Anda di halaman 1dari 20

NAMA KELOMPOK

Inka Amelia (18014)


Purwanto Andika Putra (18026)
Siti Maulidia (18034)
Cedera kepala
yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang
tengkorak, percepatan (accelerasi) dan
perlambatan (decelerasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi
yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tindakan pencegahan (Doenges, 1989)
KLASIFIKASI

Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai


berikut :
Berdasarkan Mekanisme

- Trauma Tumpul
- Trauma Tembus
• Berdasarkan Beratnya Cidera
- Cedera kepala ringan
- Cedera kepala sedang
- Cedera Kepala Berat
 Berdasarkan Morfologi
- Cedera kulit kepala
- Fraktur Tengkorak
- Cedera Otak
- Perdarahan Intrakranial
 Berdasarkan Patofisiologi
- Cedera kepala primer
- Cedera kepala sekunder
ETIOLOGI

1. Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa


penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma yang
dibedakan menjadi 2 faktor yaitu :
◦ Trauma primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi
dan deselerasi) 
◦ Trauma sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
sistemik.
2.Trauma akibat persalinan
3.Kecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil,
kecelakaan pada saat olahraga.
4. Jatuh
5.Cedera akibat kekerasan.
PATOFISIOLOGI

Menurut Long (1996) trauma kepala terjadi karena cidera kepala, kulit
kepala, tulang kepala, jaringan otak. Trauma langsung bila kepala
langsung terluka. Semua itu berakibat terjadinya akselerasi, deselerasi
dan pembentukan rongga. Trauma langsung juga menyebabkan rotasi
tengkorak dan isinya, kekuatan itu bisa seketika/menyusul rusaknya
otak dan kompresi, goresan/tekanan. Cidera akselerasi terjadi bila
kepala kena benturan dari obyek yang bergerak dan menimbulkan
gerakan. Akibat dari akselerasi, kikisan/konstusio pada lobus oksipital
dan frontal batang otak dan cerebellum dapat terjadi. Sedangkan cidera
deselerasi terjadi bila kepala membentur bahan padat yang tidak
bergerak dengan deselerasi yang cepat dari tulang tengkorak.
Pengaruh umum cidera kepala dari tengkorak ringan sampai tingkat
berat ialah edema otak, deficit sensorik dan motorik. Peningkatan TIK
terjadi
dalam rongga tengkorak (TIK normal 4-15 mmHg). Kerusakan
selanjutnya timbul masa lesi, pergeseran otot.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)


 MRI
 Cerebral Angiography.
 EEG (Elektroencepalograf)
 X-Ray
 BAER
 PET
 CSF, Lumbal Pungsi.
 ABGs
 Kadar Elektrolit
 Screen Toxicologi
 
PENATALAKSANAAN

 Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien


dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
◦ Observasi 24 jam
◦ Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu. Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila
muntah-muntah, hanya cairan infus dextrosa 5 %,
amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan
lunak.
◦ Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
◦ Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
◦ Terapi obat-obatan.
◦ Pembedahan bila ada indikasi.
KOMPLIKASI

 Hemorrhagie
 Infeksi
 Edema serebral dan herniasi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun
objektif pada ganguuan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala
tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri,
dan adanya komplikasi pada organ vital
lainnya. Pengkajian keperawatan cedera
kepala meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
dan pengkajian psikososial.
PENGKAJIAN AWAL
 Airway : Klien terpasang ETT ukuran 7,5

dengan pemberian oksigen 15 liter permenit.


FIO2 = 81 %, terdapat sumbatan atau
penumpukan sekret, adanya suara nafars
tambahan yaitu ronchi +/+.
 Breathing : Frekuensi nafas 20x/menit,

irama nafas abnormal, nafas tidak spontan.


 Circulation:Perubahan frekuensi jantung

(bradikardi),  keluar darah dari hidung dan


telinga, perubahan tekanan darah
 ANAMNESIS

Identitas klien meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia muda ), jenis kelamin
( banyak laki-laki, karena ngebut-ngebutan dengan motor tanpa pengaman helm ), pedidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran.
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian,dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat
kesadaran menurun ( GCS <15 ), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris
atau tidak, lemah, luka dikepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernafasan, adanya
liquor dari hidung dan telinga, serta kejang. Adanya penurunan tingkat kesadaran
dihubungkan dengan perubahan didalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma. Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien ( bila klien tidak
sadar ) tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi
pada beberapa klien yang suka ngebut-ngebutan.

 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung ,anemia, penggunaan obat-obatan
antikoagulan, konsumsi alkohol berlebih.
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Mengkaji adanya anggota terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus.
 
 PENGKAJIAN PSIKO,SOSIO,SPIRITUAL
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya. Apakah ada dampak yang
timbul pada klien, yaitu timbul ketautan akan kesadaran, rasa cemas.
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
dan tidak kooperatif. Karena klein harus menjalani rawat inap maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi kilen, karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Cedera
kepala memerlukan dana pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klein dan keluarga.
 PENGKAJIAN FISIK
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat bergguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan persistem ( B1-B6 ).
 Keadaan Umum

Pada keadaan cedera kepala umum nya mengalami penurunan kesadran ( cedera otak ringan
GCS 13-15, cedera otak sedang GCS 9-12, cedera otak berat GCS <8 ) dan terjadi perubahan
pada tanda-tanda vital.
 B1 ( Breathing )

Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan serebral akibat trauma
kepala. Akan didapatkan hasil:
Inspeksi     : Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Palpasi       : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan apabila
melibatkan trauma pada rongga thoraks.
Perkusi       : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada thoraks.
Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronkhi pada klein dengan
pengingkatan produksi sekret dan kemampuan batuak yang menuurn sering didapatkan pada
klien cedera kepala dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
 
Klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan biasanya klien dirawat diruang perawatan
intensif sampai kondisi klien menjadi stabil pada klien dengan cedera otak berat dan sudah
terjadi disfungsi pernafasan.
 B2 ( Blood )

Pada sisitem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera
kepala sedang sampa cedera otak berat. Dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah,
bradikardi, takikardi, dan aritmia.
 B3 ( Brain )
Cedera kepala menyebabakan berbagai defisit neurologi terutama disebabkan
pengaruh peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya perdarahan baik
bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural
hematoma. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS.
 B4 ( Bladder )
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik. Penurunan
jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi ginjal. Setelah cedera kepala, klien mungkin mengalami inkontinensia
urinw karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
 B5 ( Bowel )
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual,
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan adanya
peningkatan produksi asam lambung. Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
 B6 ( Bone )
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh ekstremitas.
Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit. ( Arif Muttaqin, 2008 )
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Perubahan perfusi serebral berhubungan


dengan penghentian aliran darah, edema
serebral.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

kerusakan neurovaskuler ( cedera pada pusat


pernafasan otak).
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif.
INTERVENSI
Diagnosa 1     : Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah, edema serebral.
Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, GCS, tingkat kesadaran,
kognitif, dan fungsi motorik klien membaik.
Kriteria Hasil :
 Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

 Tingkat kesadaran membaik.

 GCS klien meningkat.

Intervensi       :
 Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak dan

peningkatan TIK.
R/ : Penurunan tanda atau gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah
serangan awal, menunjukkan perlunya klien dirawat diperawatan intensif.
 Pantau atau catat status neurologis secara teratus dan bandingkan dengan nilai GCS

R/ : Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaatdalam


menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan saraf pusat.
 Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lingkungan yang

tenang.
R/ : Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh dan
meningkatkan istirahat untuk mempertahankan atau menurunkan TIK
Diagnosa 2     : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler.
Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu
mempertahankan pola pernafasan efektif melalui pemasangan ETT.
Kriteria Hasil :
 Pola nafas kembali efektif
 Nafas spontan.

Intervensi       :
 Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidakteraturan

pernafasan.
R/ : Perubahan daoat menandakan awitan komplikasi pulmonal atau
menandakan lokasi / luasnya keterlibatan oyak. Pernafasan lambat,
periode apnea dapat menandakan perlunya ventilasi mekanik.
 Diposisikan head up (300).

R/ : Untuk menurunkan tekanan vena jugularis


 Berikan oksigen.

R/ : Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam


pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin
diperlukan ventilasi mekanik.
Diagnosa 3     : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.
Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien bebas
dari tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
 Tidak ada tanda-tanda infeksi yaitu kalor (panas), rubor (kemerahan),

dolor (nyeri tekan), tumor (membengkak), dan fungsi ulesa.


Intervensi       :
 Berikan perawatan aseptik,pertahankan teknik cuci tangan yang baik.

R/ : Cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.


 Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan.

R/ : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk


melakukan tindakan dengan segera dan peegahan teradap
komplikasi selanjutnya.
 Pantau suhu tubuh secara teratur.

R/ : Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya


memerlukan evaluasi atau tindakan segera.
IMPLEMENTASI
 Implementasi atau tindakan adalah

pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
 
EVALUASI
 Evaluasi adalah tahap penilaian dari tindakan

yang telah direncanakan. Untuk malsalah


kegawatdaruratan hipoglikemi ini adalah
kesadaran klien dapat kembali seperti semula,
cairan dalam tubuh terpenuhi dan tanda-
tanda vital klien normal.

Anda mungkin juga menyukai