Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PREEKLAMSIA DI RUANG KIA/KB PUSKESMAS PAHANDUT
PALANGKA RAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Seminar Praktik Lapangan


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Oleh:

Mahasiswa S1 Keperawatan
Tingkat III-B Kelompok 5

1. Armelia Widiarti 2017.C.09a.0878


2. Dandung Setiadi 2017.C.09a.0880
3. Erna Sari 2017.C.09a.0886
4. Mia Yohana 2017.C.09a.0899
5. Windy 2017.C.09a.0914

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama :
1. Armelia Widiarti 2017.C.09a.0878
2. Dandung Setiadi 2017.C.09a.0880
3. Erna Sari 2017.C.09a.0886
4. Mia Yohana 2017.C.09a.0899
5. Windy 2017.C.09a.0916
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Diagnosa Medis
Preeklamsia di Ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka
Raya

Telah melakukan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Progran Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palngka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik

Kristinawati, S.Kep., Ns
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Diagnosa Medis Preeklamsia
di Ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya” dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Laporan Keperawatan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan ini.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak.

Palangka Raya, 6 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 4
1.1.1 Definisi 4
1.1.2 Etiologi 4
1.1.3 Klasifikasi 6
1.1.4 Patofisiologi 6
1.1.5 Manifestasi Klinis 10
1.1.6 Komplikasi 11
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang13
1.1.8 Penatalaksanaan Medis 13
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.2.3 Intervensi Keperawatan 19
2.2.4 Implementasi Keperawatan 23
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 24
3.2 Diagnosa Keperawatan 31
3.3 Intervensi Keperawatan 32
3.4 Implementasi Keperawatan 34
3.5 Evaluasi Keperawatan 34

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................
4.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
4.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia (PE) merupakan suatu sindroma klinis yang didefinisikan
sebagai suatuonset baru dari hipertensi dan proteinuria selama waktu paruh kedua
kehamilan (Powe et al, 2011). PE juga bias diartikan sebagai kondisi spesifik
hanya pada kehamilan yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada
maternal dan fetal. Diagnosis PE ditegakkan pada tekanan darah dengan cut-off
140/90 mmHg dan harus ada proteinuria (Shamsiet al, 2013). Ghulmiyyah dan
Sibai (2012) menyebutkan bahwa PE merupakan sindrom klinis dengan
karakteristik onset baru dari hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu usia
gestasi pada wanita yang sebelumnya normotensi.
Menurut World Health Organization (WHO) secara global kematian ibu di
dunia adalah sebesar 289.000 pada tahun 2013. Sekitar 70% wanita yang
didiagnosis hipertensi dalam kehamilan merupakan kasus preeklampsia (Lei et al,
2014). Komplikasi preeklampsia menyebabkan sekitar 50.000 kematian maternal
tiap tahun. Di negara berkembang dimana keterbatasan akses untuk mendapatkan
penanganan kesehatan maternal yang memadai, angka kematian maternal dapat
mencapai 15% jika dibandingkan dengan negara maju yang sekitar 0 -1,8% (Staff
et al, 2013). Di Indonesia 30 – 40% kasus preeklampsia menjadi penyebab
kematian ibu hamil dan 30 – 50% menjadi penyebab kematian perinatal.
Hal utama yang menjadi penyebab kematian dan kesakitan ibu preeklamsia
adalah abrasion plasenta, edema pulmonary, kegagalan ginjal dan hepar,
miokardial infark, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), perdarahan
serebral (Gilbert & Harmon, 2011). Sedangkan efek preeklamsia pada fetal dan
bayi baru lahir adalah insufisiensi plasenta, asfiksia neonatorum, Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), prematur, dan abrasion plasenta (Gilbert & Harmon,
2011). Kematian pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar
28% (Cunningham, 2010).
Komplikasi akibat preeklampsia pada bayi yaitu terhambatnya pertumbuhan
dalam uterus, prematur, asfiksia neonatorum, kematian dalam uterus, peningkatan

1
angka kematian dan kesakitan perinatal (Mitayani, 2013). Berdasarkan penelitian
oleh Winarsih (2014), menyatakan bahwa kondisi bayi yang dilahirkan dari ibu
preeklampsia berat yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur,
dan tidak mengalami kelainan kongenital. Dan penelitian yang dilakukan oleh
Bertin (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan antara preeklampsia dengan
kejadian berat badan bayi lahir rendah dan preeklampsia merupakan faktor resiko
2,48 kali lebih besar penyebab BBLR dibandingkan non preeklampsia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Diagnosa Medis
Preeklamsia Di Ruang KIA Puskesmas Pahandut Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Diagnosa
Medis Preeklamsia Di Ruang KIA Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia di ruang KIA/KB
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2. Merumuskan dan menentukan diagnosa keperawatan pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
5. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia di ruang
KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada pasien
dengan diagnosa medis Preeklamsia.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Puskesmas)
Akademis hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia. Dan dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
Puskesmas agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Preeklampsia


2.1.1 Definisi
Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang terjadi karena kehaamilan
disertai hipertensi, proteinuaria, edema dan seringkali terdapat gangguan pada
sistem organ lainnya pada umumnya terjadi pada trimester ketiga (Wiknjosastro,
2010).
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam. Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun dan umumnya terjadi pada kehamilan
pertama (Nugroho, 2012).
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa preeklampsia adalah suatu
gangguan yang terjadi pada kehamilan yang biasanya mulai terlihat saat kehamilan
memasuki minggu ke - 20 yang biasanya ditandai dengan meningkatnya tekanan
diastole mencapai 90 mmHg atau lebih, dan meningkatnya tekanan sistolik mencapai
140 mmHg atau lebih, dengan dilakukannya minimal 2 kali pemeriksaan tekanan
darah dalam rentang waktu setiap 6 jam.

2.1.2 Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor – faktor
lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia (Yogi, 2014)
antara lain :
1. Umur Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya
meningkat pada wanita diatas 35 tahun.

4
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah uia kehamilan 20 minggu. Gejalanya
adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih
dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko
untuk terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi
menjadi beberapa istilah :
a. Primigravida adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk
pertama kalinya.
b. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu
kali.
c. Grande Multipara adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima
kali.
4. Riwayat Hipertensi / Preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor utama.
Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan
dampak perinatal yang buruk (Noroyono, 2016).
5. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali
lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat (Noroyono, 2016).
6. Penyakit terdahulu (Diabetes Mellitus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi,
prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari
pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik.
7. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort
mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 memiliki risiko
untuk mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
8. Bad Obstetric History
Seorang wanita yang pernh meiliki riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami
preeklampsia lagi pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan
menderita tekanan darah tinggi menahun (Universitas Sumatera Utara, 2012).

2.1.3 Klasifikasi
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic Protein Urin +1
Ringan 15 mmHg/79 mmHg
dengan 2x pengamatan
berjarak 1 jam/tekanan
diastolic mencapai 110
mmHg.
Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2 oedem umum,
Sedang mmHg/lebih atau kaki, jari tangan dan muka,
mencapai 140 mmHg. kenaikan BB 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif ¾ oliguria
Berat mmHg (urine 5 gr/L) hiperefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat oedem paru dan
sinosis.

2.1.4 Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah akibat spasme pembuluh
darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan
iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin
II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,
darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-
paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal,
perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru.
Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol
pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi
oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus
dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardationserta memunculkan diagnosa
keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl
meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang
terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
WOC Pre-Eklamsia Genetik, pengaruh paternal, kehamilan pertama, keguguran, kehamilan
ganda, obesitas, kondisi dasar maternal yang meningkatkan resiko

Tekanan darah tinggi, Kenaikan Berat Badan, Proteinuria

PRE-EKLAMSIA

B1 B2 B3 B4 B5 B6

LADEP Payah jantung Peningkatan Vasospasme Saraf parasimpatis Suplai O2 ke


meningkat Vasokontriksi Penurunan meningkat
pembuluh perfusi reabsorpsi arteriol pada ginjal jaringan menurun
darah jaringan natrium
Kongesti vena Afterload Mempengaruhi
Penurunan GFR traktus Metabolisme
pulmonal meningkat
Gangguan Retensi gastrointestinal anaerob
Hipoksia/
kontraktilitas cairan Penurunan
anoksia
Perpindahan miokard Edema Hipoksia duodenal
reabsorpsi oleh Penimbunan
cairan sereberal
Edema tubulus asam laktat
Gangguan
Payah pertumbuhan HCL meningkat
Edema paru jantung plasenta Risiko Perfusi Diuresis menurun
Kelebihan Lelah
Perifer Tidak Nyeri epigastrik
Efektif Volume
Penurunan Intra Uterin Cairan Oligouri dan
Gangguan Growth Intoleransi
Curah anuri Merangsang mual
Pertukaran Gas Retardation Aktivitas
Jantung muntah

Risiko Cedera pada Janin Gangguan Eliminasi Urine Defisit Nutrisi


2.1.5 Manifestasi Klinis
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah
edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul
tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia. Dari semua gejala
tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling
penting, namun penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita
sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri
epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan kedaan abnormal.
2. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preklampsia dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
merupakan tanda pertama preklampsia pada sebagian wanita.
Peningkatan BB normal adalah 0,5 Kg perminggu. Bila 1 Kg dalam
seminggu, maka kemungkinan terjadinya preklampsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama di sebabkan kerena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas
seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif
dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat di
temukan dan dapat di capai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preklampsia adalah sebagai berikut:
1. Nyeri Kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada
kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal
dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri Epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edama
atau pendarahan.
3. Gangguan Penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies arterial,
iskemia, dan edema rutina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan
oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda
subjektif.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia
(Wibowo dan Rachimhadhi, 2012), yaitu:
1. Solusio Plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan gejala preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinis hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi eritrosit.
Nekrosis periportal hati yang ditemukan pada autopsy penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
5. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung selama seminggu,
dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6. Edema Paru-Paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses
paru.
7. Nekrosis Hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama pada enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelets)
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGOT, SGPT], gejala subyektif [cepat
lelah, mual, muntah dan nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan
membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding
vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endotheliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endhotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jantung akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation),
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3).
b. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati :
1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45
u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l).
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
7) Tes kimia darah :Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
2. Radiologi
a. Ultrasonografi, ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiofotografi, diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
c. USG untuk mengetahui keadaan janin

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Medikamentosa atau obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan
preeklampsia yaitu:
1. Magnesium Sulfat
Obat antikonvulsan pada preeklampsia yang sampai saat ini masih menjadi
pilihan pertama baik di dunia maupun di Indonesia adalah magnesium sulfat
(MgSO47H2O). Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar
asteilkolin pada rangsangan neuron dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps.
Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan berkompetisi dengan
kalsium sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi inhibisi kompetitif
antara ion kalsium dan magnesium). Cara pemberian magnesium sulfat adalah
sebagai berikut:
a. Dosis Inisial
1) 4 g MgSO440% dibuat dengan cara mengencerkan 10 ml larutan
MgSO4 dalam 10ml aquades, diberikan bolus (IV) selama 10-15 menit
2) Segera dilanjutkan dengan 6 g MgSO4 40% dibuat dengan cara
melarutkan 15ml larutan MgSO4 ke dalam 500 ml RL, habis dalam 6 jam
3) Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan 2 g MgSO 440%
dibuat dengan cara mengencerkan 5 ml larutan MgSO4 dalam 5 ml
aquades, diberikan bolus (IV) selama 5 menit.
b. Dosis Rumatan
Larutan MgSO4 40% 1 g/jam dimasukkan melalui cairan infus Ringer
Laktat (RL)/Ringer Asetat (RA) yang diberikan sampai 24 jam
pascapersalinan. Pemberian MgSO4 memiliki syarat-syarat pemberian yang
harus terpenuhi, yaitu:
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 yakni Ca Gluconas 10%. Jika terjadi
tanda-tanda intoksikasi (refleks patella menghilang, distres pernapasan),
segera berikan 1g Ca Gluconas 10% yang dibuat dengan cara
mengencerkan 10 ml larutan Ca Gluconas dalam 10 ml aquades,
diberikan secara IV dalam 3-5 menit
2) Refleks pattela pasien normal
3) Frekuensi pernapasan ≥16 kali/menit dan tidak ada tanda-tanda distres
pernapasan. Pemberian magnesium sulfat harus dihentikan jika terdapat
tanda-tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan/24 jam
setelah kejang terakhir. Selain sebagai terapi untuk menghentikan kejang,
magnesium sulfat juga diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda
preeklampsia berat sebagai profilaksis kejang. Dosis yang digunakan
serupa dengan dosis terapi pada preeklampsia dengan kejang
(eklampsia).
2. Alternatif Antikonvulsan
Alternatif antikonvulsan lain selain magnesium sulfat yang dapat dipakai
adalah diazepam. Diazepam IV 10 mg diberikan secara perlahan kurang lebih
selama 2 menit. Jika kejang berulang dapat diulang sesuai dosis awal. Jika
kejang sudah teratasi, dosis rumatan yang dipakai adalah 40 mg diazepam
dilarutkan dalam 500 ml RL dihabiskan dalam 24 jam. Pemberian diazepam
harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena risiko depresi pernapasan
(Dosis maksimal diazepam >30 mg/jam). Perlu menjadi catatan bahwa
pemberian diazepam sebagai antikonvulsan pada preeklampsia dilakukan jika
memang betul-betul dalam kondisi tidak tersedia magnesium sulfat.
3. Antihipertensi
Obat antihipertensi mulai diberikan pada preeklampsia berat dengan tekanan
darah ≥160/100 mm Hg. Obat hipertensi yang dapat digunakan pada kasus
preeklampsia adalah hidralazin, labetalol, nifedipin, dan sodium nitroprusside.
Di Indonesia, karena tidak tersedia hidralazin dan labetalol IV, obat
antihipertensi yang menjadi lini pertama adalah nifedipin.
a. Dosis awal nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit bila
perlu (maksimal 120 mg dalam 24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan
secara sublingual karena efek vasodilatasi yang sangat cepat.
b. Untuk obat antihipertensi lini kedua jika tidak tersedia nifedipin, dapat juga
digantikan dengan labetalol oral atau sodium nitroprusside IV. Dosis inisial
labetalol oral adalah 10 mg. Jika setelah 10 menit respon tidak membaik,
dapat diberikan lagi labetalol 20 mg.
c. Untuk sodium nitroprusside IV, dosis yang dipakai adalah 0.25 μg/kg/menit
(infus) kemudian dapat ditingkatkan menjadi 0.25 μg/kg/5 menit.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan
kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan
preeklamsia/eklamsia antara lain sebagai berikut :
2.1.1 Identitas umum ibu.
1. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
3) Gangguan virus : penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak
tenang.
6) Edema pada ekstremitas.
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah
usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik Biologis
1. B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
2. B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan
hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan
darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya
kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit
jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang
bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis
valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
3. B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak
dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat
bertahan dalam jangka waktu seminggu. Integritas ego meliputi cemas, depresi,
euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing,
berdenyut, sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan tekanan
pada pembuluh darah cerebral.
4. B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat
diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan
pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati
dalam serum.
5. B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein,  tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan
berat badan,  adanya edema.
6. B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala
sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan
meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
akibat hipertensi
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
d. Risiko cidera pada ibu berhubungan dengan oedema/ hipoksia jaringan
e. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, defisit
perawatan diri
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Efektif berhubungan selama 1 x 7 jam diharapkan pasien 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
dengan imaturitas otot- menunjukkan keefektifan jalan napas wheezing, ronkhi kering)
otot pernafasan dan dengan kriteria hasil: 3. Posisikan semi fowler atau fowler
penurunan ekspansi 1. Menunjukkan jalan napas yang 4. Berikan minuman hangat
paru-paru. paten 5. Berikan oksigen
2. Mampu mengidentifikasi dan 6. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
mencegah faktor penyebab 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran atau
mukolitik
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dengan peningkatan selama 1 x 7 jam diharapkan nyeri yang intensitas nyeri)
tekanan vaskuler dirasakan berkurang teratasi dengan 2. Identifikasi skala nyeri
cerebral akibat kriteria hasil : 3. Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
hipertensi 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 4. Ajarkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
penyebab nyeri, mampu nyeri.
menggunakan tehnik non 5. Kolaborasi pemberian obat analgesic
farmakologi untuk mengurangi 6. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontra indikasi
nyeri). obat
2. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Lakukan prinsip enam benar
intensitas, frekuensi dan tanda) 8. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
3. Menyatakan rasa nyaman setelah diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian.
nyeri berkurang
4. Rentang nyeri dalam batas normal
(0-3)
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam diharapkan pasien 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ketidakadekuatan atau menunjukkan pemenuhan nutrisi yang 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
imatur aktivitas adekuat dengan kriteria hasil: 4. Monitor asupan makanan
peristaltic. 1. Status nutrisi baik 5. Monitor berat badan
2. Asupan makanan adekuat 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Adanya peningkatan berat badan 7. Lakukan oral hygiene sebelum makan
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
10. Berikan suplemen makanan
11. Anjurkan posisi duduk
12. Ajarkan diet yang diprogramkan
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

4. Risiko cidera pada ibu Setelah dilakukan asuhan keperawat 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
berhubungan dengan anselama 1 x 7 jam diharapkan masalah cedera
oedema/ hipoksia teratasi dengan kriteria hasil : 2. Sediakan pencahayaan yang memadai
jaringan. 1. Pasien bisa melakukan aktivitasnya 3. Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
sendiri maupun dibantu 4. Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera
2. Kondisi pasien membaik 5. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri.
5. Risiko intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
aktivitas berhubungan selama 1 x 7 jam diharapkan masalah 2. Identifikasi kebutihan alat bantu kebersihan diri berpakaian,
dengan. keletihan, teratasi dengan kriteria hasil : berhias, dan makan.
defisit perawatan diri. 1. Pasien mampu melakukan aktivitas 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat,
secara mandiri rileks, dan privasi)
2. Toleransi aktivitas membaik 4. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
5. Anjurkan melakukan perawatan diri secara bertahap
6. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
berhubungan dengan selama 1 x 1 jam diharapkan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
kurang terpapar pengetahuan klien meningkat dengan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
informasi kriteria hasil: 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Pasien dan keluarga menyatakan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pemahaman tentang penyakit, 5. Berikan kesempatan untuk bertanya’jelaskan faktor risiko
kondisi, prognosis dan program yang dapat mempengaruhi kesehatan
pengobatan 6. Ajarkan perilaku bersih dan sehat
2. Pasien dan keluarga mampu 7. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
melaksanakan prosedur yang perilaku hidup bersih dan sehat
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,  dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari
respon klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target
tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil.
Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian diatas yang dilakukan pada tanggal 6 Juli 2020 pukul
09.00 WIB bertempat di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya, dengan
teknik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku
keperawatan pasien, di dapat data – data sebagai berikut :
3.1.1 Identitas Klien & Penanggung Jawab
a. Identitas Klien
Nama Ny.E, tempat / tanggal lahirPalangka Raya 27 Agustus 1995, agama Islam,
suku bangsa Dayak/Indonesia, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga, golongan darah O, alamat jl.RTA.Milono, diagnosa medis preeklamsia,
penghasilan per bulan tidak ada dan tanggal masuk Senin, 6 Juli 2020.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Tn. K, umur 27 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan swasta, golongan darah O, alamat jl.RTA Milono dan
hubungan dengan klien suami.
3.1.2 Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama:
Ny.E mengatakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala bagian depan
dengan skala 5 selama ±5 menit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Ny.E mengatakan sudah 2 hari sering merasakan sakit kepala, seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 5 selama ±5 menit, nyerinya hilang saat
beristirahat dan setelah itu Ny.E dibawa ke Puskesmas terdekat untuk
melakukan pemeriksaan, sesampainya di Puskesmas Ny.E langsung
diperiksa dengan hasil TD 150/100 mmHg, N 94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S
36,40C, BB 59 kg, TB 155 cm dan G1 P0 A0.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan seperti DM dan Hipertensi.
3.1.3 Riwayat Obstetric Dan Ginekologi
a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi yaitu Menarche 12 tahun, lamanya haid 6 hari, siklus 28
hari, banyaknya 3-4 x/hari ganti pembalut, sifat darah (warna, bau/gumpalan,

24
dysmenorhoe) merah, bau amis dan cair, HPHT 17 Desember 2019 dan
taksiran persalinan 24 September 2020.
2) Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) yaitu Lamanya pernikahan 2 tahun dan
pernikahan yang 1 (pertama)
3) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil yaitu Pil KB, waktu dan
lamanya penggunaan 1 tahun, tidak ada masalah dengan cara tersebut, jenis
kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang suntik dan jumlah
anak yang direncanakan oleh keluarga 3 (Tiga).
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G1P0 A0

Um Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keada
ur
No partu partu Penolon kelami BB Ha Lahi Nifa an
ham Bayi
s s g n mil r s Anak
il
1. Tidak Tida Tidak Tidak Tidak Ti Tida Tida Tida Tida Tidak
ada k ada ada ada da k k k ada k ada
ada k ada ada ada
ad
a
Keterangan :
Pada masa hamil tidak tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran
perkemihan, perdarahan, premature, dll, tidak ada masalah lahir/persalinan, tidak ada
masalah nifas dan tidak ada masalah bayi.

c. Riwayat Kehamilan Sekarang


Keluhan waktu hamil yaitu mual muntah, sering kencing dan pusing. Gerakan
anak pertama di rasakan, pergerakan fetus pertama kali pada umur kehamilan 20
minggu, pergerakan fetus dalam 12 jam terakhir ± 10 kali, Selama hamil ada
Imunisasi, Penambahan BB selama hamil 6 kg, Pemeriksaan kehamilan teratur dan
Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan Puskesmas Pahandut.

3.1.4 PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum Suhu 36,4 0C
BB sebelum hamil 53 kg Nadi 94 x/menit
Tekanan Darah 150/100 mmHg
BB 59 kg
Tinggi Badan 155cm
Kesadaran compos mentis
Turgor Kulit baik
Pasien tampak lemah

2. Kepala Tidak ada Hyperpigmentasi (kulit gelap/flek),


Keluhan : sakit kepala Tidak ada Cloasma gravidarum (bercak-bercak
MK : Nyeri Akut gelap) Dan Tidak ada Edema

3. Muka Simetris, Pasien tampak meringis


Rasa bengkak tidak ada

4. Mulut Mukosa mulut & bibir lembab, keadaan gigi


Keluhan: Tidak ada bersih, fungsi pengecapan baik, keadaan mulut
bersih, dan fungsi menelan baik.

5. Mata Konjunctiva merah muda, sklera putih dan


Keluhan: Tidak ada fungsi Penglihatan baik.

6. Hidung Pendarahan/peradangan tidak ada dan


Keluhan: Tidak ada keadaan/kebersihan baik.

7. Telinga Keadaan baik dan fungsi pendengaran baik


Keluhan: Tidak ada

8. Leher Pembesaran kel.Tyroid : Tidak ada


Tidak ada Pembengkakan Distensi vena jugularis Tidak ada
Pembesaran KGB Tidak ada

9. Daerah dada Sesak napas : Tidak ada

10. Jantung dan paru-paru Batuk : Tidak ada


Sakit dada : Tidak ada
Suara napas : Vasikuler
Bunyi jantung: S1 S2

11. Payudara Simetris, tidak ada benjolan dan Palpitasi tidak


ada.
12. Abdomen Bising usus 17x/mnt dan tidak ada benjolan
13. Genitalia Eksterna Tidak ada oedema, varises dan pembesaran
kelenjar bartolin.

14. Anus Tidak terdapat haemorrhoid.

15. Ekstremitasatas dan bawah Refleks patela positif, tidak ada varises dan
oedema.

16. Pemeriksaan Panggul Tidak dilakukan

3.1.5 Pola Aktivitas Sehari-Hari


a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, ikan, sayur dan buah,
makanan yang disukai yaitu makanan pedas, makanan yang tidak disukai
yaitu makanan yang pahit, tidak ada makanan pantang/alergi, nafsu makan
baik, porsi makan 1 porsi habis dan minum (jumlah dan jenis) 1.900 ml
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi 3-4x/hari, warna kuning, bau amoniak.
2) Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi 1 x/hari, warna, kuning, konsistensi lembek, tidak ada
masalah / keluhan.
c. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur 3-5 jam pada malam hari, Lama tidur/hari 8 jam/ hari
d. Pola aktivitas dan latihan
Ibu masih bisa melakukan pekerjaan sehari-hari seperti memasak dan
mencuci, tetapi jika ibu mendadak pusing ibu menghentikan aktivitasnya dan
istirahat.
e. Personal Hygiene
Kulit, rambut, mulut dan gigi baik, pakaian cukup bersih dan rapi.
f. Ketergantungan fisik
Tidak ada ketergantungan merokok, minuman keras dan obat-obatan.

3.1.6 Aspek Psikososial Dan Spiritual


a. Pola pikir dan persepsi
Ny. E telah mengetahui cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan
pada bayi, Ny. E merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya, jenis kelamin
yang diharapkan tidak ditentukan laki-laki perempuan sama saja, yang
membantu merawat bayi di rumah adalah Ibu, Ny. E telah mengetahui
nutrisi, kehamilan ini sangat diharapkan, Ny. E merencanakan untuk
mengimunisasikan bayinya. Pasien mengatakan kadang merasa sakit kepala
bagian depan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengetahui cara untuk
meredakan sakit kepala tersebut dan takut untuk minum obat pereda nyeri.
MK : Defisit Pengetahuan
b. Persepsi diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini suami dan anaknya, harapan setelah
menjalani perawatan ingin merawat anaknya dengan baik dan perubahan
yang dirasa setelah hamil tidak ada.
c. Konsep diri
Body image berharap sehat selalu, peran ingin jadi ibu dan istri yang baik,
ideal diri menyukai apa ada dirinya, identitas diri sebagai ibu rumah tangga
dan harga diri senang dengan keluarganya.
d. Hubungan/komunikasi
Bicara jelas, mengekpresikan/mampu mengerti apa yang orang lain katakan,
bahasa utama Indonesia, bahasa daerah Dayak, yang tinggal serumah
dengan Suami, yang memegang peranan penting dalam keluarga Suami,
motivasi dari suami tetap semangat dan cepat sembuh.
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual tidak ada
f. Sistem Nilai – Kepercayaan
Sumber kekuatan Tuhan, Tuhan, agama, Kepercayaan penting sangat
penting, kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
frekuensi) Ibadah dan Berdoa.

3.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Darah
HB 12 gr %, golongan darah/Rh O, GDS 124 mg/dL dan leukosit 6.38 x
10˄3/uL.
b. Urine
Protein (+1) , Sedimen dan Reduksi tidak ada.
c. Pemeriksaan tambahan
Tidak ada
3.1.8 Pengobatan
No Nama Dosis Rute Indikasi
obat/cairan
1. Asetaminofe 1x1 Oral Meredakan beberapa gejala ringan seperti
n sakit kepala, nyeri tenggorokan, demam, flu,
batuk dan pilek
2. Vit C 3x1 Oral Sebagai antioksidan untuk melawan infeksi
dan melindungi tubuh dari racun dan
kerusakan dan juga membantu dalam
perbaikan jaringan, dan penyembuhan luka.
3. SF (Ferrous 2x1 Oral Ferrous Sulfate adalah obat yang merupakan
Sulfate) suplemen zat besi yang digunakan untuk
mengobati atau mencegah kadar zat besi
rendah dalam darah (misalnya,
untuk anemia atau selama kehamilan).

Palangka Raya, 6 Juli 2020


Mahasiswa

Kelompok 5

3.2 Analisis Data


DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBJEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan sakit Resistensi pembuluh darah otak Nyeri Akut
kepala seperti ditusuk-tusuk di meningkat
kepala bagian depan selama ±5
menit. Tekanan pembuluh darah otak
meningkat
DO :
1) Pasien tampak meringis Nyeri Akut
2) Pasien tampak lemah
3) Skala nyeri 5
4) TTV :
TD :150/100 mmHg
N : 94 x/mnt
S : 36,4 0C
RR : 19 x/ mnt
Hasil Lab: urine Protein
(+1)
DS : Pasien mengatakan kadang Kurang terpapar informasi Defisit
merasa sakit kepala bagian Pengetahuan
depan seperti ditusuk tusuk dan Ketidakmampuan menerima
tidak mengetahui cara untuk informasi tentang penyakit yang
meredakan sakit kepala tersebut dialami
DO :
1) Pasien tampak bingung saat Defisit pengetahuan
ditanya tentang penyakitnya
2) Pasien tidak mengetahui
penyebab dan faktor yang
berkonstribusi terhadap
terjadinya penyakit
3) Pasien tidak mengetahui
cara mengurangi nyeri yang
dirasakan

3.3 Prioritas Masalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi dibuktikan dengan pasien tampak
meringis, tampak lemah, Skala nyeri 5, hasil TTV yaitu TD 150/100 mmHg, N
94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S 36,4 0C dan hasil lab urine protein (+1)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan dengan Pasien mengatakan kadang
merasa sakit kepala bagian depan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengetahui
cara untuk meredakan sakit kepala tersebut Pasien tampak bingung saat ditanya
tentang penyakitnya, Pasien tidak mengetahui penyebab dan faktor yang
berkonstribusi terhadap terjadinya penyakit dan tidak mengetahui cara
mengurangi nyeri yang dirasakan
3.4 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Ny. E
RuangRawat : KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi nyeri, 1. Tindakan ini diberikan untuk
dengan peningkatan selama 1 x 30 menit, diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, mengetahui nyeri, durasi,
tekanan vaskuler yang dirasakan berkurang dengan kualitas dan insensitas nyeri. karakteristik, frekuensi, intensitas
cerebral akibat kriteria hasil : 2. Identifikasi yang memperberat dan kualitas dari nyeri yang dialami
hipertensi. 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu dan memperingan nyeri pasien
penyebab nyeri, mampu 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 2. Tindakan ini dilakukan untuk
menggunakan tehnik non 4. Ajarkan teknik mengetahui yang memperberat dan
farmakologi untuk mengurangi nonfarmakologis untuk memperingan nyeri
nyeri). mengurangi rasa nyeri 3. Supaya kebutuhan istirahat dan tidur
2. Mampu mengenali nyeri (skala, 5. Jelaskan peyebab dan pemicu pasien terpenuhi
intensitas, frekuensi dan tanda) nyeri 4. Tindakan ini untuk menghilangkan
3. Menyatakan rasa nyaman setelah 6. Jelaskan tentang penyakit atau mengurangi rasa nyeri
nyeri berkurang preeklamsia tanda gejala dan 5. Supaya pasien mengetahui pemicu
4. Rentang nyeri dalam batas normal komplikasinya. nyerinya
(0-3) 7. Jelaskan kepada pasien untuk 6. Supaya pasien dapat mengetahui
menontrol respon nyeri terkait penyakit yang diderita dan
(misalkan ruangan, cahaya, mengetahui cara mencegahnya
kebisingan) 7. Supaya dengan mengetahui control
8. Kolaborasi pemberian obat lingkungan dapat mengurangi rasa
nyeri
8. Tindakan ini memungkinkan klien
untuk mendapatkan rasa control
terhadap nyeri dan meredakan rasa
nyeri pada pasien.
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. 1. Supaya
berhubungan dengan selama 1 x 30 menit diharapkan kemampuan menerima pasien mampu menerima informasi
kurang terpapar masalah teratasi dengan kriteria hasil : informasi kesehatan yang diberikan
informasi a. Pasien memahami Pendidikan 2. 2. Pasien
kesehatan yang diberikan Pendidikan kesehatan dapat lebih memahami
b. Pertanyaan tentang masalah 3. penyampayaian materi
yang dihadapi menurun bertanya 3. Supaya
c. Persepsi yang keliru terhadap 4. pasien dan keluarga tidak keliru
masalah menurun mempengaruhi kesehatan dalam memahami informasi
5. 4. Pasien
dan sehat. dapat mengetahui yang bisa
6. mempengaruhi kesehatannya
preeklamsia 5. Supaya
pasien dan keluarga bisa
menerapkan pola hidup bersih dan
sehat didalam kehidupan.
6. Supaya
pasien dapat mengetahui terkait
penyakit yang diderita dan
mengetahui cara mencegahnya
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Tandatangan
Hari/Tangga
dan
l Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Jam
Perawat
Senin,6 Juli 1. Mengidentifikasi lokasi S: Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang
2020 nyeri, karakteristik, durasi, P : sakit kepala
Jam 09.00 frekuensi, kualitas dan Q : seperti ditusuk-tusuk
WIB insensitas nyeri. R : kepala bagian depan
2. Menjelaskan peyebab dan S : 3 (tiga)
pemicu nyeri T : ±5 menit
3. Berkolaborasi pemberian O:
Kelompok 5
obat 1) Pasien tidak tampak meringis lagi
2) TTV: TD140/90 mmHg N 76 x/mnt S 36,2 0C RR 19 x/mnt
3) Memberikan Obat Asetaminofen 1 x 1 (oral), Vitamin C 3
x 1 (oral), dan obat SF (Ferrous sulfate) 2 x 1 (oral)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Senin,6 Juli 1. S: Pasien mengatakan sudah mengerti cara mengurangi nyeri yang Kelompok 5
2020 dan kemampuan menerima dirasakan jika nyeri muncul kembali

Jam 09.30 informasi O:


WIB 2. 1) Pasien tampak tidak bingung, cemas dan tidak salah persepsi
media Pendidikan kesehatan lagi dengan penyakitnya.
preeklamsia 2) Melakukan Pendidikan kesehatan tentang preeklamsia
3. A: Masalah teratasi
untuk bertanya P: Intervensi dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan mengacu pada konsep dan teori yang


sudah ada dan teruji. Dalam BAB ini penulis mencoba membahas antara konsep
dan kasus yang ada, faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan
proses Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 06 Juli 2020,
Jam 09.00 WIB dilakukan pengkajian pada Ny. E dengan Diagnosa Medis
Preeklamsi di Ruang KIA/KB Pkm Pahandut Palangka Raya.
4.1 Pengkajian Keperawatan
4.1.1 Keluhan Utama
Proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2013).
Hasil pada tanggal tanggal 06 Juli 2020, Jam 09.00 WIB dilakukan
pengkajian pada Ny. E Alasan Kunjungan / Keluhan Utama: Ny.E mengatakan
sakit kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala bagian depan dengan skala 5 selama
±5 menit. Pengkajian/ Pemeriksaan Fisik pada Tanda-Tanda Vital terdapat hasil
TD 150/100 mmHg, nadi 94 x/menit, suhu 36,4˚C pada axilla, dan respirasi 19
x/menit.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau beresiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi mencegah dan merubah (Nursalam, 2013 : 35). Sedangkan diagnosa
Keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. E ada 2 Diagnosa Keperawatan
yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi dibuktikan
dengan pasien tampak meringis, tampak lemah, Skala nyeri 5, hasil TTV yaitu
TD 150/100 mmHg, N 94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S 36,4 0C dan hasil lab urine
protein (+1).
2. Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan Pasien
mengatakan kadang merasa sakit kepala bagian depan seperti ditusuk tusuk dan
tidak mengetahui cara untuk meredakan sakit kepala tersebut Pasien tampak
bingung saat ditanya tentang penyakitnya, Pasien tidak mengetahui penyebab
dan faktor yang berkonstribusi terhadap terjadinya penyakit dan tidak
mengetahui cara mengurangi nyeri yang dirasakan.
Penulis mengangkat 2 diagnosa keperawatan tersebut berdasarkan data yang
didapat pada saat pengkajian antara lain pada diagnosa pertama Pasien
mengatakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala bagian depan selama ±5
menit. Pada diagnosa kedua Pasien mengatakan kadang merasa sakit kepala
bagian depan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengetahui cara untuk meredakan
sakit kepala tersebut Pasien tampak bingung saat ditanya tentang penyakitnya,
Pasien tidak mengetahui penyebab dan faktor yang berkonstribusi terhadap
terjadinya penyakit dan tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang dirasakan
Berdasarkan teori, terdapat 6 diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Preeklamsi yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
4. Risiko cidera pada ibu berhubungan dengan oedema/ hipoksia jaringan
5. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, defisit perawatan
diri
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Dari 6 diagnosa teori yang ada, ada 2 diagnosa yang muncul berdasarkan
keluhan pasien dan juga berdasarkan teori yang dikemukakan. Faktor pendukung
dalam menentukan diagnosa keperawatan yaitu adanya data yang didapat dari
pasien, keluarga pasien, keadaan fisik dan status pasien. Tidak ada faktor
penghambat dalam menentukan asuhan keperawatan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan diartikan sebagai suatu dokumentasi tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi (Nuralam, 2001:51)
Diagnosa prioritas adalah diagnosa keperawatan / masalah apabila tidak
diarahkan akan berpengaruh negatif pada status fungsional pasien. Pada kasus Ny.
E diruang Ruang KIA/KB Pkm Pahandut Palangka Raya yang menjadi prioritas
utama (diagnosa pertama) dalam perencanaan tindakan keperawatan adalah Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
dibuktikan dengan pasien tampak meringis, tampak lemah, Skala nyeri 5, hasil
TTV yaitu TD 150/100 mmHg, N 94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S 36,4 0C dan hasil lab
urine protein (+1). Prioritas kedua yaitu Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan dengan Pasien mengatakan kadang merasa
sakit kepala bagian depan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengetahui cara untuk
meredakan sakit kepala tersebut Pasien tampak bingung saat ditanya tentang
penyakitnya, Pasien tidak mengetahui penyebab dan faktor yang berkonstribusi
terhadap terjadinya penyakit dan tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang
dirasakan.
Kemudian intervensi yang dilakukan penulis untuk diagnosa pertama yaitu
bertujuan agar setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit,
diharapkan nyeri yang dirasakan berkurang dengan kriteria hasil Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri), Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda), Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, Rentang
nyeri dalam batas normal (0-3). Adapun intervensi / rencana yang diberikan dari
diagnosa pertama antara lain Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan insensitas nyeri., Identifikasi yang memperberat dan
memperingan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, Jelaskan peyebab dan pemicu nyeri, Kolaborasi
pemberian obat.
Dan intervensi yang dilakukan penulis untuk diagnosa kedua yaitu bertujuan
agar setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah dengan kriteria hasil Pasien
memahami Pendidikan kesehatan yang diberikan Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun, Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun. Adapun
intervensi dari diagnosa kedua Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi antara lain Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan, Berikan kesempatan
untuk bertanya, Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan,
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Faktor penghambat dalam menentukan intervensi pada Ny. E yaitu kurangnya
pengalaman dalam merencanakan asuhan keperawatan, sehingga ada banyak
tindakan keperawatan tidak dapat dilaksanakan. Faktor pendukung perncanaan
adalah kebijakan ruangan yang memberikan keleluasaan pada penulis untuk
memberikan aktivitas perawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan, dimana rencana keperawatan dilaksanakan pada tahap ini
perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar implementasi perencanaan
ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini
kepada penyediaan perawatan kesehatan pasien.
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada hari Senin,
Hasil pada tanggal 06 Juli 2020, Jam 09.00 WIB dengan diagnosa utama Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
dibuktikan dengan pasien tampak meringis, tampak lemah, Skala nyeri 5, hasil
TTV yaitu TD 150/100 mmHg, N 94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S 36,4 0C dan hasil lab
urine protein (+1). Adapun implementasi atau pelaksanaan yang dilakukan penulis
antara lain Mengidentifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan insensitas nyeri, Menjelaskan peyebab dan pemicu nyeri, Berkolaborasi
pemberian obat.
Kemudian diagnosa kedua yaitu Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan dengan Pasien mengatakan kadang merasa
sakit kepala bagian depan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengetahui cara untuk
meredakan sakit kepala tersebut, Pasien tampak bingung saat ditanya tentang
penyakitnya, Pasien tidak mengetahui penyebab dan faktor yang berkonstribusi
terhadap terjadinya penyakit dan tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang
dirasakan. Adapun implementasi atau pelaksanaan yang dilakukan penulis antara
lain Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Menyediakan materi dan media Pendidikan kesehatan preeklamsia, Memberikan
kesempatan untuk bertanya
Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa tidak
ditemukan kesenjangan dalam pelaksanaan keperawatan. Karena pelaksaan pada
kasus Ny. E tidak jauh berbeda dengan yang diuraikan oleh teori diatas. Faktor
yang mendukung dalam pelaksanaan keperawatan ini adalah kerja sama pasien,
dan tim kesehatan lainnya. Tidak ada faktor penghambat dalam pelaksaan
keperawatan. Pasien, dan perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
dapat bekerjasama dengan dan tidak menolak saat dilakukan tindakan
keperawatan. Selama dilakukan tindakan keperawatan pasien cukup kooperatif.
Pada kasus Ny. E penatalaksanaan Asuhan Keperawatan dikelola sesuai rencana
Keperawatan yang telah disusun, berkolaborasi dengan tim Dokter dalam
pemberian obat Asetaminofen 1 x 1 Oral, Vit C 3x1 Oral, SF (Ferrous Sulfate)
2x1 oral.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan Keperawatan adalah kerja sama
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan.
Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan.
Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Adapun hasil yang
diharapkan menurut teori yaitu ekspresi wajah tampak segar, pasien tidak terlihat
sedih, menunjukan pemecahan masalah, dan mencapai penyembuhan sesuai
waktu.
Secara teori, tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari tanggal 06 Juli 2020, Jam 09.00 WIB
di diruang Ruang KIA/KB Pkm Pahandut Palangka Raya terhadap Ny. E
Didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi. Pasien
mengatakan nyerinya sedikit berkurang P : sakit kepala Q : seperti ditusuk-tusuk
R : kepala bagian depan S : 3 (tiga) T : ±5 menit, Pasien tidak tampak meringis
lagi, TTV TD140/90 mmHg, N 76 x/mnt S 36,2 0C, RR 19 x/mnt, Memberikan
Obat Asetaminofen 1 x 1 (oral), Vitamin C 3 x 1 (oral), dan obat SF (Ferrous
sulfate) 2 x 1 (oral), Masalah teratasi sebagia, Intervensi dilanjutkan.
Hasil evaluasi pada diagnosa kedua Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi. Pasien mengatakan sudah mengerti cara mengurangi
nyeri yang dirasakan jika nyeri muncul kembali, Pasien tampak tidak bingung,
cemas dan tidak salah persepsi lagi dengan penyakitnya, Melakukan Pendidikan
kesehatan tentang preeklamsia, Masalah teratasi, Intervensi dihentikan.
Dari hasil evaluasi data yang didapat dengan 2 masalah yang diangkat 1
teratasi sebagian 1 teratasi. Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesamaan dalam evaluasi keperawatan atau diagnosa keperawatan
yang ditemukan pada hampir sama dengan masalah keperawatan yang ada pada
teori. Maka hasil yang dicapai pada evaluasi juga hampir sama.
Faktor pendukung dalam evaluasi keperawatan adalah karena adanya kerja
sama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan tindakan.
Tidak ada faktor penghambat dalam evaluasi.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada pengkajian, tidak semua data yang muncul pada kasus sama dengan
teori. Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang terjadi karena kehaamilan
disertai hipertensi, proteinuaria, edema dan seringkali terdapat gangguan pada
sistem organ lainnya pada umumnya terjadi pada trimester ketiga (Wiknjosastro,
2010).
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada 2 yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi dan Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa waktu dan tidak semua rencana tindakan keperawatan dilakukan disesuai
dengan kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
dengan rencana diagnosa satu – dua semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa didapatkan, pada diagnosa pertama
teratasi sebagian dan diagnosa kedua teratasi semua.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan
Preeklamsia. Dalam melakukan asuhan keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
5.2.2 Bagi Wahana Praktik
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan program pelayanan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Preeklamsia.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai
masukan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada Preeklamsia yang telah
dilakukan oleh penulis dapat kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi
dari pendidikan dalam mencetak sarjana yang profesional dalam bidangnya.
5.2.4 Bagi Keluarga Klien
Agar keluarga dapat mengerti bagaimana melakukan tindakan dan
perawatan jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit Preeklamsia.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman  nutuk


Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Preeklamsia pada ibu hamil


B. Sasaran
1. Program : Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
2. Penyuluhan : Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
C. Tujuan
1. TujuanUmum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya dapat memahami penyakit Preeklamsia pada
ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
1) Pasien dan keluarga pasien di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
informasi tentang Preeklamsia pada ibu hamil
D. Materi : Preeklamsia pada ibu hamil
1) Pengertian Preeklamsia
Pre-eklamsi atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia adalah
penyakit dengantanda-tanda hipertensi, edema, proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan, tetapi terjadi sebelumnya. Preeklampsia adalah hipertensi yang
terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah
persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90
mmHg (Sitomorang, dkk 2016)
2) Penyebab Preeklamsia
Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai
dapat memicu gangguan pada plasenta, yaitu:
a. Primigravida (kehamilan pertama )
b. Kehamilan kembar
c. Hamil anggur (molahidatidosa)
d. Umur ibu > 35tahun atau < 20 tahun
e. Ibu dengan kegemukan
f.Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, dan gangguan darah
g. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
h. Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
3) Tanda dan Gejala Preeklamsia
Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang
akan muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:
a. Hipertensi
b. Bengkak
c. Kenaikan berat badan : Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg
setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih dari 0,45 setiap
minggu pada trimester ketiga. Berat badan yang meningkat secara
drastis akibat daripenimbunan cairan dalam tubuh.
d. Nyeri perut.
e. Sakit kepala yang berat beserta mual muntah
f. Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
g. Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif
terhadap cahaya
h. Nyeri di perut kanan atas
i. Sesak napas
j. Pusing, lemas, dan tidak enak badan
k. Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
l. Mual dan muntah
4) Pencegahan
Meski tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia, namun ada
beberapa faktor yang berkontribusi dalam mengontrol tekanan darah
tinggi dalam kehamilan. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam ha lini,
yaitu:
a. Diet yang tepat dan sesuai.
b. Periksalah kehamilan secara teratur
c. Perbanyak minum
d. Olah raga
e. Mengurangi garam tambahan dalam makanan.
f. Menghindari konsumsi makanan yang digoreng.
g. Istirahat yang cukup.
h. Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan kafein.
E. Metode : Bimbingan dan penyuluhan, ceramah, demonstrasi dan
tanyajawab
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Senin,6 Juli 2020
2. Pukul : 09.30 – 10.00 WIB
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan 1 Menit Secara langsung
2 Perkenalan 2 Menit Secaral angsung
3 Menyampaikan Kontrak 2 Menit Secara langsung
(Menyampaikan tujuan Penyuluhan)
4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 5 Menit Secara langsung
1) Pengertian Preeklamsia
2) Penyebab Preeklamsia
3) Tanda dan Gejala Preeklamsia
4) Pencegahan
5 Evaluasi (Tanya Jawab) 20 Menit Secara langsung

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Erna Sari
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Armelia Widiarti
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup

3) Demonstrator : Dandung Setiadi


1. Memberikan penyampaian materi tentang preeklamsia
2. Mengevaluasi apakah pasien dan keluarga pasien diruang KIA dapat
memahami apa yang di demonstrasikan
4) Fasilitator : Mia Yohana, Windy
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membagikan dan mengedarkan leaflet
I. TEMPAT
1. Setting Tempat :

Keterangan:

:Moderator dan Leader

:Peserta

:Demonstrator
:Fasilitator
:

: Fasilitator

PREEKLA IBU
MSIA HAMIL
PADA Di Susun
Oleh :
ERNA SARI Preeklampsia b.Kehamilan
(2017.C.09a. adalah kembar

886) tekanan
darah tinggi
(≥ 140/90
mmHg) yang
c. Umur ibu
YAYASAN EKA terjadi pada
HARAP PALANGKA >35 tahun
RAYA ibu hamil
atau <20
SEKOLAH TINGGI
dengan usia
ILMU tahun
KESEHATAN kehamilan d.Ibu dengan
PRODI SARJANA
KEPERAWATAN >20 minggu kegemukan
TAHUN AJARAN
2020 atau setelah e.Pernah atau

Pengert persalinan. sedang


menderita
ian diabetes
Penyeb dan

ab hipertensi

a. Kehamilan Tanda dan


pertama Gejala
a. Hipertensi pusing,
(tekanan lemas, dan
darah tidak enak
≥140/90 badan
e. Mual
mmHg)
muntah Penceg
ahan

b. Bengkak
tangan dan f. Gangguan
kaki penglihatan
c. Kenaikan , seperti
berat pandangan 1. Diet yang
badan kabur atau tepat dan
(1kg/mingg sensitif sesuai.
u) terhadap 2. Periksalah
cahaya kehamilan
secara
teratur
d. Sakit
kepala yang g. Nyeri di
berat pada perut
bagian kanan atas
kepala h. Sesak 3. Perbanyak
depan napas, minum air
putih
4. Olah raga

Anda mungkin juga menyukai