Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Cerebro Vascular Disease

1.1 Pengertian
Cerebro Vascular Disease adalah gangguan peredaraan darah otak yang menyebabkan
deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia (Nurarif, 2015). Cerebro Vascular
Disease adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak.
Cerebro Vascular Disease merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi karena
sumbatan atau pecahnya pembulu darah darah di otak (Muttaqin, 2014).

1.2 Klasifikasi
Menurut Junaidi (2016) klasifikasi stroke meliputi:
a. Perdarahan intra serebral
Perdarahan intraserebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral
sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk kedalam jaringan
otak, biasanya disebabkan karena hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi
kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah terjadinya
mikroaneurisma, faktor pncetus lain adalah stres fisik, emosi, peningkatan tekanan
darah nendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah diotak.
b. Perdarahan intraserebral/perdarahan sub arachnoid
Perdarahan subarachnoid adalah masuknya darah keruang subcharacnoid baik dari
tempat lain (perdarahan eubarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari
rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer) penyebab yang
paling sering adalah robeknya aneurisma, kelainan hemoragik ( trombositopenia,
leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi ( sifilis, encefalitis, herpes simpleks,
mikosis, TBC), ideopatik atau tidak diketahui, serta trauma kepala.
1.3 Etiologi
Etiologi menurut Junaidi (2011) terhalangnya suplai darah keotak pada stroke perdarahan
(stroke hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah keotak pecah, penyebabnya
misalya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau stress psikis berat. Peingkatan tekanan
darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Pembuluh darah pecah umumya disebabkan arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon
yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik
1.4 Manifestasi Klinis
a. Kehilangan kontrol terhadap gerakan motorik, hemiplegia, hemiparese, paralisis.
b. Kehilangan komunikasi: aphasia
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis: kesulitan pemahaman, lupa, kurang
motivasi, frustasi, emosi yang labil.
e. Disfungsi kandung kemih: inkontinensia urine, konstipasi
f. Kesulitan menelan, mengunyah, cemas, gelisah, mual, muntah, tidak nafsu makan.
g. Pusing, lelah.
1.5 Patofisiologi
Kebanyakan perdarahan serebral disebabkan oleh pecahnya arteri sklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Pecahnya arteri menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, sementara
pecahnya vena atau kapiler menyebabkan perdarahan yang lebih sedikit. Tergantung pada
lokasi dan luasnya perdarahan dapat terjadi gangguan fungsi yang pemulihannya lambat, atau
otak dapat mengalami hernia yang dapat mengakibatkan kematian dan tiga hari pertama
perdarahan. Secara umum stroke menimbulkan berbagai kelainan neurologi tergantung berat
ringannya kerusakan yang disebabkannya. Stroke ringan dapat menyebabkan gangguan
bicara 7 ringan dan penurunan kesadaran, sedangkan stroke yang luas dapat menyebabkan
seseorang terjatuh, berbaring tak berdaya, koma, nafas ngorok, kelumpuhan otot wajah, dan
saat ekspirasi pipi gembung serta kejang lokal atau umum. Otak merupakan bagian yang
sangat sensitif oksigen dan glukosa karena otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen
dan glukosa seperti halnya pada otot. Meskipu berat otak sekitar 2% dari seluruh badan,
namun menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70% glukosa . jika liran darah keotak
terhhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan metabolism otak yang kemudian
terjadi gangguan pefusi serebral. Jika darah ke otak terganggu, lebih dari 30 detik pasien
dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan otak yang permanen jika
aliran darah keotak terganggu lebih dari 4 menit (Tarwoto, 2013).
1.6 Pathway
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Muttaqin (2011) meliputi;
a. CT Scan: melihat lokasi dan luas area yang terkena serta menentukan lesi non
hemoragik atau hemoragik.
b. MRI: untuk melihat pembedaan antara hemoragik dan non hemoragik
c. EEG: menentukan luasnya lesi melalui gelombang delta
d. Deviasi lumbal: menunjukkan adanya trombosis, emboli serebral dan adanya
inflamasi.
e. Angiografi cerebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
1.8 Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
1) Diuretik: menurunkan edema.
2) Antikoagulan: mencegah terjadinya thrombosis.
3) Antiplatelet: mencegah terjadinya pembentukan trombosis dan emboli.
4) Kortikosteroid: untuk anti inflamasi, mis: dexamethason.
b. Terapi keperawatan
1) Istirahat/tirah baring, kepala ditinggikan 300 posisi semi fowler.
2) Pantau tekanan darah dan tingkat kesadaran setiap saat.
3) Pertahankan kelancaran jalan nafas.
4) Latihan ROM.
1.9 Diagnosa Banding
1.10 Komplikasi
a. Infark dan iskemik jaringan otak: terjadi karena adanya gangguan aliran darah
serebral dan mengakibatkan hipoksia serebral.
b. Herniasi otak: terjadi karena peningkatan tekanan darah, peningkatan viskositas
pembuluh darah serebral.
c. Disritmia jantung: terjadi karena adanya embolisme pada aliran darah ke otak.
1.11 Konsep Keperawatan
1.11.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin (2014) pengkajian stroke meliputi:
a. Identitas pasien
Meliputii nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,tanggal dan jam SMRS,
nomor register dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,
dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekrang
Serangan stroke haemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, mutah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi , riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontasepsi oral yag lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menerita hipertensi, diabetes melitus dan
riwayat stroke.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikososial stroke meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif
dan prilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga
penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat sra respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat, apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti ketakutan akan
kecacatan rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadao dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukng data dari pengkajian
anamnesis, pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem
1) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara pada tanda-tanda
vital; tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bervariasi.
2) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekueni pernafasan.
3) B3 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syock
hipovoleik) yang terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi
peningkatandan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmhg)
a) Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran merupakan parameter yang paling mendasar
dan alig penting yang membutuhkan pengkajian.
b) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fugsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer
c) Pengkajian saraf kranial
1) Saraf 1
Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II
Disfungsi presepsi visual karena gangguan jaras sonsori
primer diantara mata dan kontak visual.
3) Saraf III, IV, dan VI
Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi
otot-otot okularis didaapatkan penurunan kemmuan
gerakan konjuget unilateral disisi yang sakit.
4) Saraf V
Pada keadaan beberapa stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah kesisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisi otot pterigous internus dan
eksternus.
5) Saraf VII
Presepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII
Tidak ditemukan adanya tuli kondukif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X
Kemampuan menean kurang baik dan kesulitan membuka
mulut.
8) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapeizius.
9) Saraf XII
Lidah simetris terdapat deviasi pada satu sisi danfasikulasi,
seta indra pengecapan normal.
d) Pengkajian sistem motoric
1) Inspeksi umum Didapatkan hemiplegia (paralis satu sisi)
2) Fasikulasi Didapatkan pada otot-otot ekstrimitas.
3) Tonus otot Didapatkan meningkat.
4) Kekuatan otot Pada penilaian dengan menggunakan tingkat
kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0
5) Keseimbanagn dan koordinasi Didapatkan mengalami
gangguan karena heniparese dan hemiplegia
e) Pengkajian sistem reflek
1) Reflek profunda
Pengetukan pada tendon, ligamentum atauperiosteum
derajat reflek pada respon normal
2) Reflek patologis
Pada faseakut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setlah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahului reflek patologis.
f) Pengkajian sistem sensorik
Pada presepsi terdapat ketidak mamuan menginterpretasikan
sensasi. Disfungsi presepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer diantara mata dan kortek visual.
4) B4 (Blader)
Klien megalami inkontinensia urin karena konfusi, ketidak mampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol spinter urin berkurang.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan menelan, nafsu makan menurun, mual dan
muntah pada fase akut. Pola defekasi bisanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
6) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan, kehilngan sensoria
atau paralisis biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
1.11.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut Muttaqin (2011) dan Nurarief (2015) sebagai berikut :
a. Resiko Peningkatan TIK berhubungan dengan adanya meningkatnya volume
intracranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral
b. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral,
oklusi otak, vasopasme, dan edema otak
c. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret
d. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan hemifarese/hemiplegia
kelemahan neuromuskuler padaekstrimitas.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot.
f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara dihemisfer otak, kehilangan kontrol tonus fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
g. Perubahan pola nutrisi dan kebutuhan berhubungan dengan kelumpuhan atau
kelemahan otot-otot menelan.
1.11.3 Perencanaan

No. Diagnosa SLKI SIKI


1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai