Anda di halaman 1dari 13

Atresia Duodenum

ATRESIA DUODENUM

I. PENDAHULUAN ( 1 )

Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis

dan atresia. Daerah usus yang paling sering mengalaminya adalah usus

halus. Stenosis merupakan suatu obstruksi inkomplit dengan lubang kecil

sekunder pada diafragma atau jaringan, sedangkan atresia merupakan

obstruksi komplit. Atresia usus merupakan ketidakadaan lumen usus

yang bersifat kongenital yang menyebabkan obstruksi. Jika tidak

dikoreksi, kelainan ini akan menyebabkan kematian karena kehilangan

cairan gastrointestinal, aspirasi dan malnutrisi.

Daerah usus yang tersering mengalaminya adalah usus halus.

Angka kejadian stenosis atau atresia ini kira kira satu dari 20.000

kelahiran, dan ini merupakan 16 % - 30 % penyebab obstruksi usus pada

masa neonatus.

Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan misalnya oleh

pankreas anurlare, dan dapat berupa atresia jenis membran yang terdapat

membran ditengahnya.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 1


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

II. DEFENISI ( 1,5 )

Atresia duodenum merupakan ketidakadaan lumen usus yang

bersifat kongenital yang menyebabkan obstruksi.

III. EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI ( 1 )

Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa

suatu tabung sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung pada

saat itu berupa suatu pelebaran berbentuk kerucut, sedangkan bakal

sekum ditandai oleh suatu pelebaran yang asimetris.

Pada usia fetus bulan kedua dan ketiga terjadi suatu proses yang

dapat menerangkan timbulnya cacat bawaan pada bayi dikemudian hari.

Usus tumbuh dengan cepat dan berada di dalam tali pusat. Sewaktu usus

menarik diri masuk kembali ke dalam rongga perut, duodenum dan

sekum berputar dengan arah belawanan jarum jam. Duodenum memutar

di dorsal arteri dan vena mesenterika superior, sedangkan sekum

memutar di ventralnya sehingga kemudian sekum terletak di fosa iliaka

kanan.

Gangguan perkembangan selama minggu ke-10 atau ke-11 akan

mengakibatkan kelainan dengan ditandai misalnya oleh tidak

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 2


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

terbentangnya mesenterium pada dinding belakang, atau sekum tidak

berada di kanan bawah perut melainkan lebih jauh ke kranial, atau sekum

ada di tempat yang normal tetapi tidak stabil dan tidak terpancang yang

disebut sekum mobile. Sisa duktus omfalomesenterikus dapat merupakan

divertikulum meckel. Gangguan terbentuknya kembali saluran atau

disebut gangguan rekanalisasi, memungkinkan terjadinya atresia usus

atau obstruksi usus oleh sekat.

Panjang usus halus kurang lebih enam meter. Perbatasan antara

yeyunum dan ileum tidak jelas dari luar; dinding yeyunum lebih tebal

dan lumen ileum lebih sempit. Mesenterium mengandung pembuluh

darah, pembuluh limf, dan saraf autonom. Aliran darah kolateral melalui

arcade mesenterium di pinggir usus halus cukup banyak, ini yang antara

lain menjamin penyembuhan luka anastomosis usus.

Fungsi usus halus terdiri dari transportasi dan pencernaan

makanan, serta absorpsi cairan, elektrolit, dan unsur makanan. Isi usus

digerakkan oleh peristaltis yang terdiri dari dua jenis gerakan yaitu

segmental dan longitudinal. Hampir semua gas usus merupakan udara

yang ditelan . Pada atresia, di jalan cerna tidak ditemukan pada gas pada

foto roentgen abdomen di dalam usus distal dari pembuntuan.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 3


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

Gambar . Anatomi traktus gastrointestinal

IV. ETIOLOGI ( 1,4,6,7 )

Gangguan aliran darah di daerah duodenum dalam masa

perkembangan fetal, yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan

seperti hernia, volvulus, atau intususepsi dan lain-lain.

V. PATOFISIOLOGI ( 2,4,5 )

Atresia duodenum yang terjadi akibat gangguan aliran darah lokal

pada sebagian dindingnya akibat desakan , invaginasi, volvulus, jepitan,

dan sebagainya ini, memiliki beberapa tipe, antara lain :

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 4


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

a. Tipe 1 ( Mucosal Web )

Adanya selaput mukosa yang menutup lumen usus, dimana

selaput ini berasal dari sebagian kecil usus yang mengalami

nekrosis.

Intestinal atresia: mucosal web

b. Tipe 2 ( Fibrous Cord )

Adanya tali fibrosa ini terjadi akibat infark jaringan usus yang

cukup luas.

Intestinal atresia: fibrous cord

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 5


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

c. Tipe 3 terdiri atas 2 tipe yaitu :

Tipe 3 a ( Mesenteric gap defect )

Terpisahnya secara lengkap usus bagian proximal dan distal

akibat defek di mesenterium.

Intestinal atresia: mesenteric


gap defect

Tipe 3 b ( Apple peel or Christmas tree atresia )

Tipe ini merupakan variasi dari tipe 3 a, dimana bagian

proximal yeyunum tersembunyi, tidak adanya sebagian usus

halus, dan ileum bagian terminal bergulung disekeliling

pembuluh darah yang mendapat suplai dari vena ileocolica.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 6


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

Intestnal atresia: "apple peel"


type of deformity

d. Tipe 4 ( Multiple areas of atresia )

Dimana terjadi banyak atresia, kasus seperti ini dijumpai lebih

kurang pada 10% kasus.

Multiple areas of intestinal


atresia

VI. GAMBARAN KLINIS ( 1,2,3,4,5 )

1. Muntah.

Hampir semua bayi dengan obstruksi usus akan muntah.

Beberapa jam setelah dilahirkan bayi akan muntah. Muntah

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 7


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

umumnya projektil, Umumnya makin tinggi obstruksi makin dini

gejala muntah akan timbul.

2. Distensi abdomen.

Bila obstruksinya tinggi maka buncit terbatas pada bagian atas.

Buncit ini tidak tegang, kecuali bila ada perforasi.

3. Mekonium umumnya tidak ada, kalau ada hanya berupa massa

hijau atau pucat yang meleleh keluar dari anus tanpa dorongan

udara.

VII. DIAGNOSIS ( 1,2,3,4,5 )

Anamnesa

Dengan anamnesa yang tepat dan benar diharapkan dapat

membantu dalam menegakkan diagnosa.

Pemeriksaan fisik

Tampak distensi abdomen, namun tidak tegang. Jika distensi

disertai dengan tegangnya abdomen maka curigai adanya

perforasi dari usus yang sangat membahayakan jiwanya.

Abdomen kembung sedikit terbatas dibagian atas dan kempis

kembali setelah bayi muntah. Mekonium dapat keluar normal.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 8


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

Pemeriksaan foto polos abdomen

Tidak mungkin mendiagnosis obstruksi usus halus dengan

radiologi, kecuali permukaan-permukaan cairan terlihat di

samping gulungan-gulungan usus yang meregang. Kadang-

kadang, radiograf pada posisi terbalik memperlihatkan dengan

lebih jelas kumpulan distal udara dan berperanan untuk

mendiferensiasi kondisi tersebut dengan ileus mekonium.

VIII. DIAGNOSA BANDING ( 2 )

Obstruksi usus letak rendah lainnya, seperti atresia setinggi

kolon, penyakit Hirschsprung, sindrom sumbatan mekonium.

IX. PENATALAKSANAAN ( 1,2,3 )

1. Perbaiki keadaan umum dengan jalan mengkoreksi kelainan

cairan dan elektrolit

2. Pembedahan

Simpul-simpul usus yang meregang biasanya dijumpai pada luka

dan tempat obstruksi segera dapat diidentifikasi. Pada umumnya,

lebih disukai melakukan reseksi dan anastomosis untuk

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 9


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

mempersingkat operasi yang mungkin akan sangat rumit karena

simpul buntu. ( blind-loop syndrome ). Ada pun beberapa

metodenya adalah :

Metode 1 : Anastomosis ujung ke belakang (end-to-

back)

12 -25 cm usus proksimal direseksi, cukup untuk mencapai

normal, dan isinya dihisap bersih, yang jika tidak akan

cenderung membuntukan dan memblok anastomosis.

Kemudian dipotong miring untuk membuat lubang sepanjang

2cm. Usus distal dikembangkan dengan larutan garam untuk

membersihkan dari setiap bentuk pengerasan dan untuk

menyingkirkan kemungkinan atresia lainnya; dipotong di

sepanjang tepi antimesenteriknya sejauh jarak yang sama.

Kemudian dilakukan anastomosis dengan jahitan kasur simpul

sutera 5/0 dengan jarum atraumatik. Usus dikendalikan

dengan jahitan tetap, klem tidak dipakai.

Metode 2 : Prosedur Paul-Mikulicz

Prosedur ini lebih mudah dilakukan dan mencegah bahaya

kebocoran. Kedua ujung harus dijahit bersama dengan jahitan

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 10


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

simpul sutera halus. Ujung distal sedemikian kecilnya

sehingga hanya dimasukkan olek sebaris setik ( jahitan ) saja.

Karena ujung-ujung tersebut dimunculkan dari luka abdomen

mereka harus dilekatkan pada tepi peritoneum dengan jahitan

sutera hitam; jika saat penutupan enterostomi tiba kemudian

dapat dilakukan diseksi ke bawah jahitan-jahitan tersebut,

dengan demikian dimungkinkan memasuki rongga perut

Setelah tinja abdomen ditutup sebuah pipa paul kecil

dikaitkan ke dalam ujung proksimal dan kateter dijahitkan ke

dalam ujung distal. Beberapa hari kemudian, pipa-pipa ini

diambil dan klem penggerus dipasang pada septum dengan

nekrosis tekanan, sebagian aliran usus berjalan di sepanjang

saluran cerna memungkinkan absorpsi hasil pencernaan;

tetapi kehilangan cairan dan elektrolit dapat banyak dan

ekskoriasi kulit juga mengganggu.

Metode 3

Prosedur yang memberikan hasil yang baik. Setelah reseksi

ujung proksimal dianastomosiskan secara ujung-ke ujung

dengan ujung distal untuk membentuk simpul Roux-en-Y.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 11


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

Ujung terbuka usus distal dibawa melalui luka tusuk untuk

membuat ileostomi. Pada kebanyakan kejadian ileostomi

hanya melibatkan kehilangan cairan yang minimal dan segera

dapat ditutup.

IX. PROGNOSIS ( 3)

Mortalitas masih tetap sangat tinggi, memburuk pada periode

pascabedah masih sering terjadi. Keberhasilan hanya dapat dicapai jika

operasi dilakukan dini, yaitu dalam 48 jam.

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 12


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )
Atresia Duodenum

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Jong Wd, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,


Cetakan 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997,
hal 835-52.
2. Kartono D, Atresia Ileum, Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Oleh Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Cetakan Pertama, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
tahun 1995, hal 104-105.
3. Bailey H, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Penerbit Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 1992, hal 558-60.
4. Current, Surgical Diagnosis and treatment, Tenth edition,
Copyright , 1994 by Appleton & Lange, page 1214-15.
5. Atresia duodenum at available from :
http://www.yahoo.atresiaduodenum.com/
6. Bowel obstruction at available from :
http://www.google.bowelobstruction.com/
7. Atresia duodenum at available from :
http://www.google.atresiaduodenum.com/

KKS Bagian Ilmu Bedah Rumkit Putri Hijau Medan 13


Arnel Nofri & Ricka Zamusti ( FK UNBRAH )

Anda mungkin juga menyukai