1 Definisi
Cedera kepala ringan atau trauma kepala ringan adalah kondisi cedera
kepala yang terjadi akibat benturan, kecelakaan, atau dipukul dengan benda keras.
Cedera kepala jenis ini dapat menyebabkan trauma kepala dan kehilangan
kesadaran selama kurang dari 30 menit. Cedera kepala jenis ringan berpotensi
mampu mengakibatkan terganggunya fungsi sel otak untuk sementara. Kondisi ini
yang menyebabkan penderitanya akan kehilangan kesadaran untuk sementara
waktu (Na’imah, 2021).
Menurut Price and Wilson 2005 dalam (Aucone et al., 2016) Cedera
kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala ,yang dapat melibatkan setiap komponen yang ada, mulai dari kulit
kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya. Cedera kepala merupakan
salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif
dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena
mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan pertama yang
belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat.
1.2 Etiologi
Pada umumnya EDH disebabkan oleh trauma kepala, meskipun pada
beberapa kasus disebabkan oleh keadaan lain seperti sickle cell disease. Selain itu
juga EDH dapat terjadi terjadi karena fraktur calvaria akibat cedera kepala
sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan darah terakumulasi dalam
ruang antara duramater dan calvaria. EDH akan menempati ruang dalam
intrakranial, sehingga perluasan yang cepat pada lesi ini dapat menimbulkan
penekanan pada otak yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran,
kecacatan baik bersifat reversible maupun irreversible dan bahkan kematian
(Sehgal, 2018).
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan berat ringannya cidera kepala dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Cedera kepala ringan. Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio
atau hematom.
2. Cedera kepala sedang. Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30
menit sampai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi
ringan.
3. Cedera kepala berat. Jika GCS berada antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari
24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema
serebral.
1.4 Manifestasi klinis
Tampilan klinik pasien EDH yang khas adalah adanya “Lucid Interval”,
yaitu adanya suatu periode kesadaran pada pasien yang pingsan saat kecelakaan,
dan kemudian mengalami penurunan kesadaran setelahnya. Gejala ini dapat
ditemui pada 47% pasien EDH yang dioperasi. Kelainan dalam pemeriksaan pupil
ditemui pada
18 hingga 44% penderita EDH, yaitu adanya pupil asimetris, dilatasi, serta
terfiksir. Gejala penyerta lain yang dapat ditemui adalah deficit fokal seperti
hemiparesis, decerebrasi, serta kejang. Temuan klinis dapat berbeda pada pasien
dengan EDH fossa posterior, dimana penurunan kesadaran dan muntah
merupakan gejala yang nampak (Wahjoepramono dan Arifin, 2020).
2. Terapi medikamentosa
Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah
yang dapat menghalangi aliran udara pemafasan. Bila perlu dipasang
pipa naso/orofaringeal dan pemberian oksigen. Infus dipasang
terutama untuk membuka jalur intravena.
Mengurangi edema otak
Beberapa cara dapat dicoba untuk mengurangi edema otak
Hiperventilasi, bertujuan untuk menurunkan paO2 darah sehingga
mencegah vasodilatasi pembuluh darah.
Cairan hiperosmoler, umumnya digunakan cairan Manitol per infus
untuk menarik air dari ruang intersel ke dalam ruang intravaskular
untuk kemudian dikeluarkan melalui diuresis. Manitol digunakan
untuk menurunkan tekanan tinggi intrakranial pada cidera kepala
Barbiturat, digunakan untuk membius pasien sehingga metabolisme
otak dapat ditekan serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen
juga akan menurun; karena kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih
terlindung dari kemungkinan kerusakan akibat hipoksi, walaupun
suplai oksigen berkurang.
Operasi di lakukan bila terdapat :
Volume hamatom > 30 ml, Keadaan pasien memburuk, Fraktur
tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan kedalaman >1
cm, DH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis
tengah dengan GCS 8 atau kurang
Tanda-tanda lokal dan peningkatan TIK > 25 mmHg (Sidharta, 2000)
1.8 Komplikasi
1. Kejang
2. Herniasi otak
3. Hedrosefalus
4. Koma
5. Lumpuh dan mati rasa
1. Keadaan umum
b) Apatis (nilai GCS 13-12), yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan
acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
c) Delirium (nilai GCS (11-10), yaitu kondisi seseorang yang mengalami
kekacauan gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
f) Koma (nilai GCS 3), yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam,
memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak
ada respons terhadap rangsang nyeri.
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah hipertensi bila ada peningkatan Tekanan Intrakranial dan
bisa normal pada keadaan yang lebih ringan, nadi bisa terjadi bradicardi,
tachicardi.
4. Kepala
Kulit kepala: pada trauma tumpul terdapat hematom, bengkak dan
nyeritekan. Pada luka terbuka terdapat robekan dan perdarahan
5. Wajah
Pada cedera kepala sedang, cedera kepala berat yang terjadi contusion
cerebri, terjadi mati rasa pada wajah
6. Mata
Terjadi penurunan fungsi penglihatan, reflek cahayamenurun, keterbatasan
lapang pandang. Dapat terjadi perubahan ukuran pupil, bola mata tidak
dapat mengikuti perintah.
7. Telinga
Penurunan fungsi pendengaran pada trauma yang mengenai lobus
temporal yang menginterprestasikan pendengaran,drainase cairan spinal
pada fraktur dasar tengkorak, kemungkinan adanya perdarahan dari tulang
telinga.
8. Hidung
Pada cedera kepala yang mengalami lobus oksipital yang merupakan
tempat interprestassi penciuman dapat terjadi penurunan fungsi
penciuman.
9. Mulut
Gangguan menelan pada cedera kepala yang menekan reflek serta
gangguan pengecapan pada cedera kepala dan berat.
10. Leher
Dapat terjadi gangguan pergerakan pada cedera kepala sedang dan berat
yang menekan pusat motorik, kemungkinan didapatkan kaku kuduk.
11. Dada.
Inspeksi : biasanya bentuk simetris, terjadi perubahan irama, frekuensi dan
kedalaman pernafasan terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : biasanya terjadi nyeri tekan apabila terjadi traumac.
Perkusi : bunyi resonan pada seluruh lapang paru, terkecuali daerah
jantung dan hepar bunyi redup
Auskultasi : biasanya bunyi nafas normal (vesikuler), bisa ronchi apabila
terdapat gangguan, bunyi S1 dan S2 bisa teratur bisa tidak, perubahan
frekuensi dan irama
12. Abdomen
13. Ekstremitas
a) Kaku kuduk:
d) Brudzinski II
Aucone, E.J., Barth, J.T., Freeman, J.R., Broshek, D.K., 2016. Mild head injury.
Curated Ref. Collect. Neurosci. Biobehav. Psychol. 2, 81–92.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809324-5.03098-4
Bhorkar, N., Dhansura, T., Tarawade, U., Mehta, S., 2018. Epidural Hematoma.
Indian J Crit Care Med.
Na’imah, S., 2021. Cedera kepala ringan [WWW Document]. 02 December. URL
https://hellosehat.com/saraf/otak-tulang-belakang/cedera-kepala-ringan/
(diakses 6.6.22).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonsesi (SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI