Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

M
DENGAN STROKE NON-HEMORAGIK

DISUSUN OLEH:

SION GLORIA H. PARDEDE

202016048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf
pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan naliran darah serebral (Amira, 2020). Stroke juga
dapat didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan karena
terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(mustaqin, 2008). Kondisi yang menyebabkan perubahan aliran darah pada otak akan
menyebabkan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyababkan iskemik otak,
iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan
defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Tanda dan gejala pada pasien stroke biasanya mengalami gangguan atau kesulitan saat
berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh. Seseorang
yang mengalami gangguan gerak atau gangguan pada kekuatan ototnya akan berdampak pada
aktivitas sehari-harinya, sehingga pasien akan mengalami hambatan mobilitas fisik. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain, maka perlu dilakukan latihan mobilisasi.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Pradana M. d., 2016). Mengalami
gangguan gerak atau gangguan pada kekuatan ototnya akan berdampak pada aktivitas sehari-
harinya. Untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain maka perlu dilakukan latihan.
Keperawatan adalah pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, dan spiritual komprehenshif yang ditujukan kepada
individu, kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, dan kurangnya kemauan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan paling depan (frontline) dalam
melakukan perawatan terhadap pasien. Perawat dalam hal ini juga diharapkan mengoptimalkan
peran dalam pencegahan kejadian stroke berulang atau komplikasi lainnya dengan
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan berstandart.

B. RUMUSAN MASALAH
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan karena terjadi
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Mustaqin,
2008). Kondisi yang menyebabkan perubahan aliran darah pada otak akan menyebabkan
hipoksia. Stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

Keperawatan adalah pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, dan spiritual komprehenshif yang ditujukan kepada individu,
kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Peran penting perawat dalam pelayanan kesehatan terutama dalam kondisi lemah nya
pasien antara lain sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat akan
terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan di tatanan layanan klinis
seperti di rumah sakit. Dengan latar belakang ini maka penulis ingin menyampaikan aplikasi
standar asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan stroke non hemoragik.

C. TUJUAN
Dilihat dari paparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari adanya penulisaan
makalah ini :
1. Tujuan Umum:
Untuk melaporkan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Stroke Non Hemoragik
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang konsep teori penyakit Stroke
b. Mengetahui dan memahami tentang standart asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik
c. Mampu mengaplikasikan dengan baik asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
non hemoragik
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak
dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Menurut
Smeltezer dan Bare 2008, stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah
ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan naliran
darah serebral. (Amira, 2020).
Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderika kelumpuhan dan kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah
defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai
akibat dari cardiovascular disease (CVD). (Fransiska, 2008)

Berdasarkan kelainan patologis , stroke dibagi menjadi:


a. Stroke Hemoragik
- Perdarahan Intra Serebral
- Perdarahan Ekstra Serebral (sub aracnoid)
b. Stroke Non Hemoragik
- Trombosis Serebri
Stroke Trombosis yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan
lumen pembuluh darah otak karena trobus yang main lama makin
menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan ini
menyebabkan iskemia.
- Emboli Serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi areromatus
yang terletak pada pembuluh darah yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil
dapat terlepas dari trobus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam
aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan
menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkakn
infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli
merupakan 32% dari penyebab strok non hemoragik

B. ANATOMI
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Stroke Non Hemoragik disebabkan oleh dua penyebab utama yaitu:
1. Trombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
a) Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah.
b) Hypercoagulasi pada polysitemia merupakan darah bertambah kental, peningkatan
viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c) Arteritis (radang pada arteri)

2. Embolisme cerebral
Emboli cerebral merupakan penyumbatan pembulug darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli berlangsung cepat dan gejala timbul kurang lebih 10-30
detik.

Faktor risiko merupakan hal-hal yang meningkatkan kecenderungan seseorang untuk


mengalami stroke. Berikut adalah faktor risiko yang dapat mempengaruhi seseorang
terserang stroke non hemoragik:
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Diabetes Melitus (DM)
 Hiperlipidemia
 Merokok
 Gaya hidup
 Pernah terserang stroke
 Alkoholik
D. TANDA DAN GEJALA
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya. Berikut adalah tanda dan gejala stroke:
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke
adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya),
seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
3. Gangguan persepasieni
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan
disfungsi persepasieni visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan
sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek pasienikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi mereka.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal/bedpan.
E. PATOFISIOLOGI
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan
jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis
diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat
luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

F. TEST DIAGNOSTIK
Menurut Grace, Pierce A & Borley (2007), beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh
pasien stroke non hemaragik yaitu :
1) Scan dupleks merupakan scan mode-B dan velositometer ultrasonik Doppler yaitu
metode pilihan untuk menilai derajar stenosis karotis.
2) Angiografi karotis, saat ini sering dilakukan MRA, yang lebih aman dari angiografi
strandar.
3) CT scan atau MRI otak menampilkan adanya infark serebral.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan stroke iskemik menurut Jaime Stockslager Buss (2013) yaitu:
a. Terapi trombolitik (aktivator plasminogen jaringan, alteplase) dalam 3 jam pertama
setelah onset gejala untuk menghancurkan bekuan, membuang oklusi, dan memperbaiki
aliran darah. Meminimalkan kerusakan otak (kecuali jika dikontraindikasikan).
b. Terapi antikoagulan (heparin, warfarin) untuk mempertahankan patensi pembuluh darah
dan mencegah terbentuknya bekuan (diberikan 24 jam Setelah terapi trombolitik)
c. Penyekat beta adrenergik atau pasta nitrogliserin, sesuai indikasi, untuk menangani
hipertensi
d. Agen-agen antitrombosit (seperti aspirin) saat keluar rumah sakit untuk mencegah
terjadinya stroke berikutnya
e. Endarterektomi karotis untuk membuka sebagian (lebih dari 70%) arteria carotis yang
tersumbat, atau angioplasti transluminal perkutan atau insersi bidai (stent) untuk
membuka pembulu darah yang tersumbat.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) dalam Ariani (2012) adalah sebagai
berikut:
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a) Edema serebri
Defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.
b) Infark miokard
Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.

2. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari pertama).


a) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
b) Infark miokard.
c) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering kali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
d) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.

3. Komplikasi jangka panjang.


Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular perifer.
C.PATOFLODIAGRAM Riw. 5 thn DM
dgn Metformin,
Hipertensi Riw. 5 tahun dgn DM, Hiperlipidemia LDL 166,
Amlodipine 5 Mg GDS 339

TD semakin meningkat
Aliran ke pembuluh darah cepat Penumpukan LDL di pembuluh darah

Lumen pembuluh darah rentan robek Pembentukan radikal bebas (plak)

Penumpukan trombosit di pembuluh darah Merusak sel endotel

Trombus Emboli

Oklusi (Sumbatan Pembuluh darah otak)


Tanda Gejala: DxKep: Gangguan Perfusi
Hemiparese Cerebro Blood Flow (CBF) menurun Jaringan cerebral
Afasia metabolisme anaerob
Hemisfer kanan Suplai O2 dan Glukosa ke otak menurun
DxKep: Defisit
perawatan diri
Hemiparese kanan Iskemia/Infark cerebri Peningkatan As. Laktat

Area Grocca DxKep: Kerusakan Hipoksia Pembentukan ATP (energi di otak berkurang )
komunikasi verbal

Kerusakan fx N.VII XII Infark Cerebral pompa Na, K gagal


DxKep: Gangguan
keseimbangan elektrolit
DxKep: Kerusakan
menelan
Defisit Neurologi

DxKep: Kerusakan Edema Cerebri


mobilitas fisik Hemiparese dextra

Peningkatan TIK

Herniasi cerebral Sel mati secara progresif

Penurunan kesadaran Penekanan Sal.Pernafasan


DxKep: Pola Nafat tidak
DxKep: Resiko Aspiasi Efektif

DxKep: Bersihan jalan


nafas tidak Efektif
BAB III
RESUME KASUS DAN PENGAMATAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Identitas : - Nama (Initial) / Umur : Ny. M (72 tahun)


- Tgl Masuk RS : 19 April 2021
- Tgl Pengkajian : 20 April 2021
- Diagnosa Medis Saat masuk : CVD NH, DM, HT
- Diagnosa Medik Saat Pengkajian : CVD NH, DM, HT,
Hypokalemia
A. RIWAYAT KEPERAWATAN (Data Fokus/ DS)

1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama: anak pasien mengatakan pasien bicara sulit dan badan sisi kanan
lemah sejak 3 hari sebelum masuk RS
b. Riwayat pengkajian sekarang: pasien datang berobat ke ugd dengan keluhan pasien
sulit menggerakkan sisi kanan, disertai bicara sulit, kaki sulit berjalan.
c. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat DM dan Hipertensi sudah 5 tahun (kontrol rutin
di RS X di Bekasi)
2. Riwayat Kesehatan anak: anak pasien mengatakan jika ayah pasien (kakeknya) mende
rita darah tinggi.
3. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
a. Persep pasien terhadap kesehatan dan managemen kesehatan
Anak pasien mengatakan kesehatan penting, sehingga saat pasien sakit keluarga la
ngsung meminta pertolongan tenaga kesehatan dengan membawa ke RS. Pasien
sudah ada penyakit diabet dan darah tinggi 5 tahun terakhir dengan obat
amlodipine 5 Mg dan Metformin. Pasien juga dibawa kontrol rutin oleh anak nya
ke RS.
b. Pola nutrisi metabolik
Di rumah : anak pasien mengatakan selera makan pasien baik, makan 3x/hari deng
an menu nasi dan lauk pauk, kadang masih melanggar makanan yang dipantang
untuk kencing manis dan hipertensinya. Minum air putih kurang lebih 6-7 gelas/ha
ri.
Di rumah sakit : Pada saat pengkajian anak pasien mengatakan bahwa pasien maka
n bubur tidak habis, dan makan pelan pelan, makan kurang lebih 1/4 porsi, minum
air putih kurang lebih 4-5 gelas karena pelan-pelan. Pasien dilarang mengkonsums
i makanan yang asin, berlemak dan makanan dari rumah.
c. Pola eliminasi
Di rumah : anak pasien mengatakan BAK pasien 7x/hari, warna kuning jernih, volu
me kurang lebih 1000 ml/hari dan BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan dengan k
onsistensi padat.
Di rumah sakit : pasien menggatakan BAK di pampers dibantu anak dan perawat,
warna kuning jernih, volume 1000 ml/hari dan BAB dari awal masuk sudah 1x.
d. Pola aktivitas dan latihan
Di Rumah : anak pasien mengatakan pasien melakukan semua aktifitas sehari-hari
secara mandiri, masih bisa jalan.
Di RS : anak pasien mengatakan pasien melakukan semua aktifitas sehari-hari
diatas tempat tidur dan dibantu oleh anak juga perawat.
e. Pola persepasieni – kognitif
Alat Indra :
1) Penglihatan
DS: anak pasien mengatakan masih dapat melihat objek yang besar, sejak sakit
ini untuk membaca sudah tidak bisa.
DO: pasien tidak menggunakan alat bantu baca seperti kaca mata
Refleks Cahaya +/+ Pupil Isokor 2/2
2) Pendengaran
DS: anak pasien mengatakan masih dpt mendengar suara namun saat ini hanya
berespon menggangguk saja.
DO: pasien tidak menggunakan alat bantu dengar. Saat diajak bicara hanya
mengangguk.
3) Pengecap
DS: anak pasien mengatakan masih dapat merasakan rasa asin, manis dan pahi
t, saat ini makan tidak ada keluhan dari pasien
DO: pasien tidak dapat mengatakan rasa dari makanan
Makan dengan bubur , menguyah pelan. Makan habis 1/4 Porsi
4) Persepsi nyeri
DS: anak pasien mengatakan masih dapat merasakan nyeri pada ekstermitas
kiri yang terpasang infus
DO: pasien terpasang infus di tangan kiri Vena Metacarpal, tak ada tanda
plebitis, tampak mengerutkan dahi saat ditekan di area insersi infus.
f. Pola istirahat dan tidur
Di rumah : anak pasien mengatakan pasien tidur nyenyak 6-7 jam/hari dengan p
enerangan cukup. Tidak ada kebiasaan khusus sebelum tidur.
Di RS : anak pasien mengatakan pasien kadang terbangun malam hari, tidur 5-6
jam/hari dengan penerangan yang cukup dan tanpa obat tidur.
g. Pola konsep diri
a) Gambaran diri: tidak dapak dikaji
b) Identitas diri: tidak dapat dikaji (pasien seorang istri dan ibu dari 3 anak)
c) Peran: pasien berperan sebagai seorang istri dan ibu dari 3 anak, pasien
sudah memiliki cucu 4 orang.
d) Ideal diri: tidak adapat dikaji
e) Harga diri: tidak adapat dikaji.
h. Pola peran dan hubungan
DS: anak pasien mengatakan, pasien merupakan seorang istri dan ibu. Semua
anak pasien tinggal di Jakarta dan akan kumpul sesekali di bekasi (rumah
pasien) tiap 2 mingg. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anaknya
DO: anak pasien mengatakan selama di RS, pasien ditunggu oleh anak dan
menantunya. Suaminya tidak menunggu dan datang karena sudah lansia juga
keluarga khawatir karena Pandemik.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
DS: tidak dapat dikaji
DO: tidak dapat dikaji

B. PEMERIKSAAN FISIK (DO)

1. Keadaaan umum : tampak sakit sedang


2. Kesadaran : GCS E4 M6 V 2 Apatis - Afasia
3. Postur tubuh : tidak ada kifosis, lordosis dan skoliosis, pasien berbaring
disertai tangan dan kaki kanan lemas. BB 60 Kg TB 160 cm (IMT: 23)
4. Tanda-tanda vital : TD 163/89 mmHg, Nadi 96x/mnt, P 22x/mnt, Sh 36⁰C
Terpasang O2 Binasal 4 Lpm (O2 Sat 97%)
Head to toe :
a. Kepala: rambut pendek, kulit kepala bersih. Rambuk berwarna putih tidak rontok.
b. Leher: Tidak ada pembesaran KGB, Kelenjar parotis Tidak membesar
Kelenjar tyroid Tidak membesar

c. Dada

* Paru-paru

Inspeksi : gerakan dada simestri, tidak tampak retraksi dada, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada krepitasi, vocal fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada penu
runan maupun peningkatan getaran
Perkusi : terdengar sonor pd seluruh lapang paru ICS 1-6
Auskultasi: terdengar vesikuler, terdengar wheezing, ronchi.
* Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi aorta di ICS 2 kanan
Palpasi : tidak teraba nyeri
Perkusi : terdengar pekak pd ICS 2 kanan dan kiri sampai dg ICS 5 kiri
Auskultasi: S1>S2, reguler, tidak terdengar murmur
d. Abdomen Genetalia
Inspeksi :Bentuk Datar, bayangan vena tidak ada, benjolan vena tidak ada
Auskultasi : Peristaltik usus 5X / menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Massa Tidak ada
e. Ekstermitas
1)Ektermitas atas: terpasang infus tangan kiri Infus RL + 25Meq Kcl 14tts/menit, t
angan kanan lemas
2)Ektremitas bawah: tidak terdapat oedem, tidak ada varices, kaki kanan lemas
3)Kekuatan otot
tangan kanan tangan kiri
4444 55555

tangan kanan kaki kiri


3333 55555

Keterangan:
0= tidak ada kontraksi
1= hanya kontraksi
2= hanya bergeser
3= hanya bisa mengangkat tapi tidak mampu menahan gravitasi
4= mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan beban
5= mampu melawan beban
a. Kulit : warna putih, turgor kulit baik, akral hangat.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

HASIL HASIL HASIL HASIL


PEMERIKSAAN
(19.04.2021) (20.04.2021) (21.04.2021) (22.04.2021)

Hb / Ht 15,9 / 46

LED 8

Leukosit 9.990

Trombosit 320.000

Creatinin 0,56

Kalium 2,53 2,48


Chlorida 97

GDS 337 205 293 231

LDL Cholesterol - 166

EKG (19.04.2021): SR 84 x/menit

CT SCAN KEPALA (19.04.2021): Multiple Infark di kedua basal ganglia, thalamus


kanan serta sentrum semi ovale bilateral (terutama lobus parietalis kiri). Atrofi cerebri dan
cerebelli.

D. OBAT-OBATAN

OBAT ORAL OBAT INJEKSI INFUS

1. Aspilet 1 x 80 Mg 1. Citicolin 2 x 500 Mg IV RL + 25 Meq KCl 12 jam/kolf

2. Vitamin B6 2 x 10 Mg 2. Mecobalamin 2 500 Mcg IV

3. Asam Folat 2 x 1 tab

4. Simvastatin 1 x 20 Mg

5. Amlodipine 1 x 5 Mg

6. Aspar K 3 x 2 tab

7. Metformin 2 x 500 Mg

8. Glimepirid 1 x 1 Mg AC Pagi

DIET :

Lunak DM 1500Kal, Rendah Lemak

II. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Data Subjektif: Suplai darah ke Perfusi jaringan serebral
Anak pasien mengatakan pasien jaringan serebral tidak efektif
bicara sulit tidak adekuat
Anak pasien mengatakan badan
sisi kanan lemah sejak 3 hari
sebelum masuk
Data Objektif:
- GCS E4 M6 V
- Afasia
- TD 163/89 mmHg,
- Nadi 96x/mnt,
- P 22x/mnt
- Hemiparese dextra
- 4 5
3 5
- CT Scan Kepala: Multiple Infark
di kedua basal ganglia, thalamus
kanan serta sentrum semi ovale
bilateral (terutama lobus parietalis
kiri)

2 Data Subjektif: Penurunan kekuatan Gangguan mobilitas fisik


Anak pasien mengatakan badan otot
sisi kanan lemah sejak 3 hari
sebelum masuk.
Data Objektif:

- Hemiparese dextra

- Pasien tampak berbaring, bed rest

- Kekuatan otot

4 5
3 5

3 DS: resistensi insulin Ketidakstabilan kadar


Anak pasien mengatakan ada glukosa darah
diabet sudah 5 tahun dan kadang
melanggar pantangan makan

DO:
GDS 337 g/dl
Nadi 92 x/menit

4 Gangguan keseimbangan
elektrolit: kurang dari
kebutuhan

III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d Suplai darah ke jaringan cerebral tidak
adekuat.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Defisit Neurologi
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resitensi insulin
4. Gangguan keseimbangan elektrolit: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
IV. INTERVENSI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
Unit : Ns. Daffodil / 317.1

TGL
RENCANA TINDAKAN & IMPLEMENTASI
DIAGNOSIS HYD JAM EVALUASI NAMA
RASIONALISASI
KEPERAWATAN TINDAKAN NAMA
1. Perfusi jaringan Keadekuatan Obsevasi 21.04.2021 Sion 21.04.2020 Sion
serebral tidak aliran darah 1. Monitor tanda/gejala 1. Memonitor tanda/gejala
S: Anak pasien
efektif b.d Suplai serebral me↑ peningkatan TIK peningkatan TIK mengatakan
darah ke jaringan dalam waktu 2. Monitor TTV Tidak ada muntah masih belum
bisa bicara dan
cerebral tidak 3x24 jam 3. Monitor intake dan output proyektil gerak masih
adekuat. dengan pasien 2. Memonitor TTV lemah sebelah
kanan
Data Subjektif: kriteria hasil: R/ Untuk mengetahui kesadaran Hasil: TD 163/92 N
O: TD 163/92
Anak pasien - Tingkat pasien, autoregulasi. 92x/mnt, RR 20x/mnt mmHg
mengatakan kesadaran 3. Memonitor intake dan Nadi 92x/menit
Tampak pasien
pasien bicara sulit tidak Terapetik output pasien aktivitas
Anak pasien menurun 4. Minimalkan stimulus dg Hasil: Intake: Minum 600 dibantu perawat
cc, Infus 300 cc dan keluarga
mengatakan badan (E4, V5, M6) menyediakan lingkungan yang Hemiparese
Output: urine 1200 cc
sisi kanan lemah - Tekanan tenang 4. Meminimalkan dexra
Afasia
sejak 3 hari intra R/ Aktivitas atau stimulus yg stimulus dg
sebelum masuk kranial konstan dapat meningkatkan menyediakan A: Perfusi
Data Objektif: menurun TIK. lingkungan yang tenang Jaringan
serebral tidak
- GCS E4 M6 V (tidak ada 5. Berikan posisi elevasi 5. Memberikan posisi efektif
- Afasia muntah (head of bed) 30 ◦ elevasi (head of bed) 30
P: Intervensi no 1-
- TD 163/89 mm proyektil) R/Meningkatkan / memperbaiki 6. Memberian therapy
7 dilanjutkan
Hg, - Pasien aliran darah serebral medis Citicolin inj 500
- Nadi 96x/mnt, tidak 6. Hindari pemberian cairan Mg IV , Mecobalamin
- P 22x/mnt mengeluh hipotonik Inj 500 Mcg
- Hemiparese dex sakit kepala R/ Cairan hipotonik cenderung
tra - Hemodina membuat oedem otak, mencegah
- 4 5 mik dalam terjadinya dehidrasi.
3 5 batas R/ Mempertahankan aliran darah
- CT Scan normal otak yang konstan
Kepala: Multiple (Tekanan
Infark di kedua darah Kolaborasi
basal ganglia,
100/70- 7. Pemberian therapy medis
thalamus kanan
120/80) R/ Menurunkan TIK
serta sentrum semi
ovale bilateral
(terutama lobus
parietalis kiri)
2. Gangguan Kemampuan Observasi 21.04.2021 Sion 21.04.2020 Sion
mobilitas fisik b.d dalam 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengidentifikasi
S: Anak pasien
Defisit Neurologi gerakan fisik keluhan fisik lainnya. adanya nyeri atau mengatakan
Data Subjektif: secara R/ Untuk keluhan pasien dalam keluhan fisik lainnya. masih lemas
pada tangan
Anak pasien mandiri melakukan aktivitas Hasil: tidak ada keluhan dan kaki kanan
mengatakan badan dalam waktu 2. Observasi nilai kekuatan otot nyeri
O: 4 5
sisi kanan lemah 3x24 jam per hari 2. Mengobservasi nilai
3 5
sejak 3 hari dengan R/ Mengetahui perkembangan kekuatan otot per hari aktivitas dibantu
sebelum masuk. kriteria hasil: kemampuan pasien 4 5 perawat dan
keluarga
Data Objektif: - pergerakan 3. Identifikasi toleransi fisik 3 5
ektermitas dalam melakukan gerakan 3. Mengidentifikasi A: Gangguan
- Hemiparese dextra
mobilitas fisik
meningkat 4. Identifikasi perubahan kondisi toleransi fisik dalam
- Pasien tampak
berbaring, bed rest - aktifitas fisik selama melakukan pergerakan melakukan gerakan P: Intervensi no 1-
7 dilanjutkan
- Kekuatan otot meningkat R/ Meningkatkan proses 4. Mengidentifikasi
- kekuatan otot penyembuhan dan kemampuan perubahan kondisi
4 5
meningkat koping emosional pd pasien selama melakukan
3 5 pergerakan
-CT Scan Kepala: Terapeutik 5. Memfasilitasi aktivitas
Multiple Infark di
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi mobilisasi dengan alat
kedua basal ganglia,
dengan alat bantu bantu
thalamus kanan serta
sentrum semi ovale 6. Libatkan anak untuk 6. Melibatkan anak untuk
bilateral (terutama membantu pasien dalam membantu pasien
lobus parietalis kiri) meningkatkan pergerakan dalam meningkatkan
R/ Untuk memandirikan pasien pergerakan
7. Mengajarkan mobilisasi
Edukasi sederhana yang harus
7. Ajarkan mobilisasi sederhana dilakukan seperti duduk
yang harus dilakukan seperti ditempat tidur, duduk
duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur)
disisi tempat tidur)
R/ Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan

3. Ketidakstabilan Setelah 1. Monitor kadar glukosa darah 21.04.2021 Sion 21.04.2020 Sion
kadar glukosa dilakukan 2. Monitor intake dan output 1. Memonitor kadar
darah asuhan pasien glukosa darah S: Anak pasien
berhubungan keperawatan 3. Monitor asupan makan pasien Hasil: GDS 293 g/dl mengatakan
dengan resistensi selama 3x24 4. Berikan asupan cairan oral 2. Memonitor intake dan gula darah
insulin, ditandai jam 5. Anjurkan monitor kadar GDS output pasien masih tinggi
dengan diharapkan secara mandiri dengan Hasil: Intake: Minum 600
kadar glukosa melibatkan keluarga cc, Infus 300 cc
DS: darah dalam Kolaborasi: Output: urine 1200 cc O: GDS 293 g/dl
Anak pasien rentang 6. Pemberian obat hyperglikemia 3. Memonitor asupan TD 159/104
mengatakan ada normal oral makan pasien mmHg
diabet sudah 5 terjadi, 7. Pemberian cairan IV Hasil: makan 1/4 porsi Nadi 92x/menit
tahun, kadang dengan 4. Memberikan asupan Tampak pasien
melanggar pola kriteria hasil: cairan oral aktivitas
makan - Lelah/Lesu Hasil: pasien mampu dibantu perawat
menurun (5) menghabiskan minum dan keluarga
DO: - Kadar Gula saat diberikan 100 cc air
GDS 337 g/dl darah putih
A: Ketidakstabilan
Nadi 96 x/menit membaik (5) 5. Menanjurkan monitor
kadar GDS secara mandiri kadar glukosa
dengan melibatkan darah
keluarga
Hasil: keluarga mampu P: Intervensi no 1-
melakukan pengecekan 7 dilanjutkan
kadar gula darah dalam
pengawasan perawat
Kolaborasi:
Memberian obat orah
hyperglikemia Metformin
200 Mg per oral
Hasil: terapi Metformin
diminum pasien
6. Memberian cairan IV
Hasil: RL 500 cc + 25
Meq KCl /12 jam tetesan
infus lancar
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai