DISUSUN OLEH:
NIM. P07120320004
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DIABETES MELITUS
B. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes didalam (Corwin, 2009), yaitu :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemi kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupun
idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti (Rustama,2010). Tipe
ini sering disebut insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Karena pasien
harus membutuhkan insulin dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan. DM
tipe 1 biasanya terjadi pada anak – anak atau masa dewasa muda. Prevalensinya
kurang lebih 5%- 10% dari kasus. Individu yang kekurangan insulin hampir atau
secara total dikatakan juga sebagai “ Juvenile onset” atau “insulin dependent” atau
”ketosis prone”karena tanpa insulin terjadi kematian dalam beberapa hari yang
disebabkan oleh ketoasidosis (Purnamasary, 2009). Faktor genetik dan lingkungan
sangat berperan pada terjadinya Diabetes Mellitus tipe 1. Walaupun hampir 80 %
penderita Diabetes Mellitus tipe 1 tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit sama. Faktor genetik berhubungan dengan HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu yang berperan sebagai faktor kerentanan. Lingkungan (infeksi
virus dan toksin, dll ) akan memicu seseorang yang rentan yang menimbulkan
Dibetes Mellitus tipe 1 (Rustama, dkk.2010).
2. Diabetes Melitus tipe 2
Merupakan tipe DM yang paling sering terjadi mencakup sekitar 85%
pasien DM. Keadaan ini ditandai dengan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif. Individu yang mengidap DM tipe 2 tetap menghasilkan insulin.
Akan tetapi sering terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan
jumlah total insulin yang dilepaskan. Hal ini cenderung semakin parah seiring
dengan pertambahan usia pasien.
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita
diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia tejadi selama kehamilan akibat
sekresi hormon-hormon plasenta. Dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi
janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningka
sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal, bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relative hipo insulin maka
mengakibatkan hiperglikemia.
4. Diabetes tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi,antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin (Brunner, Suddarth 2013).
C. Etiologi
1. Pada Diabetes Tipe 1
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi
pancreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup
insulin. Beberapa penyebab. Beberapa penyebab pancreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin pada diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi,
2014):
a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Pada Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi
insulin yang cukup. Kebanyakan insulin yang diproduksi pankreas dihisap sel-sel
lemak akibat gaya hidup dan pola makan tidak baik. Karena pankreas tidak dapat
membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula
dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut
(Fauzi,2014)
a. Faktor Keturunan
Apabila orang tua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini,
maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
b. Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama
pancreas memproduksi insulin secara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat
saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupakan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini
c. Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang
diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini
untuk merubahnya menjadi energi.
d. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang
tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemak juga akan menyerap produksi
insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.
3. Pada Diabetes Tipe Lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi,
obat, hormone atau hanya timbul pada saat hamil (Fauzi,2014)
D. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita
DM, yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
2. Gejala lain yang muncul
a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
e. Kelemahan tubuh
f. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel
melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
g. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein
banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
h. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
i. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
E. Pathway
Ketidakstabilan
kadar glukosa
darah
Intoleransi
Aktivitas
Defisit Nutrisi
Perfusi
Perifer
Tidak
Hipovolem Efektif
ia
Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
G. Komplikasi
Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2
kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka
panjang :
H. Pemeriksaan Penunjang
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut
Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai
gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam <
200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan
penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM
kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil
positif.
g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes.
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan
utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet.
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
4. Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
b) Menghambat absorpsi karbohidrat
c) Menghambat glukoneogenesis di hati
d) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
e) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
f) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intrasellu
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi, DM patah tulang
i) DM dan underweight, DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan
b) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada
beberapa faktor antara lain.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus
1. Pengkajian
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
a. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
1) Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu
tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir,
pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
f. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada
keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
2) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia,
krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine encer,
pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
5) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
6) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
7) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
8) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda:
pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
9) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
10) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
11) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
12) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Gangguan integritas kulit dan jaringan
c. Intoleransi aktivitas
d. Perfusi perifer tidak efektif
e. Hipovolemia
f. Defisit nutrisi
g. Nyeri akut
h. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
darah keperawatan ...x...... jam Observasi
Penyebab : diharapkan Kestabilan Identifikasi kemungkinan
Hiperglikemia kadar glukosa darah penyebab hiperglikemia
Disfungsi pancreas meningkat dengan kriteria Identifikasi situasi yang
Resistensi insulin hasil : menyebabkan kebutuhan insulin
Gangguan toleransi Lelah /lesu menurun meningkat
glukosa darah Keluhan lapar menurun Monitor kadar glukosa darah ,jika
Gangguan glukosa darah Mulut kering menurun perlu
puasa Rasa haus menurun Monitor tanda dan gejala
Hipoglikemia hiperglikemia
Perilaku aneh menurun
Penggunaan insulin atau Monitor intake dan outpun cairan
Kesulitan bicara menurun
obat glikemik oral Monitor keton urine,kadar analisa
Kadar glukosa dalam
Hiperinsulinemia (mis. gas darah,elektrolit,tekanan darah
darah membaik
insulinoma) ortostatik dan frekuensi nadi
Kadar glukosa dalam
Endokriopati (mis. Terapeutik
urine membaik
kerusakanadrenal atau Berikan asupan cairan oral
Jumlah urine membaik
pituitari) Konsultasi dengan medis jika
Disfungsi hati tanda dan gejala hiperglikemia
Disfungsi ginjal kronis tetap ada atau memburuk
Efek agen farmakologis Edukasi
Tidakan pembedahan Anjurkan monitor kadar glukosa
neoplasma darah secara mandiri
Gangguan metabolic Ajarkan indikasi dan pentingnya
bawaan (mis. gangguan pengujian keton urine, jika perlu
penyimpanan lisosomal, Ajarkan mengelola diabetes
galaktosemia, gangguan Kolaborasi
penyimpanan glikogen) Kolaborasi pemberian insulin, jika
Gejala dan Tanda Mayor : perlu
Subjektif : Kolaborasi emberian cairan IV,
Hipoglikemia jika perlu
Mengantuk Kolaborasi pemberian kalium ,jika
Pusing perlu
Hiperglikemia
Lelahatau lesu Manajemen Hipoglikemia
Objektif : Observasi
Hipoglikemia Identifikasi tanda dan gejala
Gangguan koordinasi hipoglikemia
Kadar glukosadalam Identifikasi kemungkinan
darah/uin redah penyebab hipoglikemia
Hiperglikemia Terapeutik
Kadar glukosa dalam Berikan karbohidrat sederhana,
darah/urin tinggi jika perlu
Gejala dan Tanda Minor Berikan glucagon, jika perlu
Subjektif : Berikan karbohidrat kompleks dan
Hipoglikemia protein sesuai diet
Palpitasi Pertahankan kepatenan jalan napas
Mengeluh lapar
Pertahankan akses IV, jika perlu
Hiperglikemia
Hubungi layanan medis darurat,
Mulut kering
jika perlu
Haus meningkat
Edukasi
Objektif :
Anjurkan membawa karbohidrat
Hipoglikemia
sederhana setiap saat
Gemetar
Anjurkan memakai identitas
Kesadaran menurun
darurat yang tepat
Perilaku aneh
Anjurkan monitor kadar glukosa
Sulit bicara
darah
Berkeringat
Anjurkan berdiskusi dengan tim
Hiperglikemia
perawat diabetes tentang
Jumlah urin meningkat
penyesuaian program pengobatan
Jelaskan antara interaksi antara
Kondisi Klinis Terkait :
diet, insulin/agen oral dan olahraga
Diabetes mellitus
Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
Ketoasidosis diabetic
(mis. Tanda dan gejala, factor
Hipoglikemia
risiko dan pengobatan
Hiperglikemia
hipoglikemia)
Diabetes gestasional
Ajarkan perawatan mandiri untuk
Penggunaan kortikosteroid
mencegah hipoglikemia (mis.
Nutrisi parentera total
Mengurangi insulin/agen oral
(TPN)
dan/atau meningkatkan asupan
makan untuk berolahraga)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dekstrose,
jika perlu
Kolaborasi pemberian glucagon,
jika perlu
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan keperawatan selama … x Observasi :
Definisi : …., diharapkan Integritas Identifikasi penyebab gangguan
Kerusakan kulit (dermis, Kulit / Jaringan integritas kulit (mis. Perubahan
dan/atau epidermis) atau Meningkat dengan kriteria sirkulasi, perubahan status nutrisi,
jaringan (membrane mukosa, hasil : penurunan kelembaban kulit, suhu
kornea, fasia, otot, tendon, Elastisitas (5) lingkungan ekstrem, penurunan
tulang, kartilago, kapsul sendi Perfusi jaringan (5) mobilisasi)
dan/atau ligament) Hidrasi (5) Terapeutik
Penyebab : Kerusakan jaringan (5) Ubah posisi setiap 2 jam sekali
Perubahan sirkulasi Kerusakan lapisan kulit Lakukan pemijatan pada area
Perubahan status nutrisi (5) penonjolan tulang, jika perlu
(kelebihan atau Nyeri (5) Bersihkan perineal dengan air
kekurangan) hangat, terutama selama periode
Perdarahan (5)
Kekurangan atau kelebihan diare
Kemerahan (5)
volume cairan Gunakan produk berbahan
Hematoma (5)
Penurunan mobilitas petroleum atau minyak pada kulit
Pigmentasi abnormal (5)
Bahan kimia iritatif kering
Nekrosis (5)
Suhu lungkungan yang Gunakan produk berbahan ringan /
Abrasi kornea (5)
ekstrem alami dan hipoalergik pada kulit
Suhu kulit (5)
Factor mekanis (mis. sensitive
Sensai (5)
Penekanan, gesekan) atau Hindari produk berbahan dasar
Tekstur (5)
factor elektris alcohol pada kulit kering
Pertumbuhan rambut (5)
(elektrodiatermi, energi Edukasi :
listrik bertegangan tinggi) Anjurkan penggunaan pelembab
Penyembuhan Luka
Terapi radiasi (mis. Lotion atau serum)
Kelembaban meningkat dengan kriteria Anjurkan minum air yang cukup
Proses penuaan hasil : Anjurkan meningkatkan asupan
Neuropati perifer Penyatuan kulit nutrisi
Perubahan pigmentasi meningkat Anjurkan meningkatkan asupan
Perubahan hormonal Penyatuan tepi luka buah dan sayur
/melindungi integritas Edema pada sisi luka Anjurkan mandi dan menggunakan
jaringan menurun sabun secukupnya
Gejala dan Tanda Mayor Peradangan luka
Subjektif : - menurun Perawatan Luka
Objektif : Nyeri menurun Observasi
Gagal jantung kongestif Bau tidak sedap pada Bersihkan jaringan nekrotik
meningkat >20% dari Kekuatan tubuh bagian Fasilitasi duduk di sisi tempat
kondisi normal bawah meningkat (5) tidur, jika tidak dapat berpindah
Gejala dan Tanda Minor Toleransi dalam atau berjalan
Subjektif : menaiki tangga Edukasi
Dyspnea saat/setelah meningkat (5) Anjurkan tirah baring
aktivitas Kelulah Lelah menurun Anjurkan melakukan aktivitas
Merasa tidak nyaman (5) secara bertahap
setelah beraktivitas Dyspnea saat aktivitas Anjurkan menghubungi perawat
Merasa lemah menurun (5) jika tanda dan gejala kelelahan
Objektif : Dyspnea setelah tidak berkurang
Tekanan darah berubah aktivitas menurun (5) Anjurkan strategi koping untuk
>20% dari kondisi Perasaan lemah mengurangi kelelahan
istirahat menurun (5) Kolaborasi
PPOK (5)
Gangguan metabolic
Gangguan
muskuluskeletal
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
Definisi: keperawatan selama ... x ... Observasi
Penurunan sirkulasi darah menit diharapkan Perfusi Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
pada level kapiler yang dapat Perifer Meningkat dengan perifer, edema, pengisian kapiler,
mengganggu metabolisme kriteria hasil : warna, suhu, ankle-brachial index)
tubuh. Kekuatan nadi perifer Identifikasi faktor risiko gangguan
Penyebab meningkat (5) sirkulasi (mis. diabetes, perokok,
Hiperglikemia Penyembuhan luka orang tua, hipertensi dan kadar
Penurunan konsentrsai meningkat (5) kolesterol tinggi)
hemoglobin Sensasi meningkat Monitor panas, kemerahan, nyeri
Peningkatan tekanan darah Warna kulit pucat atau bengkak pada ekstremitas
Kekurangan volume cairan menurun (5) Terapeutik
Penurunan aliran arteri Edema perifer menurun Hindari pemasangan infus atau
dan/atau vena (5) pengambilan darah di area
Kurang terpapar informasi Nyeri ekstremitas keterbatasan perfusi
tentang factor pemberat menurun (5) Hindari pengukuran tekanan darah
(mis. Merokok, gaya hidup Pasastesia menurun (5) pada ekstremitas dengan
monoton, trauma, obesitas, Kelemahan otot keterbatasan perfusi
asupan garam, imobilitas) menurun (5) Hindari penekanan dan
Kurang terpapar informasi Kram otot menurun (5) pemasangan tourniquet pada area
tentang proses penyakit Bruit femoralis menurun yang cedera
(mis. Diabetes mellitus, (5) Lakukan pencegahan infeksi
hyperlipidemia) Nekrosis menurun (5) Lakukan perawatan kaki dna kuku
Kurang aktivitas fisik Pengisian kapiler Lakukan hidrasi
membaik (5)
Gejala dan Tanda Mayor Akral membaik (5) Edukasi
Subjektif : - Trugor kulit membaik Anjurkan berhenti merokok
Objektif (5) Anjurkan berolahraga rutin
Pengisian kapiler >3 detik Tekanan darah sistolik Anjurkan mengecek air mandi
Nadi perifer menurun atau membaik (5) untuk menghindari kulit terbakar
tidak teraba Tekanan darah diastolik Anjurkan minum obat pengontrol
Akral teraba dingin mebaik (5) tekanan darah secara teratur
Warna kulit pucat Tekanan arteri rata-rata Anjurkan menggunakan obat
Turgor kulit menurun membaik (5) penurn tekanan darah,
Gejala dan Tanda Minor Indeks ankle-brachial antikoagulan, dan penurun
Subjektif membaik (5) kolesterol, jika perlu
Parastesia Anjurkan menghindari
Nyeri ekstremitas penggunaan obat penyekat beta
(klaudikasi intermiten) Anjurkan melakukan perawatan
Objektif: kulit yang tepat (mis.
Edema melembabkan kulitkering pada
Penyembuhan luka lambat kaki)
Evaporasi Terapeutik
Tekanan nadi (5)
Gejala dan Tanda Mayor: Hitung kebutuhan cairan
Membrane mukosa (5)
Subjektif Berikan posisi modified
Jugular Venous Pressure
- Trendelenburg
(JVP) (5)
Objektif: Berikan asuoan cairan oral
Frekuensi nadi meningkta Edukasi
Integritas Kulit dan
Nadi teraba lemah Jaringan: Anjurnkan memperbanyak asupan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Denpasar,……………….. 2020
Mengetahui, Mahasiswa