PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cholestasis sampai saat ini masih merupakan penyakit yang sering di temukan
pada bayi penyebab utama kolestasis adalah obtruksi infeksi penyakit penyakit
menegakkan penyebab kolestasis. Jenis dan penyebab kolestasis pada anak sangat
hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari segi klinis
bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh. Secara
pada pasien anak sangat penting untuk ditegakkan secepatnya, karena sangat
yang cukup besar, sehingga hal ini bisa menjadi salah satu masalah yang sangat rumit
dari terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk
dalam darah. Akibatnya timbul berbagai macam gejala ,kadar pigmen empedu
(bilirubin) yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit
atau mata. Selain itu, pigmen tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh
Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja
menjadi lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut
steatorrhea ditandai dengan bau tinja yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan
atas, seringkali ditemukan gejala penyerta seperti mual, muntah, hilang nafsu makan,
nyeri perut, dan demam.Cholestasis dapat terjadi pada semua orang tanpa dibatasi
usia, tetapi bayi - bayi yang baru lahir masih merupakan golongan usia yang paling
sering mengalami kolestasis. Kejadian cholestasis meningkat pada bayi - bayi dengan
usia kehamilan kurang bulan dan bayi berat lahir rendah, karena berhubungan dengan
gangguan dari fungsi hati. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kolestasis
adalah bayi - bayi yang mengalami sepsis berulang dan pemberian nutrisi secara
α-1 antitripsin 1:20000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki
Berdasarkan data pada tahun 2012 di Indonesia (jumlah penduduk sekitar 240
juta dan laju pertambahan penduduk 1,49% per tahun), diperkirakan terdapat 1.600-
5.800 kasus baru pada setiap 4 juta kelahiran hidup setiap tahun. Kurang lebih 15%
1:2.500 kelahiran hidup, atresia billier 1:19.065 kelahiran hidup dan sekitar 60-70%
pasien dengan atresia bilier akan mengalami sirosis hepatis, yang akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas. Rasio atresia bilier pada bayi perempuan dan bayi laki-laki
berkisar 13%-25% dan angka mortalitastersebut meningkat pada bayi kurang bulan
dan bayidengan sakit berat pada saat awal. Sepsis sendiri dapatmenyebabkan
laboratorium (leukosit, C-reactive protein/ CRP, imature total ratio/IT ratio) serta
gejala klinis sepsis neonatorum tidak bermakna secara statiskik dengan kejadian
kolestasis, sedangkan lama rawat ±15 hari 2,45 kali berisiko untuk terjadi cholestasis.
survey awal yang dilakukan di ruang Akut pada hari senin 21 Januari 2018 dari 20
M.Djamil Padang “.
B. Rumusan Masalah
masalah yang diambil adalah “Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Diagnosa
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel hati dan
hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus diekskresi hati (Nazer,
2010).
terdapat pada neonatus. Pada 50% kasus tidak terdapat penyebab yang bisa
dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus
umumnya menonjol sedikit ke luar tepi hati, dibawah lengkung iga kanan,
empedu tetapi menahan aliran keluarnya. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah
hepar sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang segera bersatu
Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500 ml per hari. Diluar
sini mengalami pemekatan sekitar 50%. Pengaliran cairan empedu diatur oleh
tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan
secara intermitten tekanan saluran empedu akan lebih tinggi dari pada tahanan
sfingter.
Cells) kolesistokinin (CCK) dari selaput lendir usus halus yang disekresi
karena rangsang makanan berlemak atau produk lipditik di dalam lumen usus,
3. Etiologi
terjadi akibat: infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary
primer. Batu empedu adalah salah satu penyebab paling umum dari
4. Klasifikasi
menjadi:
yaitu:
tidak menyerang sel hati maka secara umum tidak disertai dengan gangguan
fungsi hepatoseluler.
5. Patofisiologi
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan
sebagai filter dan pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara
kedalam empedu. Salah satu contoh adalah penanganan dan detoksifikasi dari
yang larut dalam lemak diambil dari darah oleh transporter pada membran
basolateral, dikonyugasi intraseluler oleh enzim UDPGTa yang mengandung
P450 menjadi bilirubin terkonjugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam
oleh transporter lain, yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana
1) Tinja akolis/hipokolis/pucat
4) Steatore
5) Hipoprotrombinemia
1) Ikterus
2) Gatal-gatal
3) Hiperkolesterolemia
1) Anatomis
a) Akumulasi pigmen
2) Fungsional
tidak ada), sering bersamaan dengan atresia bilier: bentuk muka yang khas,
badan bayi/anak.
8. Komplikasi
adalah:
a. A simtomatik.
b. Kolik bilier
c. Kolangitis
Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu
d. Kolestasis akut
e. Kolestasis kronis
3) Fistel kolesistoenterik
9. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen abdomen
Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan
tanda infeksi.
d. Pemeriksaan Pencitraan Radionuklida atau kolesentografi
10. Penatalaksanaan
a. Non bedah
kandung empedu.
2) Farmako Therapi
kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah.
Batu-batu ini terbentuk karena ada kelebihan kolesterol yang tak dapat
Therapi perlu dijalankan lama, yaitu: 3 bulan sampai 2 tahun dan baru
terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun, dalam hal ini
salurkan ke dalam tubuh lewat redaman air atau kantong yang berisi
batu empedu yang akan dipecah. Setelah batu dipecah secara bertahap,
b. Pembedahan :
endoskopi), dilakukan lewat luka sayatan yang kecil atau luka tusukan
kecil. Beberapa luka tusukan atau sayatan kecil lainnya dibuat pada
bidang operasi.
4) Choledochotomy
konservatif.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Biasanya meliputi nama (inisial), tempat tanggal lahir/usia
jenis kelamin, agama, pendidikan, tanggal masuk, tanggal pengkajian
dan diagnose medic. (Asmaningsih, 2016)
b. Identitas Orang Tua
Biasanya meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan serta agama ayah dan ibu. (Sheps, 2009).
c. Keluhan Utama Masuk RS
Biasanya klien atau keluarga klien biasanya mengeluhkan klien
mengalami, nyeri perut kanan atas, dan nyei meningkat saat ada
peekanan pada abdomen, mual muntah, anak sering menangis, cepat
lelah, keringat berlebihan atau berkeringat dingin, tubuh menguning,
perut membuncit, dan demam (Asmaningsih, 2016).
d. Reaksi Alergi
Biasanya klien memiliki riwayat alergi makanan, obat,
terpasang gelang tanda alergi (warna merah), dll dan adapula yang
tidak memiliki riwayat alergi.
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh biasanya mengeluhkan klien
mengalami, nyeri perut kanan atas, dan nyei meningkat saat ada
peekanan pada abdomen, susah BAB, mual muntah, anak sering
menangis, cepat lelah, keringat berlebihan atau berkeringat dingin,
tubuh menguning, perut membuncit, demam, mual, muntah, dan susah
tidur (Asmaningsih, 2016).
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya meliputi adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, apnea pada waktu tidur,
penyakit ginjal, hiperlipidemia, stroke, dan kelainan endokrinologis
(Asmaningsih, 2016).
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya
Biasanya berisi apakah klien pernah dirawat atau tidak, obat
yang biasa digunakan, riwayat kecelakaan, riwayat operasi, dan
riwayat penyakit dahulu yaitu trauma, serosis hepatis, atau penyakit
infeksi yang lainnya, infeksi saluran kemih, diabetes, atau masalah
gangguan tidur (Asmaningsih, 2016).
f. Riwayat Kehamilan (Khusus Untuk Pasien Usia < 5 tahun)
1. Prenatal
Biasanya berisi ibu memeriksakan kehamilannya teratur/tidak
dan apakah ada keluhan selama hamil yang dirasakan.
2. Intranatal
Biasanya berisi tempat persalinan, jenis persalinan, penolong
persalinan dan komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan.
3. Postnatal
Biasanya berisi kondisi bayi, APGAR, keadaan anak pada saat
lahir, dll.
g. Riwayat Imunisasi
Biasanya berisi jenis imunisasi (BCG, Hepatitis, DPT I, II dan
III, polio I, II, III DAN IV, campak), waktu pemberian, frekuensi dan
reaksi setelah pemberian, dan biasanya imunisasi anak tidak lengkap..
h. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Biasanya meliputi pertumbuhan gigi, tengkurap, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, senyum, bicara dan berpakaian tanpa
bantuan di usia berapa. bertambahnya tinggi badan merupakan
determinan utama tekanan darah pertumbuhan yang cepat pada umur
8-13 tahun, berat badan berlebihan yang tidak sesuai dengan tumbuh
kembang anak akan mengakibatkan obesitas, obesitas (Asmaningsinh,
2016).
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya berisi baik, sedang dan buruk.
2. Tanda-tanda vital
Biasanya meliputi, nadi meningkat, pernafasan meningkat,
suhu naik diatas normal.
3. Pernafasan
a. Irama
Biasanya terdengar regular atau irregular
b. Retraksi dinding dada
Biasanya ada atau tidak ada retraksi dinding dada.
c. Alat bantu nafas
Biasanya bernafas dengan spontan, kanul/RB/NRB mask.
4. Sirkulasi
a. Sianosis
Biasanya klien sianosis namun ada juga yang tidak.
b. Pucat
Biasanya klien pucat.
c. Akral
Biasanya akral teraba hangat.
5. Neurologi
a. Kesadaran
Biasanya kesadaran pasien baik, namun ada yang tidak.
b. GCS
Biasanya GCS 15.
c. Gangguan neurologis
Biasanya tidak ada gangguan neurologis.
6. Gastrointestinal
a. Mulut
Biasanya mulut tidak ada masalah dengan mukosa
lembab/kering.
b. Mual muntah
Biasanya klien mengalami mual muntah.
c. Asites
Biasanya klien tidak ada asites.
7. Eliminasi
a. Defekasi
Biasanya klien BAB dengan frekuensi 1x 3 sehari, konsistensi
250 g , stoma dan karakteristik feses lunak.
b. Urin
Biasanya tidak ada masalah dengan urin.
8. Integumen
a. Warna Kulit
Biasanya warna kulit normal, tidak merah, tidak ada pteki.
b. Luka
Biasanya tidak ada luka
c. Lokasi luka/lesi lain
Biasanya diberikan tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema
ditubuh pasien pada gambar.
d. Gambar anatomis
Biasanya berisi posisi anatomis dan fundamental.
9. Genetalia
Biasanya berisi apakah normal/kelainan.
10. Resiko cedera/jatuh (untuk usia > 12-18 tahun)
j. Kebutuhan Dasar
1. Cairan dan nutrisi
a) Kebutuhan cairan : biasanya 2000 cc
b) Jenis cairan yang diberikan : biasanya air minum
c) Jumlah cairan yang diberikan : biasanya 2000 cc
d) Jumlah cairan yang masuk : biasanya 1500 cc
e) Balance cairan : biasanya (IVFD + oral) – (urine
+ IWL)
f) Makanan yang disukai : biasanya makanan ringan
g) Makanan yang tidak disukai : biasanya sayur
h) Nafsu makan : bisanya baik
i) Pola makan : biasanya teratur
j) Makanan yang diberikan saat ini : biasanya diet rendah garam
2. Tidur
a. Pola tidur
Biasanya meliputi tidur siang selama 5 jam atau lebih dan
malam sekitar 7 jam tergantung umur, jika < 1th akan lebih
banyak tidur.
b. Kebiasaan sebelum tidur
Biasanya klien sebelum tidur klien perlu mainan, dibacakan
cerita, dengan benda, benda kesayangan, ditemani.
3. Personal hygiene
a. Pola kebersihan diri
Biasanya klien mandi sendiri/dimandikan.
b. Kebersihan kuku
Biasanya kebersihan kuku klien bersih.
4. Aktivitas bermain
Biasanya saat sakit kurang melakukan aktivitas bermain.
k. Status Fungsional
Biasanya pada anak-anak status fungsionalnya perlu bantuan
dikarnakan penyakitnya.
l. Skrinning Nyeri
Biasanya meliputi Adakah rasa nyeri : ya, Lokasi: kepala,
Frekuensi: sering, Durasi: +- 1 jam, Skor nyeri: 4, Tipe nyeri :
hilang timbul, Karakteristik : tajam, Nyeri mempengaruhi : aktifitas
fisik, tidur.
m. Skrinning Nutrisi
Biasanya Skrining Gizi Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun (Modifikasi
Strong – Kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki Tidak (0) Ya (1)
status nutrisi kurang atau
buruk secara klinis?
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir?
3 Apakah terdapat SALAH Tidak (0) Ya (1)
SATU dari kondisi berikut?
Diare profuse
(≥5x/hari) dan atau
muntah (>3x/hari)
Asupan makan
berkurang berkurang
selama 1 munggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit Tidak (0) Ya (2)
dasar atau keadaan yang
mengakibatkan pasien
berisiko mengalami
malnutrisi (lihat table di
bawah)?
Total Skor 1
Hasil sttus gizi 1 = biasanya beresiko mal nutrisi kurang
Terapi relaksasi
Aktivitas:
1. 1. ajarkan teknik non
farmakologi
2. 2. gambarakan rasioanal dan
manfaat relaksasi
3. 3. minta pasien untuk tenang
dan rileks
4.
Pemberian analgetik
1. cek ada riwayat alegri
obat
2. pilih analgetik sesuai
orderan
3. monitor ttv sebelum dan
setelah pemberian analgetik
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama :An.N
Agama :Islam
seluruh badan sejak 3 hari setelah lahir, perut membuncit serta pusar
menimbul.
d. Reasksi Alergi
e. Riwayat Kesehatan
An. N berusia 7 bulan. Masuk rumah sakit dibawa oleh orang tua
melalui IGD. Datang dengan keluhan perut membuncit dan tubuh yang
Saat pengkajian hari Senin tanggal 21 Januari 2019 pukul 13.40 pada
sejak lahir dan sejak 3 hari sebelum masuk RS seluruh tubuh An.N
teh. Perut An. N tampak membuncit, akral An.N teraba dingin, CRT >
3 dt.
f. Riwayat Imunisasi
g. Lingkungan
berada di belakang rumah dengan jarak kurang lebih 7-8 meter dari
samping rumah.
h. Pemeriksaan Fisik
Suhu :37,2 °C
RR : 40x/i
4). Kepala :
Inspeksi : tidak ada lebam, tidak ada lesi dan tidak ada pembengkakan pada
daerah kepala.
c. Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung (-)
serumen (-)
5). leher
6). Dada
7). Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak teraba
8). Abdomen
9).Ekstremitas
b. Inspeksi : tidak oedema pada kaki dan tangan, tidak ada lesi atau
10).Integumen
berbentuk bulat dengan diameter luka 4mm dengan kondisi luka bersih.
11).Neurologi
i. Kebutuhan Dasar
= 500 – (200+75)
2) Tidur
3) Personal Hygiene
4) Aktifitas bermain
j. Skrining Nyeri
Numeric Rating Scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hematologi 17/01/19
Hb 9,5g/dl (14,4-15,6)
Leukosit 16.140/mm3 (6000-19000)
Eritrosit 3.31 juta (3,6-5,4)
Trombosit 161.000 (150.000-450000
Hematokrit 30% (51-75)
Retikulosit 0,9 % (0,5-2,5)
N Segmen 48% (20-40)
PT 18,1 detik (10,1-13,5)
APTT 66,0 (33,2-43,0)
17/01/19
Urin
Makroskopis
Warna : Kuning ( kuning-coklat )
Kekeruhan : negative ( negative )
BJ : 1015 (1003-1030)
pH : 6,0 (4,6-8,0)
Mikroskopis
Leukosit : 0-1 / LBP (<5)
Eritrosit : 0-1 / LBP (≤1)
Silinder : negative ( negative)
Kristal : negative ( positive)
Epitel : gepeng + (positive)
Kimia
Protein : negative (negative)
Glukosa : negative (negative)
Bilirubin : positive +++ (negative)
Urobilinogen : positive (positive)
2) Radiologi
3) Lain-lain
2. Terapi
a. Ampisilin 4 x 100mg : IV
b. Paracetamol 3 x 50 mg : PO
c. Vit. A 1 x 5000 IU : PO
d. Vit. D 1 x 600 IU : PO
e. Vit. E 1 x 100 IU : PO
f. Urdafalk 3 x 30mg : PO
g. Lasix 1 x 5mg
B. ANALISA DATA
DO:
Tampak ada luka
pemasangan drainase
Tampak keluar cairan
dari drainase
berwarna kuning
pekat
Tampak perban
pemasangan drainase
berwarna kuning
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dan
ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll)
Monitor berat badan, BP,
HR, dan RR
Monitor serum dan
elektrolit urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akurat intake
dan output
Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan
BB
Monitor tanda dan gejala
dari odema
2 11.00 2 11.00
S:
Ibu An. N
Membersihk
an, mengatakan
memantau cairan
dan
meningkatka drainasenya
n proses merembes,
penyembuha
n pada luka Mengatakan
yang ditutup perbannya
Memonitor
proses terlihat
kesembuhan menguning
area insisi
Memonitor Mengatakan
tanda dan
gejala
infeksi pada perbannya basah
area insisi
Membersihk O:
an area
sekitar Tampak perban
drainase luka basah
Mengganti
balutan luka Tampak perban
bekas luka berwarna
pemasangan
drainase kuning
Tidak ada tanda-
tanda infeksi,
kondisi luka
bersih
Leukosit dalam
rentang normal
16.140/mm3
Kulit ikterik
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Perawatan
luka
- Ganti balutan
bila kotor
dan basah
A:
Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Membatasi
gerakan pada
leher kepala,
punggung
Memonitor
kemampuan
BAB
Mengubah posisi
pasien tiap dua
jam
Melindungi
ujung tangan dan
kaki dari cedera
Memberikan
kehagatan
Memonitor
jumlah cairan
yang masuk dan
keluar
HARI
KEDUA
Memonitor
1. Selasa / 1 14.05 S:
vital sign
22 per shift Ibu An. N
Januari Memontor
mengatakan
indikasi
2019 kelebihan cairan yang
14.00 cairan
keluar berwarna
(asites)
Mengkaji kuning pekat,
ukuranasites
Ibu An. N
Memonitor
masukan mengatakan
makanan / pengeluaran
cairan dan
hitung cairan melalui
intake kalori drainase
Memonitor
status nutrisi dilakukan setiap
Memonitor hari,
pengeluaran
cairan Ibu An. N
melalui
drainase mengatakan
asites perut An. N
Berkolabora
masih buncit
si pemberian
obat lasix
1x5mg
O:
tampak perut An.
N masih buncit,
tampak cairan
yang keluar
berwarna kuning
pekat.
LP : 40cm
Keadaan luka
tampak bersih
Cairan yang
dikeluarkan dari
drainase 150
cc/hr
Nadi: 109 x/i
Suhu:37,3 °C
RR : 38x/i
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Pengeluaran
cairan
melalui
drainase 150
cc/hr
- Therapy obat
lasix 1x5mg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
- Perawatan
luka
- Ganti balutan
bila kotor
dan basah
3. 15.00 3. 15.00 S:
Memonitor
adanya Ibu An. N
daerah mengatakan
tertentu
yang hanya anaknya masih
peka pucat
terhadap
panas/dingin Ibu An.N
/tajam/tump mengatakan
ul
Menginstruk tangannya masih
sikan terasa dingin
keluarga
untuk Ibu An.N
mengobserv mengatakan ada
asi kulit jika
ada lesi respon kontak
Membatasi mata saat diajak
gerakan bicara
pada leher
Ibu An.N
kepala,
punggung mengatakan
Memonitor
tidak ada
kemampuan
BAB terdapat lesi di
Mengubah
kulit An.N
posisi pasien
tiap dua jam Ibu An.N
Melindungi
mengatakan
ujung tangan
dan kaki An.n sudah BAB
dari cedera
1x sejak tadi
Memberikan
kehagatan pagi
Memonitor
jumlah O:
cairan yang
Tampak pucat
masuk dan
keluar Konjungtiva
anemis
Hb 9,5g/dl
Tidak terdapat
lesi dikulit An.N
Intake : ± 500cc
Output : ± 250cc
A:
Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Membatasi
gerakan pada
leher kepala,
punggung
Memonitor
kemampuan
BAB
Mengubah posisi
pasien tiap dua
jam
Melindungi
ujung tangan dan
kaki dari cedera
Memberikan
kehagatan
Memonitor
jumlah cairan
yang masuk dan
keluar
HARI
KETIGA
Memonitor
1. Rabu / 23 1. 14.30 S:
vital sign
Januari per shift Ibu An. N
2019/ Memontor
mengatakan
indikasi
14.30 kelebihan cairan yang
cairan
keluar masih
(asites)
Mengkaji berwarna kuning
ukuranasites pekat,
Memonitor
masukan Ibu An. N
makanan / mengatakan
cairan dan
hitung pengeluaran
intake kalori cairan melalui
Memonitor
status nutrisi drainase
Memonitor dilakukan setiap
pengeluaran
cairan hari,
melalui Ibu An. N
drainase
asites mengatakan
Berkolabora perut An. N
si pemberian
obat lasix masih buncit
1x5mg Ibu An.N
mengatakan
An.N menyusui
dengan baik
O:
tampak perut An.
N masih buncit,
tampak cairan
yang keluar
berwarna kuning
pekat.
LP : 40cm
Keadaan luka
tampak bersih
Cairan yang
dikeluarkan dari
drainase 150
cc/hr
Nadi: 112 x/i
Suhu:37,0 °C
RR : 40x/i
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Pengeluaran
cairan
melalui
drainase 150
cc/hr
- Therapy obat
lasix 1x5mg
- Monitor vital
sign
- Monitor
pemberian
nutrisi
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
- Perawatan
luka
- Ganti balutan
bila kotor
dan basah
- Monitor
keadaan luka
sekitar
pemasangan
drainase
- Monitor
tanda infeksi
Memonitor S:
3. 16.00 3. 16.06
adanya
daerah Ibu An. N
tertentu mengatakan
yang hanya
peka anaknya masih
terhadap pucat
panas/dingin Ibu An.N
/tajam/tump
ul mengatakan
Menginstruk tangannya terasa
sikan
hangat
keluarga
untuk Ibu An.N
mengobserv
asi kulit jika mengatakan ada
ada lesi respon kontak
Membatasi
mata saat diajak
gerakan
pada leher bicara
kepala,
punggung Ibu An.N
Memonitor mengatakan
kemampuan
tidak ada
BAB
Mengubah terdapat lesi di
posisi pasien
kulit An.N
tiap dua jam
Melindungi Ibu An.N
ujung tangan
mengatakan
dan kaki
dari cedera An.n sudah BAB
Memberikan 1x sejak tadi
kehagatan
Memonitor pagi
jumlah
cairan yang O:
masuk dan
Tampak pucat
keluar
An.N
menunjukan
respon saat
diberi ransangan
berupa dingin
Konjungtiva
anemis
Hb 9,5g/dl
Tidak terdapat
lesi dikulit An.N
Intake : ± 500cc
Output : ± 250cc
A:
Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Membatasi
gerakan pada
leher kepala,
punggung
Memonitor
kemampuan
BAB
Mengubah posisi
pasien tiap dua
jam
Melindungi
ujung tangan dan
kaki dari cedera
Memberikan
kehagatan
Memonitor
jumlah cairan
yang masuk dan
keluar
BAB VI
PEMBAHASAN
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Disamping itu, penulis
juga akan membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
temukan selama menerapkan asuhan keperawatan ini pada An. N di ruangan Kronis
A. Pengkajian
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
didapatkan data yaitu, tubuh anak tampak kuning, perut tampak membesar, perut
tampak mengkilat perut tampak tegang, tampak gelisah, terpasang drain di perut.
Hal ini sesuai dengan teori Boby (2012) mengatakan tentang cholestasis
perut menegang dan mengkilat. Meskipun tidak semua dialami oleh klien hampir
faktor yang menyebabkan cholestasis pada anak seperti gangguan pada sel
hati, dan penyempitan saluran empedu,asites, sklera ikhterik dan warna kulit
kuning (Arief, 2010). Teori ini sesuai denga apa yang dialami oleh An. N
B. Diagnosa
dalam darah
7. Resiko infeksi
(Nanda, 2015)
Dari 11 diagnosa keperawatan hanya ada 3 diagnosa yang muncul sesuai
dengan teori. Hal ini disesuaikan dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik
didapatkan data subjektif : perut tampak besar, tubuh tampak kuning, perut
gelisah, keluar cairan drainage 150 cc. dari data diatas penulis mengangkat
pertama.
tampak gelisah, tampak ada luka pemasangan drainage, tampak keluar cairan
mengatakan anak pucat, tangan anak terasa dingin, Hb anak rendah. Data
objektif : An.N tampak pucat, CRT >3 detik, konjungtiva anemis, Hb 9,5
gr/dL. Dari data diatas penulis mengangkat masalah resiko perfusi perifer
interstitial. Kelebihan volume cairan ini terjadi pada orang –orang yang
ortopnea, gelisah.
didapatkan data subjektif : perut tampak besar, tubuh tampak kuning, perut
pertama.
paling kuat dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan adalah untuk
(keamanan dan keselamatan) yang apabila tidak diatasi maka jika tidak
yang sesuai dengan retensi cairan, pemasukan makanan dan hitung intake
jaringan meliputi gangguan sirkulasi, iritam zat kimia, hambatan mobilitas fisik,
didapatkan data subjektif ibu An.N mengatakan An.N terpasang drain diperut,
ibu An,N drainage nya sering merembes, Ibu An,N tidak nyaman dengan
pemasangan drain. Data Objektif : An.N tampak gelisah, tampak ada luka
pemasangan drainage, tampak keluar cairan dari drainage berwarna kuning pekat,
diagnosa ini sebagai prioritas kedua karena kerusakan integritas jaringan masuk
dan keselamatan) yang apabila tidak diatasi maka akan mengganggu kenyamanan
total, sedangkan kebutuhan rasa aman tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia
tidak akan bisa terlindungi berbagai ancaman. Seperti kerusakan integrtitas
jaringan ini kerusakan yang menciderai fisik dan juga dapat mempengaruhi
psikologi seseorang.
menurut NANDA 2018, penulis menjadikan diagnosa ini menjadi prioritas kedua
karena masalah ini masih dalam batas resiko terjadi dan belom menjadi aktual.
Tetapi jika kerusakan ingteritas jaringan ini tidak diatasi segera maka akan terjadi
luka kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan ajarkan pada
keluarga tentang luka dan perawatan luka, lakukan teknik perawatan luka
dengan steril, berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka. Penulis dapat
adanya kerja sama yang baik antara klien dan anggota medis lainnya.
resiko asupan garam tinggi, gaya hidup kurag gerak, kurang pengetahuan
An.N mengatakan anak pucat, tangan anak terasa dingin, Hb anak rendah.
Data objektif : An.N tampak pucat, CRT >3 detik, konjungtiva anemis, Hb
9,5 gr/dL. Dari data diatas penulis mengangkat masalah resiko perfusi perifer
keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi, batasi gerakan pada leher
D. Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai
adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja
dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek
An.N masih pucat, akral hangat, ada respon kontak mata ketika diajak berbicara,
masih ada luka post op drainage. Dilanjutkan dengan melakukan intervensi yang
dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
zat yang diekskresi kedalam empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan
kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel hati dan
sekitar 240 juta dan laju pertambahan penduduk 1,49% per tahun),
hidup setiap tahun. Kurang lebih 15% bayi baru lahir mengalami cholestasis
atresia billier 1:19.065 kelahiran hidup dan sekitar 60-70% pasien dengan
mortalitas dan morbiditas. Rasio atresia bilier pada bayi perempuan dan
berdasarkan survey awal yang dilakukan di ruang Akut pada hari senin 21
cholestasis.
B. SARAN