1|Page
hemorrhagic strokes). Stroke hemoragik adalah suatu gangguan peredaran darah otak yang
ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda
yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa
hemiplegi, pupil mengecil, dan kaku kuduk (Wanhari, 2008). Sedangkan pengertian dari
stroke non hemoragik dapat diartikan dari beberapa ahli dibawah ini, diantaranya :
1. Menurut Price (2006), stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan
sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh
misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis
dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan
oksigen ke otal menurun yang menyebabkan terjadinya infark.
2. Menurut Padila (2012), stroke non haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
3. Menurut Arif Mansjoer (2000), stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang
awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau
global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian
yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik.
4. Menurut Arif Muttaqin (2008), stroke non hemoragik merupakan proses
terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan.
Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa stroke non hemoragik
adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh sumbatnya pembuluh darah
akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus.
B. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik,
gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke
tempat tersebut, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
2|Page
aksesori). Manifestasi klinis (tanda dan gejala) dari stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)
adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol
motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke
adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara): ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
3. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual
spasial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan control motorik dan postural.
Tanda dan gejala yang muncul sangat bergnatung kepada bagian/daerah otak mana yang
terkena dan dapat mempengaruhi terhadap :
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
3|Page
Hemisfer kiri Hemisfer kanan
Mengalami hemiparese kanan Hemiparese sebelah kiri tubuh
Perilaku lambat dan hati-hati Penilaian buruk
Kelainan lapan pandang kanan Mempunyai kerentanan terhadap
Disfagia global sisi kontralateral sehingga
C. Pohon Masalah
4|Page
5|Page
D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan
adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah
biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
4. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
6. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6|Page
E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Phase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat
tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
2. Post phase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
a. Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
7|Page
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
b. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak badan sebagian , bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, obat-obat adiktif dan kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
6. Pengkajian Fokus:
8|Page
a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia dan
hipertensi arterial.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan
diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK . Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e. Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang di lidah, pipi dan tenggorokan serta dysphagia.
f. Neuro Sensori
Pusing, sakit kepala, perdarahan sub intrakranial. Kelemahan dengan berbagai
tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka.
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi.
j. Interaksi social
Gangguan dalam bicara dan ketidakmampuan berkomunikasi.
7. Pengkajian Tingkat Kesadaran
a. Kualitatif
Adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.
9|Page
1) CMC → sadar akan diri dan punya orientasi penuh
2) APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
3) LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
4) DELIRIUM → penurunan kesadaran disertai penurunan abnormal aktifitas
psikomotor → gaduh gelisah
5) SOMNOLEN → keadaan pasien yang selalu ingin tidur → dirangsang
bangun lalu tidur kembali
6) KOMA → kesadaran yang hilang sama sekali
b. Kuantitatif
Dengan Menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
1) Respon membuka mata ( E = Eye )
a) Spontan (4)
b) Dengan perintah (3)
c) Dengan nyeri (2)
d) Tidak berespon (1)
2) Respon Verbal ( V= Verbal )
a) Berorientasi (5)
b) Bicara membingungkan (4)
c) Kata-kata tidak tepat (3)
d) Suara tidak dapat dimengerti (2)
e) Tidak ada respons (1)
3) Respon Motorik (M= Motorik )
a) Dengan perintah (6)
b) Melokalisasi nyeri (5)
c) Menarik area yang nyeri (4)
d) Fleksi abnormal/postur dekortikasi (3)
e) Ekstensi abnormal/postur deserebrasi (2)
f) Tidak berespon (1)
8. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.
10 | P a g e
a. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami
perubahan.
b. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien
mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan
yang tidak begitu nyata.
c. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi fungsi dari
serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak
dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu
klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
lancar. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
d. Lobus Frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi
pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini
menghadapi masalah frustrasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum
terjadi dan mungkin diperberat oleh respons alamiah klien terhadap penyakit
katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh
emosi yang labil, bermusuhan, frustrasi, dendam, dan kurang kerja sama.
e. Hemisfer
11 | P a g e
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk dan
mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi
yang berlawanan tersebut. Pada stroke hemifer kiri, mengalami hemiparese kanan,
perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia
global, afasia, dan mudah frustrasi.
9. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-XII.
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
b. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata
dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua
atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri.
Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan
untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-
otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
d. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah
ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
h. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.
10. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol
motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi
12 | P a g e
yang berlawanan dari otak.
a. Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain.
b. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
11. Pengkajian Sistem Sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual.
12. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologis
a. Menilai Kekuatan Otot
Kaji cara berjalan dan keseimbangan
Observasi cara berjalan, kemudahan berjalan dan koordinasi gerakan tangan, tubuh
sampai kaki. Periksa tonus otot dan kekuatan. Kekualan otot dinyatakan dengan
menggunakan angka dari 0-5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot ; Iumpuh total
1 = terlihat kontraksi tetap ; tidak ada gerakan pada sendi.
2 = ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan pemeriksa
4 = bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
b. Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan refleks biasanya dilakukan paling akhir. Klien biasanya dalam posisi
duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungkinkan. Evaluasi respon klien dengan
menggunakan skala 0 – 4
0 = tidak ada respon
1 = Berkurang (+)
2 = Normal (++)
4 = Lebih dari normal (+++)
4 = Hiperaktif (++++)
13 | P a g e
1) Reflek Fisiologis
a) Reflek patella
Pasien bebaring terlentang lutut diangkat keatas fleksi kurang lebih dari 30 0.
tendon patella (ditengah-tengah patela dan Tuberositas tibiae) dipukul dengan
reflek hamer. respon berupa kontraksi otot guardrisep femoris yaitu ekstensi dari
lutut.
b) Reflek Bisep
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 supinasi dan lengan bawah
ditopang ada atas (meja periksa) jari periksa ditempat kan pada tendon m.bisep
(diatas lipatan siku) kemudian dipukul dengan reflek hamer.normal jika ada
kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila ada fleksi sebagian ada pronasi,
hiperaktif maka akan tejadi penyebaran gerakan-gerakan pada jari atau sendi.
c) Reflek trisep
Lengan bawah disemifleksikan, tendon bisep dipukul dengan dengan reflek hamer
(tendon bisep berada pada jarak 1-2 cm diatas olekronon) respon yang normal
adalah kontraksi otot trisep, sedikit meningkat bila ada ekstensi ringan dan
hiperaktif bila ekstensi bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai ke otot
– otot bahu.
d) Reflek Achiles
Posisi kaki adalah dorso fleksi untuk memudah kan pemeriksaan reflek ini kaki
yang diperiksa diletakan/disilangkan diatas tungkai bawah kontral lateral.tendon
achiles dipukul dengan reflek hamer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi
kaki.
e) Reflek Superfisial
(1) Reflek kulit perut
(2) Reflek kremeaster
(3) Reflek kornea
(4) Reflek bulbokavernosus
(5) Reflek plantar
2) Reflek Patologis
a) Babinski
14 | P a g e
Merupakan reflek yang paling penting ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospital.
b) Rangsangan Meningeal
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis) dilakukan
pemeriksaan :
(1) Kaku kuduk
Bila leher di tekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada --- Kaku kuduk positif (+)
(2) Tanda Brudzunsky I
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala klien dan tangan lain di dada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien di
fleksikan kedada secara pasif. Brudzinsky I positif (+)
(3) Tanda Brudzinsky II
Tanda brudzinsky II positif (+) bila fleksi klien pada sendi panggul secara
pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
(4) Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus,lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada
sendi lutut normal-,bila tungkai membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kerniq + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit tibia ekstensi
lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
(5) Test lasegue
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang Mischiadicus.
15 | P a g e
G. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (NOC) (NIC)
Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Edema Serebral
Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan
perfusi jaringan otak keperawatan selama ... x ... jam
pusing,pingsan
Faktor resiko : diharapkan tidak terjadi
Monitor status neurolgi dengan ketat dan bandingkan
Agen farmaseutikal peningkatan tekanan intracranial
dengan nilai normal
Aterosklerosis aortic dengan kriteria hasil : Monitor tanda-tanda vital
Baru terjadi infark
NOC : Monitor karakteristik cairan serebrospinal : warna,
miokardium
Perfusi Jaringan : Serebral kejernihan, konsistensi
Diseksi arteri
Monitor TIK dan CPP
Embolisme Tekanan darah sistolik dan Analisa pola TIK
Endokarditis infektif
diastolic normal Monitor status pernapasan : frekwensi, irama, kedalaman
Fibrilasi atrium
Hiperkolesterolemia Sakit kepala menurun atau hilang pernapasan
Hipertensi MAPdalam batas normal Kurangi stimulus dalam lingkungan pasien
Kardiomiopati dilatasi Tidak gelisah Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
Katup prostetik Tidak mengalami muntah Catat perubahan pasien dalam respon terhadap stimulus
Tidak mengalami penurunan Berikan anti kejang sesuai kebutuhan
mekanis
kesadaran Hindari fleksi leher, atau fleksi ekstrem pada lutut/panggul
Koagulasi intravascular
Tidak demam Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih
diseminata Tidak mengalami agitasi Hindari PEEP
Koagulopati (misalnya, Berikan agen paralisis, sesuai kebutuhan
anemia sel sabit ) Batasi cairan
Masa protrombin Hindari cairan IV hipotonik
Batasi suction kurang dari 15 detik
abnormal Monitor nilai-nilai laboratorium : osmolalitas serum dan
Masa tromboplastin
urin, natrium, kalium
parsial abnormal Monitor indeks tekanan volume
16 | P a g e
Miksoma atrium Lakukan latihan ROM pasif
Neoplasma otak Monitor intake dan output
Penyalahgunaan zat Pertahankan suhu normal
Sekmen ventrikel kiri Berikan deuretik osmotic atau active loop
akinetik
Monitor Tekanan Intrakranial (TIK)
Sindrom sicksinus
Berikan informasi kepada pasien dan keluarga/orang
Strenosis carotid
Strenosis mitral penting lainnya
Terapi trombolitik Rekam pembacaan tekanan TIK
Tumor otak ( misal, Monitor kualitas dan karakteristik gelombang TIK
Monitor tekanan aliran darah otak
gangguan
Monitor status neurologis
serebrovaskular, Ambil sampel pengeluaran CSF
penyakit neurologis, Monitor suhu dan jumlah WBC
Monitor pasien TIK dan reaksi perawatan neurologis serta
-`trauma , tumor )
rangsang lingkungan
Jaga posisi ruang koleksi CSF, seperti yang diperintahkan
Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk
Petahankan sterilisasi system pemantauan
Monitor tekanan selang untuk gelembung udara, puing –
puing, atau darah beku
Monitor intake dan output
Berikan antibiotic
Letakkan kepala dan leher pasien dalam posisi netral ,
hindari fleksi pinggang yang berlebihan.
Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan
perfusi serebral
Monitor efek rangasangan lingkungan pada TIK
Monitor jumlah nilai, dan karakteristik pengeluaran cairan
17 | P a g e
serebrospinal (CSF)
Berikan agen farmakologis untuk mempertahankan TIK
dalam jangkuan tertentu
Berutahu dokter untuk peningkatan TIK yang tidak
bereaksi sesuai peraturan perawat
18 | P a g e
afonia, dislalia, disartia) dengan orang lain dalam membalas pesan nonverbal )
Ketidakmampuan bicara dalam bahasa dengarekan isi pesan maupun perasaan
pemberi asuhan Komunikasi penerimaan :
yang tidak terungkap selama
Ketidak mampuan menggunakan Intervertasi bahasa tertuis percakapan
ekspresi wajah Interpretasi bahasa lisan Sadari kata-kata yang harus dihindari,
Ketidaktetapan verbalisasi Interpretasi foto dan gambar
Menolak bicara Intepretasi bahasa insyarat sama halnya dengan menghindari
Pelo Interpretasi bahsa non verbal pesan nonverbal bersamaan dengan
Sulit bicara Mengenali pesan yang di terima
Sulit menggungkapkan kata-kata bahasa verbal yang mengiringinya
Tidak ada kontak mata Sadari tempo suara, volume, kecepatan
Tidak berbicara maupun tekanan suara
Tidak dapat bernicara Indentivikasi tema yang dominan
Faktor yang Berhubungan : Pertimbangkan arti pesan yang
ditunjukkan melalui perilaku,
Detak orofaring
Gangguan emosi pengalamaman sebelunnya dan situasi
Gangguan fisiologis (mis,, tumor otak, saat ini
penurunan sirkulasi ke otak, sistem Berespon segera sehingga menunjukan
muskuloskeletal melemah) pemahaan terhadap pesan yang
Gangguan perkembangan diterima (dari pasien)
Gangguan persepsi Klarifikasi pesan yang diterima dengan
Gangguan psikotik
Gangguan konsep diri menggunakan pertanyaan maupun
Gangguan sistem saraf pusat memberikan umpan balik
Verivikasi pemahaman mengenai pesan
–pesan yang disampaikan dengan
menggunakkan pertanyaaan maupun
19 | P a g e
memberikan timpal balik
Gunakan interaksi berkala untuk
mengeksporasi arti dari prilaku klien
Hindari penghalang dalam mendengar
dalam mendengar aktif (misalnya ,.
mengurangi perasaan yang terlibat,
menawarkan solusi , melakukan
interupsi, membicarakan diri sendiri
dan pendekatan yang terlalu dini )
Gunakan teknik diam /mendengarkan
dalam rangka mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaan, pikiran dan
kekhwatiran
20 | P a g e
Ketidaknyamanan berat badan Jaga kain linen kasur tetap bersih,
Melakukan aktivitas lain sebagai Tidak terganggu untuk berjalan
kering, dan bebas kerutan
pengganti pergerakan (misal dengan langkah yang efektif Aplikasikan papan untuk kaki di tempat
Tidak terganggu untuk berjalan
meningkatkan perhatian pada aktivitas tidur (pasien)
dengan pelan Gunakan alat di tempat tidur yang
orang lain, mengendalikan perilaku,
Tidak terganggu untuk berjalan
melindungi pasien
fokus pada aktivitas sebelum sakit)
dengan kecepatan sedang Aplikasikan alat untuk mencegah
Penurunan kemampuan melakukan
Tidak terganggu untuk berjalan
footdrop
keterampilan motorik halus
dengan cepat Tinggikan teralis tempat tidur, dengan
Penurunan keterampilan melakukan
Tidak terganggu untuk berjalan
cara yang tepat
motorik kasar
menaiki tangga Letakkan alat untuk memposisikan
Penurunan waktu reaksi
Tidak terganggu untuk berjalan
Tremor akibat bergerak tempat tidur dalam jangkauan yang
menuruni tangga
mudah
Faktor yang Berhubungan : Tidak terganggu untuk berjalan
Letakkan lampu panggilan berada dalam
Agens farmaseutikal
menanjak
Ansietas jangkauan (pasien)
Tidak terganggu untuk berjalan
Depresi Letakkan meja di samping tempat tidur
Disuse menurun
berada dalam jangkauan pasien
Fisik tidak bugar Tidak terganggu untuk berjalan
Tempelkan trapeze (segi tiga) di tempat
Gangguan fungsi kognitif dalam jarak yang dekat (< 1
Gangguan metabolism tidur, dengan cara yang tepat
Gangguan musculoskeletal blok/20 meter) Balikkan (pasien), sesuai dengan kondisi
Gangguan neuromuscular Tidak terganggu untuk berjalan
kulit
Gangguan sensoriperseptual dalam jarak yang sedang (> 1 blok Balikkan pasien yang tidak dapat
Gaya hidup kurang gerak
< 5 blok) mobilisasi paling tidak setiap 2 jam,
Indeks massa tubuh diatas persentil ke-
Tidak terganggu untuk berjalan
sesuai dengan jadwal yang spesifik
75 sesuai usia
dalam jarak yang jauh (5 blok atau Monitor kondisi kulit (pasien)
Intoleran aktivitas
Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan
Kaku sendi lebih)
21 | P a g e
Keenganan memulai pergerakan Tidak terganggu untuk berjalan cara yang tepat
Kepercayaan budayab tentang aktivitas Fasilitasi penggiliran kecil dari berat
mengelilingi kamar
yang tepat Tidak terganggu untuk berjalan badan
Kerusakan integritas struktur tulang Bantu menjaga kebersihan (misalnya
mengelilingi rumah
Keterlambatan perkembangan Tidak terganggu untuk dengan menggunakan deodorant atau
Kontraktur
Kurang dukungan lingkungan (missal menyesuaikan dengan perbedaan parfum)
Aplikasikan aktivitas sehari – hari
fisik atau social) tekstur permukaan/lantai
Berikan stoking antiemboli
Kurang pengetahuan tentang nilai Tidak terganggu untuk berjalan
Monitor komplikasi dari tirah baring
aktivitas fisik mengelilingi rintangan
(misalnya kehilangan tonus otot, nyeri
Malnutrisi
Nyeri Ambulasi kursi roda punggung, konstipasi, peningkatan
Penurunan kekuatan otot Tidak terganggu untuk stress, depresi, kebingungan, perubahan
Penurunan kekuatan pengendali otot perpindahan ke dan dari kursi roda siklus tidur, infeksi saluran kemih,
Penurunan ketahanan tubuh Tidak terganggu untuk
Penurunan massa otot kesulitan dalam berkemih, pneumonia)
menjalankan kursi roda dengan
Program pembatasan gerak Peningkatan Mekanika Tubuh
aman
Tidak terganggu untuk Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
menjalankan kursi roda dalam menggunakan postur (tubuh) yang benar
Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
jarak dekat
Tidak terganggu untuk mengembangkan peningkatan mekanika
menjalankan kursi roda dalam tubuh, sesuai indikasi
Kaji pemahaman pasien mengenai
jarak sedang
Tidak terganggu untuk mekanika tubuh dan latihan (misalnya
menjalankan kursi roda dalam mendemonstrasikan kembali teknik
jarak jauh melakukan aktivitas/latihan yang benar)
Tidak terganggu untuk Informasikan pada pasien tentang struktur
22 | P a g e
menjalankan kursi roda melewati dan fungsi tulang belakang dan postur
pembatas lantai yang optimal untuk bergerak dan
Tidak terganggu untuk menggunakan tubuh
menjalankan kursi roda melewati Edukasi pasien tentang pentingnya postur
pintu keluar masuk (tubuh) yang benar untuk mencegah
Tidak terganggu untuk kelelahan, ketegangan atau injuri
menjalankan kursi roda melewati Edukasi pasien mengenai bagaimana
jalan yang landai/menurun menggunakan postur (tubuh) dan
Pergerakan mekanika tubuh untuk mencegah injuri
Keseimbangan tidak terganggu saat melakukan berbagai aktivitas
Koordinasi tidak terganggu Kaji kesadaran pasien tentang
Cara berjalan tidak terganggu abnormalitas muskuloskeletalnya dan efek
Gerakan otot tidak terganggu
Gerakan sendi tidak terganggu yang mungkin timbul pada jaringan otot
Kinerja pengaturan tubuh tidak dan postur
terganggu Edukasi penggunaan matras/tempat duduk
Kinerja transfer tidak terganggu atau bantal yang lembut, jika
Berlari tidak terganggu
diindikasikan
Melompat tidak terganggu
Instruksikan untuk menghindari tidur
Merangkak tidak terganggu
Berjalan tidak terganggu dengan posisi tengkurap
Bergerak dengan mudah tidak Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
terganggu tidur yang tepat
Bantu untuk menghindari duduk dalam
posisi yang sama dalam jangka waktu
yang lama
Instruksikan pasien untuk menggerakkan
23 | P a g e
kaki terlebih dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
Gunakan prinsip mekainak tubuh ketika
menangani pasien dan memindahkan
peralatan
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasikan latihan postur (tubuh)
yang sesuai
Bantu pasien untuk memilih aktivitas
pemanasan sebelum memulai latihan atau
memulai pekerjaan yang tidak dilakukan
secara rutin sebelumnya
Bantu pasien melakukan latihan fleksi
untuk memfasilitasi mobilisasi punggung
sesuai indikasi
Edukasi pasein/keluarga tentang frekuensi
dan jumlah pengulangan dari setiap
latihan
Monitor perbaikan postur
(tubuh)/mekanika tubuh pasein
Berikan informasi tentang kemungkinan
posisi penyebab nyeri otot atau sendi
Terapi Latihan : Ambulasi
Beri pasein pakaian yang tidak
24 | P a g e
mengekang
Bantu pasein untuk menggunakan alas
kaki yang memfasilitasi pasein untuk
berjalan dan mencegah cedera
Sediakan tempat tidur berketinggian
rendah, yang sesuai
Tempatkan saklar posisi tempat tidur di
tempat yang mudah dijangkau
Dorong untuk duduk di temppat tidur, di
samping tempat tidur (“menjuntai”), atau
di kursi, sebagaimana yang dapat
ditoleransi (pasein)
Bantu pasein untuk duduk di sisi tempat
tidur untuk memfasilitasi penyesuain
sikap tubuh
Konsultasikan pada ahli terapi fisik
mengenai rencana ambulasi, sesuai
kebutuhan
Instruksikan ketersediaan perangkat
pendukung, jika sesuai
Instruksikan pasien untuk memposisikan
diri sepanjang proses pemindahan
Gunakan sabuk [untuk] berjalan (gait
belt) untuk membantu perpindahan dan
ambulasi, sesuai kebutuhan
25 | P a g e
Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai
kebutuhan
Berikan kartu penanda di kepala tempat
tidur untuk memfasilitasi belajar
berpindah
Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat,
walker/kursi roda) untuk ambulasi, jika
pasein tidak stabil
Bantu pasein dengan ambulasi awal dan
jika diperlukan
Instruksikan pasein/care giver mengenai
pemindahan dan teknik ambulasi yang
aman
Monitor penggunaan kruk pasein atau
alat bantu berjalan lainnya
Bantu pasein untuk berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu dan dengan jumlah
staf tertentu
Bantu pasein untuk membangun
pecapaian yang realistis unuk ambulasi
jarak
Dorong ambulasi independen dalam
batas aman
Dorong pasein untuk “bangkit sebanyak
dan sesering yang diinginkan” (up ad
26 | P a g e
lib), jika sesuai
27 | P a g e
medula spinalis, diabetes militus, Kanker kulit tidak ada edema
Pengelupasan kulit tidak ada Periksa pakian yang selalu ketat
dll)
Penebalan kulit tidak ada Dokumentasikan perubahan membran
Gangguan sirkulasi
Gangguan turgor kulit Eritema tidak ada mukosa
Imunodefisiensi Wajah tidak pucat Lakukan langkah-langkah untuk
Nutrisi tidak adekuat Nekrosis tidak ada
Pengerasan kulit tidak ada mencegah kerusakan lebih lanjut
Perubahan hormonal
Abrasi kornea tidak ada Ajarkan anggota keluarga atau
Tekanan pada tonjolan tulang
pemberi asuhan mengenai tanda-tanda
kerudakan kulit dengan tepat
28 | P a g e
Ketidakmampuan mengeringkan Mencuci badan bagian atas / bawah (misalnya deodorant, parfum)
Berikan fasilitas merendeam kaki
tubuh tidak terganggu
Mengeringkan badan tidak terganggu sesuai dengan kebutuhan
Ketidakmampuan menjangkau
Mandi dengan bersiram Berikan lubrikan dank rim pada
sumber air Mencuci wajah area kulit yang kering
Perawatan Diri : Kebersihan Tawarkan mencuci tangan setelah
Faktor yang berhubungan : Membersihkan area perineum eliminasi dan makan
Ansietas Menggunakan pembalut Berikan bedak kering pada lipatan
Gangguan fungsi kognitif Mempertahankan kebersihan mulut kulit yang dalam
Gangguan muskuluskeletal Mengeramas rambut Monitor kondisi kulit saat mandi
Gangguan neuromuscular Mencuci tangan Monitor fungsi kemampuan saat
Gangguan persepsi Membersihkan telinga
Kelemahan Mempertahankan kebersihan tubuh mandi
Kendala lingkungan Mempertahankan penampilan yang
Ketidakmampuan merasakan Bantuan perawatan diri : Mandi
rapi Pertimbangkan budaya pasien
bagian tubuh Menyisir rambut
Ketidakmampuan merasakan saat mempromosikan aktivitas
29 | P a g e
menggosok gigi dengan tepat
Monitor intergritas kulit pasien
Jaga kebersihan
Berikan bantuan sampai pasien
benar – benar mampu merawat
diri secara mandiri
30 | P a g e
H. Refrensi
Chang, Ester . 2010 . Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2 Penerbit
Jakarta: EGC
Hartina.2015.Laporan Pendahuluan Stroke Haemoragik. (Online) Available:
https://www.academia.edu.5948047/LAPORAN_PENDAHULUAN_NHS (diakses
pada tanggal 28 Desember 2017 pukul 20.00 Wita)
Kaharu, Atika.2015. Laporan Pendahuluan Stroke Non Haemoragik. (Online) Available:
https://www.academia.edu./17079805/LP_STROKE_NON_HAEMORAGIK (diakses
pada tanggal 28 Desember 2017 pukul 20.00 Wita)
Muttaqin, Arif. 2008 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2015 – 2017.
Jakarta: EGC
Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Amerika:
Elsevier Mosby
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC – NOC. Yogyakarta: Mediaction
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC – NOC Edisi revisi jilid 3. Yogyakarta: Mediaction
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth .
Jakarta : E G C.
31 | P a g e
LEMBAR PENGESAHAN
…………….; …………...................2017
Mengetahui,
Pembimbing / CI Mahasiswa
…………………….................... ……………………..................
NIP. NIM
Mengetahui,
Pembimbing / CT
…………………………......................
NIP.
32 | P a g e