderita VTE serta penderita yang
mempunyai penyakit lain, seperti gagal jantung dan kanker, juga memiliki risiko terkena
DVT kembali.
Usia dan berat badan juga dapat berdampak kepada seseorang untuk mengidap DVT,
begitu pula seseorang yang kondisi tubuhnya kurang bergerak, dapat memicu DVT.
Tubuh yang tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama menyebabkan darah
cendrung berkumpul pada tungkai bawah, seperti pada paha dan betis. kondisi ini biasa
dialami oleh seseorang setelah melalui prosedur operasi yang berlangsung lebih dari 90
menit atau 60 menit untuk operasi untuk operasi yang dilakukan pada area perut,
pinggul, dan tungkai, dapat pula diakibatkan oleh perawatan yang mengharuskan
pasien tetap berbaring di tempat tidur. Perjalanan yang panjang dapat membuat tubuh
berada dalam keadaan tidak aktif untuk waktu yang lama. Keadaan ini dapat
meyebabkan memperlambatan aliran darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah. kemoterapi dan radioterapi yang digunakan untuk
mengobati kanker dapat menambah risiko DVT. Selain kemoterapi, kondisi seperti
vasculitis dan varises vena juga dapat menambah risiko DVT pada penderitanya.
Kerusakan pembuluh darah yang disebabkan oleh kondisi ini membuat pembuluh darah
menyempit atau tersumbat sehingga dapat memicu terjadinya penggumpalan darah.
Penyakit-penyakit seperti jantung. Paru- paru, hepatitis, serta penyakit yang
disebabkan oleh peradangan , seperti rheumatoid arthritis, juga memudahkan
terjadinya penggumpalan darah. Begitu pula dengan kondisi genetik seperti
thrombophilia dan sindrom Hughes.
Faktor risiko lainnya adalah kehamilan, pil kontrasepsi, dan terapi sulih hormone atau
hormone replacement therapy (HRT) pada terapi hormone estrogen. Kondisi ini
memungkinkan darah lebih mudah menggumpal. Pada proses persalinan,
penggumpalan dapat membantu mencegah pasien kehilangan banyak darah, namun
turut meningkatkan risiko DVT. Penderita obesitas, lansia dengan kondisi kesehatan
yang tidak memungkinkan untuk melakukan banyak kegiatan. perokok, dan kondisi
dehidrasi juga merupakan penyebab lain dari penyakit DVT.
GEJALA KLINIS
DVT dapat menyerang area tungkai dan lengan. pada sebagian kondisi, DVT dapat
menunjukkan gejalanya di daerah yang terjangkit sehingga dapat merasakan sakit,
pembengkakan, sekaligus nyeri pada area tersebut. Warna kulit kemerahan serta rasa
hangat, di area belakang lutut disertai rasa sakit yang menjadi-jadi ketika menekuk kaki
mendekati lutut. Gejala yang muncul juga dapat terlihat pada pembuluh darah disekitar
area terjangkit tampak lebih besar dari biasanya. Salah satu komplikasi DVT yang tidak
segera memperoleh perawatan adalah emboli paru. kondisi ini memiliki gejala, seperti
sakit dada, sesak nafas yang yang muncul secara bertahap atau tiba-tiba serta
mendadak pingsan. Baik salah satu maupun keduanya, gejala DVT dan emboli paru
sebaiknya segera ditangani agar tidak memperburuk kondisi pasien. DVT juga
kemungkinan tidak menunjukkan gejala sehingga perlu diwaspadai tanda-tanda yang
muncul pada seseorang yang memiliki risiko terkena penyakit ini.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Pengobatan DVT dapat diberikan dengan metode yang berbeda bergantung kepada
kondisi tubuh serta penyakit yang diderita. pada wanita yang sedang hamil pun akan
mendapatkan perawatan yang berbeda , termasuk tipe obat antikoagulan ( pencegah
bekuan darah ) yang diberikan. Stocking medis / stocking kompresi juga dapat
digunakan oleh pasien DVT untuk membantu mencegah terjadinya pembekuan darah.
Selain mencegah terjadinya penggumpalan darah , obat antikoagulan juga bisa
membantu menghentikan gumpalan darah menyebar ke aliran darah lainnya serta
menyebabkan munculnya gumpalan darah lain. heparin dan warfarin adalah dua jenis
obat antikoagulan yang umumnya digunakan untuk mengobati DVT. heparin biasanya
diberikan terlebih dahulu untuk mencegah pembekuan darah seketika. pemberian
warfarin juga umumnya dilakukan setelah pasien diberikan heparin untuk mencegah
terjadinya penggumpalan darah lanjutan.
Warfarin dapat direkomendasikan sebagai pengobatan lanjutan dari heparin. obat ini
diberikan dalam bentuk tablet dan dapat dikonsumsi hingga 6 bulan / lebih. warfarin
tidak dianjurkan untuk perempuan hamil yang sedang dalam pengobatan heparin untuk
jangka waktu lama.
Latihan fisik yang mungkin direkomendasikan pada penderita DVT adalah berjalan.
beristirahat dengan tungkai yang terangkat juga disarankan agar kaki berada lebih
tinggi dari pinggang demi mengembalikan aliran darah dari betis. alternatif pengobatan
lain dapat juga diberikan jika penggunaan obat antikoagulan tidak memberikan hasil
yang sesuai. Inferior vena cava / IVC ditempatkan pada pembuluh darah untuk
menyaring gumpalan darah dan menghentikannya mengalir menuju jantung dan paru -
paru. IVC dapat dipasang secara permanen atau dilepaskan setelah penggumpalan
darah berkurang. Keduanya dilakukan dengan menggunakan prosedur operasi dengan
lokal anestesi. iVC juga dapat digunakan pada penderita emboli paru dan pada kondisi
cedera parah.(ada tabel tapi tabelnya ga ketemu -> TABLE 38.4 American College of
Chest Physicians Recommendations for Duration of Anticoagulation for Venous
Thromboembolism) Beberapa komplikasi DVT yang tidak segera ditangani selain
penyakit emboli paru yang telah disebutkan sebelumnya adalah sindrom pasca
trombosis. kondisi ini menyebabkan sumbatan pada salah satu pembuluh darah di paru.
PENCEGAHAN
DVT dapat dicegah dengan memulai pola hidup sehat , seperti OR ringan agar tubuh
tetap bergerak dan sirkulasi darah tetap terjaga, pola diet sehat , mengurangi berat
badan bagi penderita obesitas , serta jangan merokok bagi yang memiliki risiko DVT
dan merencanakan perjalanan panjang, beberapa kegiatan yang sebaiknya dilakukan
selama perjalanan dengan perbanyak minum air putih dan hindari minuman beralkohol
karena dapat menyebabkan dehidrasi. tindakan pencegahan lainnya bisa dilakukan
dengan memperbanyak gerak badan dan tungkai , berjalan singkat jika memungkinkan
dan menggunakan stocking kompresi elastis.
“Education is our passport to the future, for tomorrow belongs to the people who prepare for it today.”
-Malcolm X-