Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ABORTUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir
makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Ambru Sofian, 2012).
Berdasarkan kejadiannya dapat dibagi atas dua golongan :
a. Abortus spontan, terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
b. Abortus provakatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini dibagi lagi menjadi :
1) Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alas an bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
(NANDA NIC-NOC,2015)
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :
Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi :
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama


beberapa minggu.
b. Abortus insipiens :
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
c. Abortus kompletus :
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
d. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan
dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan
busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
e. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
g. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada
abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
2

h. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat )


Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atauberat badanbayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
2. TANDA DAN GEJALA
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus inkomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
ataukadang-kadang sudahmenonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
3. PENYEBAB
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor
ibu, dan faktor bapak (Ambru sofian,2012).
a. Kelainan ovum
- Ovum patologis
- Kelainan letak embrio
- Plasenta yang abnormal
b. Kelainan genetalia ibu
- Anomali kongenital (hypoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
- Kalainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis,
moima submukosa
- Uterus terlalu cepat terengang (kehamilan ganda, mola)
- Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
c. Gangguan sirkulasi plasenta
d. Penyakit-penyakit ibu
3

Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,

pielitis, rubeola, demam malta, dll


Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll
Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,

anemia gravis
Malnutrisi,avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan

vitamin A,C, atau E, diabetes miletus


e. Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia
pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus
f. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
g. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, ketakulan laparatomi, dll.
h. Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis

4. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari
pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidakdikeluarkan dalamwaktu singkat, maka dia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

5. PAT WAY/ WOC

Fisiologi organ terganggu


Penyakit
Ibu/
Bapak
Panggul sempit

Abortus (mati janin <1528 minggu/ BB <400-1000


gram)

Abortus Spontan

Abortus Provokatus
Intoleransi Aktivitas

Ab. Imminens
Ab. Insipiens
Ab. Inkompletus
Ab. Kompletus
Missed abortion

Ab. Medisinalis
Ab. Kriminalis

Gangguan rasa nyaman


Nyeri abdomen

Curetase

Kurang pengetahuan

Ansietas

Post Anastesi

Jaringan terputus/terbuka

Risiko Infeksi

Penurunan syaraf
oblongata

Nyeri

Invasi bakteri

Penurunan syaraf vegetatif


Peristaltik terganggu

Perdarahan
Penyerapan cairan di kolon
terganggu
Gangguan eliminasi
(konstipasi)

Kekurangan volume cairan


Risiko infeksi
5

Risiko syok (hipovolemik)

(NANADA NIC-NOC, 2015)


6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk
dari vulva.
b. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
c. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
a. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah 11 gr% (TM I dan TM III
11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
- Hb 11 gr% : tidak anemia
- Hb 9-10 gr% : anemia ringan
- Hb 7-8 gr% : anemia sedang
- Hb 7 gr% : anemia berat
b. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosaurine.untuk klien dengan kehamilan
dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
c. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih
ada.
8. TERAPI/ TINDAKAN PENANGANAN
a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segeralakukanpenanganan syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
6

melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat


memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai
penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam
pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg
im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan > 16 mingguan


a) Berikan infusoksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengankecepatan 40 tetes / menitsampai terjadi
ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2
gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8
jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).
10 KOMPLIKASI
7

a.
b.
c.
d.
e.

Perdarahan (haemorrogrie)
Perforasi
Infeksi dan tetanus
Payah ginjal akut
Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan

syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)


f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu
hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi
aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan
meningkatkan resiko aborsi.
b. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya
adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat
menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan
keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat
penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat
kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat
jantung), pola aktivitas sehari hari.
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
8

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Intoleransi aktivtas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan uteri
d. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
f. Risiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan perdarahan pervagina
(NANDA Internasional, 2012)

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No

Diagnosa (Dx)

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Kekurangan

Setelah diberikan

Pertahankan

volume cairan tindakan

intake

berhubungan

keperawatan

output

dengan

selama ...x.. jam

adekuat

perdarahan

diharapkan

tanda-tanda

cairan dapat teratasi

hidrasi
-

hasil :
-

Mempertahanka
n urine output

normal
-

Tekanan darah,

Memastikan terjadinya
dehidrasi pada pasien

Memantau keadaan
pasien

Monitor vital
sign

Membantu pemenuhan
kebutuhan cairan pasien

Membantu asupan gizi


yang seimbang

Kolaborasi
pemberian

sesuai dengan
usia dan BB, HT

keseimbangan volume cairan

yang -

Monitor

kekurangan volume
dengan kriteria

dan

Mempertahankan

cairan IV
-

Monitor
status nutrisi

nadi, suhu tubuh


dalam batas
normal
-

Tidak ada tandatanda dehidrasi


9

2.

Intoleransi

Setelah diberikan

- Bantu

pasien - Untuk menentukan aktivitas

aktivtas

tindakan

untuk

yang bisa di lakukan pasien

berhubungan

keperawatan

mengidentifikasi

dengan

selama ...x..jam

aktivitas

kelemahan,

diharapkan pasien

mampu dilakukan

penurunan

dapat beraktivitas

sirkulasi

normal dengan

memilih aktivitas

kriteria hasil :

konsisten

- Bantu

dalam aktivitas

kondisi pasien akibat dari

- Pantau

respon

fisik,

emosi,

sosial,

nadi, dan RR
Mampu
melakukan

dan - Mencegah melemahnya

sosial

tekanan darah,
-

untuk

psikologi

fisik tanpa
peningkatan

kemampuan pasien

yang - Mencegah terjadinya cidera


sesuai
dengan
akibat aktivitas
kemampuan fisik,

Berpartisipasi

disertai

yang - Menyesuaikan aktivitas dengan

aktivitas

dan

spiritual
- Monitoring tandatanda vital

aktivitas seharihari (ADL)


-

secara mandiri
Tanda-tanda vital
dalam batas
normal

3.

Nyeri

akut Setelah diberikan

Lakukan

berhubungan

tindakan

pengkajian nyeri

dengan

keperawatan

secara

kerusakan

selama ...x.. jam

komprehensif

jaringan uteri

diharapkan nyeri

(PQRST)
Gunakan teknik

pasien berkurang

Mampu
mengontrol

Ajarkan
relaksasi

Untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien

Memberikan rasa relaks dan


mengurangi nyeri

terapiutik

hasil :
-

nyeri yang dirasakan pasien

komunikasi

dengan kriteria

Mengenali karakteristik

teknik -

Memberikan kenyamanan
Mengurangi nyeri

nafas

dalam
10

nyeri
-

Melaporkan

Berikan

yang nyaman
Kolaborasi

nyeri
berkurang
-

posisi

pemberian

Menyatakan

analgetik

rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
4.

Risiko infeksi Setelah diberikan


berhubungan

tindakan

dengan kondisi keperawatan


vulva lembab

Pertahankan
teknik isolasi

Ajarkan pasien

selama ...x...jam

dan keluarga cara

diharapkan tidak

mencuci tangan

terjadi infeksi

yang benar

dengan kriteria

hasil :
-

Pasien bebas
dari tanda
dan gejala

infeksi
Menunjukan

Mencegah bakteri dari


tangan

Memastikan tidak terjadinya

dan gejala

infeksi
-

Menjaga sterilitas luka

Memantau leukosit pasien

Lakukan
perawatan luka

lingkungan

Monitoring tanda infeksi

Mencegah infeksi dari

Monitoring
WBC pasien

kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
-

infeksi
Jumlah
leukosit
dalam batas
normal

Menunjukan
prilaku hidup
sehat
11

5.

Ansietas

Setelah diberikan

Gunakan

berhubungan

tindakan

pendekatan yang

memberikan asuhan

dengan

keperawatan

menenangkan

keperawatan

kurangnya

selama ... x...jam

pengetahuan

diharapkan pasien

Jelaskan

semua

tidak cemas dengan

prosedur dan apa

kriteria hasil:

yang

Pasien mampu
mengidentifikasi
dan

mengungkapkan
-

gejala cemas
Mengidentifikasi
,

Memudahkan dalam

Memberikan pemahaman
kepada pasien

mungkin

dirasakan selama -

Memberikan penjelasan yang

prosedur

tepat

Pahami
prespektif pasien -

Menambah kepercayaan

terhadap

pasien

situasi

stress
-

Dengarkan

mengungkapkan

semua

dan menunjukan

pasien

keluhan

teknik untuk
mengontrol
-

cemas
Vital sign dalam
batas normal

6.

Risiko

syok Setelah diberikan

(hipovolemi)

tindakan

berhubungan

keperawatan

dengan

selama ..x ...jam

perdarahan

diharapkan tidak

pervagina

terjadi syok
(hipovolemik)

- Monitor

input

dan output

agar dalam batas normal


- Mencegah terjadinya syok

- Monitor

tanda

awal syok
- Monitor

Nadi dalam batas

normal
Irama jantung

- Memantau suhu, nadi,


respirasi dan tekanan darah

tanda-

tanda vital

pasien
- Membantu pasien mengenali

dengan kriteria
hasil :

- Menjaga status nutrisi pasien

tanda-tanda syok
- Ajarkan
dan

pasien
keluarga

tentang tanda dan

- Menambah pengetahuan
untuk menangani syok

gejala datangnya
syok
12

dalam batas
-

- ajarkan

normal
Frekuensi nafas
dalam batas

pasien

dan

keluarga

tentang

langkah

untuk mengatasi

normal

syok
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda. Jakarta : EGC
The Patient Education Institute. X-Plain Ovarian Cysts. America. The Patient Education
Institute. 2011. Hal 3
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC.
Jakarta. 2004

13

Anda mungkin juga menyukai