dalam duramater dengan arachnoid. Perdarahan ini sering terjadi akibat robekan
pembuluh darah atau vena-vena kecil di permukaan korteks serebri.
Klasifikasi
Subdural hematom dibagi tiga, yaitu subdural hematom akut, subakut, dan kronis.
Ketiganya dibedakan berdasarkan lamanya kejadian.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan primer (primary survey) yang
mencakup:
1. jalan nafas (airway)
2. pernafasan (breathing)
3. tekanan darah atau nadi (circulation),
4. derajat kesadaran (disability)
5. adakah jejas atau luka yang mengancam jiwa (eksposure).
Jalan nafas harus dibersihkan apabila terjadi sumbatan atau
obstruksi, bila perlu dipasang orofaring tube atau endotrakeal tube lalu
diikuti dengan pemberian oksigen. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan tubuh. Pemakaian pulse
oksimetri sangat bermanfaat untuk memonitor saturasi O2. Secara
bersamaan juga diperiksa nadi dan tekanan darah memantau apakah terjadi
hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika
terjadi hipotensi atau syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang. Terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial ditandai dengan refleks Cushing yaitu peningkatan tekanan
darah, bradikardia dan bradipnea.
Pemeriksaan neurologik yang meliputkan kesadaran penderita
dengan menggunakan Skala Koma Glasgow, pemeriksaan diameter kedua
pupil , dan tanda-tanda defisit neurologis fokal. Pemeriksaan kesadaran
dengan Skala Koma Glasgow menilai kemampuan membuka mata, respon
verbal dan respon motorik pasien terdapat stimulasi verbal atau nyeri.
Pemeriksaan diamter kedua pupil dan adanya defisit neurologi fokal
menilai apakah telah terjadi herniasi di intrakranial dan terganggunya
sistem kortikospinal di sepanjang kortex menuju medula spinalis.
Patofisiologi
SDH akut disebabkan robekan kapiler cortical akibat akselerasi otak dalam
kranium disebabkan benturan. Saat kepala berbenturan dengan benda
keras, menimbulkan energi yang berakibat otak berakselerasi di dalam
kranium. Jika akselerasi ini berjalan hanya sesaat, kerusakan terjadi hanya
di sekitar permukaan otak dan pembuluh darah termasuk bridging veins.
Jika akselerasi dalam jangka waktu lama, regangan dapat masuk lebih
dalam menyebabkan diffuse axonal injury (DAI). Sumber perdarahan lain
subdural hematom adalah laserasi atau ruptur arteri dan vena kecil di
korteks yang berkaitan dengan kontusio. Subdural hematom biasanya
berada sepanjang konveksitas cerebral. Tempat paling sering kontusio
cerebral yang menyebabkan subdural hematom adalah di bagian temporal
dan berikutnya di bagian frontal dan cerebral konveksitas. Subdural
hematom juga dapat terjadi antara falx dan permukaan medial hemisfer
cerebral. Ini sering disebut parafalcine subdural hematom yang
dikarakterisasikan dengan hemiparese kontralateral pada ekstremitas
bawah dibanding ekstremitas atas (falx syndrome). SDH akut dapat juga
disebabkan oleh aneurisma, tumor, dan arteriovenous malformation.
Namun mayoritas penyebab SDH adalah ruptur bridging vein. Angiografi
cerebral menyatakan 8-12 vena kortikal yang mengalir ke sinus sagitalis
superior. Vena ini mengalirkan bagian medial, lateral dan superior
cerebral. Dapat dibagi menjadi area prerolandic (1-6 vena), area rolandic
(1-3 vena), dan retrorolandic (1-3 vena). Kebanyakan satu atau vena
bergabung menjadi satu, mengalirkan area yang luas, ada juga vena yang
berdekatan mengalirkan area yang kecil. Jika ada robekan bridging vein
maka darah akan masuk ke lapisan dural border cells sehingga terjadi
SDH. Ada juga yang membuat SDH bertambah besar, yaitu tekanan vena
cerebral yang berjalan sama dengan tekanan intrakranial, hanya ada
perbedaan sedikit diantaranya.4 Jika tekanan vena cerebral meningkat
maka darah dari vena kortikal sulit masuk ke dalam sinus sagitalis superior
menyebabkan darah menumpuk di vena kortikal. Akibatnya SDH akan
bertambah besar, tekanan intrakranial juga meningkat kembali.
Pemeriksaan Penunjang
Perdarahan subdural akut pada CT-scan kepala (non kontras) tampak
sebagai suatu massa hiperdens (putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit
sepanjang bagian dalam (inner table) tengkorak dan paling banyak
terdapat pada konveksitas otak di daerah parietal. Terdapat dalam jumlah
yang lebih sedikit di daerah bagian atas tentorium serebelli. Subdural
hematom berbentuk cekung, unilateral dan terbatasi oleh garis sutura.
Tatalaksana
Didalam masa mempersiapkan tindakan operasi, perhatian
hendaknya ditujukan kepada pengobatan dengan medikamentosa untuk
menurunkan peningkatan tekanan intrakrania (PTIK). Seperti pemberian
manitol 0,25gr/kgBB, atau furosemid 10 mg intravena dan hiperventilasi.
5,6,7,8 Pada kasus perdarahan yang kecil (volume 30 cc ataupun kurang)
edema otak yang minimal dan midline shift kurang dari 5 mm dilakukan
tindakan konservatif. Tetapi pada keadaan ini masih ada kemungkinan
terjadi penyerapan darah yang rusak diikuti oleh terjadinya fibrosis yang
kemudian dapat mengalami pengapuran.
Strategi tanpa pembedahan terfokus pada pencegahan secondary
injury setelah cedera kepala. Intervensi medis ditargetkan pada tekanan
intrakranial yang terkontrol, memastikan aliran darah dan oksigen,
meminimalkan edema cerebri.
Dapus
Dharmajaya, Ridha. Subdural Hematoma. Medan: USU Press
;2018.