Disusun oleh :
Eko Afrizal, S. Kep
Hasri Wanda, S. Kep
Mahdili, S. Kep
Siti Fatimah, S. Kep
Sri Wahyuni, S. Kep
Pembimbing:
Ns. Dini Maulinda, M. Kep
Ns. Sri Wahyuni, S. Kep
Ns. Christina, S. Kep
Pembimbing Akademik
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada klompok penyusun, sehingga kelompok
dapat menyelesaikan usulan seminar dengan kasus “ Asuhan Keperawatan Bayi R
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) diruangan IPN RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru”.
kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan seminar ini antara lain: Ibu
Ns. Sri Wahyuni, S.Kep selaku Presseptor Klinik 1, dan Ibu Ns. Christina, S.Kep
selaku Presseptor Klinik II, yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran
maupun tenaga dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang
membangun kepada kelompok sehingga penyusunan seminar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kelompok penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
hasil yang baik, namun apabila terdapat kekurangan semua itu disebabkan
keterbatasan kemampuan kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kelompok harapkan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penyusunan ini. Akhirnya kelompok berharap semoga penyusunan
seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok IV
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi BBLR.......................................................................................................5
B. Klasifikasi BBLR...................................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis..................................................................................................8
E. Patofisiologi...........................................................................................................9
F. Komplikasi...........................................................................................................10
G. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................10
H. Penatalaksanaan...................................................................................................11
I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR....................................................................17
J. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................19
K. Intervensi Keperawatan........................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian............................................................................................................25
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................................32
C. Intervensi..............................................................................................................34
D. Implementasi dan Evaluasi...................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................................59
B. Diagnosa..............................................................................................................60
C. Intervensi..............................................................................................................60
D. Implementasi........................................................................................................63
3
E. Evaluasi................................................................................................................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................67
B. Saran....................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara
lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan
bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Dalam laporan WHO yang dikutip dari
State of the world’s mother dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari hasil studi mortalitas
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukan bahwa proporsi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0 - 7 hari tertinggi adalah
prematur dan bayi berat lahir rendah/ LBW (35%), kemudian asfiksia lahir
(33,6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8–28 hari
tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumoni,
diare), kemudian problem feeding (14,3%).
WHO melaporkan, bayi dengan berat lahir rendah berkonstribusi
sebanyak 60 hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki risiko
kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal. Berdasarkan data
WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia,
dimana 16% diantaranya lahir dengan berat badan lahir rendah. Adapun
persentase BBLR di negara berkembang adalah 16,5 % dua kali lebih besar
dari pada negara maju (7%). Indonesia adalah salah satu negara berkembang
yang menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR
tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%). Selain
itu, Indonesia turut menjadi negara ke dua dengan prevalensi BBLR tertinggi
diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina (21,2%). (WHO, 2013).
Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009). Prevalensi
BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di
negara-negara berkembang (Pantiawati, 2010). Asia Tenggara mempunyai
1
2
insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat
badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian
BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka rata-
rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% . Angka kejadian BBLR di Indonesia
tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2%
bayi dengan berat badan lahir rendah (UNICEF, 2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013,“di Indonesia masih
terdapat 10,2% bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu kurang
dari 2.500 gram. Persentase ini menurun dari (11,1%)” (Riskesdas 2010).
Tujuan Indikator Kementerian Kesehatan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 yaitu bersifat dampak (impact atau
outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. “Salah satu
indikator yang akan dicapai adalah menurunnya persentase BBLR dari 10,2%
menjadi 8%”. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi (Riskesdas, 2013).
Bayi dengan BBLR memiliki resiko kematian 35 kali lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram (Pantiawati,
2010). BBLR juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2009). Menurut Tom
Lissauer dan Avroy A. Fanaroff (2008), bayi BBLR meningkatkan risiko
terjadinya cerebral palsy yaitu gangguan perkembangan motorik yang
berhubungan dengan kemampuan berjalan, serta jika dibandingkan dengan
bayi aterm, bayi BBLR lemah dalam keterampilan motorik halus seperti
mengurai benang. Penelitian oleh Martika (2012) di Yogyakarta menunjukkan
bahwa ada hubungan antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
perkembangan motorik anak, anak dengan riwayat BBLR memiliki suspect
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan BBLR
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
pada pasien anak dengan BBLR
c. Mampu menyusun rencana tindakan pada pasien anak dengan
BBLR
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
BBLR
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
BBLR
C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana perawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis dan
komperhensif pada anak dengan BBLR
2. Bagi Institusi pendidkan
Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
4
A. Definisi BBLR
Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi
berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan
Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi
prematur hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak
seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara prematur(Manuaba
et al., 2010). World Health Organization (WHO) mengubah istilah bayi
prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah (low birth weight)
dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤ 2500 gram
menjadi < 2500 gram (Saputra, 2012).
B. Klasifikasi BBLR
5
6
C. Etiologi
Faktor Risiko untuk Insidens Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
menurut Llewellyn & Derek (2001) yaitu :
1. Sosio – ekonomi
Sosio - ekonomi kelas IV atau V, berat badan ibu sebelum hamil < 50 kg
atau > 75 kg, ibu perokok, dan ibu yang mengonsumsi minuman alkohol
secara berlebihan.
2. Usia ibu
Usia ibu < 17 atau > 35 tahun.
3. Riwayat Kebidanan
Mempunyai riwayat terdahulu terkait pernah melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah dan anemia pada ibu.
4. Kehamilan Sekarang
Memiliki penyakit hipertensi (terutama jika hipertensi berat), perdarahan
antepartum, dan kehamilan multipel.
5. Janin
Defek kongenital dan infeksi intra – uterin.
Menurut Pramono & Muzakkiroh (2011) ibu yang meminum zat besi
kurang dari 90 tablet akan berdampak mempunyai risiko BBLR sebesar
1,7 kali dibandingkan dengan ibu yang meminum zat besi 90 tablet keatas.
Hal ini disebabkan karena fasilitas pelayanan kesehatan yang belum cukup
terjangkau serta aktivitas ibu hamil yang mempunyai beban kerja lebih
banyak sehingga belum teratur meminum tablet besi.
7. Wilayah tempat tinggal
Lokasi ibu melahirkan di daerah pedesaan mempunyai risiko lahirnya
BBLR sebesar 0,68 kali dibandingkan tempat tinggal di perkotaan. Hal ini
biasanya disebabkan kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
terjangkau.
8. Komplikasi
Ibu yang mengalami komplikasi saat hamil akan mempunyai risiko bayi
BBLR 2,3 kali dibandingkan pada ibu yang tidak mengalami komplikasi
ketika hamil.
9. Jumlah anak yang banyak
Menurut Manuaba (2010) terkait paritas terbagi menjadi paritas satu tidak
aman, paritas 2-3 aman untuk hamil dan bersalin serta paritas lebih dari 3
tidak aman. Hal ini disebabkan bayi dengan berat lahir rendah paling
banyak terjadi pada paritas diatas lima karena sudah mengalami
kemunduran fungsi pada alat-alat reproduksi. Paritas yang tinggi
berdampak timbulnya masalah kesehatan bagi ibu maupun bayi. Salah satu
dampak kesehatan yang mungkin timbul adalah kejadian BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah). Kejadian BBLR terjadi pada ibu yang melahirkan dan
memiliki satu anak atau lebih dari 4 anak. Menurut Pramono & Paramita
(2015) persentase dari jumlah anak yaitu 7,3 % dibandingkan ibu yang
mempunyai anak 2 atau 3 yaitu sebesar 5,5 %.
8
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia
gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
10
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke
paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan
pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian
makanan bayi dan menghindari infeksi.
1) Pengaturan suhu tubuh bayi BBLR
29,5-32,6
4-5 days 29,4-32,3
5-6 days >2500 g 29,0-32,2
6-8 days 29,0-31,8
8-10 29,0-31,4
days
10-12
days
<1500 g 30,6-32,3
5-6 1501-2500g 29,0-31,8
weeks
2) Pencegahan infeksi
14
3) Pengaturan Intake
4) Pernapasan
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat
istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,
tidak responsive, dan apnea
2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi,
slang dada, atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
18
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding
abdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status
umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan
dengan pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika
makanan keluar, jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe
penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya
darah.
e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,
temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck, palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
19
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik,
terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
J. Diagnosa Keperawatan
K. Intervensi Keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
NIM :
Ruangan : _IPN_______________________________________
√
Nomor RM: 99 88 49
Masuk Ruang Rawat: IPN Kelas : lll Tanggal / Jam : 19-10-2018/ 00.56 WIB
Diagnosis Masuk: NCB + KPD + BBLR Masuk RS melalui : IGD
Nama Pasien: By. Ny. R Nama Ibu : Rini Andrini Anak Ke- : 1
Tanggal Lahir: 18-10-2018 Jenis Kelamin : ( √ ) Laki-laki ( ) Perempuan
SAAT INI
25
RIWAYAT PERSALINAN Usia Ibu saat hamil 24 Thn Masalah Saat Kehamilan Tidak ada
Frekuensi ANC per bulan 5 kali di OK IGD
Jenis Persalinan Spontan( √ Sectio
( ) Spontan Caesarea
) Sectio Caesarea Tindakan ...............
Gestasi ( AtermPrematurPostmatur
) Aterm ( √ ) Prematur 36-37 ( ) Postmatur
Berat badan sesuai usia ( √ ) Kecil menurut masa kehamilan
kehamilan
( ) Sesuai menurut masa kehamilan.......................
( √( √) Tidak
) Tidakada
ada( () Asma
) Asma( ()Hipertensi
) Hipertensi Penyakit kronik dan Infeksi : Tidak ada
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal 1 rumah
REFLEKS PRIMITIF
PEMERIKSAAN FISIK
Nafas cuping hidung ( Ya
) Ya ( ) Tidak
Sianosis ( )Tidak
Ya ( ) Tidak
Retraksi Dada ( ) Substernal ( ) Intercostal
Masalah Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
Kerusakan pertukaran gas b.d
Penurunan curah jantung b.d
Gangguan perfusi jaringan b.d
Fontanel ( √Datar
) Datar ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Lain….…
Mata ( )Tidak
CekungCekung ( √ ) Tidak cekung
Mukosa ( √Elastis
) Elastis ( ) Kerimg
Urinasi ( ) <>
6 kali/ hari
6 kali/hari ( ) > 6 kali/ hari
( ) Anasarka
Jenis Cairan IVFD D10 1/5 Ns+ Kcl 5mg & AS10% 3gm Tetes:8,3 dan
Masalah Keperawatan 2,2x/menit
Refleks hisap
PENCERNAAN
( ) Kuat ( √ ) Lemah
( ) Ada kelainan........................................................................
Bising Usus ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada
x/menit
( ) Lubang vagina
Masalah Keperawatan ( ) ( ) Hidrocele ( ) Pembengkakan
Kejang ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan
( √ ) Hangat ( ) Dingin
Resiko hipotermi.............................................................................................
NYERI
Jumlah Skor 0
Kategori ....................
Status terjaga
Tanggal: Terjaga tenang atau tertidur tenang
22-10-2018 0
Hemoglobin 18,4 14,0 - 18,0 g/dL
Hematokrit Rewel atau
54, 0 gelisah
42,0 - 52,0 % 1
LABORATORIUM
MCV
Interpretasi 101,7 79,0 - 99,0 fL
MCH 34,7 27,0 - 31,0 pg
RDW
Skor 0 – CV 18,4 11,5
: tidak perlu intervensi - 14,5 %
RDW – SD 68,6 35,0 - 47,0 fL
Skor 1-3
Trombosit : intervensi
124 non farmakologis
150 - 450 10^3/uL
Eosinofit 6,3 2,0 - 4,0 %
Skor 4-5 : terapi40,9
Neutrofil analgesic 50non- opioid
70 %
Motorik Kasar :________________________________________
KEMBANG
Na+
Motorik Halus 134 135 - 145 mmol/L
:________________________________________
K+ 3,1 3,5 - 5,5 mmol/L
Calcium
Bahasa 0,13 0,90 - 1,08 mmol/L
:________________________________________
TUMBUH
Sosial :________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
30
Tanggal: 22-10-1018
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Imunologi : CRP Reaktif 48 <6 mg/L
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
OBAT-OBATAN HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal : __________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
B. Diagnosa keperawatan
MCP
Ds :
ND 3 :Resiko Ketidakefektifan termoregulasi b/d
lemak subkutan yang sedikit Do :
C. Intervensi
c. Edukasi
1. Ajarkan ibu untuk memberikan
ASI eksklusif
2. Ajarkan Ibu untuk mengkonsumsi
buah dan sayuran untuk
meningkatkan ASI
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi suplemen elektrolit
sesuai indikasi
2. Kolaborasi dalam pemberian
cairan infus dengan tepat
36
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
perhitungan pemberian nutrisi
pada bayi
P:
Intervensi dilanjutkan
41
1 .2 23 /2018 Aktivitas : S:
15.00 a. Observasi -
1. Monitor O:
makanan/cairan yang
- Terpasang infus D10
di konsumsi
2. Hitung asupan kalori 1
NS+KCL 5 mg
pasien 5
3. Pantau masukan dan - Terpasang Amino
pengeluaran Steril 2 gram 10%
4. Cek gula perhari - Pasien NPO
5. Palpasi abdomen - BAB/BAK 130 gram
i. Mandiri (1hari)
1. Kaji maturitas reflek - BBL 1800 gram
berkenaan dengan - BBK 1750 gram
pembarian makan - BBS 1750 gram
( misalnya: menghisap, - Balance 87
menelan dan - Membrane mukosa
batuk,muntah) lembab
2. Auskultasi ada bising - IWL 35
usus, kaji status fisik - Gula darah sewaktu
3. Kaji berat badan 81 mg/dL
dengan timbang berat
- Total kalori D10 +
badan setiap hari.
4. Kaji tingkat hidrasi, AS : 145,1
turgor kulit, membrane
- GIR : 6,3
mukosa
b. Edukasi mg/kg/menit
- - Abdomen supel
c. Kolaborasi - Turgor kulit elastis
1. Kolaborasi suplemen - Bising usus 2x/menit
elektrolit sesuai - Refleks sucking (+)
indikasi tapi lemah
2. Kolaborasi dalam - Refleks rooting (+)
pemberian cairan infus tapi lemah
dengan tepat
A:
resiko defisit nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d
ketidak mampuan
makan/minum belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
42
P:
Intervensi dilanjutkan
43
P:
Intervensi dilanjutkan dan
modifikasi penerapan
Evidance Based Nursing
44
P : Intervensi dilanjutkan
47
-
A : Ketidak efektifan pola
menyusui bayi b/d
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
48
P : Intervensi dilanjutkan
49
P : Intervensi dilanjutkan
50
- Ps terpasang IV plug
c. Edukasi - Kalori ASI : 100
-
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter dalam A : Ketidak efektifan pola
perhitungan pemberian
menyusui bayi b/d
nutrisi pada bayi
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
56
P : Intervensi dilanjutkan
59
4.3 24 /2018 S:
15.00 O:
a. Mandiri - Leukosit 5,430 /uL
1. Monitor tanda dan - Suhu pasien
o
gejala infeksi\ 36,8 C
2. Monitor peningkatan - Tidak ada tanda
leokosit gejala infek (kolor,
b. Mandiri dolor, rubor,
1. 1Gunakan sabun fungsilaesa)
antimikrobia untuk cuci - Lingkungan sesalu
tangan dibersihkan setiap
2. Cuci tangan setiap pergantian shift
sebelum dan sesudah - Mencuci tangan
tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
3. Gunakan baju, sarung menyentuh pasien
tangan sebagai alat - Keluarga dan orang
pelindung tua mengerti dengan
4. Pertahankan teknik intruksi perawat
aseptik pada pasien - Pemberian obat
yang beresiko bactesin 12,5 mg/12
5. Bersihkan lingkungan jam
setelah dipakai pasien - Pemberian obat
lain mikasin 12,5 mg/12
jam
c. Edukasi - Pemeriksaan kultur
- darah belum keluar
d. Kolaborasi hasilnya
1. Kolaborasi dalam -
pemberian antibiotik A : resiko infeksi b/d lemak
subkutan sedikit belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
60
P : Intervensi dilanjutkan
61
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada By. R pada tanggal 22
Oktober 2018 didapatkan bahwa alasan Bayi dirawat adalah pasien lahir
dengan SC atas indikasi KPD 17 jam + PEB pasien lahir tak lansung
menangis. Gestasi 36-37 minggu dilakukan resusitasi sampai 2 siklus. Sisa
ketuban kering G1 P0 A0 H0 riwayat ANC 5x dibidan. Berat badan lahir
1800 gr, sampai IPN 1785 gr, suhu = 36,7 C, GDS = 69 gr/dL.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan usia kronologis bayi berusia
3 hari, refleks rooting, sucking, swallowing ada tapi lemah, bising usus
3x/menit. Tonus otot teraba lemah, kulit masih tipis, suhu pasien 36,6 C,
suhu incubator 34 C, suhu ruangan 26 C, berat badan lahir 1800 gram,
berat badan sekarang 1750 gram. Riwayat muntah pada tanggal 19 oktober
2018 20 cc diberikan (15 cc muntah). Terpasang OGT, diberikan cairan
infus D10 1/5 Ns + KCL 5 mg (8,3 cc/jam) dan AS 3gr 10% (2,2 cc/jam),
GDS 74 mg/dL, PB 40 cm.
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 19 oktober 2018
didapatkan leukosit 5,430/ Ul, Trombosit 124,000/ Ul, Hematokrit 54, 0
%, Hb 18,4 g/dL, Ratio 0,07, CRP rektif 48. Hasil tentang manifestasi
klinis yang ditemukan pada bayi BBLR sejalan dengan tinjauan teori yaitu
kulit tipis, Daya isap lemah, BB < 2500 gr, Panjang badan < 45 cm
(Nelson, 2010).
59
60
B. Diagnosa
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok
dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi R. Didiagnosa
keperawatan yang didapat adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau pontensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial Pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
yang berkaitan, catatan medis pasien, dan konsultasi dengan professional
lain yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
1. Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan makan atau minum
2. Ketidakefektifan pola menyusui bayi b.d penurunan refleks primitif
pada bayi
3. Resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d lemak subkutan yang
sedikit
4. Resiko infeksi b.d KPD
Pengangkatan diagnosa ini didapatkan dari hasil pengkajian
dengan menggunakan format pengkajian neonates STIKes Payung Negeri.
Adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi daignosa NANDA tahun 2018-2020 dan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi ke-1 tahun 2017
dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakan. Intervensi atau perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,
2005).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok
menggunakan NOC dan NIC dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
Diagnosa yang utama yaitu resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan
61
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada bayi untuk mengurangi
permasalahan yang dialami bayi, sehingga tujuan keperawatan nantinya
akan memberikan asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara
teori dan kebutuhan klien. Implementasi adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Selama implementasi perawat mengkaji kembali pasien,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan menuliskan kembali hasil
yang diharapkan sesuai kebutuhan (Potter & Perry 2005).
Diagnosa yang utama yaitu Resiko deficit nutrisi b.d
ketidakmampuan makan dan minum, yang dilakukan yaitu Monitor
makanan/ cairan yang di konsumsi dan Hitung asupan kalori pasien,
Pantau masukan dan pengeluaran, Cek residu per 6 jam, Cek gula perhari,
Palpasi abdomen. Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pembarian
makan ( misalnya: menghisap, menelan dan batuk,muntah), Auskultasi ada
bising usus, kaji status fisi, Kaji berat badan dengan timbang berat badan
setiap hari. Kaji tingkat hidrasi, turgor kulit, membrane mukosa, ajarkan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif, ajarkan Ibu untuk mengkonsumsi
buah dan sayuran untuk meningkatkan ASI, kolaborasi suplemen elektrolit
sesuai indikasi, Kolaborasi dalam pemberian cairan infus dengan tepat dan
penerapan EBN (Evidance Based Nursing) efek penggunaan earmuff
dalam pengontrol kebisingin dimana kelompok menerapkan hasil riset
pada hari Jumat pada tanggal 26 Oktober 2018 dengan cara membersihkan
terlebih dahulu sisi earmuff dengan alkhol swab dan meletakkan nya pada
kedua telinga bayi. Pemberian earmuff diberikan pada jam 20.00 – 03.00.
ketika di lakukan pemasangan earmuff didapatkan hasil bahwa bayi
tampak bayi tampak tenang, gerakan bayi tidak terlalu aktif, raut wajah
tampak tenang, bayi tampak tidur lebih lelap
Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan pola menyusui b/d
prematuritas, penurunan refleks menghisap yang dilakukan yaitu pantau
64
BB dan pola eliminiasi, kaji refleks rooting, kaji refleks sucking, kaji
refleks swalling, evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui,
kolaborasi dengan dokter dalam perhitungan pemberian nutrisi pada bayi.
Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko ketidakefektifan Termoregulasi
b.d lemak subkutan yang sedikit yang dilakukan yaitu monitor suhu paling
tidak setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor adanya tanda dan gejala dari
hipertermia dan hipotermia, monitor suhu dan warna kulit, pasang alat
monitor suhu inti secara kontinu sesuai kebutuhan, tingkatkan intake
cairan dan nutrisi adekuat, Pertahankan kelembapan pada 50% atau lebih
besar dalam incubator untuk mencegah hilangnya panas, sesuaikan suhu
lingkungan untuk kebutuhan pasien, ajarkan ibu/keluarga untuk
mengetahui suhu normal pasien, kolaborasi pemberian obat antipiretik jika
suhu nya tinggi.
Diagnosa yang keempat yaitu Resiko infeksi b.d ketuban pecah
dini yang dilakukan yaitu Monitor tanda dan gejala infeksi, Monitor
peningkatan leokosit, gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan, cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat pelindung, pertahankan teknik aseptik pada
pasien yang beresiko, bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain,
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien, ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotic,
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur darah, Kolaborasi dalam
pemeriksaan darah laboratorium.
E. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien lebih kurang 15
menit setelah diberikan intervensi serta hanya sesuai dengan jadwal dinas
anggota kelompok. Diagnosa keperawatan belum teratasi dan masih belum
teratasi sepenuhnya. Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan
untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005).
65
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014),
bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan
Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 22-25
Oktober 2018, setelah di evaluasi dari 4 diagnosa keperawatan yang
ditegakakan didiapat masalah belum teratasi sehingga implementasi tetap
dilanjutkan.
B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelayanan
kesehatan dalam menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang
lebih sitematis terhadap pasien dengan kasus BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperaawatan pada pasien
dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat dijadikan refrensi dalam melakukan asuhan keperaawatan
pada pasien dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
67
DAFTAR PUSTAKA
Saputra Lyndon Dr. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Penerbit
Binarupa Aksara : Tangerang Selatan.
Ikatan Dokter Indonesia. Buku Acuan nasional pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Masalah Bayi Baru Lahir. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta. 2014
Meadow SR, Newell SJ. 2009. Lecture notes: pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC, 2010
Duran Ridvan, 2012. The effects of noise reduction by earmuffs on the physiologic
and behavioral responses in very low birth weight preterm infants. Esevier
Chirine A., 2009. A Randomized Clinical Trial Evaluating Silicone Earplugs for
Very Low Birth Weight Newborns in Intensive Care. Hhs public access