Anda di halaman 1dari 12

EDH , SDH , ICH

Rabu, 02 Mei 2012

EDH (Epidural Hematom)

epidural hematoma
 Epidural hematom adalah Perdarahan yang terletak antara durameter dan tulang, biasanya
sumber pendarahannya adalah robeknya Arteri meningica media (paling sering), Vena
diploica (oleh karena adanya fraktur kalvaria), Vena emmisaria, Sinus venosus duralis.
 —Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural
 Perdarahan biasanya terjadi dengan fraktur tengkorak bagian temporal parietal yang mana
terjadi laserasi pada arteri atau vena meningea media.
 —Pada kasus yang jarang, pembuluh darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur.
 —Keadaan ini mengakibatkan terpisahnya perlekatan antara dura dengan kranium
dan menimbulkan ruang epidural.
 — Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah lebih lanjut, dan
menyebabkan hematoma menjadi massa yang mengisi ruang 
Gejala klinis yang khas adalah : Lucid Interval (adanya fase sadar diantara 2 fase tidak
sadar karena bertambahnya volume darah)
Gelaja paling menonjol yaitu penurunan kesadaran secara progresif
—Gejala lain yang sering tampak :
q Bingung
q Penglihatan kabur
q Susah bicara
q Nyeri kepala yang hebat
q Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
q Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala
q Mual
q Pusing
q Berkeringat
q Pucat
q Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar

Pemeriksaan penunjang
Foto polos : sulit untuk menentukan—
CT-Scan
MRI
Penatalaksanaan
Penatalaksaan epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara trepanasi dengan
tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan perdarahan
Prognosis 
Prognosis tergantung pada :
• Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
• Besarnya
• Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakan
otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami
koma sebelum operasi.

SDH (SUBDURAL HEMATOMA )

subdural hematoma
Subdural hematoma adalah hematom yang terletak diantara lapisan duramater dan arhacnoid
dengan sumber perdarahan dapat berasal dari vena jembatan atau bridging vein (paling
sering), A/V cortical, Sinus venosus duralis
subdural hematoma dibagi 3 :
1.Subdural hematom akut
2.Subdural hematom subakut
3.Subdural hematom kronis
SUBDURAL HEMATOMA AKUT 
Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma sampai dengan hari ke tiga.—
Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan
perburukan lebih lanjut pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan
tanda vitalnya.—
Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.
—Secara klinis subdural hematom akut ditandai dengan penurunan kesadaran, disertai
adanya lateralisasi yang paling sering berupa hemiparese/plegi.—
pada pemeriksaan radiologis (CT Scan) didapatkan gambaran hiperdens yang berupa bulan sabit
SUBDURAL HEMATOMA SUBAKUT 
Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar hari ke 3 – minggu ke 3 sesudah trauma
—Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya
adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status

neurologik yang perlahan-lahan.
—Namun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda-tanda status neurologik yang
memburuk.
—Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa jam.
—Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma, penderita
mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan
bicara maupun nyeri.
SUBDURAL HEMATOMA KRONIS 
Biasanya terjadi setelah minggu ketiga
—SDH kronis biasanya terjadi pada orang tua
—Trauma yang menyebabkan perdarahan yang akan membentuk kapsul, saat tersebut gejala yang
terasa Cuma pusing.
—Kapsul yang terbentuk terdiri dari lemak dan protein yang mudah menyerap cairan dan
mempunyai sifat mudah ruptur.
—Karena penimbunan cairan tersebut kapsul terus membesar dan mudah ruptur, jika volumenya
besar langsung menyebabkan lesi desak ruang.
Jika volume kecil akan menyebabkan kapsul terbentuk lagi >> menimbun cairan >> ruptur lagi
>> re-bleeding. Begitu seterusnya sampai suatu saat pasien datang dengan penurunan
kesadaran tiba-tiba atau hanya pelo atau lumpuh tiba-tiba.
—Terapi : Kraniotomi >> kapsul di pecah, darah dievakuasi
prognosis
—Prognose dari penderita SDH ditentukan dari:
q GCS awal saat operasi
q lamanya penderita datang sampai dilakukan operasi
q lesi penyerta di jaringan otak
q serta usia penderita
pada penderita dengan GCS kurang dari 8 prognosenya 50 %, makin rendah GCS, makin jelek
prognosenya makin tua pasien makin jelek prognosenya adanya lesi lain akan memperjelek
prognosenya.
ICH (INTRACEREBRAL HEMATOM) 
inracerebral hematoma
perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada
dalam jaringan otak.
—Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi
pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi
jika Single, diameter lebih dari 3 CM, Perifer, Adanya pergeseran garis tengahS
ecara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari tulang
kepala.
Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan
prognose perdarahan subdural .

Diameter = 25 mm,tebal dinding 2 mm


 terdiri dari 3 lapisan :
 Lapisan adventitin(luar):jaringan pendukung
 Lapisan media (tengah) :jaringan otot polos
 Lapisan intima(dalam) :jaringan endotel
 Bersifat elastic =high pressure reservoir

 Arteri kecil dan arteriol


 Banyak mengandung otot polos,sedikit lapisan elastic
 Diameternya lebih kecil=”Resistance Vessela”
 Kemampuan berkontraksi dan relaksi ditentukan oleh system saraf otonom dan pengatur local
 Kapasitas volume darah 5 %

 Kapiler
Pembuluh kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki
satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal.

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang


membawa darah darijantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh
balik yang membawa darahmenuju jantung.
Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah
menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan
seperikarbon dioksida. Pada negara berkembang, dua kejadian kematian utama disebabkan
olehinfark miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.

Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan
darah biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat
jantung mengembang dan darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti
tekanan darah saat jantung berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat
dikur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.

Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di
lapisan selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis.
Lapisan terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di
dalam pada lumen.
Jenis pembuluh nadi

Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:

 Arteri pulmonaris

Pembuluh ini membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dariparu-
paru.
 Arteri sistemik

Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, di
mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.
 Aorta

Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan
membawa banyak oksigen.
 Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.

 Pembuluh kapiler

Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang
menjadi fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang
menghubungkan cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang
terkecil dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan
ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil. Pembuluh
kapiler sangat halus dan berdinding tipis.

http://ilmu1muda.wordpress.com/2010/10/10/pembuluh-nadi/

Dua pasang arteri karotis dan dua pasang arteri vertebralis ini bertemu satu sama lain menjadi Sirkulus
Willisi, yakni rangkaian arteri pada dasar otak yang menjadi sumber utama untuk cabang-cabang arteri
yang lain.

Sederhananya begini. Arteri karotis yang ada di leher depan kita itu naik ke atas, persis pada bawah tulang
rahang terpecah menjadi dua: arteri karotis eksterna yang mensuplai darah ke bagian wajah, dan arteri
karotis interna yang masuk kepala menuju otak. Sementara di bagian leher belakang, arteri vertebralis di
kiri-kanan tulang belakang bersatu menjadi arteri basilaris yang berada di tengah-tengah otak kecil. Arteri
basilaris ini terbagi menjadi dua kembali, dan masing-masing bertemu dengan arteri karotis interna kiri-
kanan. Pertemuan ini menghasilkan Sirkulus Willisi.

Dari anyaman ini, kemudian bercabang tiga arteri utama yang merawat otak besar, pusat berpikir kita.
Yakni arteri cerebri anterior (depan) yang merawat otak bagian depan dan menyisip di tengah-tengah dua
belahan otak kiri-kanan; arteri cerebri media (tengah) yang merawat otak bagian depan-bawah, samping-
dalam, dan belakang; lalu arteri cerebri posterior (belakang) yang fokusnya merawat otak bagian belakang.

Gangguan kecil saja dari sistem arteri ini, akan tampak dari pemeriksaan klinis si pasien. Misalnya pada
pasien stroke yang menderita kelumpuhan separuh badan. Karenanya, dari arteri-arteri tersebut banyak
sekali cabang-cabang yang lebih kecil untuk memungkinkan semua bagian otak terawat.

Gampangnya, sistem karotis patokannya adalah arteri besar yang bisa kita pegang sekitar tiga jari (bukan
tiga jempol!) di kanan dan kiri tenggorokan (trakhea). Untuk bagian belakang, patokannya adalah tulang
yang menonjol di tengah-tengah pangkal bawah leher (itu adalah ruas tulang leher ke-7, atau osvertebra
cervicalis 7, cukup disebut C-7 saja), maka di kanan-kirinya adalah arteri vertebralis yang merawat otak
lewat belakang kepala.

http://algristian.wordpress.com/2009/01/20/dua-sistem-arteri-untuk-otak/

Liputan6.com, Jakarta : Aneurisma otak adalah penyakit yang mematikan. Anda akan memiliki tonjolan
dalam otak, biasanya akan menggantung pada pembuluh darah, bisa di mana saja, namun umumnya pada
arteri di dasar otak. Lama kelamaan tonjolan itu dapat pecah dan menyebabkan Anda mengalami
pendarahan. Bila tak segera ditangani, penyakit ini dapat merenggut nyawa Anda.

BERITA TERKAIT
Hidrosefalus, Kepala Membesar Akibat Cairan

Skizofrenia, Gangguan Jiwa Akibat Fungsi Otak Terganggu

Deskripsi

Seperti dilansir Mayo Clinic, Senin (26/8/2013), aneurisma otak merupakan penyakit yang menyerang otak
yang ditandai dengan adanya tonjolan menyerupai balon dalam pembuluh darah yang ada dalam
otak. Lama kelamaan, tonjolan tersebut dapat bocor dan kemudian pecah, namun bisa juga tidak pecah.
Tergantung pada tingkat keparahan penyakit.

Apabila tonjolan tersebut bocor dan pecah, hal itu akan menyebabkan terjadinya pendarahan dalam otak
(stroke hemoragik). Hal ini paling sering terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak.
Memang pendarahan tersebut tidak berlangsung lama, mungkin hanya beberapa detik saja. Namun, hal itu
dapat merusak dan membunuh sel-sel pada otak. Selain itu, tekanan di dalam tengkorak juga ikut
meningkat. Bila tekanan menjadi terlalu tinggi, sirkulasi darah dan suplai oksigen menuju otak akan
terganggu dan dapat membuat Anda menjadi tidak sadarkan diri dan bahkan dapat merenggut nyawa.
Namun, jika penyakit aneurisma belum dalam tahapan parah, tonjolan yang terbentuk mungkin saja tidak
pecah. Meski begitu, Anda tetap akan mengalami gejala-gejala dari penyakit ini dan dapat
mengembangkan masalah lain yang menyerang kesehatan Anda. Jika tonjolan sudah pecah, Anda harus
segera memberikan pengobatan. Sebab, bila dibiarkan begitu saja, hal itu akan menimbulkan komplikasi,
seperti:

1. Pengulangan pendarahan

Meskipun tonjolan sudah pecah dan menyebabkan pendarahan, hal itu bukan berarti Anda tidak akan
mengalaminya lagi. Anda mungkin akan mengalami pendarahan kembali setelah itu. Pendarahan yang
berulang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sel-sel otak.

2. Vasospasme

Bila tonjolan akibat penyakit aneurisma otak telah pecah, pembuluh darah yang ada dalam otak Anda
dapat memyempit dengan tidak teratur (vasospasme). Hal ini dapat mengganggu aliran darah menuju ke
sel-sel otak (stroke iskemik) dan menyebabkan kerusakan dan hilangnya sel pada otak.

3. Hidrosefalus

Umumnya, pendarahan akibat penyakit ini akan terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang
mengelilinginya. Hal ini akan menutupi saluran sirkulasi cairan serebrospinal pada otak. Akibatnya, cairan
tersebut tidak dapat dialirkan dengan normal dan akhirnya tertimbun dalam otak. Tekanan pada otak akan
meningkat dan jaringan yang berada di sekitarnya akan rusak. Inilah yang kemudian menyebabkan
hidrosefalus.

3. Hiponatremia

Pendarahan yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mengganggu keseimbangan kadar natrium yang ada
dalam aliran darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh rusaknya hipotalamus, daerah dekat dasar otak.
Kadar natrium tersebut akan menurun (hiponatremia) dan dapat menyebabkan sel-sel otak membengkak
dan kemudian rusak permanen.

Oleh karena itu, bila Anda mengalami penyakit ini, baik masih pada tahap awal atau sudah parah, Anda
harus melakukan pengobatan secepat mungkin karena penyakit ini sangat mengancam jiwa.

Gejala

Bila penyakit ini sudah parah, tonjolan yang terbentuk di dalam otak akan bocor dan kemudian dapat
pecah. Namun, bila penyakit ini masih tergolong ringan, ukuran tonjolan yang terbentuk biasanya masih
kecil dan mungkin tidak pecah. Gejala yang ditimbulkan pun juga berbeda-beda tergantung pada kondisi
tonjolan yang ada dalam otak Anda, apakah tonjolan tersebut tidak pecah, bocor, atau bahkan sudah
pecah. Berikut penjelasannya:

1. Aneurisma tidak pecah

Bila tonjolan yang terbentuk masih berukuran kecil, Anda mungkin tidak akan merasakan gejala apapun.
Namun, lama kelamaan tonjolan tersebut akan membesar dan dapat menekan jaringan dan saraf pada
otak dan barulah Anda akan merasakan beberapa tanda dan gejala seperti:

 Kelopak mata terasa berat


 Bagian atas dan belakang mata terasa nyeri
 Ukuran pupil melebar
 Penglihatan ganda
 Salah satu sisi wajah mati rasa, seperti lumpuh
2. Aneurisma bocor dan pecah

Sebelum pecah, tonjolan yang terbentuk akibat penyakit ini akan bocor terlebih dahulu. Ketika Anda
mengalaminya, kepala Anda akan terasa sangat sakit. Sakit kepala ini bisa dikatakan menjadi sakit kepala
terburuk yang pernah Anda alami. Setelah itu, tonjolan akan pecah dan Anda mungkin akan mengalami
tanda dan gejala seperti berikut ini dan tetap disertai dengan rasa sakit pada kepala:

 Mual dan muntah


 Leher terasa kaku
 Kelopak mata terasa berat
 Penglihatan kabur atau ganda
 Sensitif terhadap cahaya
 Kesadaran hilang dan menjadi bingung
Penyebab
Dinding arteri yang ada dalam otak dapat menipis. Hal itu dianggap sebagai penyebab dari penyakit
aneurisma pada otak. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat melemahkan dinding arteri sekaligus
meningkatkan risiko dari penyakit ini, yakni:

 Riwayat keluarga dengan aneurisma otak dan gangguan jaringan ikat, seperti sindrom Ehlers-Danlos, di
mana keduanya dapat melemahkan pembuluh darah
 Penuaan
 Kebiasaan merokok
 Kebiasaan menggunakan narkoba, khususnya kokain
 Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Cedera pada kepala
 Infeksi darah tertentu
 Rendahnya kadar estrogen akibat menopause
 Mengalami pengerasar arteri (arteriosclerosis)
Pengobatan

Apabila Anda mengalami beberapa tanda dan gejala seperti di atas, kemungkinan besar Anda mengalami
penyakit aneurisma. Namun, lebih baik Anda memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah ada
tonjolan dalam otak Anda. Bila ada, ceklah kondisi dari tonjolan tersebut. Bila sudah pecah, dokter akan
melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memeriksa apakah Anda telah mengalami pendarahan.
Namun, bila tonjolan tersebut belum pecah, Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan yang sama.
Beberapa jenis pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter untuk para penderita dari penyakit ini, yakni:

1. Tes pencitraan

Biasanya dokter akan melakukan dua jenis tes pencitraan yaitu dengan menggunakan computerized
tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI). CT scan adalah jenis pemeriksaan yang
menggunakan sinar bertegangan tinggi, yaitu sinar X. Jenis pemeriksaan ini dapat menghasilkan gambar
irisan dari otak Anda dalam bentuk dua dimensi. Selain itu, dokter juga dapat melihat apakah Anda
mengalami pendarahan di otak. Dokter mungkin akan memberikan suntikan pewarna dari pembuluh darah
Anda untuk dapat mengamati aliran darah di otak dengan lebih mudah sekaligus dapat menunjukkan lokasi
tonjolan yang pecah. Sedangkan, untuk MRI, dokter akan menggunakan gelombang radio dan medan
magnet yang dapat menciptakan gambar yang lebih jelas dan lebih detil daripada CT scan, yaitu tersedia
dalam bentuk dua dimensi atau bahkan tiga dimensi. Pada pemeriksaan MRI, dokter juga dapat
menyuntikkan pewarna pada pembuluh darah Anda di mana hal itu dapat meningkatkan kejelasan dari
pemeriksaan dan dapat menunjukkan lokasi dari tonjolan yang pecah.

2. Angiogram serebral atau arteriogram serebral

Pertama-tama, dokter akan menyisipkan tabung fleksibel (kateter) tipis ke dalam pembuluh arteri besar
Anda, biasanya terdapat di pangkal paha. Kemudian, benang dari kateter tersebut akan melewati organ
hati dan mencapai pembuluh arteri yang terdapat di otak Anda. Kemudian, dokter akan menyuntikkan
cairan khusus ke dalam kateter di mana cairan tersebut akan menyebar dari pembuluh arteri di otak hingga
ke seluruh bagian dari otak Anda. Pada pemeriksaan ini, dokter juga akan menggunakan sinar-X untuk
menciptakan gambar otak Anda. Dari situlah, dokter dapat melihat kondisi dari pembuluh arteri di otak
Anda sekaligus dapat mengetahui letak dari tonjolan yang pecah. Jenis pemeriksaan ini dianggap lebih
invasif dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lainnya. Namun, Anda tetap harus melakukan tes
diagnostik lainnya untuk melengkapi informasi.

3. Tes cairan serebrospinal

Jika Anda telah mengalami pendarahan akibat penyakit ini, cairan serebrospinal yang mengelilingi otak
dan tulang belakang sangat mungkin mengandung sel darah merah. Dokter akan melakukan jenis
pemeriksaan ini jika CT scan tidak menunjukkan bukti pendarahan. Dokter akan mengambil sampel dari
cairan serebrospinal dari punggung Anda dengan menggunakan jarum. Prosedur ini biasanya disebut
dengan istilah spinal tap atau pungsi lumbal.

Setelah melakukan pemeriksaan dan hasil yang didapatkan adalah positif mengalami penyakit aneurisma
otak, dokter pasti akan merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini memang harus diobati
dengan cepat. Sebab, bila tidak, nyawa Anda yang menjadi taruhannya. Umumnya, penyakit ini diobati
dengan cara melakukan operasi. Ada dua jenis operasi yang biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit
ini, yaitu:

1. Kliping bedah

Dokter akan mengambil bagian tengkorak kepala Anda terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dokter dapat
menempatkan pembuluh darah buatan pada kepala Anda di mana hal ini dapat menutup aneurisma. Selain
itu, dokter juga akan menempatkan klip logam berukuran kecil pada leher aneurisma guna menghentikan
aliran darah ke dalamnya. Setelah prosedur ini selesai dilakukan, tengkorak kepala Anda akan
dikembalikan seperti semula.

2. Endovaskular melingkar

Bila dibandingkan dengan jenis yang pertama, prosedur ini dianggap kurang invasif. Pada prosedur ini,
dokter akan memasukkan tabung plastik berongga (kateter) ke dalam arteri yang biasanya terdapat di
pangkal paha. Kemudian, dokter akan menggunakan kawat panduan untuk mendorong kawat lunak
platinum melalui kateter dan diarahkan menuju ke aneurisma. Kumparan kawat di dalam aneurisma akan
menganggu aliran darah dan menyebabkan darah menggumpal.

Kedua jenis prosedur pembedahan di atas dapat menimbulkan risiko, terutama pendarahan di otak atau
hilangnya aliran darah ke otak. Prosedur endovaskular melingkar lebih berisiko daripada prosedur kliping
bedah. Sebab, hal itu dapat menyebabkan penderitanya mengalami pendarahan berulang. Kedua jenis
pembedahan tersebut akan direkomendasikan oleh dokter apabila tonjolan dalam otak Anda sudah
berukuran besar. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang akan dipertimbangkan oleh dokter sebelum
merujuk Anda untuk melakukan prosedur pembedahan.

Anda juga dapat melakukan beberapa jenis pengobatan lain yang mungkin lebih aman untuk dilakukan,
seperti:
1. Mengonsumsi obat pereda nyeri

Obat acetaminophen (Tylenol, dan lain-lain) dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit pada kepala yang
menjadi gejala utama dari penyakit ini.

Mengkonsumsi obat yang dapat mencegah kalsium memasuki dinding sel pembuluh darah. Salah satunya
adalah nimodipin yang telah terbukti dapat mengurangi risiko cedera pada otak yang diakibatkan oleh
kurangnya suplai darah ke otak akibat terjadi pendarahan. Obat itu juga dapat mengurangi risiko dari
vasospasme.
Mengkonsumsi obat anti-kejang

Obat-obat ini termasuk levetiracetam (Keppra), phenytoin (Dilantin, Phenytek, lainnya) dan asam valproik
(Depakene). Jenis obat tersebut dapat mengobati kejang yang mungkin timbul akibat penyakit aneurisma
otak.

2. Memberikan suntikan obat intravena

Jenis obat yang digunakan adalah vasopressor. Obat ini dapat meningkatkan tekanan darah di mana hal
ini dapat mengatasi resistensi penyempitan pembuluh darah.

3. Melakukan prosedur angioplasty

Prosedur ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke akibat otak tidak mendapatkan suplai darah yang
cukup. Dalam prosedur ini, dokter menggunakan kateter yang dapat membuka pembuluh darah pada otak
yang mengalami penyempitan. Selain itu, kateter ini juga digunakan untuk memberikan obat yang disebut
vasodilator ke otak. Obat ini bisa melebarkan pembuluh darah.

4. Terapi rehabilitasi

Para penderita dari penyakit ini pasti akan mengalami kerusakan pada otak. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan terapi rehabilitasi, seperti terapi okupasi yang dapat memulihkan keterampilan belajar
mereka.

Namun, jika penyakit aneurisma yang Anda alami belum terlalu parah, biasanya tonjolan yang terbentuk
belum pecah dan tidak menyebabkan pendarahan. Menjaga tekanan darah adalah salah satu kunci utama
agar tonjolan Anda tidak pecah. Selain itu, Anda juga harus merubah gaya hidup Anda yang mungkin
dapat memperburuk penyakit aneurisma yang Anda alami. Anda harus melakukan hal-hal berikut ini:

 Tidak merokok atau menggunakan narkoba


 Membatasi kafein: Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak.
 Mengonsumsi makanan yang sehat dan berolahraga: Pola makan yang sehat dan rutin berolahraga dapat
membantu Anda untuk menurunkan tekanan darah. Namun, jangan melakukan jenis olahraga yang terlalu
berat, seperti mengangkat barbel. Sebab, hal itu dapat menegangkan otot dan meningkatkan tekanan
darah Anda.
 Menghindari pekerjaan berat: Jangan melakukan aktivitas berat. Sebab, ketika Anda melakukan pekerjaan
yang berat, tanpa sadar otot Anda akan tegang dan hal itu dapat meningkatkan tekanan darah Anda.
 Menghindari aspirin: Aspirin dan beberapa obat lain dapat menghambat pembekuan darah.
Berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu sebelum Anda mengkonsumsi obat-obatan.
http://health.liputan6.com/read/674969/aneurisma-otak-tonjolan-pada-pembuluh-darah-di-otak

Anda mungkin juga menyukai