Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK


Program Profesi Ners

Oleh:
Yuti Sartika (22222080)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


ISTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak
berupa tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan
peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah sub arakhnoid,
peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni, 2017)
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan
berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh
iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai
oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak,
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya
disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang
ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Ayu R
D, 2018).
Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik atau
emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah
atau gumpalan hasil terbentukbya trombus. (Nurarif, 2015). Berdasarkan
definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah
penyumbatan pembuluh darah diotak yang disebabkan oleh bekuan darah
sehingga menghalangi suplai oksigen ke otak.
B. Etiologi
Stroke disebabkan oleh adanya arteri yang tersumbat pada pembuluh
darah otak ( stroke iskemik). Beberapa orang mungkin mengalami
gangguan sementara aliran darah ke otak (transient ischemic attack atau
TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen. Sekitar 80 % kasus
stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak
menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah sangat berkurang
(iskemia) (Haryono, Utami, & Sari, 2019).
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1) Trombosis serebral
2) Emboli serebri
3) Hipoksia Umum
4) Hipoksia setempat
C. Patofisiologi
Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh
darah. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari
penyakit yang mendasari atau faktor resiko. Patologi utama termasuk
hipertensi, aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri koroner,
dislipidemia, penyakit jantung, dan hiperlipemia (Haryono & Utami,2019).
Patofisiologi stroke non hemoragik atau iskemik merupakan
penyumbatan yang disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak pada
pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan otak yang
kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan menurun
fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan
iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron
sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang
terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam siste peredaran darah yang biasa
terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang
terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula mengganggu sistem
sirkulasi otak (fanning dkk, 2014 dalam (Haryono & Utami, 2019).
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat darah otak terbagi
menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah
penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran
darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah ini beresiko
menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Daerah penumbra adalah daerah
otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dikarenakan
daerah ini masih masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah
(Haryono & Utami, 2019)
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif A. H,(2016), manifestasi klinis stroket meliputi :
a. Tiba –tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan.
b. Tiba – tiba hilang rasa peka.
c. Bicara pelo.
d. Gangguan bicara dan bahasa.
e. Gangguan penglihatan.
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.
g. Gangguan daya ingat.
h. Nyeri kepala hebat.
i. Vertigo.
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak.
F. Komplikasi
Menurut Andra & Yessie (2013)
a. Berhubungan dengan imobilisasi
b. Infeksi pernafasan
c. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
d. Konstipasi
e. Tromboflebitis
f. Berhubungan dengan mobilisasi
g. Nyeri daerah punggung
h. Dislokasi sendi
i. Berhubungan dengan kerusakan otak
j. Epilepsy
k. Sakit kepala
l. Kraniotomi
m. Hidrosefalus
G. Pemeriksaan Penunjang
Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso, L.E (2018).
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso,
L.E (2018).
a. Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Antikoagulan (heparin)
3) Hemorragik (pentoxyfilin)
4) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
5) Antagonis kalsium (nomodipin, piracetam)
b. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi
1) Atasi kejang (anti konvulsan)
2) Atasi dekompresi (kraniotomi)
3) Untuk penatalaksanaan faktor resiko:
a) Atasi hiper uresemia
b) Atasi hipertensi
c) Atasi hiperglikemi.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode,
yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat & Teke,
2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data yang
dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan,data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat traumakepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan.
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
6) Pola – pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayatperokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik
usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot.
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti
hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2) Pemeriksaan integumen
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tandatanda dekubitus terutama
pada daerahmyang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu.
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis .
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidakteratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung .
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine.
7) Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
a) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
b) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
c) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
d) Pemeriksaan reflek
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
munculkembali didahuli dengan refleks patologis.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark,
hemoragik.
2) Pemeriksaan laboraturium
a) fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan
cairan tidak mengandung darah atau jernih.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d) Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
e) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
2. Diagnosa keperawatan
a) Risiko perfusi serebral tidak efektif
b) Gangguan mobillitas fisik
c) Defisit perawatan diri
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


1. Risiko perfusi serebral tidak Perfusi serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
efektif (D.0017) Setelah dilakukan intervensi (I.06194)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Observasi
Definisi : perfusi serebral meningkat, dengan
Risiko perfusi serebral tidak kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
efektif adalah diagnosis 1. Tingkat kesadaran meningkat (misalnya: lesi, gangguan metabolism, edema
keperawatan yang didefinisikan 2. Sakit kepala menurun serebral)
sebagai berisiko mengalami 3. Gelisah menurun 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
penurunan sirkulasi darah ke 4. Tekanan arteri rata-rata (mean (misalnya: tekanan darah meningkat, tekanan
otak. arterial pressure/MAP) membaik nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler,
5. Tekanan intra kranial membaik kesadaran menurun)
3. Monitor MAP (mean arterial pressure)
(LIHAT: Kalkulator MAP)
4. Monitor CVP (central venous pressure)
5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Monitor PAP, jika perlu
7. Monitor ICP (intra cranial pressure)
8. Monitor gelombang ICP
9. Monitor status pernapasan
10. Monitor intake dan output cairan
11. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik

1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan


lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian sedasi dan


antikonvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika
perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
(D.0054) Setelah dilakukan intervensi
Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Definisi : mobilitas fisik meningkat, dengan
kriteria hasil:
Gangguan mobilitas fisik 1. Pergerakan ekstremitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
merupakan diagnosis meningkat lainnya
keperawatan yang didefinisikan 2. Kekuatan otot meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
sebagai keterbatasan dalam 3. Rentang gerak (ROM) pergerakan
gerakan fisik dari satu atau lebih meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
ekstremitas secara mandiri. sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu


(mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
3. Defisit Perawatan Diri (D.0109) Perawatan diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)
Setelah dilakukan intervensi
Observasi
Definisi : keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Defisit perawatan diri merupakan perawatan diri meningkat, dengan 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia
diagnosis keperawatan yang kriteria hasil: 2. Monitor integritas kulit pasien
didefinisikan sebagai 1. Kemampuan mandi meningkat
ketidakmampuan melakukan 2. Kemampuan mengenakan Terapeutik
atau menyelesaikan aktivitas pakaian meningkat
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
perawatan diri. 3. Kemampuan makan meningkat
memudahkan eliminasi
4. Kemampuan ke toilet
2. Dukung penggunaan
(BAB/BAK) meningkat
toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
5. Verbalisasi keinginan melakukan
3. Jaga privasi selama eliminasi
perawatan diri meningkat
4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika
6. Minat melakukan perawatan diri
perlu
meningkat
5. Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah
digunakan
6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal,
urinal), jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin


2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Septiandini Dyah, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Stroke Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang ICU
RSUD Salatiga, Program Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non
Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Studi Di
Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruhan), Program Studi Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.

Haryono, Utami, R., & Sari, M. P. (2019). keperawatan medikal bedah 2.


yogyakarta: pustaka baru press.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan
Nanda Nic Noc. Jakarta: CV Trans Info Media.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis


Nanda NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction.

Nur’aeni Yuliatun Rini, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non
Hemoragik Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di
Ruang Kenanga RSUD Dr. Soedirman Kebumen, Program Studi DIII
Akademi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.


Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPD PPNI.

Susilo, C. B. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Persyarafan. Jogyakarta: Pustaka


Baru Press.
Wijaya, A. saferi and Mariza, P. yessie, 2013, Keperawatan Medikal Bedah.
pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai