Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

B DENGAN
MENGIDAP PENYAKIT CVA INFRAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktik Klinik keperawatan Departemen
Keperawatan Medikal Bedah

Di Ruang Marwah

RSI Masyithoh Bangil

Oleh :

Nama : Anis Mahmudah

NIM : P17220194051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D-III KEPERAWATAN LAWANG


KONSEP DASAR

A. Pengertian

Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah kebagian otak (Brunner& Suddarth, 2002).

Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti,
2011).

Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Di


sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya
menurun (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi
Faktor risiko stroke
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:
1) Hipertensi, merupakan faktor risiko utama
2) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.
3) Kolesterol darah tinggi.
4) Obesitas atau kegemukan.
5) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.
6) Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.
7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
8) Merokok
9) Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10) Konsumsi alkohol (muttaqin, 2008)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata
serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
Pada stroke akut gejala klinis meliputi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul
secara mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
e. Disatria (bicara cadel atau pelo)
f. Gangguan penglihatan, diplopia
g. Ataksia
h. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala (Tarwoto, 2007)

D. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi
kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan
atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini
akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.

E. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan darah lengkap

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan elektrolit

- Uji tourniquet

F. Pathway

Thrombus/Emboli di serebral

Suplai darah ke jaringan serebral tidak adekuat

Tekanan intracranial/hermalis serebral Defisit neurologi

Penurunan kesadaran Disfungsi hamisfer kiri

Resiko jatuh Hemiparase kanan

Gangguan mobilitas fisik

G. Faktor Resiko
Resiko stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor resiko. Yaitu kelainan atau
penyakit yang membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke.
a. Tidak dapat dimodifikasi
-Usia
-Jenis kelamin
-Herediter
-Ras
b. Dapat dimodifikasi
Mayor
-Hipertensi
-Penyakit jantung
-Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
-Diabetes mellitus
-Polisitemia
-Riwayat stroke
-Perokok
Minor
-Hiperkolesterol
-Hematocrit tinggi
-Obesitas
-Kadar asam urat tinggi

H. Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
Menurut Friedman, 1998
a) Identitas data yang meliputi : usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keturunan, ras
dan etnik, riwayat penyakit hipertensi, kebiasaan makan, kebiasaan merokok,
pekerjaan, aktivitas, dan pendidikan.

b) Keluhan utama : Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,


bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

d) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit


jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat perkembangan/kesehatan keluarga
f) Data lingkungan yang meliputi : karakteristik rumah, karakteristik lingkungan,
karakter tentangga dan komunitas, mobilitas keluarga, interaksi social dan system
pendukung keluarga.
g) Struktur keluarga yang meliputi : struktur komunikasi, struktur peran, dan nilai-nilai
keluarga.
h) Fungsi keluarga yang meliputi : fungsi afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi
perawatan kesehatan keluarga.
i) Koping keluarga yang muncul
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. Pengkajian data focus
a) Aktifitas/ Istirahat : Klienakan mengalami kesulitan aktivitas akibat
kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b) Sirkulasi : Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia, dan hipertensi arterial.
c) Integritas Ego : Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi
e) Perubahan kebiasaan BAB dan BAK Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, disertai abdomen, suara bisin usus menghilang
f) Makanan dan cairan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi,
tenggorokan, dysphagia
g) Neuro sensori : Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka
h) Nyaman/nyeri :Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
i) Respirasi : Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
j) Keamanan : Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi, tidak mampu mengambil keputusan.
k) Interaksi social : Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
l) Masalah keperawatan yang muncul
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI D.0056)
2. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI D.0054)
m) Intervensi
a. Terapi Aktivitas
Observasi :
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitast
5. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
6. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
7. Monitor respons emosional, fisik,sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik :
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas,jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau
gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori Implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika sesuai
14. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan tingkat kecemasan (mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
16. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
17. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
20. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas,jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
b. Dukungan ambulansi
Observasi :
2 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
1. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulansi
3. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan pergerakan atau mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi
2. Anjurkan melakukan ambulansi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
b. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencenaan ( Setiadi, 2012).
Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahan. Fase pertama
merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan
puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini,
perawat berusaha menyimpulkan data yang di hubungkan dengan reaksi pasien.
Fase ketiga merupakan terminasi perawat pasien setelah implementasi keperawatan
selesai dilakukan (Asmadi, 2008).
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatan kondisi klien (Potter & Perry, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI

/RSCM, UCB Pharma Indonesia, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta.

Berman, A, Synder, S. & Fradsen, G (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing (10th ed.). USA
: Pearson Education.
Perry, A. G. & Potter, P. A. (2014), Nursing Skills & Procedures (8th ed.). St Louis: Masby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai