TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hoormon yang mngatur gula darah), atau ketika tubuh tidak
2.1.2 Etiologi
1) Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melibihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
2) Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
3) Faktor Genetik
Diabetes Mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak menyebabkan
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus.
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak
Infeksi mikrooorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga ada
6) Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang
malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
Menurut DiGuilio, Jackson, dan Keogh (2017) manifestasi klinis DM, antara lain :
5) Penyembuhan tertunda atau lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
2.1.4 Komplikasi
1) Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
a) Hipoglikemia
terjadi pada perjalanan penyakit DM. Glukosa merupakan bahan bakar utama
selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merupakan salah satu fungsi
hipoglikemia jika kadar glukosa darah < 80mg/dL dengan gejala klinis, respon
b) Ketoasidosis diabetik
Ketoasisodosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
2) Komplikasi Kronik
a) Komplikasi Makrovaskuler
ditempat lain dalam sistem pembuluh darah sering terbawa aliran darah
hingga tiga kali lipat dibandingkan pasien non DM. Hal ini disebabkan
pasien DM cenderung mengalami perubahan arterosklerotik dalam
dan klaudikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
b) Komplikasi Mikrovaskuler
pembuluh darah seperti pembuluh darah arteri, vena kecil, arteriol, venula,
dua kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga enam bulan. Penyandang
2.1.5 Patofisiologi
Bermacam - macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda - beda, akhirnya akan
akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH
penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi
(Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga
terjadi dehidrasi. Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan
kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar
akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan
energi tersebut. Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga
suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur.
Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur
dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi syaraf – syaraf
perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan
1) Pemeriksaan fisik
yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa
2) Pemeriksaan Vaskuler
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa)
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a) Terapi Trombolitik
Trombolitik juga disebut fimbrinolitika berkhasiat melarutkan trombus
diberikan 3 jam setelah infark otak, jika lebih dari itu dapat
b) Terapi Antikoagulansia
membeku. Obat yang termasuk golongan ini yaitu heparin dan kumarin.
c) Terapi Antitrombosit
yang sering ditemukan pada sistem arteri. Obat yang termasuk golongan
clopidogrel.
d) Terapi Suportif
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Beberapa hal yang berperan besar dalam menjaga agar TIK tidak meningkat,
terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan
2.2 Ansietas
1) Definisi
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas
yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Smeltzer, 2017). Istilah kecemasan dalam
bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa latin angustus yang memiliki arti
kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Indrawati, 2016). Kecemasan adalah
perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi karena ketidaknyamanan dan rasa
takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak menentu sebagai siinya yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu
mengambil suatu tindakan dalam menghadapi ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati,
2019). Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
2) Klasifikasi
(1)Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit
(2)Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit,
pembelajaran optimal.
terstimulasi.
(1) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi,
(2) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
(2) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa
(3) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah, sulit
(4)Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat,
(1)Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat
ternganga.
(2)Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian
kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak
(3)Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya, lepas
kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget,
takut, lelah.
3) Rentang respon ansietas
Rentang respon ansietas berfluktuasi, antara respon adaptif dan maladaptife, (Sutejo,
2019). Rentang respon yang adaptif adalah, antisipasi dimana individu siap siaga
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang respon yang paling
mal adaptif adalah panik, dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap
cemas yang dihadapi, sehingga mengalami gangguan fisik, prilaku maupun kognitif
4) Etiologi
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari penyebab
anstietas, menurut Stuart & Sundden (2018) menjelaskan ansietas disebabkan oleh :
1) Faktor Predisposisi :
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak
adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan
ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
dengan depresi.
2) Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi
5) Manifestas Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas), antara
1) Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
6) Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
Menurut Hawari (2018) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
c) Cukup olahraga.
d) Tidak merokok.
2) Terapi psikofarmak
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
3) Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4) Psikoterapi
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
5) Terapi psikoreligius
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetic menurut Wijaya & Putri
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa cemas dikarenakan penyakit diabetes mellitus karena takut tidak dapat
disembuhkan dan adanya luka sampai dengan perasaan cemas jika di amputasi
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
penderita.
7) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
c) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
d) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler
g) Sistem urinari
Poliuri retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
i) Sistem neurologis
Pasien dengan ulkus diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
untuk itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
Pasien diabetes mellitus akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya
defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertehankan sehingga
kesehatan penderita.
c) Pola eliminasi
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai
akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri, kesemutan pada
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sulit sembuh, lamanya
Ulkus diabetik yang sulit sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan, apakah terdapat gangguan atau peran yang belum
mengatasi masalah yang dialami. Adakah faktor pendukung bagi pasien untuk
Definisi menurut (SDKI, 2019 ) Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman
subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
Gejala tanda mayor : Merasa bingung, tampak gelisah, tampak tegang, merasa
mengalami ansietas.
c. Melatih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ansietas sesuai
perawatan keluarga.
2.3.5 Evaluasi
Ansietas berhasil apa bila keluarga dapat mengetahui masalah yang dirasakan
dalam merawat klien yang mengalami ansietas (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya ansietas), keluarga mengetahui cara merawat dan
Ahern, R.N. & Wilkinson, J.M. (2016). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Asmadi, Haryanti. (2018). Kumpulan Diagnosa Keperawatn Medikal Bedah. Jakarta:
NuhaMedika
Digiulio, M., Jackson, D., & Keogh, J. (2018). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta :
Rapha Publsihing
Ester Chang. (2019). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC
Ernawati. (2018). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Mellitus Terpadu
Hanum. (2019). Patofisiologi DM. Jakarta: EGC
Hasdianah. (2018). Mengenal diabetes mellitus pada orang dewasa dan anak-anak dengan
solusi herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Hawari, D. (2018). Manajemen stres, cemas, dan depresi (edisi2, cetakan ke 2). Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
Hisam. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,A.A & Uliyah,M. (2006). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Surabaya: Health
Books Publishing.
Indrawati, et al. (2016). Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Selemba Medika
LeMone, P. B. (2015). Buku Ajarkeperawatan Medikal Bedah.
Mahmuda, Iin. (2019). Pencegahan Dan Tatalaksana Dekubitus Pada Geriatri. Biomedika,11(1),
pp. 11-17
Rohma,. (2019). Proses keperawatan teori & aplikasi. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa konsep dan praktik asuhan keperawatan kesehatan jiwa dan
psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.2.Jakarta:
EGC
Stuart & Sudden (2018). Diagnostik Topik Neurologis, Anatomi, Fisiologi, Tanda Gejala.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indicator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Diagnostik Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Ppni
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Yasmara, D. N. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Diagnosis nanda-1
2015-2017 Intervensi hasil NIC Hasil NOC. Afiyanti, Y., & Iman. (2014). Metedologi
Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers
Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, (2019), Asuhan Keperawatan Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong, Stikes
Muhammadiyah Gombong Program Studi DIII Keperawatan Tahun Akademik
WHO, (2018). WHO. WHO STEPS Prevalensi Diabetes mellitus