Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DI HCU RSI BANJARNEGARA DENGAN

STROKE HEMORAGIK (SH)

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

META MARGARETNA

2011040136

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
A. Definisi
Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya. Stroke hemoragik merupakan Suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda
yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi, cepat, gejala fokal
berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk.
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari stroke yaitu:
a. Kebiasaan merokok
b. Mengosumsi minuman bersoda dan beralkohol
c. Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
d. Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
e. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang jelas
f. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
g. Penyakit Jantung
h. Diabetes Melitus
i. Hiperkolesterlemia
j. Obesitas
C. Tanda Dan Gejala
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak
dapat membaik sepenuhnya.
1. Kehilangan motorik; Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
2. Kehilangan komunikasi; Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkanoleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
3. Gangguan persepsi; Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik; Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi
mereka.
5. Disfungsi kandung kemih; Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia
urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,
dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.
Tanda dan gejala stroke hemoragik:
a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian
suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi.
D. Patofisiologi dan Prognosis
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor
penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan
oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya
cardiac arrest.
Prognosis pada stroke hemoragik dipengaruhi oleh umur, penyakit sebelumnya, dan
komplikasi. Sebuah penelitian oleh Framingham dan Roschester menunjukkan adanya
angka kematian pada 30 hari setelah stroke adalah 28%, pada stroke hemoragik sebesar
19%, dan angka sintasan 1 tahun pada stroke hemoragik adalah 77%. Sebuah penelitian
menemukan skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan prediktor
terbaik pada risiko kematian awal.[48] Pemeriksaan The National Institute of Health Stroke
Scale dapat menunjukkan letak kerusakan di otak.
E. Pathway

Penyakit yang mendasari stroke (hipertensi, alkohol, stress, obesitas, usia)

Peningkatan viskositas darah

Peningkatan tekanan intravaskuler

Pembuluh darah cerebral pecah

Pendarahan Arakhnoid

Perdarahan intraserebri kelemahan pada nervus

Peningkatan TIK Vasospasme pembuluh darah serebral Suplai darah ke jaringan


otak menurun
Disfungsi otak lokal
Depresi pusat pernapasan
perfusi serebral tidak
Hemiparesis Afasia efektif

Nafas cepat
Gangguan mobilitas
Gangguan fungsi bicara
fisik

Pola nafas tidak efektif


Defisit Gangguan komunikasi
perawatan diri verbal
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
2. Pemeriksaan laboratorium
 Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
 Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
 Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
 Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
G. Penatalaksanaan
Farmakologi
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan ystem si, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya ystem sis
atau emboli di tempat lain di ystem kardiovaskuler.
H. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
I. Diagnosa Keperawatan
 Resiko Perfusi serebral tidak efektif b.d aliran darah ke otak terhambat.
 Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
 Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota gerak

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan
serebral tidak Keperawatan 3x 24 jam Intrakranial Observasi
efektif b.d aliran diharapkan perfusi jaringan 1. Identikasi penyebab peningkatan TIK
darah ke otak serebral pasien menjadi 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
terhambat. efektif dengan kriteria hasil : 3. Monitor MAP, CVP, PAWP, PAP, ICP,
- Tingkat kesadaran kognitif dan CPP, jika perlu
meningkat 4. Monitor gelombang ICP
- Gelisah menurun 5. Monitor status pernapasan
- Tekanan intrakranial 6. Monitor intake dan output cairan
menurun 7. Monitor cairan serebro-spinal
- Kesadaran membaik Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan
yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver Valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
7. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja

Pemantauan
Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan,
dan reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas
darah, oksimetri nadi, kedalaman napas,
pola napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan
neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
2 Pola Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
Efektif b/d keperawatan 3x 24 jam Observasi
hambatan upaya diharapkan pola nafas pasien 1. Monitor pola napas (frekuensi,
nafas menjadi efektif dengan kriteria kedalaman,usaha napas)
hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan(mis:
1. Frekuensi napas membaik wheezing)
2. Kedalaman napas membaik Terapeutik
3. Ekskursi dada membaik 1. Posisikan semi fowler atau fowler
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head- tilt dan chin-lift
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
6. Berikan oksigen
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,mukolitik.

3 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi defisit


verbal berhubungan asuhan keperawatan bicara Observasi
dengan penurunan 3x24 jam diharapkan 1. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal
sirkulasi ke otak komunikasi verbal meningkat lain yang mengganggu bicara
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi perilaku emosional dan fisik
1. Kemampuan berbicara sebagai bentuk komunikasi
meningkat Terapeutik
2. Kemampuan mendengar 1. Gunakan metode komunikasi
meningkat alternatif(mis: menulis, mata berkedip,
3. Kesesuaian ekspresi isyarat tangan)
wajah/tubuh meningkat 2. Berikan dukungan psikologis
4. Pelo menurun 3. Ulangi apa yang disampaikan pasien
5. Pemahaman komunikasi 4. Gunakan juru bicara
membaik Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk keahli patologi bicara atau terapis
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
fisik b/d gangguan Tindakan asuhan Observasi
neuromuskuler dan keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
kelemahan anggota diharapkan mobilitas fisik fisik lainnya
gerak tidak terganggu dengan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
kriteria hasil : pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum memulai mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat 4. Monitor kondisi umum selama
3. Rentang gerak( ROM) melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik
4. Kelemahan fisik menurun 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu( mis; duduk diatas tempat tidur
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk diatas tempat tidur)
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada penderta stroke hemoragik adalah:
- Kejang.
- Gangguan dalam berpikir dan mengingat.
- Masalah pada jantung.
- Kesulitan dalam menelan, makan, atau minum.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2009). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Gonce, P. (2002). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC
McPhee S.J & Ganong W.F. 2011. Patofisiologi Penyakit Pegantar Menuju Kedokteran Klinis,
Edisi 5. Jakarta: EGC

Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


Perry & Potter. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Praktek Volume 2,
Edisi $. jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai