Anda di halaman 1dari 63

Nama : Natalia sandova

Sihombing Nim : 1420120029

Prodi : S1 Keperawatan

1. A. Memberikan edukasj kesehatan mengenal diabetes mellitus


B. Menggunakan metode penyuluhan tanya jawab, medianya yaitu leaflet
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Diabetes Melitus


B. Hari/Tanggal :
C. Waktu :
D. Tempat :R
E. Penyaji : Mahasiswa Keperawatan
Fakultas Keperawatan
1. Tujuan
1. 1Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien mampu memahami diet penderita
Diabetes Melitus dengan benar.
1.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit, pasien dapat menjelaskan
tentang:
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Gejala-Gejala Diabetes Melitus
3. Komplikasi Diabetes Melitus
4. Pengelolaan Diabetes Melitus
5. Diet Penderita Diabetes Melitus
2. Pelaksanaan Kegiatan
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN ESTIMASI METODE MEDIA
PENYULUH MASYARAKAT WAKTU DAN ALAT
Pendahuluan
Deskriptif Menjelaskan Menjawab salam 5 menit Ceramah Leaflet
uraian tentang Mendengarkan
Diabetes Melitus Memperhatikan
secara singkat.
Relevansi Pasien dapat
meng-aplikasikan
diet penderita
Diabetes Melitus

Tujuan
 TIU Setelah mengikuti
penyuluhan,
pasien mampu
memahami
tentang penyakit
 TIK diabetes melitus.
Setelah dilakukan
penyuluhan,
pasien dapat
menjelaskan
tentang
pengertian
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus,
komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Diabetes Melitus.
Penyajian
Uraian Menjelaskan Mendengarkan 15’ Ceramah

pengertian Memperhatikan
Mencatat
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus
, komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Contoh Diabetes Melitus.
Menyebutkan
komplikasi yang
timbul jika KGD
Latihan tidak terkontrol
Meminta pasien
menyebutkan hal-
hal yang dapat
dilakukan untuk
mengontrol KGD.
Penutup
Test Menanyakan Memperhatikan 10’ Ceramah

kembali kepada Bertanya dan


diskusi
pasien tentang
pengertian
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus,
komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Umpan Balik Diabetes Melitus.
Pasien mampu
menjelaskan
kembali tentang
pengertian
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus
, komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
Tindak Lanjut dan diet penderita
Diabetes Melitus.

Pasien mampu
menerapkan diet
penderita
Diabetes Melitus
yang dijelaskan.

3. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : Ceramah, diskusi,demonstrasi
2.Metode : Leaflet
4. Evaluasi

 Evaluasi Proses
Pasien mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari penyaji
tentang Diabetes Melitus
 Evaluasi Hasil
Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian Diabetes Melitus,
gejala-gejala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus,
pengelolaan Diabetes Melitus, dan diet penderita Diabetes Melitus.
Materi Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Diabetes

Diabetes Mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang


yang mengalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan
hormon insulin.

2. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

 Penglihatan kabur
 Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
 Cepat lelah dan mengantuk
 Luka sulit sembuh
 Banyak kencing
 Sering merasa haus
 Penurunan berat badan
 Banyak makan
3. Komplikasi Diabetes Mellitus

 Akut  kematian
 Kronik  cacat
Kerusakan ginjalgagal ginjalcuci darah

 Kaki busuk (ganggren)

 Penyakit jantung
 Kebutaan

5. Pengelolaan Diabetes Mellitus :


 Perencanaan diet

 Melakukan olahraga

 Minum obat secara teratur

 Pemeriksaan gula darah


 Berkonsultasi pada dokter

1. Pengaturan Diet untuk Penderita Diabetes Melitus


a. Tujuan Pengaturan Diet
o Mempertahankan kadar gula darah mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat, dan olahraga
o Mencapai dan mempertahnakan kadar lipida serum normal.
o Memberi energi cukup dan mempertahankan berat badan normal.
o Menghindari komplikasi akut

b. Pengaturan Diet Diabetes Melitus


Jadwal = 25% – 10% – 25% – 10% – 20% -10%
Jumlah = sesuai porsi (ingat makanan penukar)!
Jenis = sesuai kebutuhan

POLA MAKAN DIABETES !!

 07.00-08.00 Makan Pagi


 10.00 Makan Selingan
 12.00-13.00 Makan Siang
 15.00-15.30 Makan Selingan
 18.00-18.30 Makan Malam
 19.00 Makan Selingan
PEDOMAN MAKAN YANG SEHAT

Pilih makanan sehat


Hati-hati memilih makanan pengganti bila
lapar Variasikan makanan
Gunakan piring
kecil Kunyah
perlahan
Pilih makanan rendah lemak
Tingkatkan konsumsi makanan berserat (IG
rendah) Kurangi garam dan batasi gula

F. Referensi
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil
tanggal 29 September 2012

Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga


Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI
Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2.Jakarta:EGC
2. Review jurnal

A. Judul jurnal: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEPATUHAN DALAM PENGELOLAAN DIET PADA
PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA
SEMARANG.
Isi jurnal: proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik lebih tinggi dibandingkan dengan
responden yang memiliki latar belakang tingkat pengetahuan kurang.
Hal ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki responden mengenai
diabetes dan dalam penatalaksanaan diet akan menimbulkan bagi
mereka dan akhirnya akan membuat mereka berperilaku sesuai dengan
apa yang mereka ketahui.

B. Judul jurnal: Promosi Kesehatan Dengan Model Sesama Berpengaruh


Terhadap Kepatuhan Makan Pasien DM Tipe 2
Isi jurnal: Penyandang diabetes perlu mendapat informasi minimum
setelah penegakan diagnosis. Informasi yang diberikan yaitu
pengetahuan umum tentang Diabetes, kontrol mandiri oleh penyandang
Diabetes, penyebab kadar glukosa darah tinggi, perencanaan makan,
pengunaan obat hipoglikemia oral, pedis care, aktivitas fisik, serta
komplikasi DM.

C. Judul jurnal: UPAYA PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS


MELALUI PROMOSI KESEHATAN DI ERA COVID-19
Isi jurnal: Hasil kuisioner tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan tentang DM di masa COVID-19. Hasil evaluasi (pretest
dan postest) kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
DM sebesar 25%. Peningkatan pengetahuan tentang DM ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan tentang diabetes
melitus, faktor-faktor risiko, pengendalian serta komplikasi DM. Hal
ini penting untuk pencegahan dan pengendalian penyakit DM. Kendala
dalam pengabdian masyarakat ini antara lain adalah beberapa sasaran
program belum terbiasa bahkan belum pernah menggunakan media
Zoom meeting. Terkait hal tersbut, tim pengabdian melakukan
pendampingan saat pelaksanaan penyuluhan sehingga sasaran program
pengabdian dapat mengikuti kegiatan tersebut.

D. Judul jurnal: LITERATURE REVIEW: PEMANFAATAN MEDIA


PROMOSI KESEHATAN (SMARTPHONE) DALAM MENCEGAH
DAN MENGENDALIKAN KADAR GULA DIABETES TIPE 2
Isi jurnal: Pemanfaatan alat teknologi ponsel cerdas (smartphone) dapat
berfungsi sebagai alat untuk Meningkatkan hasil kesehatan melalui
aplikasi yang Berisi informasi kesehatan terkait diabetes mellitus,Video
edukasi pencegahan diabetes, video terapi Modalitas pengendalian
glukosa, permainan pokeMon go untuk meningkatkan aktivitas fisik,
panduan Diet sehat untuk pengendalian berat badan sesuaiDengan IMT,
menu profil riwayat penderita diabetes Mellitus.

E. Judul jurnal: Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME)


terhadap Self Management pada Pasien Diabetes Mellitus
Isi jurnal: Terdapat hasil peningkatan nilai rata Rata Self Management
setelah diberikan Diabetes Self Management Education(DSME) pada
kelompok intervensi dan Terdapat perbedaan pengaruh antara
Kelompok intervensi yang mendapatkan Intervensi DSME dan
kelompok kontrol Yang mendapatkan intervensi standar Edukasi dari
PERSADIA. Masyarakat dan responden diharapkan dapat menerapkan
ilmu yang telah diperoleh melalui perawatan mandiri yang benar
sehingga diharapkan masyarakat juga ikut serta membantu melakukan
perawatan mandiri dan mengurangi komplikasi yang terjadi pada
pasien akibat penyakit DM.
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Self


Management pada Pasien Diabetes Mellitus
Trina Kurniawati1, Titih Huriah2 Yanuar Primanda3
1 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, email: trinakurniawati@yahoo.co.id
2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak
Edukasi kepada pasien Diabetes Mellitus (DM) yang dapat memperbaiki hasil klinis adalah Diabetes Self
Management Education (DSME). DSME merupakan salah satu metode yang dapat memfasilitasi
pengetahuan dan keterampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Diabetes Self
Management Education terhadap Self Management pada pasien DM. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian quasi experimental dengan control group pre test- post test design. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik Simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 46 orang yang terbagi
menjadi 23 orang pada kelompok intervensi mendapatkan DSME sebanyak 4 sesi dalam satu bulan dan
23 orang pada kelompok kontrol mendapatkan edukasi dari Program PERSADIA. Instrumen yang
digunakan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan Wilcoxon dan Mann Whitney test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P value uji Wilcoxon test sebesar 0,000 pada kelompok intervensi,
P value uji Mann Whitney test adalah 0,000 pada variabel self management. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai self management antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol secara signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah
DSME dapat meningkatkan self management pada pasien DM. Disarankan petugas kesehatan dapat
memberikan DSME untuk meningkatkan self management pasien diabetes dan menggunakan DSME
sebagai program promosi kesehatan.
Kata kunci: Diabetes Mellitus; DSME;Self Management

The Influnce of Diabetes Self Management Education (DSME) to the Self Management on the Diabetes
Patient

Abstract
Education to patients Diabetes Mellitus (DM) who can improve clinical outcomes is Diabetes Self
Management Education (DSME). DSME is one method that can facilitate knowledge and skills. The
purpose of this research is to determine the effect of Diabetes Self Management Education (DSME) to Self
Management on the diabetes patients. This study is used the quasi experimental research method with control
group pre test post test design. The sampling technique used Simple random sampling with a samples of 46
people and it is devided 23 people in the intervention group get DSME as much as 4 sessions in one month and
23 people in the control group get education programe at PERSADIA. The instrument used was
questionnaire. Statistical analysis used Wilcoxon and Mann Whitney test. The results showed that P value
of Wilcoxon test was 0.000 in the intervention group, P test value of Mann Whitney test was 0.000 in self
management variable. Based on statistical test results obtained p <0.05 which indicates that there are
differences in self-management value between the intervention group and the control group significantly. The
conclusions of this research is DSME can improve self-management on the patients with diabetes. It is
recommended that health workers can provide DSME to improve self-management in diabetic patients and use
DSME as a health promotion program.
Keywords : Diabetes Mellitus, DSME, Self Management

588
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Pendahuluan
mandiri sehingga tercapai kemampuan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan
untuk mempertahankan kesehatan dan
salah satu penyakit kronis yang paling
kesejahteraannya. Hal inilah yang
banyak dialami oleh penduduk di dunia.
mendorong peneliti untuk melakukan
Penyakit DM menempati urutan ke-4
penelitian tentang pengaruh Diabetes Self
penyebab kematian di negara berkembang
Management Education terhadap Self
(Sicree et.al., 2009). Meningkatnya
Management pada pasien Diabetes Mellitus.
jumlah penderita DM setiap tahun,
khususnya DM tipe 2 dipengaruhi oleh
Metode
perubahan sikap hidup yang kurang
Penelitian ini menggunakan desain
terkontrol. PERKENI (2011) menyatakan
quasy experiment (eksperimen semu) dengan
terdapat 4 pilar utama dalam
rancangan pre and post test control group
penatalaksanaan DM tipe 2, yaitu edukasi,
design. Sampel dalam penelitian ini
terapi gizi medis, latihan jasmani, dan
sebanyak 46 orang yang dibagi menjadi 2
intervensi farmakologis. Salah satu aspek
kelompok yaitu 23 orang kelompok
yang memegang peranan penting dalam
intervensi dan 23 orang kelompok kontrol
penatalaksanaan DM adalah edukasi.
dengan menggunakan metode Probability
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien
sampling melalui Simple random sampling
DM adalah Diabetes Self Management
yaitu setiap elemen diseleksi secara acak,
Education(DSME).
nama ditulis pada secarik kertas, diletakkan
DSME merupakan komponen dikotak, diaduk dan diambil secara acak
penting yang dapat memberikan setelah semuanya terkumpul untuk
kemampuan pada individu untuk mencegah terjadinya bias seleksi. Kelompok
melakukan tindakan manajemen diri dalam intervensi diberikan Diabetes Self
mengelola penyakit diabetes mellitus dalam Management Education (DSME) setiap
mengatasi masalah kesehatan yang minggu selama 1 bulan, sedangkan
mengancam status kesehatannya kelompok kontrol diberikan Pendidikan
(Soegondo, 2013). Kesehatan dari Program PERSADIA.
Diabetes Self Management Education Kelompok intervensi dan kelompok kontrol
merupakan suatu proses yang memfasilitasi diminta untuk tidak mengikuti pendidikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan kesehatan tentang Diabetes Mellitus selain
perawatan mandiri (self care behavior) yang di PERSADIA agar dapat mencegah
sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes terjadinya bias confounding pada hasil
(Funell, 2010). Perawatan mandiri yang penelitian.
baik dan benar pada pasien DM sangat Penelitian dilakukan pada bulan
diperlukan dalam upaya pencegahan dini Januari 2018 di PERSADIA Batang.
melalui promotif, preventif, kuratif dan Variabel independen dalam penelitian ini
rehabilitatif.. Proses edukasi adalah Diabetes Self Management Education
bertujuan mempengaruhi penderita untuk (DSME), sedangkan variabel dependen
mengikuti rekomendasi terapi yang adalah Self Management yang diukur
dianjurkan oleh tenaga kesehatan dalam dengan menggunakan kuesioner untuk Self
menerapkan tiga hal, yaitu : pengetahuan, Management. Intervensi Diabetes Self
sikap, dan tindakan dalam perawatan Management Education (DSME) diberikan
penyakit diabetes mellitus (Soegondo, dengan menggunakan buku panduan yang
2013). dibentuk menjadi modul yang telah
Perawat sebagai seorang educator mengacu pada pedoman. Data yang
dan counselor bagi pasien, menurut Orem di didapatkan berupa skor self management,
dalam Tomey dan Alligood (2006) dapat analisis data yang digunakan adalah uji
memberikan bantuan kepada pasien dalam wilcoxon dan mann whitney test.
bentuk supportive-educative dengan
memberikan pendidikan dengan tujuan
agar pasien mampu melakukan perawatan
secara
589
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Hasil Penelitian
Tabel 2. Perbedaan Pengaruh Self
1. Pengaruh Self Management antara
Management antara kelompok intervensi
sebelum (pre) dan sesudah (post)
dan kelompok kontrol
pemberian Diabetes Self Management Variabel n Min-
P
Education (DSME) pada Kelompok Mea Maks
Intervensi dan kontrol n±
SD
Tabel 1. Hasil Self Management antara Self Intervensi 23 36,78± 34,00- 0,000
sebelum (pre) dan sesudah (post) management 2,15 43,00
pemberian DSME pada kelompok 31,26± 19,00-
intervensi dan kontrol (N=46) Kontrol 23 5,58 39,00

Variabel Min-
Mean Maks Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa
n P
Self ±SD rata-rata self manajemen setelah diberikan
Management Diabetes Self Management
Education
(DSME) sebesar 36, 78 pada kelompok
Kelompok Sebelum 23 28, 16, 00- 0,000
intervensi, sedangkan rata-rata self
Intervensi 47±6, 38,00
manajemen setelah diberikan standar care
65
pada kelompok kontrol sebesar 31,26.
Sesudah 23 36, Berdasarkan uji Mann- Whitney test,
60±1, 34, 00- didapatkan nilai p-value sebesar 0,000.
75 39,00 nilai p-value tersebut lebih kecil dari 
(0,05) yang menunjukkan bahwa ada
27,43 perbedaan pengaruh antara kelompok
Kelompok
±
Kontrol Sebelum 23 16,00- intervensi dan kelompok kontrol yaitu
6,570 intervensi pada kelompok intervensi lebih
38,00
0,000
31,26 berpengaruh dibandingkan kelompok
19,00- kontrol.
Sesudah 23 ±
39,00
5,585
Pembahasan
Pemberian DSME pada kelompok
Berdasarkan table 1. dapat diketahui intervensi dapat meningkatkan
bahwa rata-rata self manajemen pada pengetahuan dan keterampilan pasien
responden sesudah diberikan Diabetes Self dalam melakukan perawatan mandiri,
Management Education (DSME) meningkat sehingga indikator/tanda dan gejala resiko
yaitu 36,60 . Rata-rata self manajemen pada terjadinya DM yang muncul sebelum
responden sesudah diberikan standar care pemberian DSME berkurang lebih banyak
(kelompok kontrol) mengalami peningkatan dari pada kelompok kontrol (Funnell, 2008).
yaitu 31,26. Berdasarkan uji wilcoxon test, Pasien pada kelompok kontrol telah
didapatkan nilai p-value sebesar 0, 000. mengetahui konsep dasar DM secara umum
Terlihat bahwa p-value 0,000 <  (0,05), ini dan perawatan mandiri yang harus
menunjukkan bahwa ada peningkatan Self dilakukan, namun rata-rata pasien pada
Management antara sebelum (pre) dan kelompok kontrol menyatakan tidak
sesudah (post) pemberian Diabetes Self melakukan perawatan mandiri secara rutin
Management Education (DSME) pada dan komprehensif, seperti perawatan kaki,
kelompok intervensi. pengaturan nutrisi, dan jenis olah raga yang
2. Perbedaan Pengaruh Self Management dianjurkan.
antara kelompok intervensi dan Peningkatan self management yang
kelompok kontrol terjadi pada kelompok kontrol, walaupun
lebih rendah dari pada kelompok perlakuan
590
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
disebabkan karena kelompok kontrol juga
dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
mendapatkan pendidikan kesehatan, yaitu
afektif, dan psikomotor seseorang
diberikan informasi tentang kesehatan akan
(Maulana, 2009).
tetapi tidak dilakukan evaluasi. Walaupun
Durasi waktu untuk perubahan
edukasi tanpa dilakukan evaluasi
perilaku tidak ditentukan secara jelas
setelahnya, namun tetap saja di dalamnya
karena kemampuan setiap individu dalam
terdapat informasi mengenai penyakit dan
menerima dan merespon stimulus berbeda.
pengelolaan penyakitnya. Sehingga hal
Perilaku yang tidak didasari oleh
tersebut akan berkonstribusi dalam
pengetahuan dan kesadaran maka tidak
peningkatan self management pasien pada
akan berlangsung lama (Roger, dalam
kelompok kontrol. Karena sesuai dengan
Notoatmodjo, 2003). (Hosland et.al. 1953
hasil penelitian Falvo di dalam Atak (2010)
dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan
yang menyatakan bahwa pemberian
bahwa proses perubahan perilaku sama
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
dengan proses belajar. Proses perubahan
self efficacy seseorang.
perilaku menggambarkan proses belajar
Hasil penelitian ini bersesuaian pada individu yang terdiri dari stimulus
dengan hasil penelitian Funnel (2010) (rangsang), proses dan efek tindakan
dengan metode randomized control trial (perilaku).
menunjukkan intervensi pemberdayaan Stimulus yang diberikan dapat
pasien dengan menggunakan DSME akan diterima atau ditolak. Stimulus yang
menghasilkan peningkatan secara ditolak akan berhenti dan stimulus yang
signifikan terhadap pengontrolan diterima berarti ada perhatian dari individu
hemoglobin glikosilasi, self management, terhadap stimulus. Stimulus yang diterima
kemampuan pengelolaan stress, penyediaan akan diolah sehingga timbul reaksi
dukungan, kemampuan mengambil kesediaan untuk bertindak atau bersikap.
keputusan yang tepat dalam pengelolaan Stimulus pada akhirnya akan mempunyai
diabetes. efek tindakan atau perubahan perilaku
Hal tersebut diperkuat oleh dengan bantuan dukungan baik fasilitas
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
(2011) yang menyatakan bahwa ada empat DSME merupakan salah satu bentuk
pilar penanganan utama pada pasien DM edukasi yang efektif diberikan kepada
tipe 2, yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, pasien DM karena pemberian DSME dapat
latihan jasmani, dan intervensi meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
farmakologis. Edukasi memegang peranan perilaku pasien dalam melakukan
yang sangat penting dalam perawatan mandiri. DSME bertujuan untuk
penatalaksanaan DM karena pemberian mendukung pengambilan keputusan,
edukasi kepada pasien dapat merubah perawatan diri, pemecahan masalah, dan
perilaku pasien dalam melakukan kolaborasi aktif dengan tim kesehatan,
perawatan mandiri DM. sehingga dapat meningkatkan hasil klinis,
Edukasi dapat diberikan melalui status kesehatan, dan kualitas hidup
suatu promosi kesehatan. Promosi (Funnell et.al., 2008).
kesehatan merupakan proses Pemberian DSME dapat merubah
pemberdayaan atau memandirikan perilaku pasien melalui informasi yang
masyarakat agar dapat memelihara diberikan kepada pasien. Pemberian
dan meningkatkan informasi kepada pasien merupakan suatu
kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dalam stimulus yang dapat meningkatkan
Maulana, 2009). Proses pemberdayaan pengetahuan, sehingga menimbulkan
atau memandirikan masyarakat tidak kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan
hanya terbatas pada pemberian informasi yang diharapkan. Pasien DM memiliki
(seperti pendidikan kesehatan) tetapi juga kemampuan dan respon yang berbeda
upaya untuk merubah perilaku dan sikap
seseorang, sehingga promosi kesehatan
591
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
terhadap stimulus yang diberikan, sehingga
mandiri DM. Pengetahuan, keterampilan,
perilaku dan kemampuan pasien dalam
dan status psikologis pasien mengalami
melakukan perawatan mandiri juga
peningkatan, sehingga pasien mulai
berbeda. Pemberian DSME dapat
melakukan perawatan mandiri terhadap
menghasilkan berbagai outcome, yaitu hasil
penyakitnya.
jangka pendek, hasil jangka menengah, dan
Komponen DSME yang diajarkan
hasil jangka panjang (Norris et.al., 2002).
selama pemberian DSME kepada pasien
Kelebihan pemberian DSME dapat
DM dalam penelitian ini adalah
memberikan hasil yang positif, baik hasil
pengetahuan dasar tentang DM, pengaturan
jangka pendek, jangka menengah, maupun
nutrisi/diet, olah raga atau latihan fisik,
jangka panjang. Hasil jangka pendek
perawatan kaki, terapi farmakologis dan
meliputi kontrol glikemik (hemoglobin
monitoring kadar gula darah.
terglikosilasi dan gula darah), kontrol fisik
Selama proses pemberian DSME,
(berat badan, kadar lipid, luka pada kaki,
peneliti mengeksplorasi pengetahuan yang
tekanan darah, mikroalbuminuria,
telah dimiliki pasien dan perawatan yang
retinopati), modifikasi gaya hidup (aktivitas
telah dilakukan. Peneliti juga
fisik, diet, kebiasaan merokok), dan kontrol
mengeksplorasi perasaan dan keluhan yang
status mental (depresi dan ansietas).
dirasakan pasien. Komponen-komponen
Hasil jangka menengah meliputi
DSME yang diajarkan kepada pasien dapat
peningkatan pengetahuan, keterampilan
meningkatkan pengetahuan dan
(memecahkan masalah, kontrol gula darah
keterampilan pasien sekaligus memperbaiki
secara mandiri, dan penggunaan obat-
perawatan yang dilakukan pasien yang
obatan), status psikologis (kepercayaan diri,
kurang benar.
perilaku, koping), dan pemanfaatan fasilitas
Komponen-komponen DSME yang
pelayanan kesehatan (rutin kontrol). Hasil
telah diajarkan kepada pasien dapat
jangka panjang meliputi pencegahan
meningkatkan pengetahuan dan
komplikasi makrovaskular (penyakit
keterampilan perawatan mandiri pasien.
vaskuler perifer, penyakit jantung coroner,
Kemampuan individu untuk melakukan
penyakit serebrovaskuler), pencegahan
perawatan diri (Self Care) dipengaruhi oleh
komplikasi mikrovaskuler (penurunan
usia, status perkembangan, pengalaman
penglihatan, neuropati perifer, penyakit
hidup, orientasi sosial budaya, kesehatan,
ginjal, penyakit gigi dan mulut, ulkus
dan sumber daya yang tersedia. Perawatan
diabetik, dan amputasi), penurunan angka
diri dilakukan karena adanya masalah
kematian, peningkatan kualitas hidup, dan
kesehatan atau penyakit dengan tujuan
perbaikan sosial ekonomi (Norris et.al.,
mencegah penyakit dan meningkatkan
2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang kesehatan (Asmadi, 2008).
dilakukan oleh Sidani & Fan (2009), pasien
DM yang menerima DSME dapat Simpulan
mengalami perbaikan kontrol metabolik, Terdapat hasil peningkatan nilai rata-
perbaikan kualitas hidup, dan mengurangi rata Self Management setelah diberikan
komplikasi. Hasil penelitian yang dilakukan Diabetes Self Management Education
oleh Rondhianto (2011) juga menyatakan (DSME) pada kelompok intervensi dan
bahwa DSME terbukti memiliki pengaruh terdapat perbedaan pengaruh antara
yang positif terhadap peningkatan kelompok intervensi yang mendapatkan
kepercayaan diri dan perubahan perilaku intervensi DSME dan kelompok kontrol
perawatan diri pasien DM. yang mendapatkan intervensi standar
Dengan adanya pemberian DSME edukasi dari PERSADIA.
pada pasien DM dalam penelitian ini, DSME dapat dijadikan sebagai
pasien memperoleh informasi terkait suatu program promosi kesehatan untuk
perawatan meningkatkan kemampuan perawatan

592
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
mandiri pasien DM tipe 2. DSME dapat
10. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
dijadikan suatu SOP, sumber referensi, atau
Fundamental Keperawatan Konsep,
sumber acuan dalam penanganan pasien
Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume
DM baik dalam lingkup klinik maupun
1.EGC.Jakarta
komunitas. Masyarakat dan responden
11. Irnawati, K., Nursam, M., (2014).
diharapkan dapat menerapkan ilmu yang
Pengaruh Diabetes Self Management
telah diperoleh melalui perawatan mandiri
Education Terhadap Self Care Behavior
yang benar sehingga diharapkan
pada pasien Diabetes Mellitus. STIKES
masyarakat juga ikut serta membantu
Wira Medika PPNI. Bali.
melakukan perawatan mandiri dan
12. Jazilah, Paulus Wijono, Toto Sudargo.
mengurangi komplikasi yang terjadi pada
(2003). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
pasien akibat penyakit DM.
Sikap dan Prektik (PSP) Penderita
Diabetes Mellitus Mengenai Pengelolaan
Daftar Pustaka
Diabetes Mellitus dengan Kendali Kadar
1. Sicree, R.,Shaw, J., & Zimmet P. 2009.
Glukosa Darah. Universitas Gajah
The Global Burden. IDF Diabetes Atlas
Mada. Yogyakarta.
4th Ed.
13. Rahmadiliyani, N. (2008). Hubungan
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
antara Pengetahuan tentang Penyakit
2011. Konsensus Pengelolaan dan
dan Komplikasi pada Penderita
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Diabetes Mellitus dengan Tindakan
Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.
Mengontrol Kadar Gula Darah.
3. Soegondo, S., Soewondo, P., dan
Sukoharjo: Wilayah Kerja Puskesmas
Subekti, I., 2013. Penatalaksanaan
I Gatak.
Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke 2.
14. Funnell, M. M., et.al. 2008.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
National Standards for Diabetes Self-
4. Rondhianto. 2011. Pengaruh Diabetes
Management Education. Diabetes Care
Self Management Education dalam
Volume 31 Supplement 1: p. S87-S94.
Discharge Planning terhadap Self
15. Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J.,
Efficacy dan Self Care Behaviour Pasien
Schmid, C.H., & Engelgau, M.M. Self
Diabetes Mellitus Tipe 2. [tesis].
Management Education for Adults With
Surabaya: Program Studi Magister
Type 2 Diabetes A meta-analysis of the
Keperawatan Fakultas Keperawatan
effect on glycemic control. Diabetes Care,
Universitas Airlangga.
5. Tomey A.M. dan Alligood M. R. (2006). 25:1159–1171. 2002.
16. Norris SL, Nichols PJ, Caspersen CJ,
Nursing Theorists and Their
Glasgow RE, Engelgau MM, Jack L, et
Work. 6th ed. USA: Mosby
Elsevier. al. Increasing diabetes self-management
education in community settings.
6. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
A systematic review. Am J Prev Med.,
Metodologi Penelitian Ilmu
222(4 Suppl):39-66. [PMID: 11985934]
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, 2002.
dan Instrumen Penelitian 17. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Medika. Cipta
7. Sastroasmoro & Ismael. 2011. Dasar- 18. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
dasar Metodologi Penelitian Klinis. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan
Edisi-4 Jakarta: Bina Rupa Aksara. Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
8. Hastono, S. P. (2001). Analisis
19. Rahmawati. 2015. Pengaruh program
Data.
Diabetes Self Management Education
Universitas Indonesia. Jakarta.
terhadap manajemen diri pada penderita
9. Dahlan, S. (2011). Statistik untuk
DM tipe 2. (Tesis). Banda Aceh:
Kedokteran dan Kesehatan.
Salemba Medika. Jakarta.
593
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Syiah Kuala.
20. Yuanita. (2013). Pengaruh Diabetes Self
Management Education (DSME)
terhadap resiko terjadinya ulkus
diabetik pada pasien rawat jalan
dengan diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi.
Universitas Jember. Jember.

594
Jurnal Ners
172 Jurnaldan Kebidanan,
Ners Volume
dan Kebidanan, 5, No.
Volume 5, 2, Agustus
Nomor 2018 2018, hlm. 172–177 © 2018 Jurnal Ners dan
2, Agustus
DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p172 –177
license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

LITERATURE REVIEW: PEMANFAATAN MEDIA


PROMOSI KESEHATAN (SMARTPHONE) DALAM
MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN KADAR GULA
DIABETES TIPE 2
(Literature Review: Utilization of Health Promotion Media
(Smartphone) To Prevent and Control Glucose Type 2 Diabetes)

Arief Andriyanto, Rina Nur Hidayati


Community Nursing Department, STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
email: ners.arif91@gmail.com

Abstract: Utilization of smartphone technology as a health promotion media has continued to be


developed in the past few decades. This technology is used to manage various acute and chronic
diseases, one of which is diabetes mellitus. The purpose of this literature review was to describe an
intervention that utilizes technology as a media tool in the form of a smartphone in promoting health
prevention and glucose control of type 2 diabetes. The database searches used include ProQuest,
SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed, Cohcrane library, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publica-
tions. Keywords used in the search of the article was diabetes type 2, health promotion, telemedicine,
smartphone applications, web based, obesity, diabetes exercise, walking, glucose control by getting 29
articles and only 14 articles that were used through goal analysis, topic suitability , research methods
used, sample size, research ethics, the results of each article, and limitations that occur.There were
effective results in the implementation of health promotion prevention and glucose control of type 2
diabetes by utilizing technology as a media tool such as smartphones and websites.

Keywords: Health Promotion, Smartphone, Glucose, Type 2 Diabetes

Abstrak: Pemanfaatan teknologi smartphone sebagai media promosi kesehatan terus dikembangkan
dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi ini dimanfaatkan untuk mengelola berbagai penyakit akut
dan kronis, salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Tujuan dari literature review ini adalah
untuk mendeskripsikan sebuah intervensi yang memanfaatkan teknologi sebagai alat media berupa
smartphone dalam melakukan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol glukosa diabetes tipe 2.
Pencarian database yang digunakan termasuk ProQuest, SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed,
Perpustakaan Cohcrane, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publications. Kata kunci yang digunakan
dalam pencarian artikel adalah diabetes tipe 2, promosi kesehatan, telemedicine, aplikasi smartphone,
berbasis web, obesitas, latihan diabetes, berjalan, kontrol glukosa dengan mendapatkan 29 artikel dan
yang digunakan hanya 14 artikel yang sesuai melalui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik penelitian, hasil dari setiap artikel, serta keterbatasan
yang terjadi.Terdapat hasil yang efektif dalam pelaksanaan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol
glukosa diabetes tipe 2 dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat media seperti smartphone dan
website.

Kata kunci: Promosi Kesehatan, Smartphone, Glukosa, Diabetes Tipe 2

172
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 173

PENDAHULUAN hatan di masyarakat, namun penerapannya tidak


Prevalensi diabetes melitus menurut WHO di akan efektif jika fitur didalam aplikasi tidak
Indonesia mengalami peningkatan secara update sesuai dengan kebutuhan masyarakat
signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dalam mem- pertahankan perubahan perilaku.
mendatang. Indonesia mengalami peningkatan Sebuah studi mela- porkan bahwa aplikasi
jumlah penderita diabetes mellitus juga dapat smartphone dan layanan pesan diringkas dalam
dilihat dari perbandingan data Riset Kesehatan satu aplikasi yang dinamakan “smartAPPetite”
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 sebanyak yang menggunakan tahapan peru- bahan perilaku
5,7% penderita menjadi 6,9% pende- rita atau yang divalidasi dalam perilaku diet sehat
sekitar 9,1 juta di tahun 2013. (Gilliland et al., 2015).
Penyakit diabetes melitus akan memberikan Manfaat media smartphone terhadap
se- buah dampak terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2, antara lain;
penderitanya. Masalah akan bertambah menjadi penderita memi- liki pengetahuan yang baik untuk
serius apabila penderita diabetes mellitus memiliki mendapatkan informasi kesehatan secara
gaya hidup yang menetap dengan mengkonsumsi langsung, penderita memiliki kesempatan
tinggi lemak dan makanan tinggi gula, kurangnya langsung untuk belajar dan melatih dirinya dalam
aktivitas fisik, serta tidak dapat mempertahankan melakukan pencegahan. Hasil dari literatur review
berat badan yang ideal (Al-Khalifa, Mathew, Al- dapat menjadi saran kepada tenaga kesehatan
Zaid, Mathew, & Dashti, 2009). khususnya perawat, pemerintah dan lembaga
Upaya peningkatan kualitas hidup manusia swadaya masyarakat dalam memilih media
ada- lah menguatkan pelayanan kesehatan yang promosi kesehatan pada penderita diabetes
menca- kup upaya promotif dan preventif. Salah mellitus tipe 2.
satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
tenaga kese- hatan adalah komunikasi informasi BAHAN DAN METODE
dan edukasi yang efektif melalui promosi Metode yang digunakan dalam literatur
kesehatan dengan meman- faatkan teknologi review ini menggunakan strategi secara
sebagai alat media berupa smart- phone mengenai komprehensif, se- perti pencarian artikel dalam
penanganan diabetes melitus agar tidak database jurnal pene- litian, pencarian melalui
berkelanjutan pada komplikasi. internet, tinjauan ulang artikel. Pencarian database
Pelayanan yang diberikan secara yang digunakan meliputi ProQuest, SciVerse
komprehensif dan berkualitas kepada pasien ScienceDirect, Scopus, Pubmed, Cohcrane
diabetes mellitus menggunakan media library, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage
smartphone berupa aplikasi merupakan metode Publications. Kata kunci yang digunakan dalam
untuk meningkatkan kesadaran pasien diabetes pencarian artikel yaitu diabetes type 2, health
mellitus agar dapat merubah pola makan dan gaya promotion, telemedicine, smart- phone
hidup menjadi lebih sehat sehingga dapat applications, web based, obesity, diabetes
memperbaiki berat badan, lingkar pinggang, exercise, walking, glucose control. Terdapat 29
tekanan darah, dan yang paling utama dapat me- artikel yang diperoleh dan 14 artikel dianalisis
ngontrol kadar glukosa darah (Octa dkk, 2011). mela- lui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
Aplikasi yang terdapat didalam smartphone penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik
adalah alat yang paling efektif untuk promosi penelitian, hasil dari setiap artikel, serta
kese- keterbatasan yang terjadi.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Artikel Review

PenelitiJudulSampel MethodeOutput
Lari et Diabetes & Metabolic Syndrome/: Clinical 76 Kuasi Perbandingan dua kelompok menunjuk-
al. Research & Reviews Effect of electronic (46/30 ekspe- kan bahwa tidak ada perbedaan yang
(2017) education based on health promotion ) rimental dicatat dalam skor dukungan keluarga
model on physical activity in diabetic antara dua kelompok (p = 0,052),
patients. Diabetes & Metabolic Syndrome: namun status kesehatan, self-efficacy,
Clinical Research & Reviews, 6–11. benefit, dan dukungan teman
https://doi.org/ 10.1016/j.dsx.2017.08.013 dirasakan lebih tinggi dan hambatan
dirasakan lebih rendah pada kelompok
multimedia dibandingkan kelompok
kontrol
174 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177

Peneliti Judul Sampel Methode Output


Davis et Patient Education and Counseling Patient 51 Descrip- Peningkatan self-efficacy dikaitkan
al. (2017) adoption of an internet based diabetes tive dengan penurunan kekhawatiran ten-
medication tool to improve adherence/ : A tang pengobatan (r = 0,64)
pilot study. Patient Education and
Counseling, 100(1), 174–178. https://
doi.org/10.1016/j.pec.2016.07.024

Dwi et al. International Journal of Nursing Sciences 127 Cross Prediktor yang signifikan dari mana-
(2017) Predictors of diabetes self-management sectional jemen diri diabetes adalah
pengobatan,
among type 2 diabetics in Indonesia/ : self-efficacy, dan pengaruh situasio-
Application theory of the health promotion nal yang dirasakan
model. International Journal of Nursing
Sciences, 4(3), 260–265. https://doi.org/
10.1016/j.ijnss.2017.06.010

Nes et al. The development and feasibility of a web- 15 Ekspe- Sebelas dari lima belas peserta yang
(2012) based intervention with diaries and rimen termasuk dalam penelitian
menyelesai-
situational feedback via smartphone to kan intervensi, yang dievaluasi seba-
support self- management in patients with gai dukungan dan bermakna.
Sebagian
diabetes type 2 §, 7, 1–9. https://doi.org/ besar peserta melaporkan perubahan
10.1016/j.diabres.2012.04.019 gaya hidup positif.

Kamboj Pokémon GO/ : An innovative smartphone Deskrip- Pokémon GO mencontohkan aplikasi


& gaming application with health benefits. tif smartphone yang sangat sukses yang
Krishna Primary Care Diabetes, 11(4), 397–399. mempromosikan kesehatan secara
(2017) https://doi.org/10.1016/j.pcd.2017.03.008 khusus dengan memberikan latihan
ber-
jalan kaki yang paling efektif.

Jacobs et Adherence as a predictor of weight loss in 7633 Ekspe- Penggunaan aplikasi smartphone di-
a
al. (2017) commonly used smartphone application. rimen kaitkan dengan penurunan berat
badan
Obesity Research & Clinical Practice, jangka pendek yang signifikan dan
pe-
11(2), 206– 214. https://doi.org/10.1016/ nurunan berat badan ini terkait
dengan
j.orcp.2016.05.001 kepatuhan

Joiner et Lifestyle interventions based on the 723 Syste- Dua puluh dua studi memenuhi kri-
al. (2015) diabetes prevention program delivered via abstrak matic teria inklusi/eksklusi, di mana 26
inter-
eHealth/ : A systematic review and meta- review vensi dievaluasi. Sampel terutama
analysis. Preventive Medicine, 100, 194– berpendidikan dasar dan
207. berpendidikan
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033 tinggi. Intervensi mencakup aplikasi
berbasis Web, aplikasi telepon
seluler,
pesan teks, DVD, panggilan telepon
respons suara interaktif, konferensi
video telehealth, dan programer on-
demand video

Pludwinski Participant experiences in a smartphone- 11 Kuali- Analisis data kualitatif menghasilkan


et al., based health coaching intervention for type tatif derivasi empat tema utama yang
meng-
(2017) 2 diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1– gambarkan pengalaman peserta: (a)
7.
https://doi.org/10.1177/1357633X15595178 smartphone dan perangkat lunak,
men-
jelaskan penggunaan smartphone
sehu-
bungan dengan perubahan perilaku
kesehatan; (b) pelatih kesehatan
meng-
gambarkan bagaimana hubungan
antara klien / pelatih kesehatan
dibantu
oleh penggunaan smartphone; (c)
kese-
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 175

PenelitiJudulSampel MethodeOutput
luruhan pengalaman menggambarkan
persepsi tentang keseluruhan inter-
vensi; dan (d) frustasi dalam
mengelola kondisi kronis
menggambarkan kesu- litan dengan
kompleksitas manajemen T2DM dari
perspektif pasien.
Jendrike Introduction of a Novel Smartphone- 3 sistem Akurasi
Hasil dari tiga lot sistem pereaksi yang
et al. Coupled Blood Glucose Monitoring reagen sistem berbeda dalam batas akurasi dan
(2017) System. 100% hasil di dalam zona Adari grid
https://doi.org/10.1177/1932296817706594 kesalahan

Khansa et Evaluating the epic electronic medical record 31 Survey Tema yang diidentifikasi dalam hasil
al. system: A dichotomy in perspectives and dan survei kami mencakup kurangnya in-
(2015) solution recommendations. Health Policy inter- teraksi dengan penyedia layanan ke-
and Technology. https://doi.org/10.1016/ vensi sehatan, kesulitan dalam
j.hlpt.2015.10.004 menjadwalkan janji temu, kurangnya
komunikasi tepat waktu dengan
penyedia layanan kesehatan, dan
tantangan dalam me- ngelola
perawatan diabetes yang kom- pleks

Tursun- Use of social media for e-Government in 244 Syste- Hasil pencarian yang berpotensi
the 1
bayeva et public health sector/ : A systematic review abstrak matic relevan hanya 22 penelitian yang sepe-
al., (2017) of published studies. Government review nuhnya memenuhi kriteria inklusi.
Information Quarterly, 34(2), 270–282. Basis bukti sederhana ini sebagian
https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001 besar bersifat deskriptif, tidak disiplin
dan tidak memiliki kedalaman teoritis
yang terlihat di cabang penelitian
e- Government lainnya. Sebagian
besar penelitian diterbitkan dalam
limatahun terakhir di jurnal medis,
dipusatkan di twitter dan berasal dari
Negara-negara berpenghasilan tinggi

PEMBAHASAN menjan-
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2
yang efektif harus dapat membantu
mengoptimalkan kontrol glikemik dan mengarah
pada perbaikan klinis dan hasil metabolisme.
Rekomendasi saat ini didasarkan pada kesehatan
prinsip makan bagi keluarga dengan tujuan untuk
berpromosi kebiasaan hidup sehat sepanjang masa
sambil menjaga sosial dan psikologis
kesejahteraan. Asupan energi dan nutrisi penting
harus dituju untuk mempertahankan berat badan
ideal, meningkatkan kesehatan dan per- tumbuhan,
mengoptimalkan kontrol glikemik, sambil
meminimalkan risiko komplikasi kronis.
Penelitian menggunakan intervensi aplikasi
smartphone telah dijelaskan layak dan harus diuji
dalam skala besar. Aplikasi smartphone yang
dikem- bangkan sepertinya merupakan alat yang
jikan untuk mendukung pasien diabetes tipe 2
mem- buat perubahan gaya hidup yang penting.
Keefektifan intervensi eHealth berbasis DPP
pada penurunan berat badan menjadikan sebuah
penelitian rujukan untuk dilakukannya penelitian
lebih lanjut yang mengarah pada populasi ras dan
etnis yang beragam dengan tingkat pendidikan
yang terbatas. Penelitian selanjutnya juga harus
berfokus pada cara mengoptimalkan dukungan
perilaku.
Sementara banyak aplikasi smartphone
untuk weightloss, hanya ada sedikit penelitian
terkini mengenai kemampuan mereka dalam
memfasilitasi kepatuhan terhadap program
penurunan berat ba- dan. Beberapa studi yang
dipublikasikan pada umumnya menunjukkan
bahwa sistem pengiriman smartphone dikaitkan
dengan kepatuhan yang lebih besar dan
peningkatan berat badan dan hasilnya
176 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177

harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena Education and Counseling. https://doi.org/


masalah metodologis. 10.1016/j.pec.2018.03.020
Terdapat beberapa bukti terbatas yang D’Souza, M. S., Ruppert, S. D., Parahoo, K., Karkada,
mendukung keefektifan aplikasi diabetes untuk S. N., Amirtharaj, A., Jacob, D., … Al Salmi, N.
memperbaiki kontrol glikemik untuk orang M. D. (2016). Foot care behaviors among adults
dewasa dengan diabetes tipe 2. Temuan sangat with type 2 diabetes. Primary Care Diabetes,
menyaran- kan bahwa upaya untuk meningkatkan 10(6), 442–451.
kepuasan pengguna, diperlukannya untuk https://doi.org/10.1016/j.pcd.2016.04.002
Davis, S. A., Carpenter, D., Cummings, D. M., Lee,
memasukkan prinsip-prinsip perubahan perilaku
C., Blalock, S. J., Scott, J. E., … Sleath, B. 2017.
kesehatan yang telah ada dan cocokkan aplikasi Patient Education and Counseling Patient
dengan karakteristik pengguna, karena akan adoption of an internet based diabetes medication
meningkatkan dampak terapeutik aplikasi tool to improve adherence/ : A pilot study.
diabetes. Patient Education and Counseling, 100(1), 174–
Aplikasi ponsel cerdas kemungkinan harus 178. https://doi.org/ 10.1016/j.pec.2016.07.024
melakukan peninjauan ulang catatan glukosa Dwi, A., Amatayakul, A., & Karuncharernpanit, S.
secara online serta penyedia harus 2017. International Journal of Nursing Sciences
mempertimbangkan untuk menerapkan intervensi Predictors of diabetes self-management among
berbasis teknologi ini di klinik untuk mengatasi type 2 diabetics in Indonesia/ : Application theory
of the health promotion model. International
masalah umumyang dimiliki pasien dengan
Journal of Nursing Sciences, 4(3), 260–265.
melakukan pengelolaan sendiri atau secara https://doi.org/10.1016/ j.ijnss.2017.06.010
mandiri. Gilliland, J., Sadler, R., Clark, A., Connor, C. O.,
Milczarek, M., & Doherty, S. 2015. Using a
SIMPULAN DAN SARAN Smartphone Application to Promote Healthy
Simpulan Dietary Behaviours and Local Food
Consumption, 2015. https://
Pemanfaatan alat teknologi ponsel cerdas doi.org/10.1155/2015/841368
(smartphone) dapat berfungsi sebagai alat untuk Jacobs, S., Radnitz, C., & Hildebrandt, T. 2017.
meningkatkan hasil kesehatan melalui aplikasi Adherence as a predictor of weight loss in a
yang berisi informasi kesehatan terkait diabetes commonly used smartphone application. Obesity
mellitus, video edukasi pencegahan diabetes, Research & Clinical Practice, 11(2), 206– 214.
video terapi modalitas pengendalian glukosa, https://doi.org/ 10.1016/j.orcp.2016.05.001
permainan poke- mon go untuk meningkatkan Jendrike, N., Baumstark, A., Chen, C., Rittmeyer, D.,
Haug, C., & Freckmann, G. 2017. Introduction of a
aktivitas fisik, panduan diet sehat untuk
Novel Smartphone- Coupled Blood Glucose
pengendalian berat badan sesuai dengan IMT, Monitoring System.
menu profil riwayat penderita diabetes mellitus. https://doi.org/10.1177/1932296817706594 Joiner, K. L.,
Nam, S., & Whittemore, R. 2017. Lifestyle
Saran interventions based on the diabetes prevention
Ponsel cerdas (smartphone) berisi aplikasi program delivered via eHealth/ : A systematic review
and meta-analysis. Preventive Medicine, 100, 194–
dapat digunakan petugas kesehatan implementasi
207. https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033
program pencegahan dan pengendalian diabetes
Kamboj, A. K., & Krishna, S. G. 2017. Pokémon GO/ :
mellitus. An
innovative smartphone gaming application with
DAFTAR RUJUKAN health benefits. Primary Care Diabetes, 11(4),
Al-Khalifa, A., Mathew, T. C., Al-Zaid, N. S., Mathew, 397– 399. https://doi.org/10.1016/j.pcd.2017.03.008
E., & Dashti, H. M. 2009. Therapeutic role of Khansa et al. 2015. Evaluating the epic electronic
low- carbohydrate ketogenic diet in diabetes. medical record system: A dichotomy in
Nutrition, 25(11–12), 1177–1185. perspectives and solution recommendations.
https://doi.org/10.1016/ j.nut.2009.04.004 Health Policy and Technology.
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., https://doi.org/10.1016/j.hlpt.2015.10. 004.
… Ji, Lari, H., Tahmasebi, R., & Noroozi, A. 2017. Diabetes
L. 2018. Patient Education and Counseling The & Metabolic Syndrome/ : Clinical Research &
effect of diabetes self-management education Reviews Effect of electronic education based on
on psychological status and blood glucose in health promotion model on physical activity in
newly diagnosed patients with diabetes type 2. diabetic patients. Diabetes & Metabolic
Patient Syndrome: Clinical Research & Reviews, 6–11.
https://doi.org/10.1016/ j.dsx.2017.08.013
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 177

Nes, A. G., Dulmen, S. Van, Eide, E., & Finset, A. Pludwinski, S., Ahmad, F., Wayne, N., & Ritvo, P.
2012. The development and feasibility of a web- 2015. Participant experiences in a smartphone-
based intervention with diaries and situational based health coaching intervention for type 2
feedback via smartphone to support self- diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1–7.
management in patients with diabetes type 2 §, 7, https://doi.org/ 10.1177/1357633X15595178
1–9. https:// Tursunbayeva, A., Franco, M., & Pagliari, C. 2017.
doi.org/10.1016/j.diabres.2012.04.019 Use of social media for e-Government in the
Octa P, I., Tjahjono D.K., K., & Nuggetsiana S, A. public health sector/ : A systematic review of
2011. Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan published studies. Government Information
Gaya Hidup Terhadap Indeks Massa Tubuh, Quarterly, 34(2), 270–282.
Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, dan Glukosa https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus, 1–19.
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, Hal. 1911-1917
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.v5i4.5030

UPAYA PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS MELALUI PROMOSI


KESEHATAN DI ERA COVID-19
Ratna Indriawati1, Tunjung Wibowo2
1
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
2
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia
r_indriawatiwibowo@yahoo.com1
, tunjungwibowo@gmail.com2

ABSTRAK
Abstrak: Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan,
kesadaran dan kewaspadaan tentang diabetes melitus, faktor-faktor risiko,
pengendalian serta komplikasi DM. Sasaran program pengabdian ini adalah 17 kader
kesehatan di desa Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini berlangsung di masa pandemi COVID-19. Metode kegiatan pengabdian
adalah promosi kesehatan diabetes melitus secara online melalui Zoom meeting. Hasil
kegiatan pengabdian ini memperlihatkan bahwa sasaran kegiatan pengabdian antusia
dan memberikan respon yang baik. Hasil evaluasi (pretest dan postest) kegiatan
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan DM sebesar 25%. Promosi kesehatan
DM di era COVID-19 secara online dengan media Zoom meeting dapat meningkatkan
pengetahuan tentang diabetes dengan baik.

Kata Kunci: Diabetes; Covid; Kesehatan; Pengetahuan

Abstract: This community service aims to increase knowledge, awareness and vigilance
about diabetes mellitus, risk factors, control and complications of diabetic. The target of
this service program is 17 health cadres in Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
The implementation of this community service took place during the COVID-19
pandemic. The method of community service activities is online diabetes mellitus health
promotion through Zoom meetings. The results of this service activity show that the
target of the service activity is enthusiastic and gives a good response. The results of the
evaluation (pretest and posttest) of activities showed an increase in DM knowledge by
25%. DM health promotion in the COVID-19 era online with the Zoom meeting media
can improve diabetic knowledge well.

Keywords: Diabetic, Covid, Health, Knowledge

Article History:
Received: 24-06-2021
Revised : 02-07-2021
Accepted: 04-07-2021 This is an open access article under the
Online : 01-08-2021 CC–BY-SA license

A. LATAR BELAKANG
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun 2020 sampai
saat ini masih belum dapat dikendalikan. Sejak kasus pertama di
Wuhan,terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan
memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020 (Ridho,
2020). Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di
sekitar, kemudian bertambah hingga keprovinsi-provinsi. lain dan
seluruh China 2019. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736

1911
1912| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, hal. 1911-1917

kasus terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan


dari berbagai negaraseperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia,
Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea
Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan
Jerman. COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2
Maret 2020 sejumlah dua kasus . Tingkat mortalitas COVID-19 di
Indonesia tertinggi di Asia. Comorbid berpengaruh terhadap mortalitas
akibat COVID-19. Salah satu comorbid tersebut adalah penyakit
diabetes mellitus (DM). DM termasuk dalam kelompok penyakit tidak
menular. (Setiati & Azwar, 2020)(Singhal, 2020).
Penyakit tidak menular (PTM) atau non communicable diseases (NCDs)
menjadi penyebab kematian global dan salah satu tantangan besar dalam
dunia kesehatan pada abad ke-21 (Yarmaliza & Zakiyuddin, 2019).
Kematian akibat PTM mencapai 71% (41 juta) dari 57 juta kematian global
pada tahun 2016. Hal itu yang menjadi perhatian dunia dalam bidang
kesehatan. Salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi
tantangan di seluruh dunia adalah diabetes melitus (DM). Prevalensi
diabetes melitus di dunia diperkirakan mencapai 463 juta jiwa (9,3%
jumlah penduduk dunia) pada usia 20 - 79 tahun dengan kematian
mencapai 4,2 juta jiwa. Bahkan di tahun selanjutnya, diabetes melitus
diperkirakan akan terus meningkat sampai 700,2 juta jiwa pada tahun
2045 (Federation, 2019). Amerika Serikat pada tahun 2018 diperkirakan
terdapat 34,2 juta orang (10,5%) populasi hidup dengan diabetes (Report,
2020). Sedangkan prevalensi di Indonesia tahun 2018 terdapat 2%
penduduk dengan diabetes melitus pada usia di atas 15 tahun. Prevalensi
diabetes melitus tertinggi di Jakarta (3,4%), kemudian DIY (3,1%), dan
Kalimantan Timur (3,1%) (Report, 2020) (Khairani, 2019). Masih tingginya
angka prevalensi DM perlu mendapat perhatian apalagi di masa pandemic
COVID-19. DM merupakah salah satu comorbid COVID-19. Usaha
pencegahan dan pengendalian DM sangat diperlukan. Salah satu usaha
tersebut adalah dengan promosi Kesehatan terkait DM.
Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang
untuk mempengaruhi individu, dan masyarakat, sehingga berfikir, bersikap,
dan berperilaku positif tujuannya untuk meningkatkan kesehatan, edukasi
kesehatan adalah upaya untuk memelihara, meningkatkan, dan kesehatan
diri dan lingkungan. Secara umum edukasi kesehatan bertujuan untuk
mengembangkan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat agar bisa
berperilaku hidup bersih dan sehat, dan terhindar dari penyakit.
Memberikan tiga indikator pembangunan manusia yang disusun dalam
Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia yakni
pengetahuan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga hal tersebut bukan hanya
saling terkait dan mempengaruhi, namun juga saling melengkapi dalam
membentuk kualitas hidup manusia. Promosi Kesehatan DM sangat
diperlukan, apalagi di masa pandemic COVID-19 ini. Sampai saat ini
1913
Ratna Indriawati, Upaya Pencegahan Diabetes...

jumlah penderita dan kematian akibat COVID-19 terus meningkat


(Federation, 2019) (Indriawati & Darmawati, 2021).
Angka mortalitas dan mordibitas COVID-19 di Indonesia masih tinggi.
Angka mortalitas COVID-19 Indonesia tertinggi di Asia Tenggara(Wang et
al., 2020)(Setiati & Azwar, 2020). DM sebagai salah satu comorbid COVID-
19 harus dicegah dan dikendalikan. Mencegah timbulnya penyakit lebih
baik daripada menderita sakit. Paradigma sehat sebagai usaha dan proses
untuk mengubah pola pikir kita dari sudut pandang sakit menjadi sudut
pandang sehat. Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya
promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat (Erna & Wahyuni,
2011)(Karuniawati & Berlina Putrianti, 2020).
Upaya peningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan perilaku
hidup sehat perlu dilakukan. Usaha tersebut antara lain dapat dilakukan
dengan promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan upaya
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Salah satu upaya
promosi kesehatan yaitu dengan upaya penyuluhan.Penyuluhan adalah
usaha secara sadar dan berencana untuk memperbaiki perilaku manusia
sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang Kesehatan. Pengetahuan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang
Kesehatan. (Nurmala et al., 2018)
Kesehatan masyarakat merupakansalah satu investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif.Pemberdayaan
masyarakat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan (Indriawati
& Usman, 2018). Peningkatan pengetahuan dan kesadaran pola hidup
sehat juga dapat mencegah dan menurunkan angka prevalensi dan
insidensi penyakit tidak menular, seperti hipertensi (Indriawati &
Syaifudin, 2020)(Anggraini & Hasibuan, 2020).
Solusi permasalahan yang akan kami lakukan terkait dengan
permasalahan sasaran pengabdian masyarakat ini berupa promosi
kesehatan dan edukasi tentang penyakit diabetes secara online melalui
Zoom Meeting. Media ini kami pilih karena lebih aman di masa pandemic
COVID-19 masih tinggi. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran tentang DM serta dampaknya
terhadap Kesehatan. Sasaran program pengabdian masyarakat ini adalah
kader kesehatan di Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Pengetahuan ilmiah tentang DM sangat diperlukan terkait permasalah
kesehatan masyarakat. Pendekatan ke masyarakat yang digunakan dapat
melalui metode promosi kesehatan secara online melalui Zoom Meeting.
(terkait masa pandemi COVID-19 dipilih prosedur yang aman). Kegiatan
1914| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, hal. 1911-1917

pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


masyarakat sasaran progam terhadap DM. Pengabdian masyarakat ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kewaspadaan
tentang diabetes melitus, faktor-faktor risiko, pengendalian serta
komplikasi DM. Sasaran program pengabdian ini adalah masyarakat di
desa Tamantirto.

B. METODE PELAKSANAAN
Metode pengabdian yang digunakan untuk mewujudkan tujuan dan
realitas program pengabdian ini adalah promosi dan edukasi DM. Sasaran
pengabdian masyarakat ini adalah kader Kesehatan di Tamantirto,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 27
Januari 2021. Kegiatan ini diikuti oleh 17 orang. Serangkaian kegiatan
dimulai tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
Kegiatan pengabdian ini meliputi beberapa tahap. Tahap-tahap pengabdian
ini meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap mempersiapkan tim pengabdian, mitra
pengabdian dalam menyusun rencana kegiatan, pendataan dan semua
kebutuhan terkait pelaksanaan kegiatan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi 3 aktivitas yaitu, pelatihan Zoom meeting,
penyuluhan dan edukasi DM pada sasaran program pengabdian
masyarakat.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pelaksanaan pengabdian antara lain menilai
pelaksanaan kegiatan dan peningkatan pengetahuan sasaran program
pengabdian masyarakat tentang DM. Menilai hasil pretest dan postest
soal-soal kuisioner tentang DM, factor risiko, gejala, penangan,
komplikasi DM. Pretest dilaksanakan sebelum pelaksanaan
penyuluhan dan edukasi DM, sedangkan postest dilaksanakan setelah
penyuluhan dan edukasi DM selesai.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap persiapan pengabdian meliputi persiapan tim pengabdian, mitra
pengabdian dalam menyusun rencana kegiatan, pendataan dan semua
kebutuhan terkait pelaksanaan kegiatan. Mitra kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah kader Kesehatan di Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta.
Tahap pelaksanaan meliputi 3 aktivitas yaitu, pelatihan Zoom meeting,
penyuluhan dan edukasi DM pada sasaran program pengabdian
masyarakat. Pelaksanaan penyuluhan dan edukasi DM dilakukan pada
tanggal 27 Januari 2021 saat pandemi COVID-19. Pelaksanaan kegiatan
menggunakan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Media
1915
Ratna Indriawati, Upaya Pencegahan Diabetes...

pengabdian masyarakat yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini


adalah Zoom meeting. Respon peserta pengabdian sangat baik. Peserta
aktif mengikuti penyluhan dan bertanya hal-hal yang belum jelas tentang
DM. Dokumentasi pelaksanaan Zoom meeting dapat dilihat pada Gambar 1
berikut.

Gambar 1. Zoom Meeting DM di Masa Pandemi COVID-19

Pelaksanaan Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara online


menggunakan media Zoom meeting. Sebelum pelaksanaan promosi
Kesehatan DM berjalan lancar. Sebanyak 17 orang mengikuti acara ini.
Respon peserta sangat baik. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan
diskusi. Diskusi tentang gejala, penangan dan komplikasi DM. Materi
promosi DM tersebut meliputi pengertian, faktor risiko, gejala, penangan,
pencegahan dan komplikasi DM. Materi promosi Kesehatan DM dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Materi Promosi DM

Setelah kegiatan promosi Kesehatan dilanjutkan dengan evaluasi.


Tahap evaluasi dilakukan dengan kuisioner (pretest dan postest). Pretest
dilaksanakan sebelum penyuluhan dan edukasi DM. Hasil kuisioner
tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang DM di
masa COVID-19. Hasil evaluasi (pretest dan postest) kegiatan
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan DM sebesar 25%.
Peningkatan pengetahuan tentang DM ini diharapkan dapat meningkatkan
1916| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, hal. 1911-1917

kesadaran dan kewaspadaan tentang diabetes melitus, faktor-faktor risiko,


pengendalian serta komplikasi DM. Hal ini penting untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit DM. Kendala dalam pengabdian masyarakat ini
antara lain adalah beberapa sasaran program belum terbiasa bahkan
belum pernah menggunakan media Zoom meeting. Terkait hal tersbut, tim
pengabdian melakukan pendampingan saat pelaksanaan penyuluhan
sehingga sasaran program pengabdian dapat mengikuti kegiatan tersebut.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Promosi kesehatan penting untuk meningkatan pengetahuan kesehatan
DM di masa COVID-19. Zoom meeting merupakan salah satu media online
yang praktis untuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan DM dan COVID-
19 secara online dengan media Zoom meeting dapat meningkatkan
pengetahuan DM sebesar 25% di masa COVID-19 dengan baik.
Peningkatan pengetahuan kesehatan DM di masa COVID-19 diharapkan
dapat menanamkan kesadaran pentingnya pencegahan dan pengendalian
DM terutama di masa COVID-19. DM merupakan salah satu comorbid bagi
penderita COVID-19. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran pentingnya
pencegahan dan pengendalian DM diharapkan dapat dipraktekkan dalam
perilaku sehari-hari sehingga tetap sehat dan dapat mencegah dan
mengendalikan kejadian DM. Saran untuk menindaklanjuti kegiatan
pengabdian ini adalah promosi kesehatan dengan lingkup sasaran yang
lebih luas dan dikuti dengan perubahan perilaku menjadi pola hidup sehat
sehingga DM dapat dicegah dan dikendalikan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) yang telah mendanai kegiatan pengabdian ini sehingga terlaksana
dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan untuk mitra
program pengabdian.

DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, D. T., & Hasibuan, R. (2020). Gambaran Promosi PHBS Dalam
Mendukung Gaya Hidup Sehat Masyarakat Kota Binjai Pada Masa Pandemic
Covid-19 Tahun 2020 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan PENDAHULUAN Sehat adalah hal yang
paling terpenting dalam kehi. Jurnal Menara Medika, 3(1), 22–31.
Erna, I., & Wahyuni. (2011). Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Desa
Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Gaster : Jurnal
Kesehatan, 8(2), 741–749.
Federation, I. D. (2019). IDF Diabetes Atlas - 2019. In International Diabetes
Federation. https://doi.org/10.1289/image.ehp.v119.i03
Indriawati, R., & Darmawati, I. (2021). Peningkatan Pengetahuan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Di Era Covid-19. 5(2), 458–465.
1917
Ratna Indriawati, Upaya Pencegahan Diabetes...

Indriawati, R., & Syaifudin, S. (2020). Relationship between Demographic Factors


and Body Mass Index with the Prevention of Hypertension in Adolescents.
Journal of Health Promotion and Behavior, 5(2), 72–78.
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2020.05.02.01
Indriawati, R., & Usman, S. (2018). Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya
Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi. Jurnal Surya Masyarakat, 1(1), 59.
https://doi.org/10.26714/jsm.1.1.2018.59-63
Ira Nurmala; Fuzie Rahman; Adi Nugroho; Neka Erliyani; Nur Laily; Vina Yulia
Anhar. (2018). 9 786024 730406.
Karuniawati, B., & Berlina Putrianti. (2020). Gambaran Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat (Phbs) Dalam Pencegahan Penularan Covid-19. Jurnal Kesehatan
Karya Husada, 8(2), 34–53.
Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 1–8.
Report, N. D. S. (2020). National Diabetes Statistics Report, 2020. National
Diabetes Statistics Report, 2.
Ridho, M. R. (2020). Wabah Penyakit Menular dalam Sejarah Islam dan
Relevansinya dengan Covid-19. JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 4(1),
24–33. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/7786
Setiati, S., & Azwar, M. K. (2020). COVID-19 and Indonesia. April.
Singhal, T. (2020). Review on COVID19 disease so far. The Indian Journal of
Pediatrics, 87(April), 281–286.
Wang, C., Horby, P. W., Hayden, F. G., & Gao, G. F. (2020). A novel coronavirus
outbreak of global health concern. The Lancet, 395(10223), 470–473.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30185-9
Yarmaliza, Y., & Zakiyuddin, Z. (2019). Pencegahan Dini Terhadap Penyakit Tidak
Menular (PTM) Melalui Germas. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 2(3), 168–175. https://doi.org/10.36341/jpm.v2i3.794
294
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (online)
ISSN 2089-4503 (cetak)

Promosi Kesehatan Dengan Model Sesama Berpengaruh Terhadap


Kepatuhan Makan Pasien DM Tipe 2

Mujib Hannan1, Abdul Muhith2, Sugesti Aliftitah3, Nur Laily Rochim4


1
Lecturer in Nursing Comunity Department of Universitas Wiraraja
2
Associate Professor in Nursing Comunity Department of STIKes Majapahit
3, 4
Lecturer in Nursing Department of Universitas Wiraraja
e-mail: hannan.mujib@yahoo.com; abdulmuhith1979@gmail.com

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a group of heterogenic anomaly which is signed by increasing of glucose blood level or
hiperglikemic. Diabetes type 2 treatment are diet planning, physical exercise, drug therapy (insulin) and
education. The purpose of this study was to find out the effect of peer model health promotion with diet
obedience of Diabetes type 2 patients in work area of UPT. Puskesmas Saronggi. The study was quasy-
experiment with pretest-posttest control group design. The population of this study were every Diabetes type 2
outpatient in UPT. Puskesmas Saronggi. The sampling technic was total sampling with 34 respondent. Data
gathered by questioner. Then analized by Wilcoxon Signed Rank Test” and “Mann-Whitney” with
significance value p = 0,05. The result presented that there was an effect of peer model health promotion with
diet obedience of Diabetes type 2 patients in work area of UPT. Puskesmas Saronggi with p value = 0,000.
Diabetic patients must have minimal information which is given after diagnosis. Information about basic
knowledge of Diabetes Mellitus, self controlling and treatment of diabetes type 2 like food planning (Diet).

Keyword: Diet Obedience; Diabetes Mellitus Type 2; Health Promotion; Peer Model

ABSTRAK

Diabetes merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Penatalaksanaan Diabetes tipe 2 yaitu perencanaan
makan (diet), latihan jasmani (olahraga), terapi obat (insulin) dan edukasi. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan model sesama terhadap
kepatuhan diit pada pasien Diabetes tipe 2 di wilayah kerja UPT. Puskesmas Saronggi Tahun
2016. Penelitian ini merupakan quasy-experiment dengan pretest-posttest control group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes tipe 2 rawat jalan di
UPT. Puskesmas Saronggi. Total sampling adalah cara yang dipilih untuk mendapatkan
sampel yaitu sebanyak 34 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah
diuji reabilitas dan validitas sebelumnya. Analisa data yang digunakan adalah uji “Wilcoxon
Signed Rank Test” dan uji “Mann-Whitney” dengan nilai signifikasinya p = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Model Sesama
Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Tipe 2 dengan nilai signifikansi p = 0,000.
Penyandang diabetes perlu mendapat pengetahuan minimal setelah diagnosis ditegakkan.
Informasi yang diberikan

Cara mengutip: Hannan,M.,Muhith,A.,Aliftitah,S., Rochim,N.L.(2018). Promosi Kesehatan Dengan Model Sesama


Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Makan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 . Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3), 294-308
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/1041
295
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

mencakup pengetahuan umum tentang Diabetes Mellitus Tipe 2, pemantauan mandiri oleh
di penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2, dan penatalaksanaan Diabetes MTipe 2 seperti
perencanaan makan (Diet).

Kata kunci : Diabetes tipe II; kepatuhan diet; model sesama; promosi kesehatan

PENDAHULUAN Karya Husada Semarang, & Program


Penderita Diabetes Tipe 2 banyak Sarjana, 2013). Menurut Dinas Kesehatan
ditemukan mengalami kesulitan dalam Kabupaten Sumenep Data pada tahun
mengontrol kadar gula darah. Setiap 2013 pasien yang menderita Diabetes
bulannya cenderung terjadi penambahan Tipe 1 sebesar 2357 dan untuk Diabetes
jumlah penderita Diabetes Tipe 2 di Tipe 2 sebesar 1691 penderita. Pada tahun
Kecamatan Saronggi. Salah satu faktor 2014 terjadi penambahan jumlah
yang menyebabkan kadar gula tidak penderita Diabetes Tipe 1 sebesar 2408
terkontrol adalah rendahnya kepatuhan dan terjadi penurunan jumlah penderita
diet Diabetes Tipe 2. Ketidakpatuhan diet Diabetes Tipe 2 sebesar 1007 penderita.
Diabetes Tipe 2 dapat meningkatkan
terjadinya kerumitan akut dan kronis serta Berdasarkan data register rawat jalan dari
memperparah penyakit bahkan hingga UPT. Puskesmas Saronggi terjadi
mortalitas (Lanywati, 2001). peningkatan setiap tahunnya yaitu data
tahun 2013 didapatkan 20 penderita DM
Data di Rumah sakit umum pemerintah Tipe 2, tahun 2014 sebanyak
tipe C, dua kasus terbanyak pasien 23 penderita DM Tipe 2, tahun 2015
rawat inap adalah Diabetes Mellitus sebanyak 30 penderita DM Tipe 2. Data
(9.620 kasus) dan Hipertensi (7.355 hasil akhir yang didapat oleh
kasus) (Dinas Kesehatan Jawa Timur, UPT.Puskesmas Saronggi tentang
2012). Kepatuhan makan merupakan keikutsertaan dalam program pencegahan
salah satu dasar keberhasilan dalam Diabetes Tipe 2 sebanyak 36 penderita.
penatalaksanaan Diabetes Tipe 2 Hasil dari studi awal yang dilakukan
(Tjokroprawiro, 1997). Menurut dengan wawancara dan lembar observasi
penelitian Phitri dan Widiyaningsih yang dibagikan pada penderita diabetes
bahwa ketaatan menjalankan program Tipe 2 didapatkan 7 dari 10 orang yaitu
diit sebagian besar tidak patuh pada sebesar 70% masih tidak patuh terhadap
program diit sebanyak (56,9%)(Essy diet yang sedang dijalankan. Rendahnya
Phitri, Program Sarjana,
296
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

Tipe 2 banyak disebabkan oleh faktor


kepatuhan makan pada penderita diabetes
ekonomi dan usia.
menurunkan resiko komplikasi akut dan
kronis. Seperti studi oleh Roiqoh (2018)
Diabetes merupakan penyakit kronis, dan
yang menggunakan media cakram
klien perlu memahami medikasi dan
diabetes sebagai upaya meningkatkan
menyesuaikan diri untuk mencapai
kepatuhan diet (Qothrunnadaa, 2018).
kontrol metabolik yang optimal. Pada
Dan penelitian oleh putri (2017) yang
klien DM Type 2 terdapat resistensi
menggunakan media visual ilustrasi
insulin dan defesiensi insulin relatif dan
(Putri, 2017). Salah satu metode
dapat ditangani tanpa insulin. Pasien
pendidikan kesehatan yang dapat
diabetes yang mengalami kegemukan dan
digunakan ialah metode sesama atau
tidak memakai insulin, konsistensi dalam
model pemberdayaan sesama (Hannan,
hal jumlah makanan atau penentuan
2013), yang menunjukkan satu pola
jadwal makan tidak begitu menentukan.
hubungan dan kerja sama antara
Sebaliknya, fokus utamanya menurunkan
penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2,
total kalori yang dikonsumsi. Pengaturan
kader dasawisma dan perawat dalam
frekuensi atau jadwal makan di sepanjang
meningkatkan kemampuan pengelolaan
hari akan membuat pankreas dapat
diri khususnya dalam memperbaiki pola
berfungsi dengan lebih teratur. Untuk
makan dan pola latihan fisik sebagai
membantu pasien dalam membiasakan
upaya pengendalian kadar glukosa darah
diet dengan mengatur jenis, jadwal dan
(Rumahorbo, 2014). Berdasarkan
jumlah dalam terapi kebiasaan, group
penjelasan diatas perlu dilakukan studi
support dan penyuluhan diet yang
tentang promosi kesehatan dengan model
berkesinambungan sangat dianjurkan
sesama terhadap kepatuhan diit pada
(Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L. , Cheever,
pasien diabetes tipe 2.
K. H., & Bare, 2010)

METODE PENELITIAN
Dalam upaya meningkatkan kepatuhan
Penelitian ini menggunakan desain
diet Diabetes Tipe 2 saat ini telah
quasy- experiment, pretest-posttest control
banyak dikembangkan penelitian
group design. Tujuan dari studi ini untuk
mengenai pendidikan kesehatan tentang
memahami pengaruh promosi kesehatan
diet terapi pasien Diabetes Tipe 2
dengan model sesama sebagai variabel
dalam
bebas (independen) terhadap kepatuhan
diit diabetes tipe 2 yang menjadi
variabel terikat (dependen), (Saputra,
Muhith, &
297
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

Fardiansyah, 2017). Sampel penelitian sebagian besar keterpaparan informasi


diperoleh dengan tekhnik total sampling. didapat dari media massa yaitu 10 orang
Semua pasien diabetes mellitus tipe 2 (58,8%).
rawat jalan UPT Puskesmas Saronggi
sebanyak 34 orang merupakan populasi Berdasarkan Tabel 2 memperlihatkan
dalam studi ini. Waktu penelitian bulan hampir seluruhnya kepatuhan diit (makan)
Agustus sampai Desember 2017. Data pada kelompok intervensi dan
dikumpulkan dengan tanya jawab kelompok kontrol sebelum pemberian
langsung dengan sumber (wawancara) penyuluhan adalah kurang patuh
menggunakan kuesioner. Data yang sudah sejumlah 14 orang (82,4%) dan sebanyak
tersedia (data sekunder) didapatkan dari 15 orang (88,2%).
data puskesmas Saronggi. Uji Wilcoxon
dan Mann Whitney. Menurut Tabel 3 memperlihatkan
kepatuhan diit pada grup yang
HASIL memperoleh intervensi penyuluhan
Responden penelitian ini berjumlah sebagian besar adalah cukup patuh
34 orang. Karakteristik responden sebanyak 11 orang (64,7%). Kepatuhan
menurut usia, jenis kelamin, pendidikan diit pada kelompok yang tidak diberikan
terakhir, pekerjaan, durasi penyakit dan perlakuan cenderung sama seperti
keterpaparan informasi. sebelum perlakuan hampir seluruhnya
penderita Diabetes tipe 2 kurang patuh
Menurut Tabel 1 memperlihatkan durasi yaitu sejumlah 14 orang (82,4%).
penyakit yang dialami responden pada
kelompok perlakuan dan kelompok Hasil uji Mann-Whitney ( Tabel 4) pretest-
kontrol sebagian besar memiliki durasi pretest kepatuhan diit pada grup perlakuan
penyakit ≥1 Tahun yaitu sejumlah dan grup kontrol. Hasil uji Mann-Whitney
11 orang (64,7) dan 10 orang (58,8%). dari pretest kepatuhan diet grup perlakuan
dan grup kontrol nilai signifikansinya
Keterpaparan informasi pada grup 0,131 lebih kecil dari α 0,05. Berdasarkan
perlakuan hanpir setengahnya didapat dari uji tersebut, maka H0 diterima yaitu tidak
tenaga medis sebanyak 6 orang (35,3%) ada perbedaan kepatuhan diit pada
dan keluarga yaitu 6 orang (35,3%), penderita Diabetes tipe 2 pada grup
sedangkan pada kelompok kontrol perlakuan dan grup control sebelum
diberikan penyuluhan.
298
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Tabel 1. Data Umum Responden di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Karakteristik
f % f %
Umur
35 – 40 3 17,6 2 11,8
41 – 45 5 29,5 2 11,8
46 – 50 1 5,9 6 35,3
51 – 55 3 17,6 4 23,4
56 – 60 3 17,6 2 11,8
61 – 65 2 11,8 1 5,9
Total 17 100,0 17 100,0
Jenis kelamin
Perempuan 12 70,6 8 47,1
Laki-laki 5 29,4 9 52,9
Total 17 100,0 17 100,0
Pendidikan
SD 14 82,3 10 58,9
SMP - 0,0 1 5,9
SMA 2 11,8 3 17,6
Sarjana 1 5,9 3 17,6
Total 17 100,0 17 100,0
Pekerjaan
IRT 10 58,8 3 17,6
Pedagang 6 35,3 9 53
Wiraswasta - 0,0 2 11,8
PNS 1 5,9 3 17,6
Total 17 100,0 17 100,0
Durasi Penyakit
≥6 bulan-1 tahun 6 35,3 7 41,2
≥1 Tahun 11 64,7 10 58,8
Total 17 100,0 17 100,0
Keterpaparan
informasi
Media massa 5 29,4 10 58,8
Tenaga medis 6 35,3 2 11,8
Keluarga 6 35,3 5 29,4
Total 17 100,00 17 100,00

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Sebelum Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kepatuhan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Diet f % f %
Patuh 0 0,0 0 0,0
Cukup Patuh 3 17,6 2 11,8
Kurang Patuh 14 82,4 15 88,2
Total 17 100 17 100
299
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Setelah Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kepatuhan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Diet f % F %
Patuh 6 35,3 - 0,0
Cukup Patuh 11 64,7 3 17,6
Kurang Patuh - 0,0 14 82,4
Total 17 100 17 100

Tabel 4 Distribusi Hasil Uji Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Setelah Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kelompok Pre-Pretest Pre-Posttest Pre-Posttest Post-Posttest
Responden Perlakuan- Perlakuan Kontrol Perlakuan-
Kontrol Kontrol
Nilai signifikan ( p) 0,131 0,000 0,317 0,000

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pretest- perbedaan kepatuhan diit pada penderita
postest kepatuhan diit pada kelompok Diabetes tipe 2 kelompok perlakuan
perlakuan. Hasil pretest kepatuhan diit sebelum dan sesudah penyuluhan.
pada kelompok perlakuan sebelum
diberikan intervensi menunjukkan hampir Hasil uji kepatuhan diit kelompok kontrol.
seluruhnya penderita Diabetes Tipe 2 Hasil pretest kepatuhan diet pada grup
adalah kurang patuh yaitu sejumlah 14 kontrol tanpa diberikan perlakuan
orang dan 3 orang cukup patuh. Hasil menunjukkan hampir semua penderita
postest kepatuhan menjalani diit pada Diabetes tipe 2 adalah kurang patuh
kelompok perlakuan setelah diberikan yaitu 15 orang dan 2 orang cukup patuh.
perlakuan sebagian besar responden yaitu Hasil postest kepatuhan diit pada grup
cukup patuh sebanyak 11 orang dan 6 kontrol tanpa diberikan perlakuan
orang patuh. menunjukkan hasil yang sama seperti
saat pretest yaitu hampir semua
Hasil uji didapatkan keseluruhan penderita Diabetes Tipe 2 kurang patuh
kepatuhan diet penderita Diabetes Tipe yaitu ssejumlah 14 orang dan 3 orang
2 mengalami peningkatan dengan nilai cukup patuh.
signifikan 0,000 dimana lebih kecil dari α
0,05. Berdasarkan hasil uji statistik Hasil uji diperoleh signifikan 0,317 > α
tersebut, maka H0 ditolak yang artinya 0,05. Menurut uji statistik diatas, jadi
ada H0 diterima yang artinya tidak ada
perbedaan
Care:
Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308 300

kepatuhan menjalani program makan pada perlakuan adalah sebagian besar wanita
Klien DM type 2 pada kelompok sebanyak 12 orang (70,6%). Data studi ini
control di wilayah kerja UPT. sama dengan studi yang dilakukan oleh
Puskesmas Saronggi. (Santoso M, Lian S, 2006) dan penelitian
Sousa bahwa wanita lebih banyak
Hasil uji Mann-Whitney postest-postest menderita diabetes dibandingkan dengan
kepatuhan diit pada kelompok yang laki-laki dikarenakan adanya prosentase
diberikan intervensi dan kelompok penimbunan lemak yang lebih banyak
tanpa intervensi. Hasil uji statistik dari sehingga dapat menurunkan sensitifitas
postest kepatuhan diet grup perlakuan insulin (Sousa, Hartman, Miller, &
dan grup kontrol diperoleh nilai Carroll, 2009). Peneliti berpendapat
signifikan 0,000 < α 0,05. Berdasarkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih
uji statistik diatas,jadi H0 ditolak yang rentan terhadap Diabetes tipe 2 sehingga
artinya terdapat pengaruh promosi angka ketidakpatuhan dietnya lebih
kesehatan terhadap kepatuhan program tinggi dibanding jenis kelamin laki-laki.
makan pada klien DM type 2 di wilayah Hasil studi memperlihatkan bahwa
kerja UPT Puskesmas Saronggi. pendidikan terakhir pasien pada kelompok
intervensi hampir seluruhnya adalah SD
PEMBAHASAN yaitu
Kepatuhan Diet Responden Sebelum 14 orang (82,3%). Sesuai dengan
Perlakuan pada Kelompok Perlakuan.
penelitian Idha Kusumawati (2015) yaitu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kepatuhan menjalani
kepatuhan diit pada kelompok intervensi
diet ditinjau dari tingkat pendidikan.
sebelum pemberian penyuluhan hampir
Tingkat pendidikan rendah merupakan
seluruhnya adalah kurang patuh sejumlah
satu faktor pemungkin rendahnya
14 orang (82,4%). Jika dilihat dari masih
tingkat pengetahuan seseorang.
rendahnya tingkat ketaatan makan pada
Rendahnya tingkat pendidikan akan
klien DM type 2 pada kelompok
mempengaruhi tingkat pengetahuan
perlakuan, semua itu dapat disebakan
seseorang dalam proses memahami dan
multi faktor, seperti jenis kelamin,
menerapkan apa yang telah disampaikan
pendidikan terakhir, dan tingkat
seperti menerapkan pola makan (diet)
pengetahuan.
yang tepat untuk penderita Diabetes tipe
2.
Berdasarkan penelitian memperlihatkan
bahwa gender pasien pada kelompok
301
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

Kepatuhan Diet Responden Sebelum 11 orang (64,7%). Hasil penelitian


Perlakuan pada Kelompok Kontrol.
tersebut menunjukkan setelah diberikan
Hasil studi memperlihatkan bahwa
perlakuan pemberian promkes model
kepatuhan menjalani program makan pada
sesama terhadap kelompok perlakuan,
kelompok kontrol (tidak diberikan
kepatuhan diet penderita Diabetes Tipe 2
intervensi) hampir seluruhnya kurang
menjadi cukup patuh. Hal tersebut
patuh yaitu sebanyak 15 orang
menunjukkan peningkatan dari sebelum
(88,2%).Hasil studi memperlihatkan
diberikannya promosi kesehatan dengan
bahwa durasi penyakit responden pada
model sesama terhadap kelompok
kelompok tanpa intervensi sebagian besar
perlakuan yang sebagian besar kurang
adalah ≥1 Tahun yaitu 10 orang
patuh terhadap program diet.
(58,8%). Hasil studi sesuai dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penelitan yang dilakukan Hannan
umur responden pada kelompok
mayoritas responden menderita penyakit
perlakuan hampir setengahnya adalah
Diabetes tipe 2 kronis. Hasil uji penelitian
41-45 tahun yaitu sebanyak 5 orang
didapatkan tidak ada relasi antara durasi
(29,4%), data hasil penelitian tersebut
penyakit dengan kepatuhan terapi medis
sesuai dengan (Perkumpulan
penderita DM tipe 2. Lama menderita
Endokrinologi Indonesia, 2011), DM tipe
penyakit, tidak merubah perilaku
2 umumnya muncul pada usia lebih dari
kesehatan individu (Hannan, 2013).
30 tahun. Hal ini sejalan dengan
Peneliti berpendapat semakin lama
pendapat Suyono yang mengatakan
menderita DM tipe 2 maka penderita
bahwa kasus Diabetes tipe 2 di Negara
jenuh menjalani diet yang harusnya dijalani
Indonesia biasanya akan meningkat
dan kurangnya informasi yang diberikan
pada usia 40 tahun (Soegondo, 2015).
tenaga medis akan semakin menambah
Hasil tersebut juga didukung penelitian
kurangnya pengetahuan dan kesadaran
Denney di New York, yaitu
diri penderita DM tipe 2.
keikutsertaan dalam konseling gizi

Kepatuhan Diet Responden Setelah menjadi faktor yang berkaitan dengan


Perlakuan pada Kelompok Intervensi. kepatuhan diit yang di programkan pada
Hasil studi memperlihatkan bahwa
penderita Diabetes tipe
sebagian besar kepatuhan diit pada
2 usia ≥ 20 tahun (Denney, 2009). Di
kelompok intervensi setelah pemberian
Pakistan, penderita Diabetes tipe 2 usia 40
penyuluhan adalah cukup patuh sebanyak
– 65 tahun yang menjalankan diet dengan
baik sangat berhubungan dengan
302
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

frekuensi keikutsertaan mereka dalam


konseling gizi (Siddiqui, Khan, & Carline,
dengan kelompok manusia memberikan
2013).Selain itu, penelitian yang
kemungkinan untuk saling mempengaruhi
dilakukan Ouyang dengan judul Factors
antara anggota kelompok lain
Affecting Diabetes Self-Care among
(Notoatmodjo. S, 2010).Peneliti
Patients with Type 2 Diabetes in
berpendapat dengan adanya promosi
Taiwan dengan responden 185 pasien
kesehatan yang bertujuan meningkatkan
diabetes tipe 2 di National Taiwan
kemampuan masyarakat terutama individu
University Hospital memperlihatkan
dalam meningkatkan kesehatan mereka
bahwa usia dewasa (40 – 59 tahun) lebih
sangat efektif untuk menambah
patuh terhadap program diet
pengetahuan dan kesadaran diri seseorang
dibandingkan lansia dalam jumlah
dalam memberdayakan dirinya untuk
makanan, pemilihan jenis makanan, dan
merubah perilaku yang sebelumnya
jadwal makan (Ouyang et al., 2015).
merugikan menjadi menguntungkan
untuk kesehatannya, seperti contohnya
Penyandang diabetes perlu mendapat
perilaku merubah pola makan (diet) yang
informasi minimum setelah penegakan
sesuai dengan program diet penderita
diagnosis. Informasi yang diberikan yaitu
Diabetes tipe 2.
pengetahuan umum tentang Diabetes,
kontrol mandiri oleh penyandang
Kepatuhan Diet Responden Setelah
Diabetes, penyebab kadar glukosa darah Perlakuan pada Kelompok Kontrol.
tinggi, perencanaan makan, pengunaan Hasil studi memperlihatkan bahwa
obat hipoglikemia oral, pedis care, aktivitas kepatuhan diet pada kelompok control
fisik, serta komplikasi DM (Basuki, cenderung sama seperti sebelum
2009). perlakuan hampir seluruh penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 kurang patuh
Berdasarkan Tabel 1 memperlihatkan yaitu sebanyak 14 orang (82,4%).
bahwa keterpaparan informasi pada Berdasarkan hasil penelitian tersebut
kelompok perlakuan hampir setengahnya menunjukkan kepatuhan diet pada
didapat dari tenaga medis sebanyak 6 kelompok kontrol (tidak diberikan
orang (35,3%) dan keluarga yaitu 6 orang perlakuan) setelah diberikan promosi
(35,3%). Menurut teori dari Notoatmodjo kesehatan dengan model sesama sebagian
menjelaskan bahwa sumber informasi besar pasien DM type 2 masih kurang
mempengaruhi pengetahuan baik dari patuh terhadap diet yang dijalani.
orang maupun media. Dan kaitannya
303
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

Dalam Diabetes Control and Complication seluruhnya adalah kurang patuh yaitu
Trial (DCCT), penelitian tentang tingkat sejumlah 14 orang (82,4%). Sebagian besar
kepatuhan diabitisi terhadap pengelolaan kepatuhan diit pada kelompok intervensi
DM menemukan 75 % tidak mengikuti setelah pemberian penyuluhan adalah
program diet. Ketidakpatuhan ini cukup patuh sebanyak 11 orang
menghambat pengendalian glukosa darah, (64,7%). Berdasarkan hasil uji
dan berakibat pasien membutuhkan check didapatkan keseluruhan kepatuhan diet
up atau pengobatan tambahan yang penderita Diabetes Tipe 2 mengalami
sebetulnya tidak diperlukan peningkatan dengan signifikansi 0,000
< α 0,05. Menurut uji statistik diatas, jadi
Hasil penelitian yang dilakukan Herlena H0 ditolak yang artinya ada pengaruh
Essy Phitri dan Widiyaningsih diketahui promosi kesehatan dengan model sesama
bahwa kepatuhan sebagian besar tidak terhadap kepatuhan diit DM type 2 di
patuh sebanyak 31 responden (57,4%) wilayah kerja UPT. Puskesmas
(Essy Phitri et al., 2013). Penelitian Setyani Saronggi.Penelitian sebelumnya yang
menggambarkan tingkat ketaatan diet dilakukan oleh Hotma Rumahorbo
pasien hanya 43% pasien yang patuh menunjukkan efektivitas model sesama
menjalankan diet diabetes. Sebanyak 57% dalam memperbaiki pola makan
pasien tidak patuh menjalankan program penyandang prediabetes menunjukkan
diet (Setyani, 2007). hasil yang bermakna dengan menurunnya
%AKG sebesar 25,186 % (Rumahorbo,
Menurut Almatsier jumlah kalori yang 2014). Hasil ini membuktikan bahwa
dikonsumsi secara berlebihan akan pola hubungan dan kerjasama yang
meningkatkan kadar gula darah pasien. dibangun oleh perawat, kader
(Almatsier, 2010). Penderita dianjurkan dasawisma dan penyandang prediabetes
menggunakan gula khusus diabetes ke melalui pelatihan dan dan
dalam makanan dan minuman sebagai pendampingan dan kader dasawisma
pengganti gula. dapat memberdayakan penyandang
prediabates dalam memiliki kemampuan
Pengaruh Promosi Kesehatan dengan
pengelolaan diri khususnya dalam
Model Sesama Terhadap Kepatuhan
Diit Pada Penderita DM Type 2 memperbaiki pola makan.
Kepatuhan diet pada kelompok intervensi
sebelum pemberian penyuluhan hampir
Keberhasilan model sesama dalam
memperbaiki pola makan penyandang
304
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

prediabetes tidak terlepas dari pendekatan


yang digunakan yaitu pemberdayaan
patuh terhadap program diet. Peran
berbasis masyarakat, yang juga telah
perawat dan kader dasawisma mampu
berhasil diterapkan di beberapa negara
meningkatkan kesadaran diri dan motivasi
seperti model promotora dan model
untuk melakukan perubahan seperti
Chronic Care. Efektivitas model sesama
memiliki pola makan yang seimbang atau
terhadap pola makan penyandang
sesuai dengan anjuran perawat dimana
prediabetes juga sesuai dengan penelitian
sesorang dikatakan patuh apabila unsur
yang dilaporkan oleh Colemann, &
3 J tercapai dengan maksimal yaitu
Newtoon tentang penggunaan model
jadwal, jenis, dan jumlah sesuai dengan
Chronic Care dalam meningkatkan
standar kepatuhan diet.
quality of life pasien dengan
menekankan pengelolaan diri,
Pengaruh Promosi Kesehatan dengan
pemantauan sendiri dan penulisan Model Sesama Terhadap Kepatuhan
rencana tindakan (Coleman & Newton, Menjalani Diit Pada Penderita DM
Type 2 pada Kelompok Kontrol.
2005). Menurut Siminerio model ini
Kepatuhan diet pada kelompok yang tidak
dapat meningkatkan kualitas hidup
diberikan perlakuan adalah hampir
pasien diabetes dan menurunkan biaya
seluruhnya kurang patuh yaitu sebanyak
kesehatan, meningkatkan berbagai faktor
15 orang (88,2%). Hasil menunjukkan
dalam pemberdayaan pasien dan memberi
bahwa kepatuhan diet pada kelompok
dampak yang positif terhadap kebehasilan
kontrol (tidak diberikan perlakuan)
perawatan pasien pada tatanan masyarakat
cenderung sama seperti sebelum
(Siminerio, 2008).
perlakuan hampir seluruhnya penderita
Diabetes tipe 2 kurang patuh yaitu
Peneliti berpendapat bahwa promosi
sejumlah 14 orang (82,4%).
kesehatan yang dilakukan dengan model
sesama sangat berpengaruh terhadap
Hasil uji diperoleh nilai signifikan 0,317 >
kepatuhan diet yang dijalani para
α 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik
penyandang Diabetes Tipe 2,
tersebut, maka H0 diterima yang artinya
pemberdayaan langsung yang dilakukan
tidak ada pengaruh promosi kesehatan
kepada para penyandang Diabetes
dengan model sesama terhadap ketaatan
Mellitus Tipe 2 atau yang disebut kader
menjalani diet pada penderita DM type
dasawisma dapat meningkatkan
2 di wilayah kerja UPT. Puskesmas
pengetahuan sekaligus motivasi untuk
Saronggi. Hal ini dikarenakan pada
305
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

kelompok kontrol tidak diberikan memberikan nasehat dalam mengatasi


promosi kesehatan dengan model sesama. hambatan perilaku.
Menurut Niven , faktor predisposisi
kepatuhan salah satunya adalah Perubahan perilaku dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengetahuan pasien yang faktor predisposisi seperti pengetehuan
rendah tentang diet dapat menimbulkan yang dimiliki seseorang sehingga mereka
rendahnya kesadaran pasien akan diet sadar, dan pada akhirnya orang
yang akan berpengaruh pada pasien berperilaku sesuai dengan pengetahuan
dalam mematuhi program diet (Niven, yang dimilikinya.
2008). Sejalan dengan penelitian Wahyudi
(2012) mengatakan ada hubungan antara Perbedaan Hasil Kepatuhan Diet
Setelah Perlakuan pada Kelompok
pengetahuan dengan kepatuhan
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
melaksanakan diet pada pasien Diabetes Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney dari
di RSUD Nganjuk (Setiawan, Adi, & postest kepatuhan diet kelompok
Sugiharto, 2012). perlakuan dan kelompok kontrol nilai
signifikansinya 0,000 dimana lebih kecil
Peneliti berpendapat bahwa dengan tidak dari α 0,05. Menurut uji statistik diatas,
diberikannya perlakuan berupa promosi Jadi H0 ditolak yaitu ada pengaruh
kesehatan dengan model sesama kepada promosi kesehatan terhadap kepatuhan
kelompok kontrol maka tidak ada menjalani diit pada penderita DM type 2
perubahan perilaku yang distimulus oleh di wilayah kerja UPT. Puskesmas
pemberian promosi berupa pengetahuan Saronggi.
tentang tata cara diet yang cocok
dengan program diet yang telah KESIMPULAN
ditentukan. Selain itu tidak adanya kerja 1. Kepatuhan diit pada kelompok
sama antara penyandang Diabates perlakuan sebelum pemberian
mellitus dengan para tenaga medis penyuluhan hampir seluruhnya
seperti tidak adanya kader dasawisma kurang patuh. Kepatuhan diet pada
dalam mendampingi para penyandang kelompok kontrol (tidak diberikan
Diabetes Mellitus yang lain, mengingat perlakuan) hampir seluruhnya kurang
tugas kader dasawisma sendiri adalah patuh.
memberikan dukungan moril dalam 2. Kepatuhan diet pada kelompok
mengadaptasi perubahan, perlakuan setelah pemberian
306
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

patuh. Kepatuhan diet pada kelompok


penyuluhan sebagian besar cukup
kontrol (tidak diberikan perlakuan)
cenderung sama seperti sebelum
Essy Phitri, H., Program Sarjana, A.,
perlakuan sebagian besar klien DM
Karya Husada Semarang, S., &
type 2 hampir seluruhnya kurang Program Sarjana, D. (2013).
Hubungan Antara Pengetahuan dan
patuh.
Sikap Penderita Diabetes Mellitus
3. Kepatuhan diet pada kelompok Dengan Kepatuhan Diet Diabetes
Mellitus di RSUD AM. Parikesit
kontrol tidak diberikan perlakuan
Kalimantan Timur. Mei, 1(1), 58–74.
(pretest) hampir seluruhnya kurang Hannan, M. (2013). Analisis faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum
patuh. Kepatuhan diet pada
obat pada pasien diabetes mellitus
kelompok kontrol tidak diberikan di puskemas bluto sumenep.
Jurnal Wiraraja Medika 47–55, 3(2),
perlakuan (posttest) hampir seluruhnya
47–55.
kurang patuh. Juleka, J., Asdie, A. H., & Susetyowati, S.
4. Hasil penelitian menunjukkan ada (2005). Hubungan pola makan
dengan pengendalian kadar glukosa
Pengaruh Promosi Kesehatan darah pengidap diabetes melitus tipe
Dengan Model Sesama Terhadap 2 rawat jalan di RSU Gunung Jati
Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
Kepatuhan Menjalani Diet Diabetes 2(1), 13–21.
Tipe 2 di Wilayah kerja UPT. https://doi.org/10.22146/IJCN.17
348
Puskesmas Saronggi Lanywati, E. (2001). Diabetes Mellitus :
Penyakit Kencing Manis. yogyakarta:
Kanisius ( Anggota IKAPI ).
REFERENSI Niven, N. (2008). Psikologi Kesehatan :
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmi Gizi. Pengantar Untuk Perawat Dan
Gramedia Pustaka Utama. Profesional. Jakarta: EGC.
Basuki, E. (2009). Teknik Penyuluhan Notoatmodjo. S. (2010). Ilmu perilaku
Diabetes Mellitus kesehatan. Rineka Cipta.
Dalam: https://doi.org/10.1103/PhysRev
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Lett.106.211803
Terpadu Edisi 2. Jakarta: Balai Ouyang, C. M., Dwyer, J. T., Jacques, P.
Penerbit FKUI. F., Chuang, L. M., Haas, C. F., &
Coleman, M. T., & Newton, K. S. (2005). Weinger, K. (2015). Determinants
Supporting self-management in of dietary self-care behaviours
patients with chronic illness. among Taiwanese patients with type
American Family Physician. 2 diabetes. Asia Pacific Journal of
Denney, S. B. (2009). A questionnaire Clinical Nutrition, 24(3), 430–437.
of the dietary adherence among https://doi.org/10.6133/apjcn.201
type 2 diabetes patients with 5.24.3.02
nutrition intervention. ProQuest Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Dissertations and Theses, (2011). Konsensus Pengendalian
danPencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2011. Perkeni,
78.
https://doi.org/10.3732/ajb.11004
95
Putri, L. M. (2017). Efektivitas konseling gizi
307
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308

menggunakan media booklet Living with Diabetes Mellitus.


dibandingkan dengan leaflet pada Materia Socio Medica, 25(2), 140.
kepatuhan diet pasien diabetes melitus https://doi.org/10.5455/msm.201
tipe 2 di puskesmas gamping II. 3.25.140-142
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Siminerio, L. (2008). Overcoming barriers
Qothrunnadaa, F. R. (2018). penggunaan to better heath outcomes in patients
media cakram diabetes dalam konseling with diabetes-improving and
untuk meningkatkan pengetahuan dan balancing patient education and
kepatuhan diet pasien diabetes melitus pharmacotherapy initiation.
tipe US Endocrinology, 4(2),
2 di puskesmas godean I. Poltekkes 42–44.
kemenkes yogyakarta. https://doi.org/10.17925/USE.20
Rumahorbo. (2014). Mencegah Diabetes 08.04.2.42
Mellitus dengan Perubahan Gaya Hidup. Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L. , Cheever, K.
Bogor: Bogor in Media. H., & Bare, B. G. (2010). Brunner
Santoso M, Lian S, & Y. (2006). & Suddarth’s textbook of medical-surgical
Gambaran pola penyakit diabetes nursing (12th ed.). Sante Publique (Vol.
mellitus di bagian rawat inap RSUD 28).
Koja 2002-2004. https://doi.org/10.1017/CBO978
Saputra, M. H., Muhith, A., 1107415324.004
& Fardiansyah, A. (2017). Soegondo, S. (2015). Penatalaksanaan
Analisis Sistem Infromasi Faktor Diabetes Melitus Terpadu. : FKUI (Vol.
Resiko Hipertensi Berbasis 15).
Posbindu di Dinas https://doi.org/10.1002/cjce.2050
Kesehatan Kabupaten 2
Sidoarjo. Prosiding Seminar Nasional Sousa, V. D., Hartman, S. W., Miller, E.
Hasil Penelitian Dan H., & Carroll, M. A. (2009). New
Pengabdian Masyarakat, 1, 7– measures of diabetes self-care
17. Retrieved from agency, diabetes self-efficacy, and
http://ejurnalp2m.stikesmajapahit diabetes self-management for
mojokerto.ac.id/index.php/publika insulin-treated individuals with type
si_stikes_majapahit/article/downlo 2 diabetes. Journal of Clinical Nursing,
ad/216/189 18(9), 1305–1312.
Setiawan, W., Adi, K., & Sugiharto, A. https://doi.org/10.1111/j.1365-
(2012). Sistem Deteksi Retinopati 2702.2008.02729.x
Diabetik Menggunakan Support Timur, D. K. J. (2012). Laporan Tahunan
Vector Machine. Jurnal Sistem Rumah Sakit, Seksi Kesehatan Rujukan
Informasi Bisnis 03, 3(1), 109–116. dan Khusus, Dinas Kesehatan Provinsi
Setyani. (2007). Hubungan Antara Jawa Timur tahun 2012. surabaya.
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Tjokroprawiro, A. (1997). Hidup Sehat dan
Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta:
Dalam Melaksanakan Diet Pada Pasien Gramedia Pustaka Utama.
Diabetes Melitus.
Siddiqui, M., Khan, M., & Carline, T.
(2013). Gender Differences in
JHE 2 (2) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


DALAM PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG


Dita Wahyu Hestiana

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet, aktivitas fisik,
Diterima kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%. Di Puskesmas
Disetujui Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan populasi seluruh
penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel adalah 57
Keywords: responden. Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Compliance, Management of Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin (p<
Diet, T2DM. 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2.
Tidak terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7), pengetahuan (p: 0,42),
dan peran petugas kesehatan (p: 0,7).
Simpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe
2 adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.

Abstract

Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to
December 31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done
by using a questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health
officer (p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com

138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

PENDAHULUAN Kota semarang menempati urutan ketiga


dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kasus
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
DM tipe 2 di Kota Semarang pada tahun
glukosa darah (gula darah) melebihi normal
2014 sebesar
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih
15.464 kasus, hal ini mengalami peningkatan
dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar
atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly,
13.112 kasus. Pada tahun 2015, menurut data
2006). DM dikenal sebagai silent killer karena
Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan
bahwa kasus tertinggi terdapat di Puskesmas
saat diketahui sudah terjadi komplikasi
Tlogosari Wetan. Dari data rekam medik
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang
Puskesmas Tlogosari Wetan didapatkan laporan
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai
data kesakitan penyakit tidak menular,
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan
khususnya DM non insulin yaitu sebesar 530
komplikasi.
kasus, dengan tingkat kejadian paling banyak
International Diabetes Federation (IDF)
adalah pada usia 45-65 tahun dan pada jenis
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes
kelamin wanita. Dari studi pendahuluan
mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah
didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pasien
menjadikan DM sebagai penyebab kematian
diabetes belum dapat dikatakan baik, ditandai
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013
dengan frekuensi kedatangan pasien untuk
angka kejadian diabetes di dunia adalah
melakukan pengobatan DM yang tidak
sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi
mengalami penurunan. Selain itu petugas juga
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi
menjelaskan program-program yang dilakukan
dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2
dalam penanggulangan diabetes melitus di
sebanyak 85-90% (Bustan, 2015).
puskesmas Tlogosari Wetan meliputi penemuan
Data laporan WHO tahun 2003
kasus, pengobatan dan perawatan penderita,
menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara
dan penyuluhan langsung pada penderita yang
maju mematuhi pengobatan yang diberikan.
berkunjung ke puskesmas dengan pengelolaan
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi
meliputi diet, olahraga, dan obat.
komplikasi. Timbulnya komplikasi mempe-
Menurut konsensus Perhimpunan
ngaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi
Endoktrinologi Indonesia (PERKENI, 2011),
perekonomian.
pilar pengendalian DM meliputi latihan
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
jasmani, terapi gizi medis, intervensi
pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka
farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
kontrol terhadap penyakit DM salah satunya
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%)
ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes
mengelola pola makan atau diet sehari-hari. Hal
mellitus yang cukup berarti.
ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari
Prevalensi untuk Provinsi Jawa Tengah
penyakit DM. Prinsip pengaturan makan pada
sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah
penderita DM hampir sama dengan anjuran
kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
sebanyak 99.646 kasus. Hal ini berbeda dengan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus
kalori dan zat gizi masing-masing individu.
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus
Penderita diabetes melitus perlu ditekankan
(0,29%). Pada tahun 2013 kasus diabetes
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun
pada mereka yang menggunakan obat penurun
2012 sebesar 181.543 (0,55%) kasus.
glukosa darah atau insulin. Menurut Di
Matteo (2004) menunjukkan bahwa populasi
penderita

139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

DM adalah populasi yang terendah kepatuhan


berjenis kelamin perempuan sebanyak 41
(67,5%) dalam tindakan medis yang dianjurkan
penderita (71,9%), sedangkan pada responden
dibandingkan 16 penyakit utama lain.
laki-laki sebanyak 16 penderita (28,1%).
Kendala utama pada penanganan diet
Berdasarkan tabel 1, terdapat hubungan
DM adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti
antara umur dengan kepatuhan dalam
terapi diet yang sangat diperlukan untuk
pengelolaan diet pada pasien rawat jalan
mencapai keberhasilan. Meskipun diperlukan
penderita DM tipe 2. Dari analisis diperoleh
pola makan atau diet yang sesuai dengan
nilai PR = 9,12, artinya responden yang
perintah dokter, namun kenyataannya tingkat
termasuk dalam kategori umur dewasa memiliki
kepatuhan penderita dalam menjalankan
risiko 10 kali lebih besar terhadap rendahnya
program manajemen penyakit tidak cukup baik.
kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
Permasalahan seperti ini menjadi tantangan
penelitian ini kategori usia dewasa lebih
dalam penanggulangan penyakit diabetes
dominan daripada yang berusia dalam kategori
melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
lansia. Sehingga tabel menunjukkan bahwa
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada
responden dewasa lebih tinggi dibandingkan
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja
lansia. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang.
responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa.
METODE
Umur dewasa merupakan usia pra lansia,
Jenis penelitian ini menggunakan dimana fungsi dan integrasi mulai mengalami
rancangan penelitian cross sectional. Variabel penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas sudah mulai berkurang sehingga
pendidikan, status pekerjaan, tingkat muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
pengetahuan, peran keluarga, dan peran petugas status kesehatan menurun.
kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan diet Hal ini sejalan dengan penelitian
pada penderita DM tipe 2. Trisnawati (2013) bahwa adanya hubungan
Populasi pada penelitian ini adalah yang signifikan pada kelompok umur lebih dari
seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di 45 tahun yang lebih beresiko menderita DM tipe
rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota 2. Didapatkan hasil penderita DM lebih banyak
Semarang tahun 2016 (Juli-Desember) dengan pada kelompok umur dewasa daripada lansia.
teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan Dengan bertambahnya usia maka terjadi
wawancara. Penelitian ini melibatkan 57 penurunan fungsi pendengaran, penglihatan dan
responden. Teknik pengambilan sampel yang daya ingat seorang pasien sehingga pada pasien
digunakan adalah teknik purposive sampling usia lanjut akan lebih sulit menerima informasi
dengan menerapkan kriteria inklusi dan dan akhirnya salah paham mengenai instruksi
eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
kuesioner. Teknik analisis menggunakan Penelitian ini tidak sejalan dengan
analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat penelitian Liu (2004) mempelajari kemampuan
dengan uji chi square. orang dewasa yang lebih tua untuk mengingat
dalam memantau glukosa mereka sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN empat kali dalam waktu yang sudah ditentukan.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak
Pada analisis variabel umur, responden
ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
dengan kategori dewasa (20-59 tahun) sebanyak
dalam pengelolaan kepatuhan diet DM.
43 responden (75,4%) dan kategori lansia (≥60
Berdasarkan tabel 1, pada variabel jenis
tahun) sebanyak 14 responden (24,6%). Pada
kelamin, terdapat hubungan antara jenis
variabel jenis kelamin, sebagian besar
kelamin dengan kepatuhan dalam pengelolaan
responden

140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)

diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe


antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan
teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini
kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko
Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada
menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan.
penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong
bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan
kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah

141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada


Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh.
tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan
yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden
dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar
tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari
daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan
menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan
Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu
hubungan antara antara status pekerjaan
mengubah tingkah laku seseorang untuk
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin
pasien rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula
penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet.
tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan
bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai
disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang
pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami
lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan
yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah.
Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk
pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen-
yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup
yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi
pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014)
didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas
penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan
kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan
penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan.
hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga
kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan
Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak
yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan
diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang

142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

yang mempunyai pendapatan rendah lebih


kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan
rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang
disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi.
peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada
yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat
lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada
yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya
Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1
keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki
dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi
konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki
makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal
agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki
Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam
hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan
hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan
diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa
penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui.
bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien
Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati,
(2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai
antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh
Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden
pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian
berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet
adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2.
diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat
mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam
Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk
DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan,
Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang
tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih
kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam
diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013)
2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana
memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa
lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan
kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes
tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang

143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

memiliki latar belakang pendidikan yang


dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran
telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
mencegah timbulnya komplikasi. Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti
dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia:
yang bermakna antara peran petugas kesehatan
Studi Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat Muda
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini Adherence to Medical Recommendation: A
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas Quantitative Review of 50 Years of
kesehatan merupakan orang pertama yang Research. Medical Care, 43 (3): 200-209
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
sehingga mereka memiliki peran yang besar Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015.
Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah
dalam menyampaikan informasi mengenai
Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus
Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
dilakukan oleh pasien untuk proses
Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Kediri, 7(1)
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
penyuluhan. Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan Keperawatan, 1(3): 97-107.
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa 2014. Jakarta: Kemenkes RI
dukungan petugas berpengaruh terhadap Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
Adherence: The Use of Automatic Processes
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin
to Achieve Effortful Things. Psychology and
baik dukungan petugas kepada pasien maka
Aging, 19, 318-325
akan semakin baik kepatuhan pasien. Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010). Lower‐
PENUTUP Limb Risk Factors For Falls In People With
Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
27(2):162-168.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2 Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
Jakarta: Pustaka Populer Obor
UCAPAN TERIMA KASIH Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
Peneliti mengucapkan terimakasih Kadar Glukosa Darah pada Penderita
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Komunitas dan Tropik, 3(4).
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
di Indonesia. Jakarta: Perkeni.

144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan


di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan
4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes
Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo
Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar.
Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2)
Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan
Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013).
Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan
(1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet
Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S.,
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota
2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Asupan Karbohidrat, dan Serat dengan
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7
Pengendalian Kadar Glukosa Darah pada
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013).
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Dukungan Keluarga Meningkatkan
Penelitian Sains & Teknologi, 10(2): 130-138
Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus di
Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal
(2005). Gender And Nutrition Management
Stikes, 6(1)
In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja
Practice and Research, 66 (4):215-220
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan

145

Anda mungkin juga menyukai