Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS BENIGNA
PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Di Susun Oleh:
WAHYU NUR ANNISA 1910206145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BENIGNA
PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

A. Definisi Benigna Prostatic Hypperplasia (BPH)


Benigna Prostat Hiperplasia ialah keadaan kondisi patologis yang paling

umum pada pria lansia dan penyebab kedua sering ditemukan untuk intervensi

medis pada pria di atas usia 50 tahun.

Benigna prostat hyperplasia adalah terjadinya pelebaran pada prostat

yang menimbulkan penyempitan saluran kencing dan tekanan di bawah kandung

kemih dan menyebabkan gejala-gejala seperti sering kencing dan retensi urin.

B. Etiologi BPH
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan BPH :

1. Dihydrostestosteron adalah pembesaran pada epitel dan stroma kelenjar

prostat yang disebabkan peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andorogen.

2. Adanya ketidakseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen dimana

terjadi peningkatan estrogen dan penurunan testosteron sehingga

mengakibatkan pembesaran pada prostat.

3. Interaksi antara stroma dan epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau

fibroblast growth faktor dan penurunan transforming factor beta

menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.

4. Peningkatan estrogen menyebabkan berkurangnya kematian sel stroma dan

epitel dari kelenjar prostat.


5. Teori sel stem, meningkatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi

berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel sehingga menyebabkan

proliferasi sel sel prostat.

C. Patofisiologi
Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia seiring dengan pertambahan

usia, pada proses penuaan menimbulkan perubahan keseimbangan antara

hormon testosteron dan estrogen keadaan ini dapat menyebabkan pembesaran

prostat, jika terjadi pembesaran prostat maka dapat meluas ke kandung kemih,

sehingga akan mempersempit saluran uretra prostatica dan akhirnya akan

menyumbat aliran urine.

Penyempitan pada aliran uretra dapat meningkatkan tekanan pada

intravesikal. Munculnya tahanan pada uretra prostatika menyebabkan otot

detrusor dan kandung kemih akan bekerja lebih kuat saat memompa urine,

penegangan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan perubahan anatomi

dari buli buli berupa : pembesaran pada otot detrusor, trabekulasi terbentuknya

selula, sekula, dan diventrivel kandung kemih.

Tekanan yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan aliran balik urine ke

ureter dan bila terjadi terus menerus mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,

dan kemunduran fungsi ginjal.

D. Manifestasi Klinis

1. Kesulitan mengawali aliran urine karena adanya tekanan pada uretra dan

leher kandung kemih.

2. Kekuatan aliran urine yang melemah.

3. Aliran urine keluar yang tidak lancar.


4. Keluarnya urine bercampur darah.

E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien BPH, adalah:

1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi

2. Infeksi saluran kemih

3. Involusi kontraksi kandung kemih

4. Refluk kandung kemih

5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus

berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin

yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.

6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi

7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk

batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu

tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat

mengakibatkan pielonefritis.

8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu

miksi pasien harus mengedan.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboraturium

a) melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin

berguna untuk menegtahui kuman penyebab infeksi dan sensitivitas

kuman terhadap beberapa antimikroba.

b) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit

yang menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan
kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsin ginjal dan status

metabolic.

c) Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar

penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai

PSA <4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy. Sedangkan bila nilai PSA 4-

10 ng/ml, hitunglah prostate specific antigen density (PSAD) lebih besar

sama dengan 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsy prostat, demikian

pula bila nila PSA > 10 ng/ml.

2. Radiologis/pencitraan

Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memperkirakan volume BPH,

menentukan derajat disfungsi bulibuli dan volume residu urin serta untuk

mencari kelainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak

berhubungan dengan BPH.

a. Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak

di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan

buli-buli yang penuh dengan urin sebagai tanda adanya retensi urin.

Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis dari

keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat kegagalan ginjal.

b. Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui

kemungkinan adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa

hidroureter atau hidronefrosis. Dan memperkirakan besarnya kelenjar

prostat yang ditunjukkan dengan adanya indentasi prostat (pendesakan

buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter dibagian distal yang

berbentuk seperti mata kail (hooked fish)/gambaran ureter berbelok-


belok di vesika, penyulit yang terjadi pada buli-buli yaitu adanya

trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli.

c. Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat,

memeriksa masa ginjal, menentukan jumlah residual urine, menentukan

volum buli-buli, mengukur sisa urin dan batu ginjal, divertikulum atau

tumor buli-buli, dan mencari kelainan yang mungkin ada dalam buli-

buli.

G. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa

Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk mengurangi resistensi

otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi intravesika

dengan obat-obatan penghambat.

b. Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan melalui transvesikal, retropubik atau perineal.

Pada operasi melalui kandung kemih dibuat sayatan perut bagian bawah,

kemudian prostat dienukleasi dari dalam simpainya. Keuntungan teknik ini

adalah dapat sekaligus untuk mengangkat batu buli-buli atau divertikelektomi

apabila ada divertikulum yang cukup besar.

H. Diagnosa Keperawaan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya masukan mikroorganise.
3. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan, peralatan terapi.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
I. Rencana Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: keluhan pasien/alas an utama pasien membutuhkan
perawatan/datang ke RS
3. Triage primer: gunakan Emergency Severity Index
4. Survey primer
a. Airway:
• Look: benda asing, luka bakar pada jalan nafas, fraktur, atau laserasi
pada wajah, laring, leher atau region maxillofacial
• Listen: snoring, gurgling, stidor, hoarseness, ketidakmampuan
berbicara
• Feel: posisi trachea dan pergerakan udara yang berkurang
b. Breathing
• Look: periksa dinding dada akan adanya:
- Fraktur, laserasi dan atau memar
- Pergerakan dada paradoksikal
- Takipnea dan atau pernafasan abnormal
- Penggunaan otot asesoris dan atau otot pernafasan tambahan
- Pengkajian lanjutan tentang kondisi warna pasien  Listen: ada atau
tidaknya penurunan suara nafas
• Feel:
- Udara subkutan
- Instabilitas dinding dada dan atau krepitus
- Posisi trachea
- Pekak atau hiperresonan - Kondisi pernafasan:
a. Spontan
b. Apnea
c. Retraksi otot
d. Nasal flare
e. Sianosis
f. Posisi tripod
c. Circulation:
• Look:
- Tanda-tanda perdarahan eksternal
- Warna kulit pucat atau sianosis
- Tingkat kesadaran
- Vena leher (collaps atau distensi)
• Listen: bunyi jantung teredam mengindikasikan tamponade jantung
• Feel:
- Kaji kelembapan kulit dan suhu tubuh
- Palpasi nadi untuk mengetahui kualitas, jumlah dan irama
- Nadi
a. Kuat
b. Lemah
c. Tidak ada
- Kulit
a. Normal
b. Pucat
c. Sianosis
d. Hangat
e. Dingin
d. Disability
- Tingkat kesadaran
- Pupil
- Reflek cahaya
- Lateralisasi: kanan dan kiri
- Jika terjadi penuruna kesadaran, tentukan penyebabnya dengan
AEIOU
e. Exposure
- Dalam batas normal
- Luka
- Deformitas
- Perdarahan
- Nyeri tekan
- Pembengkakan
d. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah
- Nadi
- Suhu
- Respirasi
- Skor nyeri: PQRST
5. Survey Sekunder
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. AMPLE: - Alergi
- Medication
- Postilness
- Last meal
- Event
d. Pemeriksaan fisik
- Kepala
- Leher dan cervical spine
- Thoraks
- Abdomen
- Pelvis
- Ekstremitas
- BB dan TB
6. Tes diagnostic
- Laboratorium
- Rontgen
- CT-Scan - MRI, USG, EEG, ECG, dll
7. Terapi saat ini:
- Nama obat
- Dosis
- Indikasi
- Kontra indikasi
L. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC Rasionalisasi
. Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Mengetahui tingkat
berhubungan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif keparahan nyeri.
dengan diharapkan pasien dapat menunjukkan yang meliputi lokasi, karakteristik, 2. Mengurangi nyeri
agens cedera Kontrol Nyeri dengan kriteria hasil : onset/durasi, frekuensi, kualitas, dengan pengalihan.
biologis 1. Mengenali kapan nyeri terjadi. intensitas/beratnya nyeri, dan faktor 3. Mengurangi nyeri
2. Menggambarkan faktor penyebab. pencetus dengan istirahat.
3. Menggunakan tindakan pengurangan 2. Ajarkan penggunaan teknik non
nyeri tanpa analgesic. farmakologi (teknik distraksi)
3. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantubpenerunan nyeri.
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan 1. Untuk memonitor
kekurangan cairan selama 1x8 jam diharapakan pasien dapat 1. Monitor tanda – tanda vital pasien pasien..
berhubungan menunjukkan Keseimbangan Cairan 2. Berikan terapi IV yang ditentukan. 2. Agar pasien
dengan kekurangan dengan kriteria hasil : 3. Berikan cairan IV sesuai suhu kamar. mendapatkan cairan
volume cairan. 1. Tekanan darah 3-4 pengganti yang sesuai.
2. Keseimbangan intake dan output dalam
3. Agar pasien tidak
24 jam 3-4
3. Berat jenis urin 3-4 dehidrasi.
FORMAT PENGKAJIAN GAWAT DARURAT

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M
Tgl lahir : 15-08-1937
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ganjuran
No. RM : 07.39.970
Tanggal masuk RS : 07-11-2019
Tanggal pengkajian : 07-11-2019
Diagnosa Medis : BPH

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri di perut bagian bawah, perut tersa keras ketika di tekan, sering buang air kecil.

C. TRIAGE UTAMA
ESI Level 1

ESI Level 2

ESI Level 3
√√

ESI Level 4

ESI Level 5

D. SURVEI PRIMER Airway


1. Look : Tidak terdapat benda asing pada jalan nafas dan
tidak terdapat fraktur.
2. Listen : Pasien mampu berbicara.
3. Feel : Terasa adanya hembusan udara saat pasien
melakukan ekspirasi.

4. Kondisi jalan nafas : Paten


Breathing
1. Look : Tidak terdapat fraktur, memar pada dinding dada
pasien, pergerakan dinding dada pasien simetris

2. Listen : Tidak terdapat suara nafas tambahan.


3. Feel : Pergerakan dinding dada simetris.
4. Kondisi pernafasan : Spontan.
Circulation
1. Look : Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, warna kulit pasien tidak
pucat, tingkat kesadaran pasien compos mentis.
2. Feel : Nadi teraba kuat dan kulit pasien normal tidak pucat.
3. Nadi : Kuat
4. Kulit : Normal tidak pucat.
5. CRT : 2 (detik)

Disability
1. Tingkat kesadaran
E : 4 (spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang)
V : 5 (bicara dengan jelas)
M : 6 (mengikuti perintah pemeriksa)
2. Pupil : 3 (normal)
3. Reflek cayaha : +
Exposure
√ Dalam batas normal

Luka
Deformitas
Perdarahan
√ Nyeri tekan
Pembengkakan

Tanda-tanda Vital
TD : 191/93 mmHg
N : 80 x/menit
R : 18 x/menit
Skor Nyeri : 4
- P : Nyeri datang kadang-kadang.
- Q : Seperti ditusuk-tusuk.
- R : Perut bagian bawah.
- S :4
- T : ± 30 menit.
E. SURVEI SEKUNDER
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut bagian bawah, perut keras jika ditekan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang BPH
3. AMPLE
Alergi : Tidak ada alergi makanan maupun obat.
Medication :-
Postillness :-
Last meal : Nasi dan sayur
Event :-
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat perdarahan, tidak ada
memar.
Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada fraktur, tidak ada kesulitan
menelan.

Thoraks : Tidak ada benjolan, tidak ada memar, dada simetris, tidak
ada nyeri tekan.

Abdomen : Ada nyeri tekan, ketika ditekan perut teraba keras.


Ekstermitas : Tangan dan Kaki dapat bergerak normal.

F. TERAPI SAAT INI

Nama Obat : Amplodipin


Dosis : 5 mg
Indikasi : Penderita hipertensi

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap dihidropiridin.

Efek Samping : Merasa lelah, pusing, mual.


ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi

Data Subyektif : Agens cedera biologis Nyeri Akut


- Pasien mengatakan nyeri
perut dibagian bawah.
Data Obyektif :
- Kesadaran : Cosposmentis -
Skala Nyeri : 4
P : Nyeri datang kadang-kadang.
1 Q : Seperti ditusuk-tusuk.
R : Perut bagian bawah.
S :4
T : ± 30 menit.
- Tanda-tanda vital TD :
191/93 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Data Subjektif: Kehilangan volume Resiko kekurangan
- Pasien mengatakan sering buang air kecil. cairan cairan.
2
Data Objektif:
- Pasien tampak bolak-balik ke toilet.

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONALISASI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1. Mengetahui tingkat
berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan keparahan nyeri.
dengan agens selama 1 x 8 jam pengkajian nyeri 2. Mengurangi nyeri
cedera biologis diharapkan pasien komprehensif yang dengan pengalihan.
mampu Kontrol Nyeri meliputi lokasi, 3. Mengurangi nyeri
dengan kriteria hasil : karakteristik, dengan istirahat.
1. Mengenali kapan onset/durasi,
nyeri terjadi 3-4 frekuensi, kualitas,
2. Menggambarka n intensitas/beratny
faktor penyebab 3- a nyeri, dan faktor
4 pencetus
3. Menggunakan 2. Ajarkan
tindakan penggunaan
pengurangan nyeri teknik non
tanpa analgesic 3-4 farmakologi
(teknik distraksi)
3. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk membantu
penerunan nyeri.
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk memonitor
cairan berhubungan tindakan keperawatan Cairan pasien.
dengan kekurangan selama 1x8 jam Monitor tanda – tanda 2. Agar pasien
volume cairan. diharapakan pasien vital pasien mendapatkan cairan
dapat menunjukkan Berikan terapi IV pengganti yang
Keseimbangan Cairan
yang ditentukan. sesuai.
dengan kriteria hasil :
4. Tekanan darah 3-4 Berikan cairan IV 3. Agar pasien tidak
5. Keseimbangan intake sesuai suhu kamar. dehidrasi.
dan output dalam 24
jam 3-4
6. Berat jenis urin 3-4

IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian S:
dengan agens cedera nyeri komprehensif yang
- Pasien mengatakan masih merasakan
biologis meliputi lokasi,
karakteristik, nyeri perut bagian bawah.
onset/durasi, frekuensi,
O:
kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, - Kesadaran : Cosposmentis -
dan faktor Skala Nyeri :43
pencetus P : Nyeri datang kadang-
2. Mendukung kadang.
istirahat/tidur yang Q : Seperti ditusuk-tusuk.
adekuat untuk R : Perut bagian bawah.
membantu S :4
penerunan nyeri. T : ± 30 menit.
- Tanda-tanda vital
TD : 167/88 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
A:
Masalah Keperawatan Nyeri Akut
belum teratasi
P:
Intervensi selanjutnya:
Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (teknik distraksi)

Kamis, 07 November 2019


14.00
Ttd perawat
2 Resiko kekurangan 1.Memonitor tanda-tanda S : Pasien mengatakan masih sering
cairan berhubungan vital pasien. ingin buang air kecil.
dengan kekurangan 2.Memberikan terapi IV
volume cairan. yang ditentukan. O:
3.Memberikan cairan IV - Kesadaran : Cosposmentis.
sesuai suhu kamar. - Tanda-tanda vital
TD : 167/88 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
Pasien terpasang DC
A:
Masalah Keperawatan resiko
kekurangan cairan belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi,
- Monitor tanda – tanda vital.

Kamis, 07 November 2019


14.00
Ttd perawat
Daftar Pustaka

Aulawi, K. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.
Djuantoro, Dwi. (2011). Case Files: Ilmu Badah (Terjemahan). Edisi 3.
Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Doenges, M. E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.


Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: salemba Medika.
Nanda. (2015). Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai