Oleh:
Mahasiswa S1 Keperawatan
Tingkat III-B Kelompok 5
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
Kristinawati, S.Kep., Ns
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Diagnosa Medis Preeklamsia
di Ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya” dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Laporan Keperawatan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan ini.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 4
1.1.1 Definisi 4
1.1.2 Etiologi 4
1.1.3 Klasifikasi 6
1.1.4 Patofisiologi 6
1.1.5 Manifestasi Klinis 10
1.1.6 Komplikasi 11
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang13
1.1.8 Penatalaksanaan Medis 13
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.2.3 Intervensi Keperawatan 19
2.2.4 Implementasi Keperawatan 23
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 24
3.2 Diagnosa Keperawatan 31
3.3 Intervensi Keperawatan 32
3.4 Implementasi Keperawatan 34
3.5 Evaluasi Keperawatan 34
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................
4.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
4.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
angka kematian dan kesakitan perinatal (Mitayani, 2013). Berdasarkan penelitian
oleh Winarsih (2014), menyatakan bahwa kondisi bayi yang dilahirkan dari ibu
preeklampsia berat yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur,
dan tidak mengalami kelainan kongenital. Dan penelitian yang dilakukan oleh
Bertin (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan antara preeklampsia dengan
kejadian berat badan bayi lahir rendah dan preeklampsia merupakan faktor resiko
2,48 kali lebih besar penyebab BBLR dibandingkan non preeklampsia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Diagnosa Medis
Preeklamsia Di Ruang KIA Puskesmas Pahandut Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Diagnosa
Medis Preeklamsia Di Ruang KIA Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia di ruang KIA/KB
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2. Merumuskan dan menentukan diagnosa keperawatan pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis
Preeklamsia di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
5. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia di ruang
KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Preeklamsia.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada pasien
dengan diagnosa medis Preeklamsia.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Puskesmas)
Akademis hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia. Dan dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
Puskesmas agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Preeklamsia dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor – faktor
lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia (Yogi, 2014)
antara lain :
1. Umur Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya
meningkat pada wanita diatas 35 tahun.
4
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah uia kehamilan 20 minggu. Gejalanya
adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih
dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko
untuk terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi
menjadi beberapa istilah :
a. Primigravida adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk
pertama kalinya.
b. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu
kali.
c. Grande Multipara adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima
kali.
4. Riwayat Hipertensi / Preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor utama.
Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan
dampak perinatal yang buruk (Noroyono, 2016).
5. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali
lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat (Noroyono, 2016).
6. Penyakit terdahulu (Diabetes Mellitus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi,
prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari
pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik.
7. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort
mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 memiliki risiko
untuk mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
8. Bad Obstetric History
Seorang wanita yang pernh meiliki riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami
preeklampsia lagi pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan
menderita tekanan darah tinggi menahun (Universitas Sumatera Utara, 2012).
2.1.3 Klasifikasi
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic Protein Urin +1
Ringan 15 mmHg/79 mmHg
dengan 2x pengamatan
berjarak 1 jam/tekanan
diastolic mencapai 110
mmHg.
Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2 oedem umum,
Sedang mmHg/lebih atau kaki, jari tangan dan muka,
mencapai 140 mmHg. kenaikan BB 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif ¾ oliguria
Berat mmHg (urine 5 gr/L) hiperefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat oedem paru dan
sinosis.
2.1.4 Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah akibat spasme pembuluh
darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan
iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin
II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,
darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-
paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal,
perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru.
Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol
pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi
oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus
dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardationserta memunculkan diagnosa
keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl
meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang
terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
WOC Pre-Eklamsia Genetik, pengaruh paternal, kehamilan pertama, keguguran, kehamilan
ganda, obesitas, kondisi dasar maternal yang meningkatkan resiko
PRE-EKLAMSIA
B1 B2 B3 B4 B5 B6
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia
(Wibowo dan Rachimhadhi, 2012), yaitu:
1. Solusio Plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan gejala preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinis hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi eritrosit.
Nekrosis periportal hati yang ditemukan pada autopsy penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
5. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung selama seminggu,
dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6. Edema Paru-Paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses
paru.
7. Nekrosis Hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama pada enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelets)
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGOT, SGPT], gejala subyektif [cepat
lelah, mual, muntah dan nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan
membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding
vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endotheliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endhotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jantung akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation),
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3).
b. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati :
1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45
u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l).
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
7) Tes kimia darah :Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
2. Radiologi
a. Ultrasonografi, ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiofotografi, diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
c. USG untuk mengetahui keadaan janin
4. Risiko cidera pada ibu Setelah dilakukan asuhan keperawat 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
berhubungan dengan anselama 1 x 7 jam diharapkan masalah cedera
oedema/ hipoksia teratasi dengan kriteria hasil : 2. Sediakan pencahayaan yang memadai
jaringan. 1. Pasien bisa melakukan aktivitasnya 3. Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
sendiri maupun dibantu 4. Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera
2. Kondisi pasien membaik 5. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri.
5. Risiko intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
aktivitas berhubungan selama 1 x 7 jam diharapkan masalah 2. Identifikasi kebutihan alat bantu kebersihan diri berpakaian,
dengan. keletihan, teratasi dengan kriteria hasil : berhias, dan makan.
defisit perawatan diri. 1. Pasien mampu melakukan aktivitas 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat,
secara mandiri rileks, dan privasi)
2. Toleransi aktivitas membaik 4. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
5. Anjurkan melakukan perawatan diri secara bertahap
6. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
berhubungan dengan selama 1 x 1 jam diharapkan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
kurang terpapar pengetahuan klien meningkat dengan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
informasi kriteria hasil: 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Pasien dan keluarga menyatakan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pemahaman tentang penyakit, 5. Berikan kesempatan untuk bertanya’jelaskan faktor risiko
kondisi, prognosis dan program yang dapat mempengaruhi kesehatan
pengobatan 6. Ajarkan perilaku bersih dan sehat
2. Pasien dan keluarga mampu 7. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
melaksanakan prosedur yang perilaku hidup bersih dan sehat
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari
respon klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target
tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil.
Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi
dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian diatas yang dilakukan pada tanggal 6 Juli 2020 pukul
09.00 WIB bertempat di ruang KIA/KB Puskesmas Pahandut Palangka Raya, dengan
teknik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku
keperawatan pasien, di dapat data – data sebagai berikut :
3.1.1 Identitas Klien & Penanggung Jawab
a. Identitas Klien
Nama Ny.E, tempat / tanggal lahirPalangka Raya 27 Agustus 1995, agama Islam,
suku bangsa Dayak/Indonesia, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga, golongan darah O, alamat jl.RTA.Milono, diagnosa medis preeklamsia,
penghasilan per bulan tidak ada dan tanggal masuk Senin, 6 Juli 2020.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Tn. K, umur 27 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan swasta, golongan darah O, alamat jl.RTA Milono dan
hubungan dengan klien suami.
3.1.2 Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama:
Ny.E mengatakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala bagian depan
dengan skala 5 selama ±5 menit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Ny.E mengatakan sudah 2 hari sering merasakan sakit kepala, seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 5 selama ±5 menit, nyerinya hilang saat
beristirahat dan setelah itu Ny.E dibawa ke Puskesmas terdekat untuk
melakukan pemeriksaan, sesampainya di Puskesmas Ny.E langsung
diperiksa dengan hasil TD 150/100 mmHg, N 94 x/mnt, RR 19 x/mnt, S
36,40C, BB 59 kg, TB 155 cm dan G1 P0 A0.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan seperti DM dan Hipertensi.
3.1.3 Riwayat Obstetric Dan Ginekologi
a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi yaitu Menarche 12 tahun, lamanya haid 6 hari, siklus 28
hari, banyaknya 3-4 x/hari ganti pembalut, sifat darah (warna, bau/gumpalan,
24
dysmenorhoe) merah, bau amis dan cair, HPHT 17 Desember 2019 dan
taksiran persalinan 24 September 2020.
2) Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) yaitu Lamanya pernikahan 2 tahun dan
pernikahan yang 1 (pertama)
3) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil yaitu Pil KB, waktu dan
lamanya penggunaan 1 tahun, tidak ada masalah dengan cara tersebut, jenis
kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang suntik dan jumlah
anak yang direncanakan oleh keluarga 3 (Tiga).
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G1P0 A0
Um Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keada
ur
No partu partu Penolon kelami BB Ha Lahi Nifa an
ham Bayi
s s g n mil r s Anak
il
1. Tidak Tida Tidak Tidak Tidak Ti Tida Tida Tida Tida Tidak
ada k ada ada ada da k k k ada k ada
ada k ada ada ada
ad
a
Keterangan :
Pada masa hamil tidak tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran
perkemihan, perdarahan, premature, dll, tidak ada masalah lahir/persalinan, tidak ada
masalah nifas dan tidak ada masalah bayi.
3.1.4 PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum Suhu 36,4 0C
BB sebelum hamil 53 kg Nadi 94 x/menit
Tekanan Darah 150/100 mmHg
BB 59 kg
Tinggi Badan 155cm
Kesadaran compos mentis
Turgor Kulit baik
Pasien tampak lemah
15. Ekstremitasatas dan bawah Refleks patela positif, tidak ada varises dan
oedema.
Kelompok 5
Senin,6 Juli 1. S: Pasien mengatakan sudah mengerti cara mengurangi nyeri yang Kelompok 5
2020 dan kemampuan menerima dirasakan jika nyeri muncul kembali
5.1 Kesimpulan
Pada pengkajian, tidak semua data yang muncul pada kasus sama dengan
teori. Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang terjadi karena kehaamilan
disertai hipertensi, proteinuaria, edema dan seringkali terdapat gangguan pada
sistem organ lainnya pada umumnya terjadi pada trimester ketiga (Wiknjosastro,
2010).
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada 2 yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi dan Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa waktu dan tidak semua rencana tindakan keperawatan dilakukan disesuai
dengan kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
dengan rencana diagnosa satu – dua semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa didapatkan, pada diagnosa pertama
teratasi sebagian dan diagnosa kedua teratasi semua.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan
Preeklamsia. Dalam melakukan asuhan keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
5.2.2 Bagi Wahana Praktik
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan program pelayanan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Preeklamsia.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai
masukan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada Preeklamsia yang telah
dilakukan oleh penulis dapat kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi
dari pendidikan dalam mencetak sarjana yang profesional dalam bidangnya.
5.2.4 Bagi Keluarga Klien
Agar keluarga dapat mengerti bagaimana melakukan tindakan dan
perawatan jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit Preeklamsia.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Erna Sari
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Armelia Widiarti
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Keterangan:
:Peserta
:Demonstrator
:Fasilitator
:
: Fasilitator
PREEKLA IBU
MSIA HAMIL
PADA Di Susun
Oleh :
ERNA SARI Preeklampsia b.Kehamilan
(2017.C.09a. adalah kembar
886) tekanan
darah tinggi
(≥ 140/90
mmHg) yang
c. Umur ibu
YAYASAN EKA terjadi pada
HARAP PALANGKA >35 tahun
RAYA ibu hamil
atau <20
SEKOLAH TINGGI
dengan usia
ILMU tahun
KESEHATAN kehamilan d.Ibu dengan
PRODI SARJANA
KEPERAWATAN >20 minggu kegemukan
TAHUN AJARAN
2020 atau setelah e.Pernah atau
ab hipertensi
b. Bengkak
tangan dan f. Gangguan
kaki penglihatan
c. Kenaikan , seperti
berat pandangan 1. Diet yang
badan kabur atau tepat dan
(1kg/mingg sensitif sesuai.
u) terhadap 2. Periksalah
cahaya kehamilan
secara
teratur
d. Sakit
kepala yang g. Nyeri di
berat pada perut
bagian kanan atas
kepala h. Sesak 3. Perbanyak
depan napas, minum air
putih
4. Olah raga