Anda di halaman 1dari 14

“MANAJAMEN PERAWATAN LUKA POST-OPERASI”

OLEH :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, kita
masih di berikan kesehatan dan kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah
tentang “MANAJEMEN PERAWATAN LUKA POST OPERASI” ini dapat
tersusun hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sekelompok,
kami yakin masih banyak kekurangan yang akan di temui dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami kelompok sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 11 November 2021

Kelompok,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2019: 83). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi
menjadi dua yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya
luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah
luka terkena trauma. Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit
membran mukosa jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka
operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi
pembersihan luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka,
memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan
kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban
(Bryant, 2017: 23). Luka pasca operasi merupakan luka yang sengaja dibuat oleh ahli
bedah, oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara khusus karena saat ini banyak
luka pasca operasi yang terkena infeksi. Infeksi luka pasca operasi merupakan
infeksi nasokomial kedua terbanyak di rumah sakit yang dapat di sebabkan oleh
stapylococus aereus, euchericeacoli, precus vulgaris, aerobacter, aerogenes,
seudomonas eruginosa dan organisme lainnya. Infeksi luka pasca operasi bisa terjadi
2-11 hari setelah pasca operasi di tandai dengan antara lain: kemerahan (rubor),
bengkak (tumor), nyeri (dolor), panas, dan demam (color) (Mayo J Morison, 2018:
55).
Perawatan luka post operasi yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi
silang dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari
rawat akan lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu
diperhatikan untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti
lebih awal jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi
bakteri pada luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011: 102) Jika perawatan luka
post operasi tersebut tidak dilakukan dengan baik maka pasien beresiko tinggi
terkena infeksi. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi
di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2015: 78).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka?
2. Bagaimana manajemen perawatan luka post operasi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian luka
2. Untuk mengetahui manajemen perawatan luka post operasi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam dan tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (Syamsuhidayat, 2011: 78). luka adalah
rusaknya fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal
maupun external dan mengenai organ tertentu. Dan luka juga dapat digambarkan
sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel, kemudian diikuti dengan penyembuhan
luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut (Potter, Patricia A, 2016: 112).
Ketika terjadi luka, beragam efek dapat terjadi antara lain : kehilangan segera atau
sebagian fungsi organ, hemorhagia dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri serta
kematian sel.
2. Jenis- Jenis Luka
Jenis luka berdasarkan penyebab luka
a. Luka insisi
Luka yang dibuat dengan potongan bersih menggunakan instrumen tajam sebagai
contoh, luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam setiap prosedur operasi. Luka bersih
(luka yang dibuat secara aseptik) biasanya ditutup dengan jahitan setelah semua
pembuluh yang berdarah diligasi dengan cermat.
b. Luka kontusi
Luka yang terjadi dengan dorongan tumpul dan ditandai cidera berat bagian yang
lunak, hemoragi dan pembengkakan.
c. Luka laserasi
Luka dengan bagian tepi jaringan bergerigi, tidak teratur, seperti luka yang dibuat
oleh kaca atau goresan kawat.
d. Luka tusuk
Luka dengan bukaan kecil pada kulit – sebagai contoh, luka yang dibuat oleh peluru
atau tusukan pisau ( Smeltzer, Suzanne. C, 2012: 56)
3. Proses Penyembuhan Luka
Luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama, yaitu:
a. Hemostatis
Pada fase ini terjadi peningkatan perlekatan platelet. Platelet akan bekerja untuk
menutup kerusakan pembuluh darah. Jaringan yang rusak akan merangsang adenosin
diphosphat (ADP) membentuk platelet. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa
menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.
b. Inflamasi
Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris. Respon
jaringan yang rusak : jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan plasma dan
polimorfonuklear ke sekitar jaringan.
c. Proliferasi
Fibroblas meletakkan subtansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh
darah baru mulai menginfiltrasi luka. Begitu kolagen diletakkan, maka terjadi
peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. Kapiler-kapiler dibentuk oleh
tunas endothelial, suatu proses yang disebut angiogenesis.
d. Maturasi (Remodelling)
Pada tahap maturasi terjadi proses epitelisasi, kontraksi dan reorganisasi jaringan
ikat. Setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka
dan sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorivera
membelah dan mulai bermigrasi diatas jaringan glandula baru.
4. Faktor Penghambat Penyembuhan Luka
Faktor-Faktor yang dapat Penghambat Penyembuhan Luka Meskipun proses
penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, ada banyak faktor yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka, yaitu (Morrison, 2018: 98):
1) Faktor intrinsik
Faktor intrinstik meliputi faktor- faktor patofisiologi umum (misalnya,
gangguan kardiovaskuler, malnutrisi, gangguan metabolik dan endokrin,
penurunan daya tahan terhadap infeksi) dan faktor fisiologi normal yang
berkaitan dengan usia dan kondisi lokal yang merugikan pada tempat luka
(misalnya, eksudat yang berlebihan, dehidrasi, infeksi luka, trauma
kambuhan, penurunan suhu luka, pasokan darah yang buruk, edema, hipoksia
lokal, jaringan nekrotik, pengelupasan jaringan yang luas, produk metabolik
yang berlebihan, dan benda asing).
2) Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik meliputi penatalaksanaan luka yang tidak tepat (misalnya,
pengkajian luka yang tidak tepat, penggunaan bahan perawatan luka primer
yang tidak sesuai, dan teknik penggantian balutan yang ceroboh).
5. Komplikasi Perawatan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi :
a. Infeksi
Infeksi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari
setelah pembedahan.
b. Dehisen
Dehisen adalah terpisahnya lapisan luka secara parsial atau total.
c. Eviserasi
Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi
(keluarnya organ viseral melalui luka yang terbuka). Bila terjadi evisersasi,
perawat meletakkan handuk steril yang dibasahi dengan salin normal steril di
atas jaringan yang keluar untuk mencegah masuknya bakteri dan kekeringan
pada jaringan tersebut.
d. Fistul
Fistul adalah saluran abnormal yang berada diantara dua buah organ atau
diantara organ dan bagian luar tubuh (Potter & Perry, 2006: 143).

6. Luka Bedah
Luka post operasi merupakan luka yang sengaja dibuat oleh ahli bedah, oleh karena
itu dibutuhkan penanganan secara khusus karena saat ini banyak luka pasca operasi
yang terkena infeksi. Infeksi luka pasca operasi merupakan infeksi nasokomial kedua
terbanyak di rumah sakit yang dapat di sebabkan oleh stapylococus aereus,
euchericeacoli, precus vulgaris, aerobacter, aerogenes, seudomonas eruginosa dan
organisme lainnya.

7. Perawatan luka Bedah


Perawatan luka post operasi yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan
lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan
untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal
jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada
luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011: 102) Jika perawatan luka post operasi
tersebut tidak dilakukan dengan baik maka pasien beresiko tinggi terkena infeksi.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2016: 78).
Dalam prinsip perawatan Iuka akut (pasca-pembedahan) steril, penanganan
luka secara steril, terutama pada fase inflamasi hingga proliferasi yaitu sekitar 21
hari. Pada usia luka 21 hari, luka menutup dengan kesempurnaan kulit sekitar 20%
sehingga kemungkinan kuman dapat mengontaminasi luka sangat kecil. Pada
prinsipnya, Iuka apa pun akan mengalami proses penyembuhan yang sama, yaitu
dari inflamasi hingga maturasi, namun beberapa kondisi menghambat penyembuhan
Iuka. Walaupun melalui proses penyembuhan yang sama, penatalaksana- an masing-
masing luka akan berbeda yang bergantung pada kondisi luka, faktor penyulit, dan
faktor lingkungan.
Lakukan pengkajian kondisi area operasi yang meliputi kondisi balutan,
adanya perdarahan, drain, insisi atau jahitan. Lakukan pembersihan luka dimulai
pada pusat luka ke arah keluar dan secara perlahan-lahan karena luka setelah operasi
terdapat sedikit edema. Hindari penggunaan larutan yang bersifat sitotoksik seperti
hydrogen perokside dan povidone iodine karena dapat merusak jaringan dan
memperlambat penyembuhan luka. Pertahankan kondisi luka tetap bersih dan
termasuk lingkungan tempat tidur pasien. Penggantian balutan tergantung pada
kondisi balutan bersih atau kotor.
Bila kondisi balutan kering dan bersih balutan diganti 2 atau 3 hari sekali
setelah operasi dan juga tergantung jenis balutan yang digunakan. Jenis balutan yang
disarankan adalah balutan yang dapat mempertahankan kelembaban. Penggunaan
kasa dan salin normal, saat penggantian balutan kering akan menekan permukaan
yang mengakibatkan pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu dan menimbulkan
rasa nyeri (Morrison, 2017: 64). Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa
darah dapat diserap oleh kasa tadi.
Dengan menutup luka itu dapat mencegah terjadinya kontaminasi
(kemasukan kuman). Sehabis operasi, luka yang timbul langsung ditutup dengan
kasa steril selagi dikanar bedah dan biasanya tidak perlu diganti sampai diangkat
jahitannya, kecuali jika terjadi perdarahan. Sampai darahnya menembus keatas kasa,
barulah diganti dengan kasa steril. Sewaktu mengganti kasa lama dengan kasa yang
baru, dioerhatikan secara benar-benar dan dikerjakan secara asepsis supaya tidak
terjadi infeksi ( E. Oswari, 2016: 32)
Luka akut steril merupakan luka pembedahan yang steril tanpa kontaminasi
(mis., kotoran usus) selama tindakan pembedahan. Kondisi Iuka seperti ini
memerlukan tindakan perawatan dengan mempertahankan prinsip steril selama
penggantian balutan. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan selama
perawatan luka akut steril sehingga tidak menyebabkan luka infeksi.
a. Pertahankan prinsip steril selama tindakan dengan:
1) Menggunakan sarung tangan steril,
2) Menggunakan alat-alat steril,
3) Menggunakan balutan steril, dan
4) Meminimalkan kontaminasi selama tindakan.
b. Luka akut steril selama terlindungi akan sembuh dengan sendirinya.
c. Lindungi luka dengan menggunakan balutan penutup yang dapat
meminimalkan
d. kontaminasi kuman dari luar, misalnya dengan menggunakan balutan
hydrocolloid, kasa dan transparent film, dll.
e. Ganti balutan minimal setiap 3 hari sekali dan maksimal 7 hari sekali
(sesuaikan dengan kondisi Iuka).

Setiap luka operasi memiliki keragaman dalam memberikan respons. Respons ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara umum maupun lokal. Faktor umum
yaitu luka operasi dapat sembuh sesuai dengan proses penyembuhan luka jika
didukung oleh asupan nutrisi yang baik, tidak ada penyakit penyerta seperti penyakit
gula (hiperglikemia), tidak dalam keadaan stres, mobilisasi baik dan aliran darah
lancar (oksigenasi baik), tidak kegemukan, bukan perokok, dll.
Faktor lokal yang mendukung penyembuhan luka operasi adalah tidak ada
benda asing, tidak terjadi perkembangbiakan kuman pada area luka, dll. Nutrisi
sangat penting dalam mendukung penyembuhan luka akut. Status nutrisi yang baik
sejak sebelum operasi sangat berpengaruh pada keberhasilan setelah operasi.
Penelitian Goodson et al. (1987) menunjukkan bahwa status nutrisi yang buruk
sebelum operasi mengakibatkan penurunan jumlah dan kualitas deposisi kolagen.
Hopf et al. (1997) menjelaskan bahwa pemberian nutrisi secara cepat dan banyak
pada pasien sebelum dilakukan operasi dapat mengurangi komplikasi post- operasi
8. Jenis Luka Bedah
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukan derajat luka (Taylor,1997).
a. Luka bersih
Merupakan luka bedah tidak terinfeksi dimana tidak terdapat inflamasi dari
saluran pernapasan, pencernaan, genital atau saluran kemih yang tidak
terinfeksi, tidak dimasuki. Luka bersih biasanya dijahit tertutup, jika
diperlukan, dengan sistem drainase tertutup dipasangkan. Kemungkinan
relatif dari infeksi luka adalah 1% sampai 5%.
b. Kemungkinani-bersih
Adalah luka bedah dimana saluran pernapasan, pencernaan, genital atau
perkemihan dimasuki dibawah kondisi yang terkontrol; tidak terdapat
kontaminasi yang tidak lazim. Kemungkinan relatif dari infeksi luka adalah
3% sampai 11%.
c. Luka terkontaminasi
Mencakup luka terbuka, luka akibat kecelakaan, dan prosedur bedah dengan
pelanggaran dalam tehnik aseptik atau semburan banyak dari saluran
gastrointestinal, termasuk dalam kategori ini adalah insisi dimana terdapat
inflamasi akut, nonpurulen. Kemungkinan relatif dari infeksi luka adalah
10% sampai 17%.
d. Kotor atau terinfeksi
Merupakan luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif
terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka
traumatik yang sudah lama dengan jaringanyang terkelupas tertahan dan luka
melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami
perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27% (Smeltzer,
suzanne. C, 2002: 62).
9. TujuanPerawatan Luka Bedah
Tujuan Perawatan Luka Bedah yaitu:
a. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
b. Absorbsi drainase
c. Menekan dan imobilisasi luka
d. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
e. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
f. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
g. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

10. Komplikasi Pasca Bedah


Komplikasi yang umum ditimbulkan pada luka akut adalah perdarahan,
hematoma-nekrosis, infeksi, luka jahitan terbuka (dehiscence), organ dalam keluar
(evisceration sinus, bahkan fistula. Setiap luka akut akan mengalami perdarahan dan
penghentian perdarahan seperti yang terjadi pada proses inflamasi- Jika perdarahan
luar atau dalam (hematoma) tidak diatasi, akan terbentuk satu jaringan nekrosis pada
luka sehingga penting sekali melindungi kulit yang mengalami hematoma dan
mengatasi perdarahan pada luka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2019: 83). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi
menjadi dua yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya
luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah
luka terkena trauma.
Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat
luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka,
memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi
balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan
daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban
DAFTAR PUSTAKA

Marison Moya,(2018). Manajemen Luka. EGC, Jakarta.


Potter And Perry. (2019). Fundamental Keperawatan. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai