Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST LAPAROTOMI

DENGAN PERITONITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


RASA AMAN DAN NYAMAN

Nafikatun Nurrohmah1, Noor Fitriyani2


1Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

nafikatun.nurrohmah@gmail.com
2Dosen Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

pipitnizam87@gmail.com

ABSTRAK

Peritonitis merupakan peradangan pada peritoneum. Pada pasien peritonitis akan


mengalami gangguan rasa nyaman yaitu nyeri. Nyeri pada abdomen menjadi
tanda gejala yang paling umum sering muncul pada pasien peritonitis karena
terjadinya reaksi peradangan lokal sehingga harus segera dilakukan tindakan
laparotomi. Laparotomi merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan pada
abdomen. Dampak dari tindakan laparotomi yang telah dilakukan yaitu timbulnya
luka dan menyebabkan nyeri. Nyeri pada pasien post laparotomi dengan
peritonitis dapat dilakukan tindakan non farmakologi yaitu relaksasi autogenik.
Relaksasi autogenik adalah tekhnik relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
berupa kata-kata atau kalimat pendek yang membuat pikiran tentram untuk
mengurangi nyeri dan merasa nyaman. Tujuan dari kasus ini untuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pada pasien post laparotomi dengan peritonitis
dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Jenis studi kasus ini adalah
deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Subjek studi kasus menggunakan
satu pasien post laparotomi dengan peritonitis yang mengalami nyeri akut di
ruang ICU Bedah Cempaka RSUD Dr. Moewardi. Hasil studi kasus dengan
masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan relaksasi autogenik
selama 3 hari menunjukkan terjadi penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadi
skala 3. Rekomendasi tindakan relaksasi autogenik efektif dilakukan pada pasien
post laparotomi dengan peritonitis dalam masalah kebutuhan rasa aman dan
nyaman.
Kata Kunci: Laparotomi, Nyeri, Relaksasi Autogenik, Peritonitis
NURSING CARE IN POST-LAPAROTOMY PATIENTS WITH
PERITONITIS IN FULFILLMENT OF SAFE AND COMFORTABLE
NEEDS

Nafikatun Nurrohmah1, Noor Fitriyani2


1Student of Diploma 3 Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada

Surakarta
nafikatun.nurrohmah@gmail.com
2Lecturer of Diploma 3 Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada

Surakarta
pipitnizam87@gmail.com

ABSTRACT

Peritonitis is inflammation of the peritoneum. Peritonitis patients will experience


discomfort, namely pain. Abdominal pain is the most common sign and symptom
in peritonitis patients due to local inflammatory reactions, so laparotomy must be
performed immediately. Laparotomy is a surgical procedure performed on the
abdomen. The impact of the act of laparotomy is the emergence of wounds and
cause pain. Pain in post-laparotomy patients with peritonitis can be performed
non-pharmacological actions, namely autogenic relaxation. Autogenic relaxation
is a relaxation technique that originates from oneself in the form of words or short
sentences that make the mind calm to reduce pain and feel comfortable. The
purpose of this study was to identify the description of nursing care in post-
laparotomy patients with peritonitis in fulfillment of safe and comfortable needs.
This type of case study was descriptive with a case study approach. The subject
was one post laparotomy patient with peritonitis who experienced acute pain in
the ICU Cempaka Surgery Hospital Dr. Moewardi. The results of a case study
with acute pain nursing problems performed by autogenic relaxation actions for 3
days showed a decrease in pain scale from scale 6 to 3. Recommendations:
Autogenic relaxation action is effective in post-laparotomy patients with
peritonitis in fulfillment of safe and comfortable needs.

Keywords: Laparotomy, Pain, Autogenic Relaxation, Peritonitis.

PENDAHULUAN
Peritonitis merupakan dalam rongga abdomen sehingga
penyakit inflamasi pada membran terjadi pembentukan abses sebagai
peritoneum, penyebabnya yaitu bentuk pencegahan infeksi yang
adanya infeksi bakteri, penyebaran dapat menimbulkan nyeri pada
infeksi dari organ abdomen, ruptur abdomen (Black & Hawks, 2014;
saluran cerna dan luka tembus Padila, 2012).
abdomen yang mengakibatkan Nyeri pada abdomen menjadi
terjadinya reaksi peradangan. tanda gejala yang paling umum
Terjadinya reaksi peradangan lokal sering muncul pada pasien peritonitis
menyebabkan proses inflamasi akut yang harus segera dilakukan tindakan
pembedahan laparotomi. Laparotomi operasi laparatomi yang dilakukan
adalah pembedahan yang dilakukan pada tahun 2017.
pada abdomen apabila terjadi Menurut Wira Ditya (2016),
masalah kesehatan yang berat pada dampak dari tindakan pembedahan
area abdomen. Indikasi pasien yang telah dilakukan dapat
dilakukan laparotomi disebabkan mengakibatkan timbulnya luka pada
oleh beberapa hal yaitu karena bagian tubuh pasien sehingga
trauma abdomen (tumpul/ tajam) menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat
atau ruptur hepar, peritonitis, memperpanjang masa penyembuhan
perdarahan saluran pencernaan, karena akan mengganggu
sumbatan pada usus halus dan besar, kembalinya aktivitas pasien dan
dan massa pada abdomen menjadi salah satu alasan pasien
(Nainggolan, 2013). tidak ingin bergerak.
Prevalensi Peritonitis sampai Nyeri adalah pengalaman
saat ini masih menjadi masalah sensori dan emosional yang tidak
infeksi yang sangat serius penyebab menyenangkan yang berhubungan
kejadian mortalitas di berbagai dengan kerusakan jaringan aktual
Rumah Sakit yaitu antara 10-20%, di atau potensial, atau digambarkan
negara-negara berkembang risiko dalam ragam yang menyangkut
angaka kematian lebih tinggi lagi kerusakan, atau sesuatu yang
(Japanesa, Asril & Selfi, 2016). digambarkan dengan terjadinya
Peritonitis dilakukan tindakan kerusakan (Zakiyah, 2015). Nyeri
tindakan pembedahan menempati dianggap sangat mengganggu bahkan
urutan ke-10 dari 50 pertama pola menyulitkan banyak orang karena
penyakit yang mencapai sekitar 1,2 rasa ketidaknyamanan yang dapat
juta jiwa dan diperkirakan 32% merespon secara biologis dan
diantaranya merupakan tindakan perilaku sehingga akan menimbulkan
bedah laparatomi (RPJMN, 2015). respon fisik atau psikis. Respon fisik
Menurut hasil analisa merupakan perubahan keadaan
laporan kinerja RSUD Dr. Moewardi umum, ekspresi wajah, nadi,
2017, diperoleh data mortalitas kasus pernapasan, suhu. Respon nyeri
peritonitis akut menduduki posisi ke lainnya adalah respon psikis, respon
4 dari sepuluh besar penyakit ini dapat merangsang stress yang
penyebab kematian, angka kejadian menekan sistem imun dan
post laparatomi dengan peritonitis peradangan serta menghambat proses
merupakan salah satu dari 10 besar penyembuhan (Andarmoyo, 2014).
kasus terbanyak di RSUD dr. Manajemen nyeri adalah
Moewardi Surakarta yang berada di pengurangan nyeri sampai pada
Provinsi Jawa Tengah. Sementara tingkat kenyamanan yang dapat
dari data rekam medik pasien RSUD diterima oleh pasien dalam
dr. Moewardi Surakarta, pada tahun pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
2014 diperoleh data rata-rata sekitar nyaman. Penatalaksanaan terhadap
556 tindakan pembedahan laparatomi pasien dengan kondisi nyeri dapat
yang dilakukan setiap bulannya, dilakukan dengan cara farmakologi
sehingga totalnya mencapai 6.681 dan nonfarmakologi dengan
mengajarkan tekhnik relaksasi
autogenik (Andarmoyo, 2014). Studi kasus ini dilakukan untuk
Berdasarkan jurnal keperawatan mengetahui gambaran asuhan
Nurhayati, Septiani dan Novi, (2015) keperawatan pada pasien post
pemberian relaksasi autogenik pada laparotomi dengan peritonitis dalam
pasien post operasi menunjukkan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
hasil penurunan nyeri yang nyaman.
signifikan dengan menggunakan alat Subjek dalam studi kasus ini
ukur NRS yang telah dilakukan uji adalah satu pasien post laparotomi
validitas. dengan peritonitis dalam pemenuhan
Relaksasi autogenik kebutuhan rasa aman dan nyaman.
merupakan teknik relaksasi yang Tempat pengelola studi kasus ini
bersumber dari diri sendiri berupa diruang ICU Cempaka RSUD Dr.
kata-kata atau kalimat pendek, Moewardi Surakarta selama 3 hari
keyakinan ataupun pikiran yang bisa dalam rentang waktu 26 Febuari - 28
membuat pikiran tentram dalam Februari 2019.
menghadapi nyeri atau kondisi
penyakitnya (Dewi, Sri dan Sofiana, HASIL DAN PEMBAHASAN
2018). Hasil studi kasus yang Subjek bernama Ny. P
dilakukan Nurhayati, Septiani dan berjenis kelamin perempuan dengan
Novi, (2015) mengenai pemberian usia 60 tahun, diagnosa medis post
tehknik relaksasi autogenik terhadap laparotomi dengan peritonitis. Hasil
penurunan skala nyeri pada pasien pengkajian didapatkan data
post operasi sectio caesarea berdasarkan keluhan utama yaitu
menunjukkan penurunan nyeri yang nyeri pada perut di luka post operasi,
signifikan, tindakan tersebut juga P: pasien mengatakan nyeri terasa
efektif untuk menurunkan skala nyeri bertambah saat bergerak, Q: nyeri
pada pasien post laparotomi dengan terasa seperti tertusuk- tusuk jarum,
peritonitis. R: nyeri di perut di luka post operasi
Relaksasi autogenik laparotomi bagian kuadran I, III, S:
mempunyai elemen yang secara skala nyeri 6, T: nyeri hilang timbul,
umum sama dengan relaksasi, yaitu ekspresi wajah pasien tampak tegang
sama-sama membawa pasien kearah dan terkadang mengerutkan dahi
relaks yang membuat individu menahan nyeri serta pasien terlihat
menyadari dan mempersepsikan sering melindungi area nyeri di
nyerinya atau kondisi penyakitnya perutnya dengan pemeriksaan TD:
berkurang. Tujuan dari relaksasi 110/ 62 mmHg, nadi: 62x/ menit,
autogenik yaitu menurunkan RR: 16x/ menit dan suhu: 36,8o C.
intensitas nyeri, memberikan Mendapat terapi medis metamizole
perasaan nyaman, mengurangi stress, 500 mg/ 8 jam sebagai obat untuk
memberikan ketenangan dan nyeri post operatif. Data tersebut
ketegangan (Yulianto, et al, 2016). sudah sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa post operasi
METODE STUDI KASUS laparatomi dapat menyebabkan nyeri
Studi kasus ini menggunakan (Dube, 2014).
cara wawancara, observasi, studi Hasil pemeriksaan fisik
dokumentasi serta studi kepustakaan. abdomen didapat luka post operasi
laparotomi di perut bagian kuadran I, dan sebagai prioritas diagnosa.
III secara vertikal sepanjang ± 15 cm Masalah nyeri bila tidak segera
dengan jahitan ± 17 jahitan yang ditangani akan menimbulkan rasa
terbalut dengan kassa steril dan tidak nyaman yang berkepanjangan
terdapat nyeri tekan di seluruh sehingga mengganggu istirahat dan
lapang perut. Hal ini juga sesuai akan mengakibatkan syok (syok
dengan teori yang didapat bahwa karena nyeri berlebihan).
dampak dari tindakan pembedahan Intervensi keperawatan pada
yang telah dilakukan dapat studi kasus ini yang berfokus pada
mengakibatkan timbulnya luka pada diagnosa utama nyeri akut
bagian tubuh pasien sehingga berhubungan dengan agen cidera
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat fisik berdasarkan NIC yaitu
memperpanjang masa penyembuhan manajemen nyeri (1400) : monitor
luka karena akan mengganggu tanda-tanda vital, observasi adanya
kembalinya aktivitas pasien dan petunjuk nonverbal mengenai
menjadi salah satu alasan pasien ketidak nyamanan, kaji nyeri secara
untuk tidak ingin bergerak (Nugroho, komprehensif (PQRST), ajarkan
2010). prinsip-prinsip manajemen nyeri dan
Diagnosa keperawatan yang penggunaan teknik non farmakologi
ditegakkan berdasarkan dari data dengan relaksasi autogenik,
pengkajian diatas adalah nyeri akut kolaborasikan pemberian analgsik
berhubungan dengan agen cidera metamizole 500 mg/ 8 jam sesuai
fisik. Penulis mengangkat diagnosa instruksi dokter. Hal ini bertujuan
nyeri akut mengacu dari analisa data setelah dilakukan tindakan
dimana pasien setelah dilakukan keperawatan selama 3 x 24 jam
pengkajian, didapatkan data bahwa diharapkan nyeri akut teratasi dengan
pasien mengatakan nyeri pada bagian kriteria hasil mampu mengenali
perut, nyeri terasa ketika banyak kapan nyeri terjadi, mampu
bergerak, nyeri terasa seperti menggunkan tindakan pencegahan/
tertusuk-tusuk jarum, nyeri di perut pengurangan nyeri tanpa analgesik
post operasi laparotomi bagian dengan penerapan relaksasi
kuadran I, III, skala yang dirasakan 6 autogenik, skala nyeri yang
dan nyeri terasa hilang timbul, dilaporkan berkurang, tidak ada
tergolong nyeri sedang Penulis ekspresi wajah menahan nyeri (NIC-
mengangkat nyeri akut berhubungan NOC, 2015).
agen cidera fisik sebagai diagnosa Tindakan keperawatan non-
utama mengacu pada teori Hierarki farmakologi yang dilakukan untuk
Maslow dimana kebutuhan rasa aman mengurangi nyeri yaitu mengajarkan
dan nyaman (nyeri) menempati manajemen nyeri dengan tekhnik
urutan yang kedua setelah kebutuhan relaksasi autogenik. Menurut
fisiologis, karena pada kebutuhan penelitian Nurhayati, Andriyani dan
fisiologis tidak terjadi gangguan Novi (2015), relaksasi autogenik
maka penulis menetapkan nyeri akut dapat menurunkan intensitas skala
sebagai diagnosa utama. Menurut nyeri yang dirasakan oleh pasien post
Jitowiyono (2010) nyeri akut juga operasi sectio caesarea dari skala
diletakkan sebagai diagnosa utama nyeri sedang (4-6) dapat berkurang
menjadi skala nyeri ringan (1-3) hal Implementasi keperawatan
tersebut menunjukkan penurunan yang telah dilakukan selama 3 hari
nyeri yang signifikan karena secara didapatkan hasil bahwa sebelum dan
fisiologi rangsangan relaksasi setelah dilakukan tindakan relaksasi
autogenik merupakan tekhnik yang autogenik telah mengalami
didasarkan kepada keyakinan bahwa perubahan penurunan intensitas
tubuh berespon pada ansietas yang nyeri, walaupun perubahan tidak
merangsang saraf perifer yang terjadi sangat signinifikan, namun
diteruskan ke korteks sensori somatik perubahan terjadi secara bertahap
(tempat nyeri di persepsikan) seperti yang telah dijelaskan pada
sehingga mengaktifkan respon tabel dibawah ini:
otonomik dan lombik yang membuat Tabel Hasil Evaluasi skala nyeri
individu menyadari dan
mempersepsikan nyerinya atau Hari dan Skala Nyeri
kondisi penyakitnya berkurang. tanggal Sebelum Sesudah
Tindakan tindakan
Implementasi keperawatan
dilakukan dari perencanaan yang Hari ke 1
disusun sebelumnya. Implementasi Tanggal 26 6 5
yang dilakukan pada diagnosa Februari 2019
Hari ke 2
keperawatan yang pertama nyeri akut Tanggal 27 5 4
berhubungan dengan agen cidera Februari 2019
fisik yaitu melakukan monitor tanda- Hari ke 3
tanda vital, mengobservasi adanya Tanggal 28 4 3
petunjuk nonverbal mengenai Februari 2019
ketidak nyamanan, mengkaji nyeri
secara komprehensif (PQRST), Hasil diatas telah sesuai
mengajarkan prinsip-prinsip dengan teori dalam penelitian
manajemen nyeri dan penggunaan Nurhayati, Andriyani dan Novi
teknik non farmakologi dengan (2015) tindakan relaksasi autogenik
relaksasi autogenik, melakukan yang dilakukan berulang-ulang setiap
kolaborasikan pemberian obat hari secara bertahap dengan waktu
analgsik metamizole 500 mg/ 8 jam 20 menit mampu menurunkan
sesuai instruksi dokter. intensitas skala nyeri yang terjadi
Menggunakan metode akibat prosedur pembedahan yang
PQRST menurut menurut teori sebelum dilakukan berada di rentang
Andarmoyo (2014), dalam skala nyeri sedang (4-6) sesudah
melakukan pengkajian karakteristik diberikan terapi relaksasi autogenik
nyeri adapun teori yang digunakan berada di rentang skala nyeri ringan
penulis yaitu meliputi, P: Provoking (1-3).
atau pemicu faktor yang Hasil dari akhir evaluasi yang
menimbulkan, Q: Quality atau dapat dicapai setelah dilakukan
kualitas nyeri, R: Region atau daerah tindakan keperawatan selama 3x24
lokasi nyeri, S: Severity atau jam, masalah nyeri akut sudah
intensitas nyeri, T: Time atau teratasi. Hal ini dapat dibuktikan
frekuensi serangan nyeri. dengan pasien yang mengatakan
bahwa nyeri sudah sangat berkurang
dengan skala nyeri 3, terlihat dari Black, J dan Hawks, J. (2014).
vokalisasi ekspresi wajah tampak Keperawatan Medikal Bedah:
rileks sudah tidak ada ekspresi Manajemen Klinis untuk Hasil
menahan nyeri ataupun mengerutkan yang Diharapkan.
dahi. Dialihbahasakan oleh Nampira
Umumnya relaksasi R. Jakarta: Salemba Emban
autogenik hampir sama dengan Patria.
relaksasi, yaitu sama-sama membawa
pasien kearah rilaks. Penelitian Dewi, Sri dan Sofiana. (2018).
tersebut terbukti di dalam studi kasus Evektivitas Relaksasi Autogenik
ini yaitu didapatkan bahwa teknik Terhadap Dhysminorrhea.
relaksasi autogenik dapat Jurnal Keperawatan.
mengurangi intensitas nyeri pada
pasien post laparotomi dengan Ditya, Wira dkk. 2016. Hubungan
peritonitis, pasien mengalami Mobilisasi Dini dengan Proses
penurunan skala nyeri menjadi 3 Penyembuhan Luka pada Pasien
yang awalnya dengan skala nyeri 6. Pasca Laparatomi di Bangsal
Bedah Pria dan Wanita RSUP
KESIMPULAN DAN SARAN Dr.M. Djamil Padang. Jurnal
Pengelolaan asuhan Kesehatan Andalas. Volume 5.
keperawatan pasien post laparatomi Nomor 3.
dengan peritonitis dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman Dube, Jyoti V dkk. 2014. Effect of
dengan masalah keperawatan nyeri Planned Early Recommended
akut berhubungan dengan agen Ambulation Technique on
cidera fisik yang dilakukan tindakan Selected Post caesarean
mengajarkan teknik relaksasi Biophysiological Health
autogenik selama 20 menit selama 3 Parameters. Jurnal of Krishna
hari berturut-turut secara bertahap Institute of Medical Sciences
didapatkan hasil terjadi perubahan University. Volume 3. Nomor 1.
penurunan intensitas nyeri dari skala Japanesa, Asril & Selfi. (2016).
6 menjadi skala 3. Rekomendasi Pola Kasus dan
tindakan tekhnik relaksasi autogenik Penatalaksanaan Peritonitis
sangat efektif untuk dilakukan pada Akut di Bangsal Bedah RSUP
pasien post laparatomi dengan Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
peritonitis dalam pemenuhan Kesehatan Andalas. 2016; 5(1).
kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Jitowiyono, Sugeng. (2010). Asuhan
Keperawatan Post Operasi.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta : Nuha Medika

Andarmoyo Sulistyo. (2014). Konsep Laporan Kinerja RSUD Dr


dan Proses Keperawatan Nyeri. Moewardi. (2017). Kinerja
Jogjakarta : Ar-Ruzzmedia. RSUD Dr. Moewardi Bulan Mei
2017. Surakarta.
Nainggolam, Elfrida & Lamria Praktik Keperawatan Berbasis
Simanjuntak.(2013). Hubungan Bukti. Jakarta: Salemba Medika.
Mobilisasi Dini Dengan
Lamanya Penyembuhan Luka
Pasca Operasi Appndiktomi di
ZAAL C Rumah Sakit HKBP
Balige Tahun 2013. Dalam
Jurnal Keperawatan HKBP.

NIC-NOC. (2015). Nursing


Intervention Classification-
Nursing Outcomes
Classification. Yogyakarta:
Moco Media

Nugroho, Taufan. (2010). Buku Ajar


Obstetri. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nurhayati, Andriyani dan Novi.


(2015). Relaksasi Autogenik
Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Ibu Post Operasi
Sectio Saecarea. Jurnal
Keperawatan. Vol. 1, 2.

Padila. (2012). Buku Ajar


Keperawatan Medical Bedah.
Jogjakarta: Nu Med.

Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJM-N).
2015. Laporan Pembangunan
Kesehatan Indonesia Semakin
Sehat. DEPKES RI.

Yulianto, et al. (2016). Latihan Core


Stability Dan William’s Flexion
Dalam Menurunkan Nyeri,
Peningkatan Keseimbangan Dan
Kemampuan Fungsional. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan. Vol. 4
No. 1.

Zakiyah, Ana. (2015). Nyeri, Konsep


dan Penatalaksanaan dalam

Anda mungkin juga menyukai