Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap
hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan
dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan,
persalinan dan nifas. Begitu juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20
menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita
meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99
% dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika dan Asia
Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun
karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di
negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup . Sebagian
besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan
persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi
dan persalinan lama (Anonim, 2005).
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab
utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia.
Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia
serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu,
pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda
preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha
pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya,
2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras
dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor
lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado
meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena preeklampsia.

1
Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida.
Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi
hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit
autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan
riwayat preeklampsia dalam keluarga (Sudinaya, 2003).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai pendidik,
konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu
pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre eklampsia
menjadi eklampsia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari preeklampsia ?
2. Apa etiologi dari preeklampsia ?
3. Bagaimana patofisiologi dari preeklampsia ?
4. Apa manifestasi klinis dari preeklampsia ?
5. Bagaimana pencegahan dari preeklampsia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari preeklampsia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari preeklampsia
2. Untuk mengetahui etiologi dari preeklampsia
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari preeklampsia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari preeklampsia
5. Untuk mengetahui pencegahan dari preeklampsia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari preeklampsia
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia

2
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya, pada ibu hamil dengan
preeklamsia
2. Bagi institusi kesehatan
Menambah kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan khususnya pada penaganan ibu hamil dengan preeklamsia
3. Bagi penulis
a. Menambah wawasan penulis dalam bidang kesehatan khususnya dalam
menangani masalah preeklamsia

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak
terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada
pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang
ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya terdapat
Molahydatidosa (Sarwono : 2006)
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (
Mansjoer,2008 ).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria

4
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi
terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
1. Spasmus arteriola
2. Retensi Na dan air
3. Koagulasi intravaskuler
Adapun teori-teori tersebut yang merupakan kemungkinan penyabab
preeclampsia adalah:
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.
Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso
generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan
pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume
plasma (Y. Joko, 2002).
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi
komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

5
c. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).
f. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam
patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah
wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai
pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai
dengan kemajuan kehamilan (Koerniawan, Drajat).
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan
perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan
dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan

6
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan
atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid
intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler
terutama paru (Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal (Trijatmo,2005).

7
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh
adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
atau didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad
partus prematur.
6. Paru-Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

8
D. Patways

9
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada ibu hamil dengan preeklampsia secara umum adalah
sebagai berikut, yaitu :
1. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat
dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo,
2005).
2. Tanda Objektif
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan
tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat
lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada preklamsia berat meningkat lebih
dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga
akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran,
hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael,2005).
Sedangkan berdasarkan klasifikasinya manifestasi klinis dari preeklampsia
adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
2) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstearm.
b. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+
3) Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.

10
5) Terdapat edema paru dan sianosis
6) Trombositopeni
7) Gangguan fungsi hati
8) Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004)
F. Komplikasi
1. Resiko pre eklampsi pada ibu yaitu:
a. perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan dan kejang
b. sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit rendah
(HELP SINDROME).
2. Resiko pre eklampsi-eklampsi pada bayi yaitu:
a. prematuritas
b. keterbatasan pertumbuhan intrauterine ( Intrauterine Growth )
3. Penanganan komplikasi hipertensi dalam kehamilan:
a. Jika pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi kehamilan
b. Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan terjadi
perdarahan serebral : turunkan tekanan darah pelan-pelan, berikan terapi
suportif
c. Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi suportif
d. Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah kemungkinan
terdapat koagulopati
e. Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan upaya
pencegahan infeksi
f. Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah cairan masuk
dan keluar agar tidak terjadi overload cairan

11
G. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita
perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada
wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan seperti :
1. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur
2. pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi
3. dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring
4. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam
5. penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan
6. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
H. Penatalaksanaan
1. Preeklamsia ringan (PER)
a. Rawat jalan
1) Anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam malam hari jika
susah tidur beri fenobarbital 3 x 30 mg / hari
2) Diberikan obat penunjang antara lain : vit b komplex, vit c / vit e dan zat
besi
3) Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu kemudian untuk menilai
perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin.
4) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
b. Rawat tinggal
Kriteria untuk rawat tinggal bagi px yang telah diterapi dalam 2x kunjungan
selang 1 minggu tidak ada perbaikan klinis / laboratorium

12
2. Preeklamsia berat (PEB)
a. Preeklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
1. Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji
kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap
(selama tidak ada kontraindikasi)
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi
ringan (kecuali ada kontraindikasi)
c) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta
berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil
mengawasi timbulnya lagi gejala
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas
37 minggu:
a. Penderita dirawat inap
1) Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
2) Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
3) Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di
bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri
4) Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
5) Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis
100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus
tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10
cc
6) Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
b. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali
½ tablet sehari

13
c. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema
paru dan kegagalan jantung kongerstif.Untuk itu dapat disuntikan 1
ampul intravena Lasix.
d. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpa amniotomi.Untuk induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes
e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan
f. Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan atonia uteri
g. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam
postpartum
h. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukkan pada tanggal 11 Maret 2014, jam 10.00 WIB diruang
Mawar I RSUD Dr. Moewardi
a. Identitas
1) pasien
Nama : Ny. P
Umur : 32 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Klodran, Boyolali
Status Perkawinan : Kawin No. RM : 01245266
Tanggal masuk RS : 09 Maret 2014 (19.00 WIB)
2) Identitas penanggung jawab
Nama Suami : Tn. S
Umur : 30 th
Agama : Islam
b. Keluhan utama
Keluhan Utama Pasien mengatakan bengkak pada kaki dan mata saat
bangun tidur, Klien mengeluhkan nyeri pada kepala,Mual dan muntah, tidak
ada nafsu makan, terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien
memeriksakan kandungannya ke klinik kandungan, dalam pemeriksaan
didapatkan bahwa TD pasien 180/100 mmHgn dan oedem pada kaki,
kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat intensive di RS Dr. Moewardi
karena kehamilan disertai PEB, pada tanggal ( 9 maret 2014(19.00 wib)
pasien datang ke RS Dr. Moewardi dan didapatkan TD pasien 180/110

15
mmHg, kemudian pasien diberi injeksi MGSO4 4gr/im, kemudian pasien
dirawat diruang mawar.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pernah keguguran anak pertama
saat janin berumur 8 minggu dikarenakan aktivitas yang berat dan
sebelumnya juga tidak pernah menderita penyakit hipertensi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit yang sama dengan klien maupun penyakit
menurun seperti Diabitus Militus, Hipertensi serta penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis dan HIV
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital:
a. Keadaan umum : tampak lemah
b. Tekanan darah : tekanan darah tinggi (180/110 mmHg)
c. Nadi : meningkat
d. Suhu : normal
2) Kepala
- Klien mengeluhkan nyeri pada kepala
- Pasien mengeluh pusing
3) Mata
- konjungtifa sedikit anemis
- edema pada retina.
4) Telinga
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.
5) Hidung
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh
6) Mulut
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh

16
7) Leher
- Terdapat nyeri dileher akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
8) Dada
- Terdapat nyeri didada akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
9) Pencernaan abdomen
- Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
10) Ekstremitas
- Edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.
11) Genituorinaria
- oligura, proteinuria.
12) Pemeriksaan janin
- bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah
g. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

17
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
b. Kardiotografi : denyut jantung janin lemah.
h. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Preeklamsia Gangguan
Pasien mengatakan bengkak pada rasa
kaki dan mata saat bangun tidur, Vasospasme nyaman (
Klien mengeluhkan nyeri pada nyeri )
kepala. Hipertensi
Do:
 Keadaan umum : Gangguan perfusi
tampak lemah
 tekanan darah tinggi Otak : nyeri kepala,
(180/110 mmHg) penurunan kesadaran
 Nadi : meningkat
 Suhu : normal Gangguan rasa
nyaman

18
Ds: Faktor predisposisi : Ketidaksei
Ibu mengatakan Mual dan muntah, primigravida, mbangan
tidak ada nafsu makan, terhuyung- hidramnion, mola cairan dan
huyung, refleks tinggi, dan tidak hidatidosa, gestase, elektrolit
tenang. usia lebih dari 35 thn,
Do: obesitas
pasien nampak lemah, Penurunan
hemoglobin ( 12-14 gr% )
Hematokrit meningkat ( 37 – 43 Preeklamsi
vol% )
Trombosit menurun( n150 – 450 Penurunan tekanan
ribu/mm3 osmotik koloid

Oedem

Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
DO : oligura, proteinuria. Faktor predisposisi : Gangguan
Urinalisis : Ditemukan protein primigravida, perfusi
dalam urine. hidramnion, mola jaringan
hidatidosa, gestase, ginjal
usia lebih dari 35 thn,
obesitas

Preeklamsi

Penurunan tekanan
osmotik koloid

Oedem

19
Gangguan perfusi
Kardiovaskuler
:penurunan plasma,
syok
Jaringan/otot :
penimbunan asam
laktat

Gangguan perfusi
jaringan ginjal

2. Diagnosa
a. Hipertrmi b/d infeksi virus dengue
b. Kekurangan volume cairan b/d cairan keluar keekstravaskuler
c. Kecemasan b/d ketidaktahuan klien
3. Intervensi
No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1. Hipertermi b/d Setelah dilakukan tindakan NIC:
infeksi virus d/d : keperawatan selama 3x24 Manajemen cairan
Ds : jam diharapkan hipertermi Definisi :
 Ibu mengatakan dapat diatasi dengan KH: Meningkatkan
An.F demam terus TTV : keseimbangan
menerus sejak 3 Definisi cairan dan
hariyang lalu dan Tingkat suhu, denyut nadi, pencegahan
meningkat dimalam respirasi, dan tekanan kompliksai yang
hari danbatuk-batuk darah dalam kisaran dihasilkan dari
normal. tingkat cairan tidak
Do : Data Awal normal
Target atau tidak
 TD:100/60 mmhg Suhu tubuh 2 diinginkan
5
 N :122x/mnt Tekanan nadi 4  5 Timbang
 S :38,20 oC Tekanan sistolik 4 5 beratbadan setiap
 P :32x/mnt Tekanan distolik 4 5 hari dan monitor
 BB :11 kg Pernapasan 4 5 status pasien

20
 Hitus atau timbang
popok dengan baik
 Jaga intake/asupan
yang akurat dan
catat autput pasien
 Monitor TTV
 Berikan diuretic
yang diresepkan
Control infeksi
Definisi
Menimalkan
penerimaan dan
transimisi agen
infeksi
 Alokasikan
kesesuaian luas
ruang perpasien,
 seperti yang
diindikasikan oleh
pedoman pusat
pengendalian dan
pencegahan
penyakit
 Tempatkan isolasi
sesuai tindakan
pencegahan yang
sesuai
 Batasi jumlah
pengunjung
anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan

21
pada saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan
Monitor TTV
Definisi :
Pengumpulan dan
analisis data
kardiovaskuler,
pernapasan, dan suhu
tubuh untuk
menentukan dan
mencegah komplikasi
 Monitor tekanan
darah, N, S, dan
status pernapasan
dengan tepat
 Insiasi dan
pertahankan
perangkat
pemantauan suhu
tubuh secara terus-
menerus dengan
tepat
 Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
Aplikasi panas/dingin
Definisi ;
Stimulasi kulit dan
jaringan dibawahnya
dengan menggunakan

22
aplikasi panas atau
dingin untuk tujuan
mengurangi rasa
sakit, kejang otot atau
peradanagan
 Pilih metode
stimulasi yang
nyaman dan
tersedia misalnya
(misalnya tas
plastic tahan air
dengan es yang
mencair,
bungkusan gel
beku, bungkusan
kimiawi, rendaman
es, kain atau
handuk dilemrai es
untuk penggunaan
dingin, botol air
panas, bantal
pemanas listrik,
panas, kompres
basah, rendaman
dibak mandi atau
panjuran air,
lilinparafin, bak
mandi, lampu yang
bercahaya, atau
bungkus plastic
untuk perangkat
panas)

23
 Pertimbangkan
kondisi kulut dan
identifikasi setiap
perubahan yang
memerlukan
perubahann
prosedur atau
kontraindikasi
terhadap stimulasi
 Tentukan durasi
aplikasi
berdasarkan respon
verbal, perilaku,
dan biologis
individu
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan NIC
cairan b/d cairan keperawatan selama 3x24 Manajemen
keluar keestravaskuler jam diharapkan elektrolit
d/d : kekurangan volume cairan Definisi
 Ibu mengatakan dapat diatasi dengan KH : Peningkatan
anaknya Ibu  Integritas jaringan :kulit keseimbanagn
mengatakan anak F dan membrane mukosa elektrolit dan
makan 3 kali Definisi: pencegahan
sehari sebelum Keutuhan struktur dan komplikasi yang
sakit, dan sejak fungsi fisiologis kulit diakibatkan oleh
sakit nafsu makan dan selaput lendir secara adanya abnormalitas
menurun, ia hanya normal maupun tingkat
mmakan makanan Data Awal serum
Targetelektrolit yang
yang diinginkan Lesi pada kulit 3 tidak
5 dinnginkan
seperti rambutan, Lesi pada 3 5Monitor nilai
dan snack. mukosamembran serum elektrolit
 Ibu mengatakan yang abnormal

24
An F minum ±5-6  Eliminasi urin  Pertahankan
gelas per hari, Definisi : kepatenan akses IV
namun selama Pengumpulan dan  Berikan cairan
sakit An. F kurang pengeluaran urin sesuai resep, jika
minum dan hanya Data Awal Target
diperlukan
minum ±1 gelas Warna urin 5 5Konsultasikan pada
per hari. Intake cairan 1 5dokter terkait
 ibu mengatakan Frekuensi 3 5pemberian
sebelum sakit An. berkemih elektrolit dengan
F biasanya BAB sedikit obat-obatan
2x sehari, selama TTV : (misalnya
di rumah sakit Definisi spiranolakton)
belum bab dan Tingkat suhu, denyut nadi, Perawatan demam
BAK 4-5x/hari respirasi, dan tekanan Definisi
berwarna kuning darah dalam kisaran Menajemen gejala
khas. normal. dan kondisi terkait
Do: Data Awal yang berhubungan
Target
 pasien nampak Suhu tubuh 2 dengan
5 peningkatan
lemah, mukosa Tekanan nadi 4 suhu
5 tubuh
bibir kering, Tekanan sistolik 4 dimediasi
5 oleh
konjungtiva Tekanan distolik 4 pirogen
5 endigen
anemis, urgor Pernapasan 4  5 Pantau suhu tubuh
kulit kering, test dan TTV lainnya
rumple leed (+),  Monitor
tampak pathekie warnamulut dan
≥20 pada lengan. suhu
Trombosit 37 ribu  Monitor asupan
(nilai normal dan pengeluaran,
40-150), sadari perubahan
Leukosit 4.30 g/dl kehilangan cairan
(nilai normal 14.5- yang tidak
45.0), dirasakan

25
Hemoglobin 10.3 g/dl  Beri obat
(nilai ataucairan IV
normal 11.5-15.5), (misalnya
dan antipiretik, agen
Hematokrit 32.1 % atibakteri, dan agen
(nilai normal anti menggigil)
35-45).  Tutup pasien
 TD:100/60 mmhg dengan selimut
 N :122x/mnt atau pakean ringan,
 S :38,20 oC tergantung pada
 P :32x/mnt fase demam
 BB :11 kg (memberikan
selimut hangan
untuk fasedingin,
menyediakan linen
atau tempat tidur
ringan untuk
demam dan fase
bergejolak/flush)
 Dorong konsumsi
cairan
 Pantau komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala
kondisipenyebab
demam
 Lembabkan bibir
dan mukosa hidung
yang erring

26
Pemberian makan
Definisi
Menyediakan asupan
nutrsi pada apsien
yang tidak mampu
untuk makan sendiri
 Identifikasi diet
yang disarankan
 Atur meja dan
nampan agar
menarik
 Ciptakan
lingkungan yang
memyenangkan
selama amkan
(misalnya
melatakan pispot,
urinal dan suction
jauh dari
penglihatan)
 Tawarkan
keempatan
mencium makanan
untuk menstimulasi
nafsu makan
 Tanyakan apa
amkanan yang
disukai pasien
 Atur makanan
sesuai dengan
kesenangan apsien
 Catat asupan

27
dengan tepat
 Sediakan cemilan
yang sesuai
 Dorong orang
tua/keluarga untuk
menyuapi pasien

3. Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakan NIC


ketidaktahuan keperwatan sealam 3x24 Teknik menengkan
klien d/d ; jam diharapkan masalah Definisi
Ds : klien dengan kecemasan Mengurangi ansiets
 Ibu dapat diatasi dengan KH yang mengalami
mengatakan NOC distress akut
An.F anak Tingkat rasa takut: anak  Yakinkan
yang ceria Definisi keselamatan dan
dan gemar Keparahan rasa takut ayng keamanan klien
bermain diwujudkan, ketegangan  Identifikasi orang-
namun sejak atau ketidaknyamanan yang orang terdekat klien
di rawat di muncul dari sumber yang yang bisa membantu
RS ia sering bisa yang diidentifikasi pada klien
menangis anak yang berumur 1 tahun  Peluk dan beri
dan hanya hingga 17 tahun. kenyamanan pada
berbaring Data Awa Targe
bayi atau anak
ditempat l  tBicara dengan lembut
tidur Menangis 3 5 atau bernyanyi pada
 Ibu Perilaku 2 5 bayi/anak
mengatakan menempel Terapi kesenian
An.F Ketakutan 2 5
Definisi
sebelum Kengerian 2 5
Emfasilitasi komunikasi
sakit Kelelahan 2 5
melalui kegiatan

28
biasanya menggambar dan bentuk
tidur ± 10-12 Tidur kesenian yang lain
/hari Dan Definisi  Identifikasi bentuk
sejak sakit Priode alami aktivitas kesenian
An.F susa mengistrahatkan kesadaran (misalnya yang
tidur dan dan memulihkan tubuh sebelumnya sudah
sering Awa Targe
ada, yang dilakukan
Data
terbangun di l ttanpadirencanakan
malam hari Pola tidur 2 5 sebelumnya )
Do : Kualitas tidur 2 5 Identifikasi media
An.F terkadang Tidur yang 2 5 kesenian yang dapat
masih takut jika terputus digunaan misalnya
akan diinjeksi Kesulitan 2 5 menggambar
atau bahkan memulai tidur Manajemen lingkungan
melihat Definisi
seseorang Mempross informasi Manipulasi lingkungan
dengan seragam Definisi klien untuk kepentigan
putih-putih dan Kemampuan untuk trap, daya tarik sensorik,
harus selalu memperolah, mengatur dan dan kesejahteraan
didampingi oleh menggunakan informasi psikologis
arang tua Data Awal  Ciptakan lingkungan
Target
Menunjukan 1 5 yang aman bagi
proses logika pasien
yang teroganisir Terapi trauma anak
Menjelaskan 1 5 Definisi
proses pikir Penggunan proses
yang membatu interaktif
terorganisir untuk mneyelesaikan
trauma yang dialami
anak
 Gunakan bahasa
sesuai tahapan

29
perkembangan untuk
bertanya mengenai
truma
 Bangun
kepercanyaan,
keamanan, dan hak
untukmendapatkan
akses materi terutama
trauma denganhati-
hati dengan
memantau reaksi
terhadap
penggungkapan
kejadian
 Edukasi orangtua
dalam rangka proses
terapi dan respon
anak terhadap trauma
 Libatkan orangtua
atau pengasuh dalam
terapi
 Bantu anak untuk
mempertibangkan
kembali asumsi yang
dibuat mengenai
peristiwa traumatis
dengan analisis
langkah demi langkah
terhadap distorsi
persepsi dan kognisi.
Pengalihan
Definisi

30
Pengalihan perhatian
bertujuan untuk
semantara atau menekan
emosi dan pikiran
negative jauh dari
sensasi yang tidak
diingikan
 Mitivasi individu
untuk memilih teknik
pengalihan yang
diinginkan
(contohnya, music,
terlibat dalam
percakapan
ataumenceritakan
dengan rinci sebuah
peristiwa tau cerita,
mengingat kejadian
peristiwa/kejadian
positif, berfokus pada
foto atau objek netral,
imajinasi terbimbing )
 Gunakan teknik
diktraksi untuk anak
yang baru dang
mengstimulasi lebih
dari satu indra serta
tidak membuhkan
kecakapan menulis
dan membaca ataupun
kemampuan berpikir
(contohnya bermain,

31
terapi aktif, membaca
cerita, menyanyikan
lagu-lagu, atau
kegiatan irama)
 Dorong pertisipasi
keluarga dan orang
terdekat lainnya, serta
berikan pengajaran
yang diperlukan
Pengajaran :individu
Definisi
Oerencanaan, pelasanaan
, dan evaluasi program
pengajaran yang
dirancang untuk
mengatsi kebutuhan
khusus pasien
 Bina hubungan baik
 Pertimbangkan
kebutuhan
pembelajaran pasien
 Pertimbangkan
kesiapan apsien untuk
belajar
 Nilai tingkat
pengtahuan dan
pemahaman pasien
saat ini
 Nilai tingkat
pendidikan pasien
 Tentukan kemampuan
pasien untuk

32
empelajari informasi
tertentu (misalnya
tingkat
perkembangan, sattus
fisologis, orientasi,
nyeri,
kelelahan,kebutuhan
dasar yang tidak
terpenuhi, keadaan
emosi, dan adaptasi
terhadap penyakit)
 Atur bersama tuuan
pembelajaran yang
realistis dengan
pasien
 Tentukan urutan untk
menyajiakn informasi
 Pilih pendidikan
material yang sesuai
 Evaluasi prestasi
pasien terkait dengan
tujuan yang
dinyatakan
 Puji perilaku dengan
tepat
 Koreksi informais
yang salah
 Berikan waktu bagi
asien untuk bertanya
dan
membahasmasalah
 Sertakan keluarga

33
dengan car yang tepat

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DBD (Dengue Haemorahagic Fiver /DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeriotot dan nyeri
sendi yang disertai leukopniea, ruam, limfodenopti, dan ditesis hemoragik.pada
DBD terjadiperembesan plasma yang ditandai dengan hemikonsentrasi
9peningkatan hematiokrit) atau oenumpukan cairan dirongga tubuh.
Pada An.F mengalami demam dengan TTV tekanan darah : 100/60 mmmHg
nadi : 122x per menit suhu : 38,20 C pernafasan : 32x per menit serta hasil
pemeriksaan lab yaitu Trombosit 37 ribu (nilai normal 40-150), Leukosit 4.30 g/dl
(nilai normal 14.5-45.0), Hemoglobin 10.3 g/dl (nilai normal 11.5-15.5), dan
Hematokrit 32.1 % . keadaan umum pasien nampak lemah, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, turgor kulit kering, test rumple leed (+), tampak pathekie ≥20
pada lengan. Ibu mengatakan anak F makan 3 kali sehari sebelum sakit, dansejak
sakit nafsu makan menurun, ia hanya makan makanan yang diinginkan seperti
rambutan, dan snack. Ibu mengatakan An F minum ±5-6 gelas per hari, namun
selama sakit An. F kurang minum dan hanya minum ±1 gelas per hari. Ibu
mengatakan sebelum sakit An. F biasanya BAB 2x sehari, selama di rumah sakit
belum bab dan BAK 4-5x/hari berwarna kuning khas. Kebiasaan BAB dan BAK
An. F dilakukan di kamar mandi sejak umur 2 tahun. Ibu mengatakan sebelum sakit
An. F biasanya tidur ± 10-12 per hari, sejak sakit An. F susah tidur san sering
terbangun dimalam hari.

34
Kemudian setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan tiga diagnotik
keperawatan yaitu:
a. Hipertrmi b/d infeksi virus dengue
b. Kekurangan volume cairan b/d cairan keluar keekstravaskuler
c. Kecemasan b/d ketidaktahuan klien
Setelag penarikan diagnose keperawatan maka intervensi kepaerawatan untuk
mengatasi masalah An.F yang dilakukan berdasarkan NIC NOC adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan masalah dapat
teratasi.
B. Saran
Memberikan perhatian lebih dalam dalam praktek laboratorium sehingga
mahasiswa mampu menigkatkan skill dan ketrampilannya dalam praktek klinik dan
pembuatan laporan.

35
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal. 2018. Asuhan Keperawatan An.F Dengan Demam Berdarah Dengue Dalam
Pemenuhan Kepbutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Lambuh Barakati Lt 2
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 2018.
Moorhead, Sue dkk (ed.). 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Ke-5.
Yogyakarta :ELSEVIER.
Bulechek, Gloria M dkk (ed). 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC) Edisi Ke-
6.Yogyakarta :ELSEVIER.

36

Anda mungkin juga menyukai