Prodi : S1 Keperawatan
Tujuan
TIU Setelah mengikuti
penyuluhan,
pasien mampu
memahami
tentang penyakit
TIK diabetes melitus.
Setelah dilakukan
penyuluhan,
pasien dapat
menjelaskan
tentang
pengertian
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus,
komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Diabetes Melitus.
Penyajian
Uraian Menjelaskan Mendengarkan 15’ Ceramah
pengertian Memperhatikan
Mencatat
Diabetes Melitus,
gejala-gejala
Diabetes Melitus
, komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Contoh Diabetes Melitus.
Menyebutkan
komplikasi yang
timbul jika KGD
Latihan tidak terkontrol
Meminta pasien
menyebutkan hal-
hal yang dapat
dilakukan untuk
mengontrol KGD.
Penutup
Test Menanyakan Memperhatikan 10’ Ceramah
Pasien mampu
menerapkan diet
penderita
Diabetes Melitus
yang dijelaskan.
3. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : Ceramah, diskusi,demonstrasi
2.Metode : Leaflet
4. Evaluasi
Evaluasi Proses
Pasien mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari penyaji
tentang Diabetes Melitus
Evaluasi Hasil
Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian Diabetes Melitus,
gejala-gejala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus,
pengelolaan Diabetes Melitus, dan diet penderita Diabetes Melitus.
Materi Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Diabetes
Penglihatan kabur
Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
Cepat lelah dan mengantuk
Luka sulit sembuh
Banyak kencing
Sering merasa haus
Penurunan berat badan
Banyak makan
3. Komplikasi Diabetes Mellitus
Akut kematian
Kronik cacat
Kerusakan ginjalgagal ginjalcuci darah
Penyakit jantung
Kebutaan
Melakukan olahraga
F. Referensi
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil
tanggal 29 September 2012
Abstrak
Edukasi kepada pasien Diabetes Mellitus (DM) yang dapat memperbaiki hasil klinis adalah Diabetes Self
Management Education (DSME). DSME merupakan salah satu metode yang dapat memfasilitasi
pengetahuan dan keterampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Diabetes Self
Management Education terhadap Self Management pada pasien DM. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian quasi experimental dengan control group pre test- post test design. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik Simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 46 orang yang terbagi
menjadi 23 orang pada kelompok intervensi mendapatkan DSME sebanyak 4 sesi dalam satu bulan dan
23 orang pada kelompok kontrol mendapatkan edukasi dari Program PERSADIA. Instrumen yang
digunakan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan Wilcoxon dan Mann Whitney test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P value uji Wilcoxon test sebesar 0,000 pada kelompok intervensi,
P value uji Mann Whitney test adalah 0,000 pada variabel self management. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai self management antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol secara signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah
DSME dapat meningkatkan self management pada pasien DM. Disarankan petugas kesehatan dapat
memberikan DSME untuk meningkatkan self management pasien diabetes dan menggunakan DSME
sebagai program promosi kesehatan.
Kata kunci: Diabetes Mellitus; DSME;Self Management
The Influnce of Diabetes Self Management Education (DSME) to the Self Management on the Diabetes
Patient
Abstract
Education to patients Diabetes Mellitus (DM) who can improve clinical outcomes is Diabetes Self
Management Education (DSME). DSME is one method that can facilitate knowledge and skills. The
purpose of this research is to determine the effect of Diabetes Self Management Education (DSME) to Self
Management on the diabetes patients. This study is used the quasi experimental research method with control
group pre test post test design. The sampling technique used Simple random sampling with a samples of 46
people and it is devided 23 people in the intervention group get DSME as much as 4 sessions in one month and
23 people in the control group get education programe at PERSADIA. The instrument used was
questionnaire. Statistical analysis used Wilcoxon and Mann Whitney test. The results showed that P value
of Wilcoxon test was 0.000 in the intervention group, P test value of Mann Whitney test was 0.000 in self
management variable. Based on statistical test results obtained p <0.05 which indicates that there are
differences in self-management value between the intervention group and the control group significantly. The
conclusions of this research is DSME can improve self-management on the patients with diabetes. It is
recommended that health workers can provide DSME to improve self-management in diabetic patients and use
DSME as a health promotion program.
Keywords : Diabetes Mellitus, DSME, Self Management
588
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Pendahuluan
mandiri sehingga tercapai kemampuan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan
untuk mempertahankan kesehatan dan
salah satu penyakit kronis yang paling
kesejahteraannya. Hal inilah yang
banyak dialami oleh penduduk di dunia.
mendorong peneliti untuk melakukan
Penyakit DM menempati urutan ke-4
penelitian tentang pengaruh Diabetes Self
penyebab kematian di negara berkembang
Management Education terhadap Self
(Sicree et.al., 2009). Meningkatnya
Management pada pasien Diabetes Mellitus.
jumlah penderita DM setiap tahun,
khususnya DM tipe 2 dipengaruhi oleh
Metode
perubahan sikap hidup yang kurang
Penelitian ini menggunakan desain
terkontrol. PERKENI (2011) menyatakan
quasy experiment (eksperimen semu) dengan
terdapat 4 pilar utama dalam
rancangan pre and post test control group
penatalaksanaan DM tipe 2, yaitu edukasi,
design. Sampel dalam penelitian ini
terapi gizi medis, latihan jasmani, dan
sebanyak 46 orang yang dibagi menjadi 2
intervensi farmakologis. Salah satu aspek
kelompok yaitu 23 orang kelompok
yang memegang peranan penting dalam
intervensi dan 23 orang kelompok kontrol
penatalaksanaan DM adalah edukasi.
dengan menggunakan metode Probability
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien
sampling melalui Simple random sampling
DM adalah Diabetes Self Management
yaitu setiap elemen diseleksi secara acak,
Education(DSME).
nama ditulis pada secarik kertas, diletakkan
DSME merupakan komponen dikotak, diaduk dan diambil secara acak
penting yang dapat memberikan setelah semuanya terkumpul untuk
kemampuan pada individu untuk mencegah terjadinya bias seleksi. Kelompok
melakukan tindakan manajemen diri dalam intervensi diberikan Diabetes Self
mengelola penyakit diabetes mellitus dalam Management Education (DSME) setiap
mengatasi masalah kesehatan yang minggu selama 1 bulan, sedangkan
mengancam status kesehatannya kelompok kontrol diberikan Pendidikan
(Soegondo, 2013). Kesehatan dari Program PERSADIA.
Diabetes Self Management Education Kelompok intervensi dan kelompok kontrol
merupakan suatu proses yang memfasilitasi diminta untuk tidak mengikuti pendidikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan kesehatan tentang Diabetes Mellitus selain
perawatan mandiri (self care behavior) yang di PERSADIA agar dapat mencegah
sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes terjadinya bias confounding pada hasil
(Funell, 2010). Perawatan mandiri yang penelitian.
baik dan benar pada pasien DM sangat Penelitian dilakukan pada bulan
diperlukan dalam upaya pencegahan dini Januari 2018 di PERSADIA Batang.
melalui promotif, preventif, kuratif dan Variabel independen dalam penelitian ini
rehabilitatif.. Proses edukasi adalah Diabetes Self Management Education
bertujuan mempengaruhi penderita untuk (DSME), sedangkan variabel dependen
mengikuti rekomendasi terapi yang adalah Self Management yang diukur
dianjurkan oleh tenaga kesehatan dalam dengan menggunakan kuesioner untuk Self
menerapkan tiga hal, yaitu : pengetahuan, Management. Intervensi Diabetes Self
sikap, dan tindakan dalam perawatan Management Education (DSME) diberikan
penyakit diabetes mellitus (Soegondo, dengan menggunakan buku panduan yang
2013). dibentuk menjadi modul yang telah
Perawat sebagai seorang educator mengacu pada pedoman. Data yang
dan counselor bagi pasien, menurut Orem di didapatkan berupa skor self management,
dalam Tomey dan Alligood (2006) dapat analisis data yang digunakan adalah uji
memberikan bantuan kepada pasien dalam wilcoxon dan mann whitney test.
bentuk supportive-educative dengan
memberikan pendidikan dengan tujuan
agar pasien mampu melakukan perawatan
secara
589
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Hasil Penelitian
Tabel 2. Perbedaan Pengaruh Self
1. Pengaruh Self Management antara
Management antara kelompok intervensi
sebelum (pre) dan sesudah (post)
dan kelompok kontrol
pemberian Diabetes Self Management Variabel n Min-
P
Education (DSME) pada Kelompok Mea Maks
Intervensi dan kontrol n±
SD
Tabel 1. Hasil Self Management antara Self Intervensi 23 36,78± 34,00- 0,000
sebelum (pre) dan sesudah (post) management 2,15 43,00
pemberian DSME pada kelompok 31,26± 19,00-
intervensi dan kontrol (N=46) Kontrol 23 5,58 39,00
Variabel Min-
Mean Maks Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa
n P
Self ±SD rata-rata self manajemen setelah diberikan
Management Diabetes Self Management
Education
(DSME) sebesar 36, 78 pada kelompok
Kelompok Sebelum 23 28, 16, 00- 0,000
intervensi, sedangkan rata-rata self
Intervensi 47±6, 38,00
manajemen setelah diberikan standar care
65
pada kelompok kontrol sebesar 31,26.
Sesudah 23 36, Berdasarkan uji Mann- Whitney test,
60±1, 34, 00- didapatkan nilai p-value sebesar 0,000.
75 39,00 nilai p-value tersebut lebih kecil dari
(0,05) yang menunjukkan bahwa ada
27,43 perbedaan pengaruh antara kelompok
Kelompok
±
Kontrol Sebelum 23 16,00- intervensi dan kelompok kontrol yaitu
6,570 intervensi pada kelompok intervensi lebih
38,00
0,000
31,26 berpengaruh dibandingkan kelompok
19,00- kontrol.
Sesudah 23 ±
39,00
5,585
Pembahasan
Pemberian DSME pada kelompok
Berdasarkan table 1. dapat diketahui intervensi dapat meningkatkan
bahwa rata-rata self manajemen pada pengetahuan dan keterampilan pasien
responden sesudah diberikan Diabetes Self dalam melakukan perawatan mandiri,
Management Education (DSME) meningkat sehingga indikator/tanda dan gejala resiko
yaitu 36,60 . Rata-rata self manajemen pada terjadinya DM yang muncul sebelum
responden sesudah diberikan standar care pemberian DSME berkurang lebih banyak
(kelompok kontrol) mengalami peningkatan dari pada kelompok kontrol (Funnell, 2008).
yaitu 31,26. Berdasarkan uji wilcoxon test, Pasien pada kelompok kontrol telah
didapatkan nilai p-value sebesar 0, 000. mengetahui konsep dasar DM secara umum
Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini dan perawatan mandiri yang harus
menunjukkan bahwa ada peningkatan Self dilakukan, namun rata-rata pasien pada
Management antara sebelum (pre) dan kelompok kontrol menyatakan tidak
sesudah (post) pemberian Diabetes Self melakukan perawatan mandiri secara rutin
Management Education (DSME) pada dan komprehensif, seperti perawatan kaki,
kelompok intervensi. pengaturan nutrisi, dan jenis olah raga yang
2. Perbedaan Pengaruh Self Management dianjurkan.
antara kelompok intervensi dan Peningkatan self management yang
kelompok kontrol terjadi pada kelompok kontrol, walaupun
lebih rendah dari pada kelompok perlakuan
590
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
disebabkan karena kelompok kontrol juga
dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
mendapatkan pendidikan kesehatan, yaitu
afektif, dan psikomotor seseorang
diberikan informasi tentang kesehatan akan
(Maulana, 2009).
tetapi tidak dilakukan evaluasi. Walaupun
Durasi waktu untuk perubahan
edukasi tanpa dilakukan evaluasi
perilaku tidak ditentukan secara jelas
setelahnya, namun tetap saja di dalamnya
karena kemampuan setiap individu dalam
terdapat informasi mengenai penyakit dan
menerima dan merespon stimulus berbeda.
pengelolaan penyakitnya. Sehingga hal
Perilaku yang tidak didasari oleh
tersebut akan berkonstribusi dalam
pengetahuan dan kesadaran maka tidak
peningkatan self management pasien pada
akan berlangsung lama (Roger, dalam
kelompok kontrol. Karena sesuai dengan
Notoatmodjo, 2003). (Hosland et.al. 1953
hasil penelitian Falvo di dalam Atak (2010)
dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan
yang menyatakan bahwa pemberian
bahwa proses perubahan perilaku sama
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
dengan proses belajar. Proses perubahan
self efficacy seseorang.
perilaku menggambarkan proses belajar
Hasil penelitian ini bersesuaian pada individu yang terdiri dari stimulus
dengan hasil penelitian Funnel (2010) (rangsang), proses dan efek tindakan
dengan metode randomized control trial (perilaku).
menunjukkan intervensi pemberdayaan Stimulus yang diberikan dapat
pasien dengan menggunakan DSME akan diterima atau ditolak. Stimulus yang
menghasilkan peningkatan secara ditolak akan berhenti dan stimulus yang
signifikan terhadap pengontrolan diterima berarti ada perhatian dari individu
hemoglobin glikosilasi, self management, terhadap stimulus. Stimulus yang diterima
kemampuan pengelolaan stress, penyediaan akan diolah sehingga timbul reaksi
dukungan, kemampuan mengambil kesediaan untuk bertindak atau bersikap.
keputusan yang tepat dalam pengelolaan Stimulus pada akhirnya akan mempunyai
diabetes. efek tindakan atau perubahan perilaku
Hal tersebut diperkuat oleh dengan bantuan dukungan baik fasilitas
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
(2011) yang menyatakan bahwa ada empat DSME merupakan salah satu bentuk
pilar penanganan utama pada pasien DM edukasi yang efektif diberikan kepada
tipe 2, yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, pasien DM karena pemberian DSME dapat
latihan jasmani, dan intervensi meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
farmakologis. Edukasi memegang peranan perilaku pasien dalam melakukan
yang sangat penting dalam perawatan mandiri. DSME bertujuan untuk
penatalaksanaan DM karena pemberian mendukung pengambilan keputusan,
edukasi kepada pasien dapat merubah perawatan diri, pemecahan masalah, dan
perilaku pasien dalam melakukan kolaborasi aktif dengan tim kesehatan,
perawatan mandiri DM. sehingga dapat meningkatkan hasil klinis,
Edukasi dapat diberikan melalui status kesehatan, dan kualitas hidup
suatu promosi kesehatan. Promosi (Funnell et.al., 2008).
kesehatan merupakan proses Pemberian DSME dapat merubah
pemberdayaan atau memandirikan perilaku pasien melalui informasi yang
masyarakat agar dapat memelihara diberikan kepada pasien. Pemberian
dan meningkatkan informasi kepada pasien merupakan suatu
kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dalam stimulus yang dapat meningkatkan
Maulana, 2009). Proses pemberdayaan pengetahuan, sehingga menimbulkan
atau memandirikan masyarakat tidak kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan
hanya terbatas pada pemberian informasi yang diharapkan. Pasien DM memiliki
(seperti pendidikan kesehatan) tetapi juga kemampuan dan respon yang berbeda
upaya untuk merubah perilaku dan sikap
seseorang, sehingga promosi kesehatan
591
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
terhadap stimulus yang diberikan, sehingga
mandiri DM. Pengetahuan, keterampilan,
perilaku dan kemampuan pasien dalam
dan status psikologis pasien mengalami
melakukan perawatan mandiri juga
peningkatan, sehingga pasien mulai
berbeda. Pemberian DSME dapat
melakukan perawatan mandiri terhadap
menghasilkan berbagai outcome, yaitu hasil
penyakitnya.
jangka pendek, hasil jangka menengah, dan
Komponen DSME yang diajarkan
hasil jangka panjang (Norris et.al., 2002).
selama pemberian DSME kepada pasien
Kelebihan pemberian DSME dapat
DM dalam penelitian ini adalah
memberikan hasil yang positif, baik hasil
pengetahuan dasar tentang DM, pengaturan
jangka pendek, jangka menengah, maupun
nutrisi/diet, olah raga atau latihan fisik,
jangka panjang. Hasil jangka pendek
perawatan kaki, terapi farmakologis dan
meliputi kontrol glikemik (hemoglobin
monitoring kadar gula darah.
terglikosilasi dan gula darah), kontrol fisik
Selama proses pemberian DSME,
(berat badan, kadar lipid, luka pada kaki,
peneliti mengeksplorasi pengetahuan yang
tekanan darah, mikroalbuminuria,
telah dimiliki pasien dan perawatan yang
retinopati), modifikasi gaya hidup (aktivitas
telah dilakukan. Peneliti juga
fisik, diet, kebiasaan merokok), dan kontrol
mengeksplorasi perasaan dan keluhan yang
status mental (depresi dan ansietas).
dirasakan pasien. Komponen-komponen
Hasil jangka menengah meliputi
DSME yang diajarkan kepada pasien dapat
peningkatan pengetahuan, keterampilan
meningkatkan pengetahuan dan
(memecahkan masalah, kontrol gula darah
keterampilan pasien sekaligus memperbaiki
secara mandiri, dan penggunaan obat-
perawatan yang dilakukan pasien yang
obatan), status psikologis (kepercayaan diri,
kurang benar.
perilaku, koping), dan pemanfaatan fasilitas
Komponen-komponen DSME yang
pelayanan kesehatan (rutin kontrol). Hasil
telah diajarkan kepada pasien dapat
jangka panjang meliputi pencegahan
meningkatkan pengetahuan dan
komplikasi makrovaskular (penyakit
keterampilan perawatan mandiri pasien.
vaskuler perifer, penyakit jantung coroner,
Kemampuan individu untuk melakukan
penyakit serebrovaskuler), pencegahan
perawatan diri (Self Care) dipengaruhi oleh
komplikasi mikrovaskuler (penurunan
usia, status perkembangan, pengalaman
penglihatan, neuropati perifer, penyakit
hidup, orientasi sosial budaya, kesehatan,
ginjal, penyakit gigi dan mulut, ulkus
dan sumber daya yang tersedia. Perawatan
diabetik, dan amputasi), penurunan angka
diri dilakukan karena adanya masalah
kematian, peningkatan kualitas hidup, dan
kesehatan atau penyakit dengan tujuan
perbaikan sosial ekonomi (Norris et.al.,
mencegah penyakit dan meningkatkan
2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang kesehatan (Asmadi, 2008).
dilakukan oleh Sidani & Fan (2009), pasien
DM yang menerima DSME dapat Simpulan
mengalami perbaikan kontrol metabolik, Terdapat hasil peningkatan nilai rata-
perbaikan kualitas hidup, dan mengurangi rata Self Management setelah diberikan
komplikasi. Hasil penelitian yang dilakukan Diabetes Self Management Education
oleh Rondhianto (2011) juga menyatakan (DSME) pada kelompok intervensi dan
bahwa DSME terbukti memiliki pengaruh terdapat perbedaan pengaruh antara
yang positif terhadap peningkatan kelompok intervensi yang mendapatkan
kepercayaan diri dan perubahan perilaku intervensi DSME dan kelompok kontrol
perawatan diri pasien DM. yang mendapatkan intervensi standar
Dengan adanya pemberian DSME edukasi dari PERSADIA.
pada pasien DM dalam penelitian ini, DSME dapat dijadikan sebagai
pasien memperoleh informasi terkait suatu program promosi kesehatan untuk
perawatan meningkatkan kemampuan perawatan
592
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
mandiri pasien DM tipe 2. DSME dapat
10. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
dijadikan suatu SOP, sumber referensi, atau
Fundamental Keperawatan Konsep,
sumber acuan dalam penanganan pasien
Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume
DM baik dalam lingkup klinik maupun
1.EGC.Jakarta
komunitas. Masyarakat dan responden
11. Irnawati, K., Nursam, M., (2014).
diharapkan dapat menerapkan ilmu yang
Pengaruh Diabetes Self Management
telah diperoleh melalui perawatan mandiri
Education Terhadap Self Care Behavior
yang benar sehingga diharapkan
pada pasien Diabetes Mellitus. STIKES
masyarakat juga ikut serta membantu
Wira Medika PPNI. Bali.
melakukan perawatan mandiri dan
12. Jazilah, Paulus Wijono, Toto Sudargo.
mengurangi komplikasi yang terjadi pada
(2003). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
pasien akibat penyakit DM.
Sikap dan Prektik (PSP) Penderita
Diabetes Mellitus Mengenai Pengelolaan
Daftar Pustaka
Diabetes Mellitus dengan Kendali Kadar
1. Sicree, R.,Shaw, J., & Zimmet P. 2009.
Glukosa Darah. Universitas Gajah
The Global Burden. IDF Diabetes Atlas
Mada. Yogyakarta.
4th Ed.
13. Rahmadiliyani, N. (2008). Hubungan
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
antara Pengetahuan tentang Penyakit
2011. Konsensus Pengelolaan dan
dan Komplikasi pada Penderita
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Diabetes Mellitus dengan Tindakan
Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.
Mengontrol Kadar Gula Darah.
3. Soegondo, S., Soewondo, P., dan
Sukoharjo: Wilayah Kerja Puskesmas
Subekti, I., 2013. Penatalaksanaan
I Gatak.
Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke 2.
14. Funnell, M. M., et.al. 2008.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
National Standards for Diabetes Self-
4. Rondhianto. 2011. Pengaruh Diabetes
Management Education. Diabetes Care
Self Management Education dalam
Volume 31 Supplement 1: p. S87-S94.
Discharge Planning terhadap Self
15. Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J.,
Efficacy dan Self Care Behaviour Pasien
Schmid, C.H., & Engelgau, M.M. Self
Diabetes Mellitus Tipe 2. [tesis].
Management Education for Adults With
Surabaya: Program Studi Magister
Type 2 Diabetes A meta-analysis of the
Keperawatan Fakultas Keperawatan
effect on glycemic control. Diabetes Care,
Universitas Airlangga.
5. Tomey A.M. dan Alligood M. R. (2006). 25:1159–1171. 2002.
16. Norris SL, Nichols PJ, Caspersen CJ,
Nursing Theorists and Their
Glasgow RE, Engelgau MM, Jack L, et
Work. 6th ed. USA: Mosby
Elsevier. al. Increasing diabetes self-management
education in community settings.
6. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
A systematic review. Am J Prev Med.,
Metodologi Penelitian Ilmu
222(4 Suppl):39-66. [PMID: 11985934]
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, 2002.
dan Instrumen Penelitian 17. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Medika. Cipta
7. Sastroasmoro & Ismael. 2011. Dasar- 18. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
dasar Metodologi Penelitian Klinis. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan
Edisi-4 Jakarta: Bina Rupa Aksara. Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
8. Hastono, S. P. (2001). Analisis
19. Rahmawati. 2015. Pengaruh program
Data.
Diabetes Self Management Education
Universitas Indonesia. Jakarta.
terhadap manajemen diri pada penderita
9. Dahlan, S. (2011). Statistik untuk
DM tipe 2. (Tesis). Banda Aceh:
Kedokteran dan Kesehatan.
Salemba Medika. Jakarta.
593
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Syiah Kuala.
20. Yuanita. (2013). Pengaruh Diabetes Self
Management Education (DSME)
terhadap resiko terjadinya ulkus
diabetik pada pasien rawat jalan
dengan diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi.
Universitas Jember. Jember.
594
Jurnal Ners
172 Jurnaldan Kebidanan,
Ners Volume
dan Kebidanan, 5, No.
Volume 5, 2, Agustus
Nomor 2018 2018, hlm. 172–177 © 2018 Jurnal Ners dan
2, Agustus
DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p172 –177
license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Abstrak: Pemanfaatan teknologi smartphone sebagai media promosi kesehatan terus dikembangkan
dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi ini dimanfaatkan untuk mengelola berbagai penyakit akut
dan kronis, salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Tujuan dari literature review ini adalah
untuk mendeskripsikan sebuah intervensi yang memanfaatkan teknologi sebagai alat media berupa
smartphone dalam melakukan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol glukosa diabetes tipe 2.
Pencarian database yang digunakan termasuk ProQuest, SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed,
Perpustakaan Cohcrane, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publications. Kata kunci yang digunakan
dalam pencarian artikel adalah diabetes tipe 2, promosi kesehatan, telemedicine, aplikasi smartphone,
berbasis web, obesitas, latihan diabetes, berjalan, kontrol glukosa dengan mendapatkan 29 artikel dan
yang digunakan hanya 14 artikel yang sesuai melalui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik penelitian, hasil dari setiap artikel, serta keterbatasan
yang terjadi.Terdapat hasil yang efektif dalam pelaksanaan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol
glukosa diabetes tipe 2 dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat media seperti smartphone dan
website.
172
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 173
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Artikel Review
PenelitiJudulSampel MethodeOutput
Lari et Diabetes & Metabolic Syndrome/: Clinical 76 Kuasi Perbandingan dua kelompok menunjuk-
al. Research & Reviews Effect of electronic (46/30 ekspe- kan bahwa tidak ada perbedaan yang
(2017) education based on health promotion ) rimental dicatat dalam skor dukungan keluarga
model on physical activity in diabetic antara dua kelompok (p = 0,052),
patients. Diabetes & Metabolic Syndrome: namun status kesehatan, self-efficacy,
Clinical Research & Reviews, 6–11. benefit, dan dukungan teman
https://doi.org/ 10.1016/j.dsx.2017.08.013 dirasakan lebih tinggi dan hambatan
dirasakan lebih rendah pada kelompok
multimedia dibandingkan kelompok
kontrol
174 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177
Dwi et al. International Journal of Nursing Sciences 127 Cross Prediktor yang signifikan dari mana-
(2017) Predictors of diabetes self-management sectional jemen diri diabetes adalah
pengobatan,
among type 2 diabetics in Indonesia/ : self-efficacy, dan pengaruh situasio-
Application theory of the health promotion nal yang dirasakan
model. International Journal of Nursing
Sciences, 4(3), 260–265. https://doi.org/
10.1016/j.ijnss.2017.06.010
Nes et al. The development and feasibility of a web- 15 Ekspe- Sebelas dari lima belas peserta yang
(2012) based intervention with diaries and rimen termasuk dalam penelitian
menyelesai-
situational feedback via smartphone to kan intervensi, yang dievaluasi seba-
support self- management in patients with gai dukungan dan bermakna.
Sebagian
diabetes type 2 §, 7, 1–9. https://doi.org/ besar peserta melaporkan perubahan
10.1016/j.diabres.2012.04.019 gaya hidup positif.
Jacobs et Adherence as a predictor of weight loss in 7633 Ekspe- Penggunaan aplikasi smartphone di-
a
al. (2017) commonly used smartphone application. rimen kaitkan dengan penurunan berat
badan
Obesity Research & Clinical Practice, jangka pendek yang signifikan dan
pe-
11(2), 206– 214. https://doi.org/10.1016/ nurunan berat badan ini terkait
dengan
j.orcp.2016.05.001 kepatuhan
Joiner et Lifestyle interventions based on the 723 Syste- Dua puluh dua studi memenuhi kri-
al. (2015) diabetes prevention program delivered via abstrak matic teria inklusi/eksklusi, di mana 26
inter-
eHealth/ : A systematic review and meta- review vensi dievaluasi. Sampel terutama
analysis. Preventive Medicine, 100, 194– berpendidikan dasar dan
207. berpendidikan
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033 tinggi. Intervensi mencakup aplikasi
berbasis Web, aplikasi telepon
seluler,
pesan teks, DVD, panggilan telepon
respons suara interaktif, konferensi
video telehealth, dan programer on-
demand video
PenelitiJudulSampel MethodeOutput
luruhan pengalaman menggambarkan
persepsi tentang keseluruhan inter-
vensi; dan (d) frustasi dalam
mengelola kondisi kronis
menggambarkan kesu- litan dengan
kompleksitas manajemen T2DM dari
perspektif pasien.
Jendrike Introduction of a Novel Smartphone- 3 sistem Akurasi
Hasil dari tiga lot sistem pereaksi yang
et al. Coupled Blood Glucose Monitoring reagen sistem berbeda dalam batas akurasi dan
(2017) System. 100% hasil di dalam zona Adari grid
https://doi.org/10.1177/1932296817706594 kesalahan
Khansa et Evaluating the epic electronic medical record 31 Survey Tema yang diidentifikasi dalam hasil
al. system: A dichotomy in perspectives and dan survei kami mencakup kurangnya in-
(2015) solution recommendations. Health Policy inter- teraksi dengan penyedia layanan ke-
and Technology. https://doi.org/10.1016/ vensi sehatan, kesulitan dalam
j.hlpt.2015.10.004 menjadwalkan janji temu, kurangnya
komunikasi tepat waktu dengan
penyedia layanan kesehatan, dan
tantangan dalam me- ngelola
perawatan diabetes yang kom- pleks
Tursun- Use of social media for e-Government in 244 Syste- Hasil pencarian yang berpotensi
the 1
bayeva et public health sector/ : A systematic review abstrak matic relevan hanya 22 penelitian yang sepe-
al., (2017) of published studies. Government review nuhnya memenuhi kriteria inklusi.
Information Quarterly, 34(2), 270–282. Basis bukti sederhana ini sebagian
https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001 besar bersifat deskriptif, tidak disiplin
dan tidak memiliki kedalaman teoritis
yang terlihat di cabang penelitian
e- Government lainnya. Sebagian
besar penelitian diterbitkan dalam
limatahun terakhir di jurnal medis,
dipusatkan di twitter dan berasal dari
Negara-negara berpenghasilan tinggi
PEMBAHASAN menjan-
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2
yang efektif harus dapat membantu
mengoptimalkan kontrol glikemik dan mengarah
pada perbaikan klinis dan hasil metabolisme.
Rekomendasi saat ini didasarkan pada kesehatan
prinsip makan bagi keluarga dengan tujuan untuk
berpromosi kebiasaan hidup sehat sepanjang masa
sambil menjaga sosial dan psikologis
kesejahteraan. Asupan energi dan nutrisi penting
harus dituju untuk mempertahankan berat badan
ideal, meningkatkan kesehatan dan per- tumbuhan,
mengoptimalkan kontrol glikemik, sambil
meminimalkan risiko komplikasi kronis.
Penelitian menggunakan intervensi aplikasi
smartphone telah dijelaskan layak dan harus diuji
dalam skala besar. Aplikasi smartphone yang
dikem- bangkan sepertinya merupakan alat yang
jikan untuk mendukung pasien diabetes tipe 2
mem- buat perubahan gaya hidup yang penting.
Keefektifan intervensi eHealth berbasis DPP
pada penurunan berat badan menjadikan sebuah
penelitian rujukan untuk dilakukannya penelitian
lebih lanjut yang mengarah pada populasi ras dan
etnis yang beragam dengan tingkat pendidikan
yang terbatas. Penelitian selanjutnya juga harus
berfokus pada cara mengoptimalkan dukungan
perilaku.
Sementara banyak aplikasi smartphone
untuk weightloss, hanya ada sedikit penelitian
terkini mengenai kemampuan mereka dalam
memfasilitasi kepatuhan terhadap program
penurunan berat ba- dan. Beberapa studi yang
dipublikasikan pada umumnya menunjukkan
bahwa sistem pengiriman smartphone dikaitkan
dengan kepatuhan yang lebih besar dan
peningkatan berat badan dan hasilnya
176 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177
Nes, A. G., Dulmen, S. Van, Eide, E., & Finset, A. Pludwinski, S., Ahmad, F., Wayne, N., & Ritvo, P.
2012. The development and feasibility of a web- 2015. Participant experiences in a smartphone-
based intervention with diaries and situational based health coaching intervention for type 2
feedback via smartphone to support self- diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1–7.
management in patients with diabetes type 2 §, 7, https://doi.org/ 10.1177/1357633X15595178
1–9. https:// Tursunbayeva, A., Franco, M., & Pagliari, C. 2017.
doi.org/10.1016/j.diabres.2012.04.019 Use of social media for e-Government in the
Octa P, I., Tjahjono D.K., K., & Nuggetsiana S, A. public health sector/ : A systematic review of
2011. Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan published studies. Government Information
Gaya Hidup Terhadap Indeks Massa Tubuh, Quarterly, 34(2), 270–282.
Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, dan Glukosa https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus, 1–19.
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, Hal. 1911-1917
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.v5i4.5030
ABSTRAK
Abstrak: Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan,
kesadaran dan kewaspadaan tentang diabetes melitus, faktor-faktor risiko,
pengendalian serta komplikasi DM. Sasaran program pengabdian ini adalah 17 kader
kesehatan di desa Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan pengabdian
masyarakat ini berlangsung di masa pandemi COVID-19. Metode kegiatan pengabdian
adalah promosi kesehatan diabetes melitus secara online melalui Zoom meeting. Hasil
kegiatan pengabdian ini memperlihatkan bahwa sasaran kegiatan pengabdian antusia
dan memberikan respon yang baik. Hasil evaluasi (pretest dan postest) kegiatan
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan DM sebesar 25%. Promosi kesehatan
DM di era COVID-19 secara online dengan media Zoom meeting dapat meningkatkan
pengetahuan tentang diabetes dengan baik.
Abstract: This community service aims to increase knowledge, awareness and vigilance
about diabetes mellitus, risk factors, control and complications of diabetic. The target of
this service program is 17 health cadres in Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
The implementation of this community service took place during the COVID-19
pandemic. The method of community service activities is online diabetes mellitus health
promotion through Zoom meetings. The results of this service activity show that the
target of the service activity is enthusiastic and gives a good response. The results of the
evaluation (pretest and posttest) of activities showed an increase in DM knowledge by
25%. DM health promotion in the COVID-19 era online with the Zoom meeting media
can improve diabetic knowledge well.
Article History:
Received: 24-06-2021
Revised : 02-07-2021
Accepted: 04-07-2021 This is an open access article under the
Online : 01-08-2021 CC–BY-SA license
A. LATAR BELAKANG
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun 2020 sampai
saat ini masih belum dapat dikendalikan. Sejak kasus pertama di
Wuhan,terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan
memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020 (Ridho,
2020). Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di
sekitar, kemudian bertambah hingga keprovinsi-provinsi. lain dan
seluruh China 2019. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736
1911
1912| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 4, Agustus 2021, hal. 1911-1917
B. METODE PELAKSANAAN
Metode pengabdian yang digunakan untuk mewujudkan tujuan dan
realitas program pengabdian ini adalah promosi dan edukasi DM. Sasaran
pengabdian masyarakat ini adalah kader Kesehatan di Tamantirto,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 27
Januari 2021. Kegiatan ini diikuti oleh 17 orang. Serangkaian kegiatan
dimulai tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
Kegiatan pengabdian ini meliputi beberapa tahap. Tahap-tahap pengabdian
ini meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap mempersiapkan tim pengabdian, mitra
pengabdian dalam menyusun rencana kegiatan, pendataan dan semua
kebutuhan terkait pelaksanaan kegiatan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi 3 aktivitas yaitu, pelatihan Zoom meeting,
penyuluhan dan edukasi DM pada sasaran program pengabdian
masyarakat.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pelaksanaan pengabdian antara lain menilai
pelaksanaan kegiatan dan peningkatan pengetahuan sasaran program
pengabdian masyarakat tentang DM. Menilai hasil pretest dan postest
soal-soal kuisioner tentang DM, factor risiko, gejala, penangan,
komplikasi DM. Pretest dilaksanakan sebelum pelaksanaan
penyuluhan dan edukasi DM, sedangkan postest dilaksanakan setelah
penyuluhan dan edukasi DM selesai.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, D. T., & Hasibuan, R. (2020). Gambaran Promosi PHBS Dalam
Mendukung Gaya Hidup Sehat Masyarakat Kota Binjai Pada Masa Pandemic
Covid-19 Tahun 2020 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan PENDAHULUAN Sehat adalah hal yang
paling terpenting dalam kehi. Jurnal Menara Medika, 3(1), 22–31.
Erna, I., & Wahyuni. (2011). Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Desa
Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Gaster : Jurnal
Kesehatan, 8(2), 741–749.
Federation, I. D. (2019). IDF Diabetes Atlas - 2019. In International Diabetes
Federation. https://doi.org/10.1289/image.ehp.v119.i03
Indriawati, R., & Darmawati, I. (2021). Peningkatan Pengetahuan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Di Era Covid-19. 5(2), 458–465.
1917
Ratna Indriawati, Upaya Pencegahan Diabetes...
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a group of heterogenic anomaly which is signed by increasing of glucose blood level or
hiperglikemic. Diabetes type 2 treatment are diet planning, physical exercise, drug therapy (insulin) and
education. The purpose of this study was to find out the effect of peer model health promotion with diet
obedience of Diabetes type 2 patients in work area of UPT. Puskesmas Saronggi. The study was quasy-
experiment with pretest-posttest control group design. The population of this study were every Diabetes type 2
outpatient in UPT. Puskesmas Saronggi. The sampling technic was total sampling with 34 respondent. Data
gathered by questioner. Then analized by Wilcoxon Signed Rank Test” and “Mann-Whitney” with
significance value p = 0,05. The result presented that there was an effect of peer model health promotion with
diet obedience of Diabetes type 2 patients in work area of UPT. Puskesmas Saronggi with p value = 0,000.
Diabetic patients must have minimal information which is given after diagnosis. Information about basic
knowledge of Diabetes Mellitus, self controlling and treatment of diabetes type 2 like food planning (Diet).
Keyword: Diet Obedience; Diabetes Mellitus Type 2; Health Promotion; Peer Model
ABSTRAK
Diabetes merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Penatalaksanaan Diabetes tipe 2 yaitu perencanaan
makan (diet), latihan jasmani (olahraga), terapi obat (insulin) dan edukasi. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan model sesama terhadap
kepatuhan diit pada pasien Diabetes tipe 2 di wilayah kerja UPT. Puskesmas Saronggi Tahun
2016. Penelitian ini merupakan quasy-experiment dengan pretest-posttest control group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes tipe 2 rawat jalan di
UPT. Puskesmas Saronggi. Total sampling adalah cara yang dipilih untuk mendapatkan
sampel yaitu sebanyak 34 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah
diuji reabilitas dan validitas sebelumnya. Analisa data yang digunakan adalah uji “Wilcoxon
Signed Rank Test” dan uji “Mann-Whitney” dengan nilai signifikasinya p = 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Model Sesama
Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Tipe 2 dengan nilai signifikansi p = 0,000.
Penyandang diabetes perlu mendapat pengetahuan minimal setelah diagnosis ditegakkan.
Informasi yang diberikan
mencakup pengetahuan umum tentang Diabetes Mellitus Tipe 2, pemantauan mandiri oleh
di penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2, dan penatalaksanaan Diabetes MTipe 2 seperti
perencanaan makan (Diet).
Kata kunci : Diabetes tipe II; kepatuhan diet; model sesama; promosi kesehatan
METODE PENELITIAN
Dalam upaya meningkatkan kepatuhan
Penelitian ini menggunakan desain
diet Diabetes Tipe 2 saat ini telah
quasy- experiment, pretest-posttest control
banyak dikembangkan penelitian
group design. Tujuan dari studi ini untuk
mengenai pendidikan kesehatan tentang
memahami pengaruh promosi kesehatan
diet terapi pasien Diabetes Tipe 2
dengan model sesama sebagai variabel
dalam
bebas (independen) terhadap kepatuhan
diit diabetes tipe 2 yang menjadi
variabel terikat (dependen), (Saputra,
Muhith, &
297
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Sebelum Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kepatuhan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Diet f % f %
Patuh 0 0,0 0 0,0
Cukup Patuh 3 17,6 2 11,8
Kurang Patuh 14 82,4 15 88,2
Total 17 100 17 100
299
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Setelah Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kepatuhan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Diet f % F %
Patuh 6 35,3 - 0,0
Cukup Patuh 11 64,7 3 17,6
Kurang Patuh - 0,0 14 82,4
Total 17 100 17 100
Tabel 4 Distribusi Hasil Uji Kepatuhan Diit pada grup Perlakuan dan grup Kontrol
Setelah Pemberian Penyuluhan di UPT. Puskesmas Saronggi Tahun 2017
Kelompok Pre-Pretest Pre-Posttest Pre-Posttest Post-Posttest
Responden Perlakuan- Perlakuan Kontrol Perlakuan-
Kontrol Kontrol
Nilai signifikan ( p) 0,131 0,000 0,317 0,000
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pretest- perbedaan kepatuhan diit pada penderita
postest kepatuhan diit pada kelompok Diabetes tipe 2 kelompok perlakuan
perlakuan. Hasil pretest kepatuhan diit sebelum dan sesudah penyuluhan.
pada kelompok perlakuan sebelum
diberikan intervensi menunjukkan hampir Hasil uji kepatuhan diit kelompok kontrol.
seluruhnya penderita Diabetes Tipe 2 Hasil pretest kepatuhan diet pada grup
adalah kurang patuh yaitu sejumlah 14 kontrol tanpa diberikan perlakuan
orang dan 3 orang cukup patuh. Hasil menunjukkan hampir semua penderita
postest kepatuhan menjalani diit pada Diabetes tipe 2 adalah kurang patuh
kelompok perlakuan setelah diberikan yaitu 15 orang dan 2 orang cukup patuh.
perlakuan sebagian besar responden yaitu Hasil postest kepatuhan diit pada grup
cukup patuh sebanyak 11 orang dan 6 kontrol tanpa diberikan perlakuan
orang patuh. menunjukkan hasil yang sama seperti
saat pretest yaitu hampir semua
Hasil uji didapatkan keseluruhan penderita Diabetes Tipe 2 kurang patuh
kepatuhan diet penderita Diabetes Tipe yaitu ssejumlah 14 orang dan 3 orang
2 mengalami peningkatan dengan nilai cukup patuh.
signifikan 0,000 dimana lebih kecil dari α
0,05. Berdasarkan hasil uji statistik Hasil uji diperoleh signifikan 0,317 > α
tersebut, maka H0 ditolak yang artinya 0,05. Menurut uji statistik diatas, jadi
ada H0 diterima yang artinya tidak ada
perbedaan
Care:
Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308 300
kepatuhan menjalani program makan pada perlakuan adalah sebagian besar wanita
Klien DM type 2 pada kelompok sebanyak 12 orang (70,6%). Data studi ini
control di wilayah kerja UPT. sama dengan studi yang dilakukan oleh
Puskesmas Saronggi. (Santoso M, Lian S, 2006) dan penelitian
Sousa bahwa wanita lebih banyak
Hasil uji Mann-Whitney postest-postest menderita diabetes dibandingkan dengan
kepatuhan diit pada kelompok yang laki-laki dikarenakan adanya prosentase
diberikan intervensi dan kelompok penimbunan lemak yang lebih banyak
tanpa intervensi. Hasil uji statistik dari sehingga dapat menurunkan sensitifitas
postest kepatuhan diet grup perlakuan insulin (Sousa, Hartman, Miller, &
dan grup kontrol diperoleh nilai Carroll, 2009). Peneliti berpendapat
signifikan 0,000 < α 0,05. Berdasarkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih
uji statistik diatas,jadi H0 ditolak yang rentan terhadap Diabetes tipe 2 sehingga
artinya terdapat pengaruh promosi angka ketidakpatuhan dietnya lebih
kesehatan terhadap kepatuhan program tinggi dibanding jenis kelamin laki-laki.
makan pada klien DM type 2 di wilayah Hasil studi memperlihatkan bahwa
kerja UPT Puskesmas Saronggi. pendidikan terakhir pasien pada kelompok
intervensi hampir seluruhnya adalah SD
PEMBAHASAN yaitu
Kepatuhan Diet Responden Sebelum 14 orang (82,3%). Sesuai dengan
Perlakuan pada Kelompok Perlakuan.
penelitian Idha Kusumawati (2015) yaitu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kepatuhan menjalani
kepatuhan diit pada kelompok intervensi
diet ditinjau dari tingkat pendidikan.
sebelum pemberian penyuluhan hampir
Tingkat pendidikan rendah merupakan
seluruhnya adalah kurang patuh sejumlah
satu faktor pemungkin rendahnya
14 orang (82,4%). Jika dilihat dari masih
tingkat pengetahuan seseorang.
rendahnya tingkat ketaatan makan pada
Rendahnya tingkat pendidikan akan
klien DM type 2 pada kelompok
mempengaruhi tingkat pengetahuan
perlakuan, semua itu dapat disebakan
seseorang dalam proses memahami dan
multi faktor, seperti jenis kelamin,
menerapkan apa yang telah disampaikan
pendidikan terakhir, dan tingkat
seperti menerapkan pola makan (diet)
pengetahuan.
yang tepat untuk penderita Diabetes tipe
2.
Berdasarkan penelitian memperlihatkan
bahwa gender pasien pada kelompok
301
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Dalam Diabetes Control and Complication seluruhnya adalah kurang patuh yaitu
Trial (DCCT), penelitian tentang tingkat sejumlah 14 orang (82,4%). Sebagian besar
kepatuhan diabitisi terhadap pengelolaan kepatuhan diit pada kelompok intervensi
DM menemukan 75 % tidak mengikuti setelah pemberian penyuluhan adalah
program diet. Ketidakpatuhan ini cukup patuh sebanyak 11 orang
menghambat pengendalian glukosa darah, (64,7%). Berdasarkan hasil uji
dan berakibat pasien membutuhkan check didapatkan keseluruhan kepatuhan diet
up atau pengobatan tambahan yang penderita Diabetes Tipe 2 mengalami
sebetulnya tidak diperlukan peningkatan dengan signifikansi 0,000
< α 0,05. Menurut uji statistik diatas, jadi
Hasil penelitian yang dilakukan Herlena H0 ditolak yang artinya ada pengaruh
Essy Phitri dan Widiyaningsih diketahui promosi kesehatan dengan model sesama
bahwa kepatuhan sebagian besar tidak terhadap kepatuhan diit DM type 2 di
patuh sebanyak 31 responden (57,4%) wilayah kerja UPT. Puskesmas
(Essy Phitri et al., 2013). Penelitian Setyani Saronggi.Penelitian sebelumnya yang
menggambarkan tingkat ketaatan diet dilakukan oleh Hotma Rumahorbo
pasien hanya 43% pasien yang patuh menunjukkan efektivitas model sesama
menjalankan diet diabetes. Sebanyak 57% dalam memperbaiki pola makan
pasien tidak patuh menjalankan program penyandang prediabetes menunjukkan
diet (Setyani, 2007). hasil yang bermakna dengan menurunnya
%AKG sebesar 25,186 % (Rumahorbo,
Menurut Almatsier jumlah kalori yang 2014). Hasil ini membuktikan bahwa
dikonsumsi secara berlebihan akan pola hubungan dan kerjasama yang
meningkatkan kadar gula darah pasien. dibangun oleh perawat, kader
(Almatsier, 2010). Penderita dianjurkan dasawisma dan penyandang prediabetes
menggunakan gula khusus diabetes ke melalui pelatihan dan dan
dalam makanan dan minuman sebagai pendampingan dan kader dasawisma
pengganti gula. dapat memberdayakan penyandang
prediabates dalam memiliki kemampuan
Pengaruh Promosi Kesehatan dengan
pengelolaan diri khususnya dalam
Model Sesama Terhadap Kepatuhan
Diit Pada Penderita DM Type 2 memperbaiki pola makan.
Kepatuhan diet pada kelompok intervensi
sebelum pemberian penyuluhan hampir
Keberhasilan model sesama dalam
memperbaiki pola makan penyandang
304
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 294-308
Dita Wahyu Hestiana
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet, aktivitas fisik,
Diterima kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%. Di Puskesmas
Disetujui Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan populasi seluruh
penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel adalah 57
Keywords: responden. Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Compliance, Management of Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin (p<
Diet, T2DM. 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2.
Tidak terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7), pengetahuan (p: 0,42),
dan peran petugas kesehatan (p: 0,7).
Simpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe
2 adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.
Abstract
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to
December 31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done
by using a questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health
officer (p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.
Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com
138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)
141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
145