Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN LAPARATOMI

PRAKTIK KLINIK STASE KMB

RUANG BUGENVILE RSUD UNGARAN

Disusun Oleh:

Nama : Lela Wiwit Umbar S

Tingkat : 3A S1 Keperawatan

NIM : 820163060

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. 0291- 442993/437218


Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id
Email : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id
A. Pengertian

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekat usus

dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).

Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding

abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2011). Ditambahkan pula

bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang

dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering

dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,

kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,

hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan

dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba

fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal,

eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.

B. Etiologi

1. Perforasi non-trauma:
- Akibat faktor predisposisi : termasuk ulkus peptic
- Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma
- Benda asing misalnya jarum pentul dapat menyebabkan perforasi esophagus,
gaster, atau usus dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis
2. Perforasi trauma (tajam atau tumpul):
- Trauma iatrogenic setelah pemasangan pipa nasogastric saat endoskopi
- Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen
- Trauma tumpul pada gaster
C. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala perforasi gaster adalah:


1. Nyeri hebat pada epigastrium
2. Hipertermi
3. Takikardi
4. Hipotensi
5. Tampak letargik
6. Distensi abdomen
7. Hematemesis
8. Feses mengandung darah/ melena
D. Patofisiologi

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis

akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang

dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja

(Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja

(Smeltzer, 2011).

Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau

tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih

bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan ,

pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)

dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan

laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).


Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah,

memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus.

Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau

sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,

kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan

respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas

kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi,

nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013)

E. Patway
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;

kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya

darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.

-          Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

-          Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

-          IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran

kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang

diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai

dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18

atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris

tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan

cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium.

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;

a. Respiratory: Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.

c. Persarafan : Tingkat kesadaran.

d  Balutan: Apakah ada tube, drainage. Apakah ada tanda-tanda infeksi. Bagaimana

penyembuhan luka.

e.   Peralatan: Monitor yang terpasang, cairan infus atau transfusi.


f.   Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.

G. Penatalaksanaan Medis

Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi
dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf.
Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya
pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk
eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi
lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta
plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan
bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi
mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di
atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.

H. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop. Nadi
apical berpindah, hipertensi, hipotensi.
3. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas.
4. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk, tiba-tiba
gejala sementara batuk atau regangan. Tajam dan nyeri, menusuk yang
diperberat oleh napas dalam.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, dan mengerutkan
wajah.
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, lapar napas
Batuk
Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paru
Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOM
Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak ada Peningkatan kerja
napas, Fremitus menurun, Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan),
Gerakan dada tidak sama
Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan Terapi PEEP
7. Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada Radiasi / kemoterapi untuk keganasan
8. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Riwayat faktor risiko keluarga : TBC, Kanker, Bukti kegagalan


membaik.

I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d Agen Agen Cidera Biologis
Domain 12 Kenyamana/Istirahat. Kelas 1 Kenyamana Fisik. (Kode 00132)
b. Hambatan Mobilitas b.d Ansietas.
Domain 4 Aktivitas/Istirahat. Kelas 2 Aktifitas/Olahraga (Kode 00085)
c. Resiko Infeksi b.d Supresi respons inflamasi
Domain 11. Kenyamanan/Perlindungan. Kelas 1. Infeksi (Kode 00004)
J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

. Keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC

berhubungan Ansiety Anxiety Reduction (penurunan

dengan Fear leavel kecemasan)

dilakukannya Sleep deprivation - Identifikasi tingkat

tindakan insisi Comfort, readines for kecemasan

bedah. enchanced - Bantu klien mengenal

Kriteria Hasil: situasi yang

- Mampu menimbulkan

mengontrol kecemasan

kecemasan - Kaji karakteristik nyeri

- Mengontrol nyeri - Instruksikan pasien

- Kualitas tidur dan menggunakan tehnik

istirahat adekuat rekasasi

- Status kenyamanan - Berikan posisi nyaman

meningkat sesuai kebutuhan

- Kolaborasi pemberian

obat analgetik
2. Resiko infeksi NOC NIC

berhubungan - Immune status - Infection Control (kontrol

dengan adanya - Knowledge : infeksi)

sayatan / luka infection control - Monitor tanda dan gejala


operasi - Risk control infeksi sistemik dan lokal

laparatomi. Kriteria hasil : - Bersihkan luka

- Klien bebas dari - Ajarkan cara menghindari

tanda dan gejala infeksi

infeksi. - Instruksikan pasien untuk

- Menunjukkan minum obat antibiotik

kemampuan untuk sesuai resep

mencegah - Berikan terapi antibiotik

timbulnya infeksi. IV bila perlu

- Jumlah leukosit

dalam batas normal


3. Gangguan NOC NIC

imobilisasi Joint movement : active Exercise therapy : ambulation

berhubungan Mobility level - Monitor vital sign

dengan Self care : ADLs sebelum/sesudah

pergerakan Transfer performance latihan dan lihat

terbatas dari Kriteria hasil : respon pasien saat

anggota tubuh. - Klien meningkjat latihan

dalam aktivits - Latih pasien dalam

fisik. pemenuhan kebutuhan

- Mengerti dari ADLs secara mandiri

tujuan dari sesuai kebutuhan

peningkatan - Kaji kemampuan

mobilitas pasien dalam


- Memeragakan mobilisasi

penggunaan alat - Konsultasi dengan

- Bantu untuk terapi fisik tentang

mobilisasi (walker) rencana ambulasi

sesuai kebutuhan

- Ajarkan pasien

bagaimana merubah

posisi dan berikan

bantuan jika

diperlukan

K. Referensi
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.


Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul

Anda mungkin juga menyukai