Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang di


akibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke non hemoragik
adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan pembuluh darah di otak oleh
thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak
berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai (Wijaya &
Putri,2013).

Menurut (Amir Huda,2015), Stroke Non Hemoragik mengakibatkan


beberapa masalah yang muncul, seperti Gangguan menelan, Nyeri akut,
Hambatan mobilitas fisik, Hambatan komunikasi verbal, Defisit perawatan diri,
ketidakseimbangan nutrisi, dan salah satunya yang menjadi masalah yang
menyebabkan kematian adalah gangguan perfusi jaringan cerebral. Gangguan
perfusi jaringan adalah suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan
kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat perifer.

Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah gangguan peredaran darah otak,
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) di tandai dengan hilangnya
sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi neurologis. Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau
stenosis arteri. Perawat merupakan agen penting dalam merawat pasien penyakit
stroke non hemoragik, penanganan yang di berikan kepada pasien stroke non
homeragik yaitu sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan, pemberi
asuhan keperawatan, pembaharuan, pengorganisasi pelayanan kesehatan yang
khususnya adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk pemulihan pasien.
B. Tujuan

Mahasiswa dapat mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan


keperawatan pada pasien stroke.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Stroke Hemoragic adalah kerusakan otot-otot lengan dan tungkai pada satu
sisi. Pada hemiparase terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
daripada hemiplegi. Pada hemiparesis terjadi kerusakan otak pada seluruh korteks
piramidalis yang menimbulkan UMN ( Uper Motor Neuron). UMN akan
menyebabkan kelumpuhan pada otot – otot belahan tubuh kontralateral.

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang


cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala- gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Mujahidullah,2012).
Menurut Lumbantobing (2013) stroke merupakan gangguan peredaran darah
di otak. Stroke juga dikenal dengan cerebro-vascular accident dan Brain Attack.
Stroke berarti pukulan (to strike) yang tejadi secara mendadak dan menyerang otak.
Gangguan peredaran darah di otak dapat berupa iskemia yaitu aliran darah berkurang
atau terhenti pada sebagian daerah di otak. Sedangkan gangguan peredaran darah
lainnya adaalah terjadinya perdarahan di otak karena dinding pembuluh darah robek.

2. Etiologi
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral atau
perdarahan. Terjadinya hemiparase menggambarkan bahwa telah terjadi kelaianan
atau lesi sepanjang traktus piramidialis. Lesi juga dapat disebabkan oleh
berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun
penekanan oleh massa hematoma, abses, atau tumor. Hal tersebut selanjutnya
menyebabkan terjadinya gangguan pada traktus kortikospinalis yang
bertanggungjawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah. Suatu lesi yang
melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cidera traumatic, akan
menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang terlihat
pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi dibandingkan
didaerah lain. Karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikalyang
luas.
3. Tanda Dan Gejala

Menurut Smeltzer dan Bare, (2013) stroke menyebabkan berbagai defisit


neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala tersebut
antara lain :

1.
Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
2.
Parasthesia, paresis, Plegia sebagian badan
3.
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control volunter terhadap gerakan motorik. Di awal tahapan stroke,
gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralysis dan hilang atau
menurunnya refleks tendon.
4.
Dysphagia
5.
Kehilangan komunikasi
6.
Gangguan persepsi
7.
Perubahan kemampuan kognitif dan efek psikologis
8.
Disfungsi Kandung Kemih

4. Patofisilogi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannyadengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara :
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
pendarahan aterm
c. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
d. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan
adanya infark
b. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal , Menunjukan adanya tekanan normal

1. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi yakni berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melaksanakan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan kanal nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk perjuangan memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan.
a. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan fatwa darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh insan belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis menyerupai aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
b. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama yakni memperbaiki fatwa darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
2. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada
kawasan tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis è nyeri pada kawasan punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
c. Berhubungan dengan kerusakan otak è epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada adegan otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
6. Pathway
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Wiyaja & Putri (2013), anamnesa pada stroke meliputi identitas
klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.

1.
Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua 40 -70 tahun
(Smeltzer & Bare,2013). Jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2.
Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di
dalam intrakranial. K
4.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih jauh
5. Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan


klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis.

2. Diagnosa Keperawatam
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 ke
Otak menurun
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, kelemahan otot
menelan.
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kerusakan
neurovaskular & neuromuskular
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik , psikososial.

3. Intervensi dan Rasional


No Diagnosa Noc Nic

1. Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)


cerebral tidak
efektif Gangguan perfusi 1. Pantau TTV tiap jam dan
berhubungan jaringan dapat tercapai catat hasilnya.
dengan suplai O2 secara optimal 2. Kaji respon motorik terhadap
ke Otak menurun perintah sederhana
Kriteria hasil : 3. Pantau status neurologis
secara teratur
 Mampu 4. Kolaborasi pemberian
mempertahankan obat sesuai indikasi
tingkat kesadaran 5. Kolaborasi pemberian O2
 Fungsi sensori dan sesuai anjuran
motorik membaik
2. Ketidakseimban Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
gan nutrisi :
kurang dari 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan
kebutuhan tubuhh 2. Asupan makanan
makanan 2. Pengelulaan nutrisi
3. Cairan dan zat 3. Bantuan menaikkan
berhubungan gizi BB
dengan Kritria evaluasi: Aktivitas keperawatan :
ketidakmampua n
untuk 1. Menjelaskan 1. Tentukan motivasi klien untuk
mengabsorpsi komponen mengubah kebiasaan makan
Nutrisi kedekatan diet 2. Ketahui makanan kesukaan
2. Nilai laboratorium klien
(mis,trnsferin,albumin, 3. Rujuk kedokter untuk
dan eletrolit) menentukan penyebab
perubahan nutrisi
3. Melaporkan 4. Bantu memilikan makan sesuai
keadekuatan tingkat dengan kebutuhan klien.
giji 5. Ciptakan lingkungan yang
4. Nilai laboratorium menyenangkan untuk
(mis:trasferin,albom makan serta utk
en dan eletrolit ketenangan dalam
5. Toleransi terhadap ruangan/kamar
gizi yang dianjurkan. 6. Memberikan makan melalui
NGT, jika menggunakan NGT.

3. Kerusakan Tujuan (NOC): Gerak Intevensi (NIC) :


mobilitas fisik sendi : aktif.
b/d kerusakan  Terapi aktivitas, ambulasi
neuromuskuler Setelah di lakukan  Terapi aktivitas, mobilitas
tindakan keperawatan sendi.
selama 1 x 24 jam  Perubahan posisi
diharapkan pasien Aktivitas Keperawatan :
terhindar dari
kerusakan mobilitas fisik 1. melakukan Rom pasif
dengan 2. mobilisasi pasien tiap 2 jam
3. Oleskan lotion atau
Kriteria Evaluasi : minyak/baby oil pada derah
yang tertekan.
1. Menunjukkan 4. kolsultasi dengan alih
penggunaan alat fisioterapi.
bantu secara benar
dengan pengawasan.
2. Meminta bantuan
untuk beraktivitas
mobilisasi jika
diperlukan.
3. Klien meningkat
dalam aktivitas fisik
4. Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas

4. Gangguan Tujuan (NOC): Intevensi (NIC)


komunikasi Komunikasi dapat
verbal 1. Lakukan komunikasi dengan
berjalan dengan baik
berhubungan wajar, bahasa jelas, sederhana
dengan dan bila perlu diulang
kerusakan Kriteria hasil :
2. Dengarkan dengan tekun jika
neuromuscular,
1. Klien dapat pasien mulai berbicara
kerusakan sentral
bicara mengekspresikan 3. Berdiri di dalam lapang
perasaan pandang pasien pada saat
bicara
2. Memahami maksud 4. Latih otot bicara secara
dan pembicaraan optimal
orang lain 5. Libatkan keluarga dalam
3. Pembicaraan pasien melatih komunikasi
dapat dipahami

4. Implementasi keperawatan
Pelaksaan tindakan disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah
dibuat.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi hasil asuhan keperawatan setiap diagnosa sesuai kriteria hasil pada
masing-masing diagnosa.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit stroke di Indonesia


meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis
tenaga kesehatan terjadi pada usia >75 tahun (50,2%) dan terendah pada kelompok
usia 15-24 tahun (0,6%). Prevalensi berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak
pada laki-laki (11 %) dibandingkan dengan perempuan (10,9%). Berdasarkan
diagnosis dokter prevelensi stroke di NTT adalah 4,1 %.
Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian utama di rumah sakit
pemerintah, penyebab kematian ketiga dan menimbulkan kecatatan utama di rumah
sakit (Pdpersi, 2010). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2013, insidensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 7 per 1.000 penduduk dan
yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 12,1 per 1.000 penduduk. Di
rumah sakit merupakan penyebab kematian utama akibat stroke 15%, dengan tingkat
kecatatan mencapai 65%.
Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi,
hampir 80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada
arteri yang mengalir ke otak. Pada pasien terdapat kelemahan anggota gerak, dan
parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke non hemoragik. Sehingga
diperlukan penaganan segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut (Lloyd et al,
2009). Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke non hemoragik, antara lain
usia lanjut, hipertensi, DM, penyakit jantung, hiperkolesterolemia, merokok dan
kelainan pembuluh darah otak

BAB 5
PENUTUP

KESIMPULAN
Hemiparesis adalah kerusakan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi.
Pada hemiparase terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
daripada hemiplegi. Pada hemiparesis terjadi kerusakan otak pada seluruh korteks
piramidalis yang menimbulkan UMN ( Uper Motor Neuron). UMN akan
menyebabkan kelumpuhan pada otot – otot belahan tubuh kontralateral.

SARAN
Bagi mahasiswa diharapkan menggali potensi tentang penyakit hemiparesis
lebih lanju agar menjadi professional kesehatan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat
Bagi masyarakat umum , diharapkan selalu waspada dan menjaga pola
aktivitas nya untuk menghindari penyakit penyakit yang berbahaya , dan melakukan
pemeriksaan rutin setiap bulannya .
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2018.Riset Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI 2018

Nanda International.2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:
EGC.

Moorhead, dkk. 2017. Nursing Outcome Classification. Jakarta : Elsevier.

Herdman & Kamitsuru. (2015). Nanda Internation Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Ahli bahasa Budi Anna Keliat. Jakarta

Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.

Lumbantobing, S.M.,2013. Sroke Bencana Peredaran Darah. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

Kementrian Kesehatan RI.2013 . Riset Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI

Bulechek, dkk .2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzanne.(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai