1. Definisi.
2. Penyebab
Riwayat perokok.
Faktor trauma:
o Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
Faktor paritas.
Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava
inferior, dan lain-lain.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
B. Perdarahan antepartum.
4. Definisi.
5. Penyebab
Riwayat perokok.
Faktor trauma:
o Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
Faktor paritas.
Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava
inferior, dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan
antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu,
sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada
penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga
angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
B. Anatomi dan Fisiologi
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15cm x 20cm dengan tebal 2,5
sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat yang menghubungkan plasenta
panjangnya 25 sampai 60cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah 2,5
cm dan terpanjang 200cm. Plasenta terbentuk sempurna, sempurna pada minggu ke
16 dimana desiduaparictalis dan desidua kapsularis telah menjadi satu. Sebelum
plasenta terbentuk sempurna dan sanggup untuk memelihara janin, fingsinya
dilakukan oleh korpus lutcum gravidarum. Saat nidisi vili korialis mengelurkan
hormon korionik gonadotropin sehingga korpus lutcum dapat bertahan.
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk
O2, asam amino, vitamin, mineral dan zat lainya ke janin dan membuang sisa
metabolisme janin dan CO2. Beberapa hormon yang dihasilkan plasenta:
1. Koronik gonadrotopin
Fungsi Plasenta:
2. Sebagai alat pembungan sisa metabolisme, ginjal, hati, dan usus janin belum
berfungsi dengan baik sebagai alat pembuangan. Sisa meteboisme akan
dibuang melalui plasenta , yang dapat menghubungkan janin dengan dunia
luar secara tidak langsung.
3. Sebagai alat peranafasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2
dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang mempunyai afinitas
tinggi terhadap O2 dan sebaiknya mudah melepasakan CO2 melalui sistem
difusi dan plasenta.
C. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum jelas. walaupun demikian beberapa faktor predisposisi
untuk terjadinya plasenta previa ialahr :
- Primigravida tua
- Multipara
- Mioma uteri
- Kuretase yang beruang-ulang
Menurut Manuaba & Siyoto (2013), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya
mencangkup:
- Perdarahan
- Usia lebih dari 35 tahun
- Multiparitas
- Pengobatan interfetilitas
- Multiple gestation
- Erythroblastosis
- Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
- Keguguran berulang
- Jarak antar kehamilan yang pendek
S
perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 28 minggu, nyeri tanpa
alasan
riwayat perdarahan pada trimester I dan II ( + )
gerakan janin ( + )
O
keadaan umum sesuai dengan jumlah perdarahan
bagian bawah janin belum masuk PAP dan tidak dapat didorong masuk
DJJ ( + )
inspekulo : darah dari ostium uteri eksternum
kelainan letak : lintang sungsang
A
diagnosa banding : kelainan prematur vasa prevaria
komplikasi : syok hipovolemik, persalinan prematur, plasenta akreta ( jarang )
P
- rencana diagnosa
pemeriksaan USG untuk melihat letak plasenta
pemeriksaan Hb dan leukosit
- rencana terapi
atasi syok
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat janin kurang dari 2500 gr ; bed rest,
tidak dilakukan PD sampai aterm, kemudian dilakukan SC
kehamilan lebih dari 37 minggu disertai perdarahan banyak, dilakukan PDMO
dan kemudian SC
plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis dan plasenta previa leteralis
dengan pembukaan lebih dari 5 cm pada grandemultipara. Dilakukan amniotomi, bila
pendarahan tak berkurang SC.
Pada primipara dengan plasenta previa lateralis atau pesenta previa totalis SC
D. Manifestasi Klinik
Perdarahan adalah gejala primer dari plasenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dan wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari plasenta previa. Biasanya
perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-
kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam
keparahan dari ringan sampai parah.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam(yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan ke
dua. Ibu dengan plasenta previa pada umumya asimtomatik(tidak memiliki
gejala)sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak
terlalu banyak dan berwarna merah segar.Pada umumya perdarahan terjadi tanpa
faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor
pencetus. Pendarahan tidak terjadi karena pembesaran dinding rahim sehingga
menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahimsehingga
menyebabkan robeknya prelekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati
jarang terjadi pada plasentaprevia.
Patoflow
Komplikasi
Salah satu masalah terbesar plasenta previa adalah adanya perdarahan yang hebat
baik terjadi sebelum atau selama persalinan hingga beberapa jam setelah melahirkan.
Setelah persalinan harus dipastikan tidak ada perdarahan banyak karena otot pada
segmen bawah rahim yang tipis kurang mampu menjepit pembuluh darah yang
terbuka setelah plasenta dilahirkan.
Perdarahan hebat dapat menyebabkan syok hingga kematian ibu. Perdarahan banyak
sering kali membutuhkan transfusi darah.
Kelahiran prematur. Perdarahan hebat dapat terjadi saat kehamilan masih belum
cukup bulan. Hati-hati jika kehamilan telah menginjak bulan ke 7-8. Adanya
gangguan pada plasenta seperti kontraksi rahim, tindakan mengangkat berat atau naik
turun tangga, dan hubungan intim dapat menyebabkan perdarahan. Jika terjadi
perdarahan banyak membutuhkan tindakan emergensi operasi sesar. Apabila terjadi
tindakan sebelum cukup bulan maka ada risiko bayi prematur seperti distres
pernafasan (bayi sesak) karena paru-paru belum matang, berat janin kurang, anemia
bayi karena perdarahan banyak.
Pemeriksaan medis
Penatalaksanaan
Ayat dan hadist al-qur’an
Doa yang diamalkan
7. sulosio plasenta
a) Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum
waktunya, plasenta itu secara normal terlepas setelah anak lahir. Solusio
plasenta adalah pelepasan sebagai / seluruhnya plasenta yang normal
implantasinya antara 22 minggu dan lahirnya anak.
Keadaan plasenta terlepas dari perlekatannya yang normal sebelum
janin lahir. Biasanya pada kehamilan 28 minggu (Nugroho, 2015).
Sulosio plasenta merupakan pemisahan premature plasenta yang
normalnya tertahan di dinding uterus (Reeder, Martin & Griffin, 2013).
b) Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta :
Solusio plasenta partsialis
Bila hanya sebagai plasenta terlepas dari tempat pelekatnya.
Solusio plasenta totalis
Bila seluruhnya plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya
Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam
(Rohan & Siyoto, 2013).
Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
Solusio plasenta ringan
Reptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervagina
berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terasa
menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba. Perdarahan
kurang dari 100 cc. Plasenta lepas kurang dari 1,5 bagian, fibrinogen
di atas 250 mg%.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul
perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu
perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang. Bagian janin
teraba, perdarahan antara 500 – 1000cc.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari 2/3 permukaan disertai penderita syok,
abdomen nyeri, palpasi janin sukar, janin telah meninggal, terjadi
gangguan pembekuaan (Rohan & Siyoto, 2013)
c) Etiologi
Menurut Rohan & Siyoto (2013), penyebab utama dari solusio plasenta masih
belum diketahui dengan jelas, meskipun demikian, beberapa hal yang
disebutkan dibawah ini duga merupakan faktor – faktor yang berpengaruh
kejadiannya, antara lain :
a. Hipertensi esensialis atau preeklamsi
b. Tali pusat yang pendek
c. Trauma
d. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
e. Uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah,
kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir)
a. Umur lanjut
b. Multiparitas
c. Ketuban pecah sebelumwaktunya
d. Defisiensi asam folat
e. Merokok, alkohol, kokain
f. Mioma uteri
d) Manifestasi klinis
Perdarahan disertai rasa sakit .
Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauteri.
Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat.
Abdomen menjadi tegang.
Perdarahan berwarna kehitaman.
Sakit perut terus menerus (Rohan &Siyoto, 2013)
e) Patway
f) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hematokrit, trombosit,
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin
(Rohan & Siyoto, 2013).
g) Pentalaksanaan
harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi.
Sebelum dirujuk,anjurkan pasien untuk tirsh baring total dengan
meghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut.
Pasang infuse cairan Nacl fisiologi. Bila tidak memungkinkan,
berikan cairan peroral.
Pantau tekanan darah & frekuensi nadi setiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi / syok akibat perdarahan. Pantau pula
BJJ & pergerakan janin.
Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitas cairan dan tranfusi
darah, bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi
perhatikan keadaan janin.
Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesareabila janin masih
hidup atau persalinan pervagina diperkirakan akan berlansung lama.
Bila renjatan tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan
optimal.
Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembekuaan. Bila lebih dri 6
cm pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6 cm
lakukan seksio sesarea.
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.
Terapi konservatif
Prinsif :
Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan.
Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra urerin bertambah lama,
bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek.
Sambil menunggu atau berikan.
Morphin suntikan subkutan
Stimulasi dengan kardiotonika seperti caramine cardizol pentosol,
Tranfusi darah
Terapi aktif
Prinsif :
Melakukan tindakan dengan maksud anak segera dan perdarahan segera
berhenti.
Urutan – urutan tindakan pada solusio plasenta.
Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin dan diawasi
serta dipimpin sampai partus spontan.
Accouchement force : pelebaran dan pergerakan serviks diikuti dengan
pemasangan cunan cillet gauss atau Broxton hicks.
Bila pembukaan lenngkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun
sampai hodge III – IV
a. Janin hidup : dilakukan ekstraksi vakum atau forceps.
b. Janin meninggal : dilakukan embriotomi
Seksio sesarea biasanya dalkukan pada keadaan :
a. Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
b. Solusio plasenta dengan taksemia berat, perdarahan agak
banyak, pembukaan masih kecil.
c. Solusio plasenta dengan panggulsempit.
d. Solusio plasenta dengan letal lintang.
Histerektomi dapat dikerjakaan pada keadaan :
a. Bila terjadi alfibrinogenemia kalau persediaan darah atau
fibrinogen tidak ada atau tidak cukup
b. Couve lair uterus dengan kontraksi uterus yang lebih baik.
Ligasi arteri hipgastrik bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi
reproduksi ingin diperhatikan.
Pada hipofibrinogenemia berikan dari vascular clotting dan schok,
dikatakan makin lama solution plasenta berlangsung makin besar.
Kemungkinan olguri dan hipofibrinogenemia maka selain dari tranfusi
darah penyelesaian persalinan tercepat mungkin adalah sangat penting.
C. Asuhan keperawatan solusio plasenta.
1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada wanita yang mengalami solusio plasenta
mencakup semua komponen yang diuraikan untuk pasien yang mengalami
aborsi spontan dan plasenta previa. Pengkajian awal dan berkelanjutan
terhadap status kesehatan ibu dan janin merupakan tindakan yang sangat
penting. Pemeriksaan laboratorium awal harus meliptui kadar hemoglobin,
hematokrit, fibrinogen, penduduk degradasi fibrin (FDP), masa thrombin,
masa prototrombin, dan masa tromboplastin parsial. Semua klien ini harus
diperiksa golongan darahnya dan dilakukan pencocokan silang dengan
beberapa unitpacked red blood cells karena adanya kemungkinan hemoragi
yang cukup serius.
2) Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan anoksemia jaringan uterus.
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam, Hb menurun, ketuban pecah, sianosis.
Resiko infeksiberhubungan dengan plasenta lepas dari uterus, leukosit
meningkat.
3) Intervensi keperawatan
Ada tiga macam pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1) Pencegahan primer
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan
terhadap infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karna perdarahan juga lebih sering
terjadi pada para ibu yang menderita anemia kehamilan senelumnya. Anemia
dalam kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi besi, dapat
dengan mudah diobati dengan jalan memberikan preparat besi selama kehamilan.
Oleh karna itu, pengobatan anemia dalam kehamilan tidak boleh diabaikan untuk
mencegah kematian ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang
dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat
mungkin mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki
atau bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu
terakhir kehamilan, dapat juga dicurigai adanya plasenta previa.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah
sakit menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan
tindakan pengobatan yang cepat dan tepat.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak
dari perdarahanyang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum.
Apapun penyebabnya, penderita harus dibawa ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas untuk transfusi darah dan oprasi. Jangan melakukan pemeriksaan dalam
di rumah atau di tempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera,
karna pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang atau boleh dikatakan tidak
pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan
dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke
rumah sakit sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih
banyak dari pada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus
segera di pasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang
jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh lebih mudah
transfusi darah bila sewaktu-waktu diperlukan.
Segera setelah tiba dirumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera
dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh
darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan pemeriksaan
kecocokan dengan darah donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan
darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa di tunda karena tidak sempat
dilakukan jadi terpaksa langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama
dengan golongan darah penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus
positif, dengan penuh kesadaran akan segala bahayanya.
3) Pencegahan tersier