PRE-EKLAMPSIA
Disusun oleh :
Kelompok 1
Fitria Esti Ridhowati (202016028)
Maria Marina Wenni (202016036)
Rosiana Ika Wati (202016046)
Tietiek Soesilowatie (202016049)
Yoan Yochela (202016052)
A. Definisi
Menurut para ahli, dalam buku Sukarni dan Wahyu (2013)
1. Rustam Muctar
Pre-eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil,bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah 28 minggu atau
lebih.
2. Manuaba
Pre-eklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau adanya edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir
minggu pertama setelah persalinan.
3. Mansjoer
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia 2 minggu atau segera setelah persalinan.
B. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2010) pre eklampsia dibagi menjadi :
1. Pre-eklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau dengan kenaikkan diastolic 15mmHg atau
lebih,atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1jam,
sebaiknya 6jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan
1kg atau lebih setiap minggunya.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
2. Pre-eklampsia berat
a. Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
e. Terdapat edema paru atau sianosis.
f. Keluhan subjektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
g. Pemeriksaan: kadar enzim hati meningkat.
3. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre-eklampsia, yaitu:
bertambahnya frekuensi primigraviditas, kehamilan ganda, hidroamnion, dan
mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Sukarni
dan Wahyu, 2013).
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain: peran prostasiklin dan tromboksan
(Sukarni dan Wahyu, 2013).
a. Peran faktor imunologis
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
pre-eklampsia/eklampsia.
b. Peran faktor genetik/familia
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-
eklampsia/eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita pre-
eklampsia/eklampsia. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-
eklampsia/eklampsia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-
eklampsia/eklampsia. Peran renin-angiotensin system (RAAS).
c. Faktor predisposisi
1. Molahidatidosa
2. Diabetes Melitus
3. Hidrops Fetals
4. Obesitas
5. Umur yang lebih dari 35 tahun.
D. Patofisiologi
Pada pre-eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokri, dimana perubahan pokok pada preeklamsia yaitu
mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya kompensasi hipertensi yaitu
suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Patofisiologi pre eklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP)
dengan menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi
meliputi nyeri kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau
perubahan keadaan mental dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam
jiwa ialah eklampsia atau timbul kejang (Bobak, 2012).
Pada pre-eklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu
akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit
deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin
II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- organ tubuh diantaranya otak,
darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-
paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal,
perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru.
Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol
pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap
protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga
menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos
dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi
spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina.
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa
keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl
meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah
sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang
terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan
(Sukarni dan Wahyu, 2013).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien dengan pre-eklampsia maupun eklampsia yang dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap dapat ditemui profil sebagai berikut:
adanya anemia yang berasal dari hemolisis pada HELP syndrome (lapisan film
darah tepi, peningkatan bilirubin, retikulosit, peningkatan LDH dan penurunan
kadar haptoglobin) atau dari komplikasi perdarahan. Trombositopenia dapat
ditemuai pada HELP syndrome atau DIVC. Bisa ditemui leukositosis.
Peningkatan kadar ureum dn kreatinin serum serta gagal ginjal. Biasanya
disertai peningkatan asam urat. Pemanjangan PT dan PTT, menurunnya kadar
fibrinogen dan peningkatan kadar D-Dimer pada DIC. Pemeriksaan dengan tes
fungsi hepar dapat dijumpai peningkatan kadar bilirubin, peningkatan SGOT dan
SGPT PADA HELP Sindrome, hipoproteinemia, dan hipoalbuminemia. Ekskresi
protein urin lebih dari 0,3 g/dL dalam 24 jam, bila dilakukan CT scan kepala
dijumpai ada daerah hipodens kortikal, edema serebral (bila ekstensif atau fokal)
dan pendarahan serebral. Pemeriksaan CT Scan abdomen dan angiografi hepar
pada pasien preeklampsia mauoun eklampsia dapat dijumpai adanya hemetoma
hepar atau perdarahan (Christine, 2018).
Tabel Indikator Berat Ringannya Preeklampsia(Christine, 2018).
G. Diagnosa Medik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan (Maryunani & Yulianingsih, 2010):
1. Gambaran Klinik
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul
proteinuria.
2. Gejala Subyektif
Sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan
kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.
3. Gangguan Serebral Lainnya
Refleks meningkat, dan tidak tenang.
4. Pemeriksaan
Tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan
laboratorium.
H. Penatalaksaan
1. Prinsip penatalaksanaan pre-eklamsia (Maryunani & Yulianingsih, 2010):
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progesifitas penyakit menjadi menjadi eklamsia
c. Mengatasi atau menurunkan resiko gawat janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau
ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
2) Fenitoin
Fenetoin mulai populer di tempat diazepam karena kurangnya
efek samping sedatif yang serius. Tingkat teraupetiknya 40-100
mmol, yang bisa dicapai dengan dosis pemuatan 10 mg/kg dalam
100ml garam yang diinfuskan secara intravena dengan kecepatan 50
mg/mm (7ml/menit pada pasien 70 kg), diikuti oleh pemberian kedua
dengan dosis 5 mg/kg yang diberikan 2 jam kemudian. Terapi
pemeliharaan dimulai 12 jam setelah bolus kedua, dengan dosis
200mg/perjam dengan pemberian IV.
3) Magnesium sulfat (MgSO4)
Agen ini digunakan untuk vasodilatasi anti konvulsan dan
uterus. Pemberian MgSO4 efetif secara terpusat dan periferal.
Magnesium sulfat mempengaruhi persimpangan neuromuskular
dengan menghambat pelepasan bangkitan presinaptik persarafan.
Salah satu efek samping pada pasien yang mendapat MgSO4 adalah
menjadi sensitif terhadap obat pelumpuh otot terutama yang
golongan non depolarasi.
Pengaruh MgSO4 terhadap pasien yang mendapat pelumpuh
otot, baik yang akan menjalani anestesi umum, maupun yang dengan
kendali ventilasi dengan menggunakan ventilator misalnya dengan
edema paru, adalah berkaitan dengan pengaruh MgSO4 terhadap
penurunan konsentrasi pseudokolinestase plasma yang sangat
berkaitan dengan mekanisme kerja penghambatan kontraksi otot oleh
pelumpuh otot non depolarisasi.
Magnesium sulfat juga menyebabkan penurunan resistansi
perifer, menyebabkan penurunan tekanan darah yang bermakna,
disertai dengan peningkatan denyut jantung. Efek terapeutik MgSO4
tercapai pada konsentrasi MgSO4 dalam plasma darah sebanyak 4-6
meg/L. Pemberian MgSO4 harus dipantau untuk mengatisipasi efek
samping akibat konsentrasi MgSO4 yang melebihi efek terapeutik.
Hal tersebut pelu dilakukan secara cermat melalui pemantauan
reflek tendon bahkan bila perlu dengan memantau konsentrasi
MgSO4 dalam plasma darah melalui pemeriksaan laboratorium.
Dosis pemberian MgSO4 adalah 40-80 mg/kg diikuti dengan
pemberian infus 2 g/ jam.
Pada pasien PEB dengan tanda-tanda eklampsia, obat yang
menjadi pilihan utama untuk profilaksis kejang adalah magnesium
sulfat, sebagai pilihan yang dianggap lebih superior dibanding obat-
obat konvulsi lainnya, seperti misalnya phenytoin, karena
magnesium sulfat merupakan vasodilator efektif, yang bekerja juga
terhadap pembuluh serebral selama vasospasme.
3. Penatalaksanaan (Nugroho, 2010)
a. Pre-eklampsia ringan yaitu antara lain:
1) Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu
dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus (140-150/90-100
mmHg)
2) Istirahat yang cukup (berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam
pada malam hari)
3) Diet rendah garam, tinggi protein.
4) Jika maturasi janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksakan
kehamilan tiap 1 minggu
5) Indikasi dirawat, jika keadaan gawat : tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan.
6) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
7) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
b. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari,
atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
c. Penatalaksanaan pre-eklamsia berat (Nugroho, 2010):
Dapat ditangani secara konservatif atau aktif. Konservatif berarti
kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medisinal (untuk kehamilan <35 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eklamsia dengan keadaan janin baik).yaitu :
Pemberian terapi medikamentosa
1) Segera masuk rumah sakit
2) Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
3) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
4) Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi
kejang.
5) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%,
selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml
dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien
akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
6) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml)
1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang terakhir.
7) Sebelum pemberian MgSO4 periksa: frekuensi pernafasan
minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml /
jam dalam 4 jam terakhir. Stop pemberian MgSO4, jika:
frekuensi pernafasan tidak stabil.
2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
K. Asuhan Keperawatan Pengkajian Pola Gordon
1. Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
a. Merokok?Alkohol?
b. Pemeriksaan kesehatan rutin?
c. Pendapat pasien tentang keadaan kesehatannya saat ini
d. Persepsi pasien tentang berat ringannya
e. Persepsi tentang tingkat kesembuhan
2. Pola aktivitas dan latihan
a. Rutinitas mandi ( Kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan?)
b. Kebersihan sehari-hari (pakaian dll)
c. Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya, dll)
d. Kemampuan perawatan diri
3. Pola istirahat dan tidur
a. Pola istirahat dan tidur
b. Waktu tidur, lama, kualitas (sering terbangun)
c. Insomnia
4. Pola nutrisi metabolik
a. Pola kebiasaan makan
b. Makanan yang disukai dan tidak disukai
c. Adakah suplemen yang dikonsumsi
d. Jumlah makan, minum yang masuk
e. Adakah nyeri telan
f. Fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik / turun
g. Diet khusus / makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah, kesulitan
menelan
5. Pola eliminasi
a. Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak darah, penggunaan obat
pencahar)
b. Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK : disuria, nokturia,
inkontinensia )
6. Pola kognitif dan perceptual
a. Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, cara mengurangi nyeri)
b. Fungsi panca indra ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,
perasa ), menggunakan alat bantu
c. Kemampuan bicara.
d. Kemampuan membaca.
7. Pola konsep diri
a. Bagaimana klien memandang dirinya.
b. Hal-hal apa yang disukai klien mengenai dirinya.
c. Apakah klien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada
pada dirinya.
d. Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien secara baik
8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
b. Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya
c. Takut terhadap kekerasan
d. Pandangan terhadap masa depan
e. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
9. Pola seksual-reproduksi
a. Masalah menstruasi
b. Papsmear terakhir
c. Perawatan payudara setiap bulan
d. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
e. Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
10. Pola peran berhubungan
a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
b. Apakah klien punya teman dekat
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
klien?
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Apakah klien menganut suatu agama?
b. Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan penciptan-Nya?
c. Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan dalam ibadah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut standar diagnosa keperawatan indonesia ( SDKI )
a. Penurunan kapasitas adaptif Intrakranial b.d hipertensi intrakranial
idiopatik
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload dan afterload.
c. Resiko cidera pada janin d.d. kondisi klinis terkait : hipertensi
d. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
e. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah.
f. Resiko cidera ibu berhubungan dengan penyakit penyerta ( hipertensi )
g. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (stress,
keengganan untuk makan)
h. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (gangguan
perfusi)
i. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
j. Intoleransi aktifitas b.d tirah baring
k. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kecepatan filtrasi glumerulus
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut standar intervensi keperawatan indonesia ( SIKI )
Intervensi
1. Monitor kesejahteraan ibu ( TTV, kontraksi : lama, frekuensi dan
kekuatan )
2. Monitor kesejahteraan janinsecara berkelanjutan ( gerak janin 10 x
dalam 12 jam )
3. Monitor kemajuan persalinan dan tanda tanda persalinan ( dorongan
meneran, tekanan pada anus, periniuem menonjol ).
4. Monitor kemajuan pembukaan menggunakan partograf.
5. Ajarkan teknik relaksasi
6. Ajarkan ibu cara mengenali tanda-tanda persalinan.
7. Ajarkan ibu mengenali tanda bahaya persalinan.
8. Anjurkan ibu cukup nutrisi
Intervensi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( frekuensi nadi, tekanan darah,
turgor kulit, membrane mukosa )
2. Monitor intake dan output cairan pershift dan balance cairan
per24jam
3. Berikan posisi modifikasi dengan trendelenburg
4. Hitung kebutuhan cairan
5. Berikan asupan cairan oral
6. Kolaborasi pemberian cairan koloid ( albumin )
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Kolaborasi
Intervensi :
1. Observasi
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
2. Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
b) Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
3. Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
KAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa yang mengkaji : Kelompok C
I. IDENTIFIKASI
KLIEN
Nama Initial : NY .N
Tempat / tgl lahir ( umur ) : Jakarta, 22 April 1984 / umur 36 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan V
Daerah
Asing
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat Rumah : Jln Sudirman Raya , Cikarang Barat
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn .A
Alamat : Jln Sudirman Raya , Cikarang Barat
Hubungan dengan klien : Suami
II. DATA MEDIK
A. Dikirim Oleh :v UGD Dokter
praktek
B. Diagnosa Medik :
Saat Masuk : G3 P2 A 0 , Kehamilan 38 minggu
Saat pengkajian : Preeklamsia , kehamilan 38 minggu
1. Kesadaran
Kualitatif : √ Compos mentis Somnolens
Coma
Apatis Soporocomatous
Kuantitatif:
Skala Coma Glasgow : Respon Motorik : 6 Jumlah: 15
Respon Bicara : 5
Respon Membuka mata : 4
Kesimpulan : Kesadaran penuh dan berorientasi baik
Flaping Tremor / asterixis Positif √ Negatif
2. Tekanan darah :160/110 mm Hg
MAP : mm Hg
Kesimpulan :
3. Suhu : 36, 8 0C Oral √ Axilliar
Rectal
4. Nadi : 88x/menit, teraba, teratur, pulsasi kuat
5. Pernapasan : 23 Frekuensi x / menit
Irama : tidak Vteratur Kusmaull
Cheysnes - Strokes
Jenis : Dada √ Perut
C. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 160 Cm Berat Badan : 69 Kg
I.M.T ( Indeks Masa Tubuh ) : kg /m 2
Kesimpulan :
Catatan : Berat badan naik 14 kg
D. GENOGRAM :
Tidak di kaji
Kapan
Tidak ada riwayat sebelumnya
Catatan
1. Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit , bila sakit hanya minum obat warung
2. Tidak pernah operasi
3. Tidak pernah ada gangguan kehamilan / persalinan
4. Tidak pernah Abortus
5. Tidak pernah tranfusi
6. Tidak pernah alergi
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan selama hamil makan sehari 3 kali sehari dengan menu
nasi , sayur, ikan , daging dan buah ,ditambah makanan tambahan seperti : Roti
dan bubur kacang hijau, pasien mengatakan selama hamil tidak ada pantang
makanan dan alergi. Minum sehari 7 – 8 gelas perhari (1500- 1800 cc).
Pasien mengatakan sejak dirumah sakit makan 3 kali , habis ¾ porsi dan
tidak ada keluhan mual dan muntah. Minum 7- 8 gelas ( 1500- 1800cc)
Data Obyektif
a. Observasi
Pasien tampak makan nasi , sayur , ikan , daging ¾ porsi dan minum 1
gelas air putih Pasien tampak makan tambahan roti.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan rambut warna hitam
Hidrasi kulit baik
Palpebrae: Tidak tampak kehitaman Conjungtiva : tidak anemis
Sclera: tidak ikterik
Hidung: Bersih , bentuk normal
Rongga mulut : cukup bersih Gusi: bersih
Gigi geligi: Lengkap Gigi palsu: Tidak ada
Kemampuan mengunyah keras: Bagus
Lidah: Bersih Tonsil: tidak meradang
Kelenjar getah bening leher Tidak teraba adanya massa
Kelenjar parotis Tidak membesar Kelenjar tyroid Tidak membesar
Abdomen
Inspeksi: Bentuk membesar kearah depan dan terlihat linea alba di
sepanjang perut, luka operasi tidak ada
Perkusi : Timpani
Ascites √ Negatif
Lingkar perut Tidak di kaji
c. Pemeriksaan Diagnostik
HB: 11,2 dl/ml
Leukosit :15.000 /UL
Trombosit : 188.0000
GDS : 100 mg/dl
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan, BAK 7- 9 kali sehari
terkontrol dengan jumlah 1500 cc, warna kuning jernih, rasa sakit pada BAK
tidak ada , distensi / ketegangan kandung kemih tidak ada, keluhan sakit
pinggang tidak ada. Bab 1 kali perhari dengan konsitensin lembek.
Pasien mengatakan buang air kecil tidak ada masalah selama di rawat di Rs,
BAK sekitar 7 – 9 kali sehari dengan jumlah 1500 cc, pasien mengatakan
sudah BaB 1 kali di pagi hari dengan konsiten lembek.
2. Data Obyektif
a. Observasi :
Urine warna kuning jernih jernih . Bab 1 kali warna kuning dan konsiten
lembek
b. Pemeriksaan Fisik
Peristaltik usus : 10 x / menit
√
Palpasi suprapublika : kandung kemih Penuh
Kosong
Nyeri ketuk ginjal :
Kiri : √ Negatif Positif
Kanan : √ Negatif Positif
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium:
Protein uria ++
Pasien mengatakan sebelum sakit ibu rumah tangga dan mampu melakukan
aktifitas sehari - hari tanpa di bantu
Pasien mengatakan sejak sakit badan terasa lemah dan pelihatan kabur , untuk
aktifitas sehari- hari tidak dapat melakukan secara mandiri.
2. Data Obyektif
a. Observasi :
Aktifitas Harian :
Makan : 0
8
Mandi : 1 0 : mandiri
Berpakaian 1 1 : bantuan dengan alat
Kerapian 0
1 2 : bantuan orang
Buang air besar 3 : bantuan orang dan
1
alat
Buang air kecil 1 4 : bantuan penuh
Mobilisasi di tempat tidur 1
Ambulasi : Bantu dengan orang lain
b. Pemeriksaan Fisik
JVP : cm H2O
Kesimpulan :
Perfusi pembuluh perifer kuku : kapilari refil < 3 detik
Thorax dan pernapasan
Inspeksi : Bentuk thorax : simetris
Stridor : √ Negatif
Positif √
Dyspnea d’effort : Negatif
Positif √
Sianosis : Negatif
Positif
kanan : 1 2 3 4 5
Tonus otot. : kanan : normotonus, kiri : Normotonus
Reflex Fisiologik : biceps +/+. Triceps +/+, patella +/+ , Achiles +/+
Reflex Patogik : Babinski, kiri √ Negatif. Positif
√
kanan Negatif Posittif
Clubing Jari – jari : √ Negatif Positif
Varices Tungkai : √ Negatif Positif
Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : Tidak ada kelainan
Palpasi : Nyeri tekan : √ Negatif Positif
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Terapi :
1. Data subyektif
Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan istirahat pada siang hari kurang lebih 1 jam , pasien
mengatakan istirahat malam sebelum dirawat 6- 7 jam
2. Data Obyektif
a. Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Negatif √ Positif
Banyak menguap : V Negatif V Positif
Palpebrae Inferior berwarna gelap : Negatif Positif
b. Terapi :
Tidak ada
KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
dan lingkungan .
2. Data Obyektif
a. Observasi
Bicara normal, orientasi baik
b. Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
Cornea : tidak tampak ikterik
Visus :
Pupil : 2/2
Lensa Mata : reflek cahaya +
Tekanan Intra Ocular ( TIO ) : tidak ada tekanan intra ocular
Pendengaran
Pina : kedua telinga bentuknya
simestri
Canalis : tidak ada serumen
Membran Tympani : ada
Tes Pendengaran : Pendengaran dikedua telinga
sama
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium : - Lain – lain :-
d. Terapi : -
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan memiliki 2 0rang anak laki – laki dan perempuan yang
berusia 7 tahun dan 5 tahun dan bahagia sebentar lagi akan memiliki anak
ke tiga
2. Data Obyektif
a. Observasi
Kontak mata : Pasien dapat mempertahankan kontak mata
Rentang perhatian : kontak perhatian penuh
Suara dan cara bicara : Suara pelan dan bicara jelas
Postur tubuh : duduk dengan tegak
b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
Abdomen : Bentuk : Tidak ada
Bayangan vena : Tidak Ada
Benjolan massa : Tidak ada
Kulit : lesi kulit : tidak ada.
Penggunaan protesa : Hidung
Payudara
Lengan Tungkai
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
ada luang .Pasien mengatakan tidak pernah ada masalah dengan orang –
dari suami dan keluarga , agar proses melahirkan lancar dan kondisi bayii
sehat.
2. Data Oyektif
a. Observasi
1. Data Subyektif
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan suami istri , pasien
menarche pada usia 14 tahun ,mensutrasi secara teratur tiap bulan, siklus 28
hari lama hari 6- 7 hari, pasien sudah memiliki 2 orang anak perempuan dan
laki- laki .
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan ada tidak dapat mempemenuhi kewajiban sebagai
seorang istri
2. Data Obyektif
a. Observasi
Pasien tampak lemah
b. Pemeriksaan Fisik
1. Payudara
Inspeksi : bentuk payudara simetris dan membesar aerola mamae
menonjol dan melebar
Payudara : Belum keluar kolostrum
2. Abdomen
Inspeksi : Bentuk membesar mengarah kedepan
Terdapat linea alba sekitar abdomen
Palpasi. :
- Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat
- TFU berisi : Rata tidak berbalotemen ( bokong)
- Leopold II : Kanan : Punggung
Kiri : tangan dan kaki bayi
- Leopold III : Masih bisa di goyang terhadap panggul , Kepala
janin belum masuk PAP
- Leopold IV : Tangan konvergen / sejajar / divergen
- Osborn test :
- Taksiran berat janin : 3150 gram
- Kontraksi : kontraksi belum ada
- Ketuban : air ketuban utuh
3. Pemeriksaan panggul luar
- Distansia spinarum : 25 cm
- Distansia cristarum : 29 cm
- Cunjungata eksterna : 19 cm
- Lingkar panggul : 90
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium : Lain – lain :
Tidak ada
d. Terapi :
Tidak ada
1. Data Subyektif
2. Data Obyektif
a. Observasi
c. Terapi :-
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :
2. Data Obyektif
a. Observasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
observatif, penyuluhan, Pelaksanaan program Nama Jelas
Dokter
03/11/20 Penurunan kapasitas Setelah dilakukan intervensi Pemantauan tekanan intracranial : Kelompok
adaptif intrakranial b.d. keperawatan 1. Identifikasi penyebab peningkatan tekanan 1. untuk mengetahui
hipertensi intrakranial selama 3 x 24 jam diharapkan intracranial penyebab peningkatan
idiopatik kapasitas adaptif intrakranial intrakranisl, dan dapat
2. Monitor peningkatan tekanan darah per
DS: meningkat, dengan kriteria lebih tepat menentukan
Klien mengatakan hasil : shift
intervensi.
sakit kepala
Klien mengatatakan □ Tingkat kesadaran 3. Monitor iregularitas irama nafas pershift 2. Autoregulasi
pandangan kabur membaik (compos mempertahankan aliran
Klien mengatakan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
lemas mentis ) sesuai kondisi ibu darah ke otak yang
DO: konstan.
TTV □ Keluhan sakit kepala 5. Monitor perlambatan atau
TD: 160/100 mmHg 3. K.
berkurang s/d hilang ketidaksimetrisan respon pupil sesuai
MAP : 120 mmHg 4. Mengkaji adanya
N:88 x/m □ Tekanan darah dalam kondisi pasien
kecenderungan pada
P: 23 x/menit
Pola nafas ireguler batas normal ( sistol <130 tingkat kesadaran
Klien tampak gelisah mmhg- diastole <80mmhg 6. Monitor tekanan perfusi serebral 5. Mengkaji kesimetrisan
Klien tampak lemah ) respon pupil untuk
7. Monitor tekanan MAP/ shift
melihat sejauh mana
□ MAP dalam batas normal
8. Monitor efek stimulus lingkungan terhadap terjadi penekanan
(70 - 99 mmHg )
TIK intrakranial di dalam
□ Nadi dalam batas normal ( orbita.
9. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
70 – 80 x/menit ) 6. Mengkaji tekanan perfusi
lingkungan yang tenang
□ Pola nafas regular serebral adekuat
10. Pertahankan posisi kepala dan leher netral
7. Menggambarkan kondisi
□ Respon pupil membaik
11. Cegah terjadinya kejang tekanan darah yang ada
□ Gelisah pasien menurun pada saat darah keluar
12. Atur interval pemantauan sesuai kondisi
dari jantung,agar
pasien
menentuukan intervensi
13. Dokumentasikan hasil pemantauan yang tepat dan
kolaborasi dengan
14. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dokter jika perlu
15. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 8. Stimulus lingkungan
PPNI ( 2016 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI