Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan By. R dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


di Instalasi Perawatan Neonatus

Disusun oleh :
Eko Afrizal, S. Kep
Hasri Wanda, S. Kep
Mahdili, S. Kep
Siti Fatimah, S. Kep
Sri Wahyuni, S. Kep

Pembimbing:
Ns. Dini Maulinda, M. Kep
Ns. Sri Wahyuni, S. Kep
Ns. Christina, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN ANAK


Asuhan Keperawatan By. R dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
di Instalasi Perawatan Neonatus

Telah diperiksa dan disetujui

Pekanbaru, November 2018

Pembimbing Klinik 1 Pembimbing Klinik 2

Ns. Sri Wahyuni, S. Kep Ns. Christina, S. Kep

Pembimbing Akademik

Ns. Dini Maulinda, M. Kep

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada klompok penyusun, sehingga kelompok
dapat menyelesaikan usulan seminar dengan kasus “ Asuhan Keperawatan Bayi R
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) diruangan IPN RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru”.
kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan seminar ini antara lain: Ibu
Ns. Sri Wahyuni, S.Kep selaku Presseptor Klinik 1, dan Ibu Ns. Christina, S.Kep
selaku Presseptor Klinik II, yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran
maupun tenaga dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang
membangun kepada kelompok sehingga penyusunan seminar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kelompok penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
hasil yang baik, namun apabila terdapat kekurangan semua itu disebabkan
keterbatasan kemampuan kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kelompok harapkan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penyusunan ini. Akhirnya kelompok berharap semoga penyusunan
seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 08 November 2018

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi BBLR.......................................................................................................5
B. Klasifikasi BBLR...................................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis..................................................................................................8
E. Patofisiologi...........................................................................................................9
F. Komplikasi...........................................................................................................10
G. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................10
H. Penatalaksanaan...................................................................................................11
I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR....................................................................17
J. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................19
K. Intervensi Keperawatan........................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian............................................................................................................25
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................................32
C. Intervensi..............................................................................................................34
D. Implementasi dan Evaluasi...................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................................59
B. Diagnosa..............................................................................................................60
C. Intervensi..............................................................................................................60
D. Implementasi........................................................................................................63

3
E. Evaluasi................................................................................................................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................67
B. Saran....................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara
lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan
bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Dalam laporan WHO yang dikutip dari
State of the world’s mother dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari hasil studi mortalitas
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukan bahwa proporsi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0 - 7 hari tertinggi adalah
prematur dan bayi berat lahir rendah/ LBW (35%), kemudian asfiksia lahir
(33,6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8–28 hari
tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumoni,
diare), kemudian problem feeding (14,3%).
WHO melaporkan, bayi dengan berat lahir rendah berkonstribusi
sebanyak 60 hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki risiko
kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal. Berdasarkan data
WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia,
dimana 16% diantaranya lahir dengan berat badan lahir rendah. Adapun
persentase BBLR di negara berkembang adalah 16,5 % dua kali lebih besar
dari pada negara maju (7%). Indonesia adalah salah satu negara berkembang
yang menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR
tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%). Selain
itu, Indonesia turut menjadi negara ke dua dengan prevalensi BBLR tertinggi
diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina (21,2%). (WHO, 2013).
Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009). Prevalensi
BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di
negara-negara berkembang (Pantiawati, 2010). Asia Tenggara mempunyai

1
2

insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat
badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian
BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka rata-
rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% . Angka kejadian BBLR di Indonesia
tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2%
bayi dengan berat badan lahir rendah (UNICEF, 2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013,“di Indonesia masih
terdapat 10,2% bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu kurang
dari 2.500 gram. Persentase ini menurun dari (11,1%)” (Riskesdas 2010).
Tujuan Indikator Kementerian Kesehatan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 yaitu bersifat dampak (impact atau
outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. “Salah satu
indikator yang akan dicapai adalah menurunnya persentase BBLR dari 10,2%
menjadi 8%”. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi (Riskesdas, 2013).
Bayi dengan BBLR memiliki resiko kematian 35 kali lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram (Pantiawati,
2010). BBLR juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2009). Menurut Tom
Lissauer dan Avroy A. Fanaroff (2008), bayi BBLR meningkatkan risiko
terjadinya cerebral palsy yaitu gangguan perkembangan motorik yang
berhubungan dengan kemampuan berjalan, serta jika dibandingkan dengan
bayi aterm, bayi BBLR lemah dalam keterampilan motorik halus seperti
mengurai benang. Penelitian oleh Martika (2012) di Yogyakarta menunjukkan
bahwa ada hubungan antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
perkembangan motorik anak, anak dengan riwayat BBLR memiliki suspect
3

untuk terjadinya keterlambatan perkembangan motorik halus 27,6 kali dan


perkembangan motorik kasar 8,18 kali lebih besar dibandingkan anak normal.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian BBLR di
dunia, Asia Tenggara, dan Indonesia masih tinggi dan masih menjadi
penyumbang terbanyak kematian neonatus, sehingga perlu diberikan perhatian
khusus melalui asuhan keperawatan agar anak dengan masalah BBLR
mendapat perawatan dengan baik.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan BBLR
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
pada pasien anak dengan BBLR
c. Mampu menyusun rencana tindakan pada pasien anak dengan
BBLR
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
BBLR
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
BBLR

C. Manfaat Penulisan

1. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana perawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis dan
komperhensif pada anak dengan BBLR
2. Bagi Institusi pendidkan
Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
4

3. Bagi Mahasiswa keperawatan


Sebagai informasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan BBLR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi BBLR

Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi
berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan
Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi
prematur hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak
seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara prematur(Manuaba
et al., 2010). World Health Organization (WHO) mengubah istilah bayi
prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah (low birth weight)
dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤ 2500 gram
menjadi < 2500 gram (Saputra, 2012).

B. Klasifikasi BBLR

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa


gestasinya. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, antara lain :
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat
lahir 1500 – 2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight
(ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2009)

5
6

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,


yaitu :

1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)


Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih
besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,
tangisnya lemah dan jarang,.
2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yangseharusnya untuk
usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayimengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin (Rukmono, 2013).

C. Etiologi
Faktor Risiko untuk Insidens Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
menurut Llewellyn & Derek (2001) yaitu :

1. Sosio – ekonomi
Sosio - ekonomi kelas IV atau V, berat badan ibu sebelum hamil < 50 kg
atau > 75 kg, ibu perokok, dan ibu yang mengonsumsi minuman alkohol
secara berlebihan.
2. Usia ibu
Usia ibu < 17 atau > 35 tahun.
3. Riwayat Kebidanan
Mempunyai riwayat terdahulu terkait pernah melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah dan anemia pada ibu.
4. Kehamilan Sekarang
Memiliki penyakit hipertensi (terutama jika hipertensi berat), perdarahan
antepartum, dan kehamilan multipel.
5. Janin
Defek kongenital dan infeksi intra – uterin.

6. Faktor penggunaan tablet besi pada ibu hamil


7

Menurut Pramono & Muzakkiroh (2011) ibu yang meminum zat besi
kurang dari 90 tablet akan berdampak mempunyai risiko BBLR sebesar
1,7 kali dibandingkan dengan ibu yang meminum zat besi 90 tablet keatas.
Hal ini disebabkan karena fasilitas pelayanan kesehatan yang belum cukup
terjangkau serta aktivitas ibu hamil yang mempunyai beban kerja lebih
banyak sehingga belum teratur meminum tablet besi.
7. Wilayah tempat tinggal
Lokasi ibu melahirkan di daerah pedesaan mempunyai risiko lahirnya
BBLR sebesar 0,68 kali dibandingkan tempat tinggal di perkotaan. Hal ini
biasanya disebabkan kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
terjangkau.
8. Komplikasi
Ibu yang mengalami komplikasi saat hamil akan mempunyai risiko bayi
BBLR 2,3 kali dibandingkan pada ibu yang tidak mengalami komplikasi
ketika hamil.
9. Jumlah anak yang banyak
Menurut Manuaba (2010) terkait paritas terbagi menjadi paritas satu tidak
aman, paritas 2-3 aman untuk hamil dan bersalin serta paritas lebih dari 3
tidak aman. Hal ini disebabkan bayi dengan berat lahir rendah paling
banyak terjadi pada paritas diatas lima karena sudah mengalami
kemunduran fungsi pada alat-alat reproduksi. Paritas yang tinggi
berdampak timbulnya masalah kesehatan bagi ibu maupun bayi. Salah satu
dampak kesehatan yang mungkin timbul adalah kejadian BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah). Kejadian BBLR terjadi pada ibu yang melahirkan dan
memiliki satu anak atau lebih dari 4 anak. Menurut Pramono & Paramita
(2015) persentase dari jumlah anak yaitu 7,3 % dibandingkan ibu yang
mempunyai anak 2 atau 3 yaitu sebesar 5,5 %.
8

D. Manifestasi Klinis

1) Sebelum bayi lahir


a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambah walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bias pula
dengan hidramnion, hyperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.
2) Setelah bayi lahir
a. Berat lahir <2500 gram
b. Panjang badan <45 cm
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 3 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus
dan kepala mengarah ke satu sisi
m. Reflek tonik leher lemah dan reflek moro postif
n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
9

p. Kulit mengkilat, licin, pititing edema


q. Frekuensi nadi berkisar 100-140/ menit (Nelson, 2010).

E. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia
gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
10

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke
paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :


a. Jumlah darah lengkap:
b. penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% )
mungkin dibutuhkan.
c. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
d. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada. Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
11

3) PCO2 : 35-45 mmHg


4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

H. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan
pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian
makanan bayi dan menghindari infeksi.
1) Pengaturan suhu tubuh bayi BBLR

Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila


berada dilingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, berkurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan
kekurang lemak coklat (brown fat). Untuk mencegah hipotermi, perlu
diusahkan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu
tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu
tubuh bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35℃ dan
untuk bayi dengan BB 2000 gram sampai 2500 gram 34℃, agar ia
dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37℃. Kelembaban
inkubator berkisar antara 50-60%. Kelembaban yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu
inkubator dapat diturunkan 1℃ perminggu untuk bayi dengan berat
12

badan 2000 gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan


didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingan 27℃-29℃.

Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan


membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya
atau dengan memasang lampu petromaks didekat tempat tidur bayi
atau dengan menggunakan metode kangguru. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36℃ - 37℃ adalah dengan
memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi didalam
inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena
radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan dikulit bayi. Suhu inkubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat ddipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.

Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting


untuk memudahkan pengawasan mengenai kedaan umum, perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.

Neutral Thermal Environmental (NTE)


Age Weight Range of Age Weight Range of
Temperature Temperature
˚c ˚c
13

0-6 hrs < 1200 g 34,0-35,4 72-96 < 1200 g 34,0-35,0


1200-1500g 33,9-34,4 hrs 1200-1500g 33,0-34,0
1501-2500g 32,8-33,8 1501-2500g 31,1-33,2
>2500g 32,0-33,8 >2500g 29,8-32,8

6-12 hrs <1200g 34,0-35,4 4-12 <1500g 33,0-34,0


1200-1500g 33,9-34,4 days 1501-2500g 31,0-33,2
1501-2500g 32,2-33,8
>2500g 31,4-33,8

29,5-32,6
4-5 days 29,4-32,3
5-6 days >2500 g 29,0-32,2
6-8 days 29,0-31,8
8-10 29,0-31,4
days
10-12
days

12-24 hrs <1200g 34,0-35,4 12-14 < 1200 g 32,6-34,0


1200-1500g 33,3-34,3 days 1501-2500g 31,0-33,2
1501-2500g 31,8-33,8 >2500 g 29,0-30,8
>2500g 31,0-33,7

24-36 hrs <1200g 34,0-35,0 2-3 <1500 g 32,2-34,0


1200-1500g 33,1-34,2 weeks 1501-2500g 30,5-33,0
1501-2500g 31,6-33,6
>2500g 30,7-33,3
36-48 hrs <1200g 34,0-35 3-4 <1500 g 31,6-33,6
1200-1500g 33,0-34,1 weeks 1501-2500g 30,0-32,7
1501-2500g 31,4-33,5
>2500g 30,5-33,3
48-72 hrs <1200g 34,0-35,0 4-5 <1500 g 31,2-33,0
1200-1500g 33,0-34,0 weeks 1501-2500g 29,5-32,2
1501-2500g 31,2-33,4
>2500g 30,1-33,2

<1500 g 30,6-32,3
5-6 1501-2500g 29,0-31,8
weeks

2) Pencegahan infeksi
14

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,


khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.
Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nasokomial. Kerentanan
terhadap infeksi disebabkan oleh kadar immunoglobulinserum pada
bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek
sitotoliksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman.

Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi


diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap
perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi
umum. Perubahan tersebut antara lain: malas menyusu, gelisah, letargi,
suhu tubuh meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, muntah, diare,
berat badan mendadak turun.

Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap


bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh
kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan
masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali
pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan antiaseptik
alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio
perawat yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang
terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotic
yang tepat.

3) Pengaturan Intake

Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian


dan jadwal pemebrian yang sesuai dengan kebutuhan BBLR. ASI (Air
Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI
juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup
mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada
15

bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya miri


ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan


pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak
yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan
bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar
dapat diberikan makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang
lebih kecil, kurang giat menghisap dan sianosis ketika minum melalui
botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui OGT.

Jadwal pemebrian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan


berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam
dilakukan pada bayi dengan Berat Badan Lebih Rendah.
Tabel Berat Badan Ideal Bayi Sesuai Umur
16

4) Pernapasan

Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,


trachea, bronchioles respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan
akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi
dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat
lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami
serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pemebersihan jalan
napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan padaa posisi
miring, merangsang pernapsan dengan menepuk atau menjelitik tumit.
17

Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotracheal,


pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah , terjadinya aspirasi.
Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR

Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat
istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,
tidak responsive, dan apnea
2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi,
slang dada, atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
18

b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.


c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/
PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan
teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran
imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.

4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding
abdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status
umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan
dengan pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika
makanan keluar, jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe
penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya
darah.
e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,
temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck, palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
19

8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik,
terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh


seorang perawat pada bayi dengan BBLR (NANDA, 2015):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan
inspirasi,p enurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital,
dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping
hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip,
takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.
2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.
a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah
kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi
napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah
kisaran normal, teraba hangat

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhikebutuhan
metabolisme.
b. Batasan karakteristik:Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk
makan,berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan
20

kapiler,diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara


usus,kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa
tidakmampu menelan makanan.
4. Resiko infeksi.
a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan danpeningkatan
paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi,
peningkatan paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan sistem
imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh primer ( kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan
respon inflamasi)

K. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi


O keperawatan (NIC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat pernapasan,
pola pernafasan keperawatan kedalaman, dan kemudahan
selama 3x24 jam, diharapkan bernafas.
pasien Rasional: Membantu dalam
mampu : membedakan periode
1. Status Pernapasan: perputaran pernapasan
Kepatenan jalan napas normal dari serangan
2. Status Pernapasan: Ventilasi. apnetik sejati, terutama
3. Status tanda-tanda vital. sering terjadi pada gestasi
Dengan kriteria hasil : minggu ke-30
1. Menunjukkan pola 2. Perhatikan pola nafas klien.
pernapasan yangmendukung Rasional: mengetahui jika
hasil gas darah terdapattanda-tanda yang
dalamparameter atau kisaran menyebabkan dispneu.
normal. 3. Tentukan apakah klien
2. Pasien melaporkan bernafas dispneufisiologis atau
dengannyaman. psikologis.
3. Mendemonstrasikan Rasional: Studi menemukan
kemampuan untukmelakukan bahwaketika penyebabnya
pernapasan dengan pursed adalah fisiologis memiliki
lip(mengerutkan bibir) dan tanda gejala kecemasan dan
pernapasan dapat terkontrol kesemutan pada extremitas,
21

4. Mengidentifikasi dan sedangkan bila dipsneu itu


menghindari faktor-faktor psikologisl tanda gejalanya
spesifik yang dapat mengi terkait, batuk,
memperburuk pola nafas. dahak,dan palpitasi.
4. Berikan terapi oksigenasi
(Atur peralatan oksigenasi,
monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien)
Rasional: Perbaikan kadar
oksigen dan karbondioksida
dapat meningkatkanfungsi
pernapasan.
5. Monitor Tekanan darah,
nadi, suhu,dan Respiration
rate (pernafasan).
Rasional: memantau vital
sign klien.

2 Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,


tubuh keperawata selama 3x24 jam, gunakan termometer
tidakefektif. diharapkan pasien mampu: elektronik di ketiak pada
Termoregulasi menjadi efektif bayi di bawah usia 4
sesuai minggu.
dengan perkembangan. Rasional: memantau
Dengan kriteria hasil: apakah adanya
1. Dapat mempertahankan suhu peningkatan atau
tubuhdalam kisaran normal. penurunan suhu tubuh.
2. Menjelaskan langkah- 2. Catat apakah ada tanda-
langkah yangdiperlukan tanda hipertermi dan
untuk mempertahankan hipotermi.
suhutubuh agar dalam batas Rasional: Hipertermi
normal. denganpeningkatan laju
3. Menjelaskan gejala metabolismekebutuhan
hipotermia atauhipertermia. oksigen dan glukosa serta
kehilangan air dapat
terjadi bila suhu
lingkungan terlalu tinggi.
3. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Rasional: untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
4. Lakukan tepid
sponge.Rasional: dapat
menurunkan suhu
tubuhbayi.
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala
22

kurang dari keperawatan selama 3x24 jam kekurangan gizitermasuk


kebutuhan tubuh. diharapkan pasien perawakan pendek, lengan
mampu: kurus dan kaki.
1. Intake nutrien normal. Rasional: sebagai langkah
2. Intake makanan dan cairan awal pengkajian untuk
normal. melaksanakanintervensi
3. Berat badan normal. selanjutnya.
4. Massa tubuh normal. 2. Perhatikan adanya
5. Pengukuran biokimia normal. penurunan berat badan.
Rasional:
Dengan kriteria hasil: Mengidentifikasikan
1. Berat badan bertambah. adanya resiko derajat dan
2. Berat badan dalam kisaran resiko terhadap
normal untuk tinggi dan usia. polapertumbuhan. Bayi
3. Mengenali faktor yang SGA (Baby smallfor
berkontribusi terhadap berat gestational age) dengan
badan dibawah normal. kelebihancairan ekstrasel
4. Mengidentifikasi kebutuhan yang kemungkinan
gizi. kehilangan 15% BB lahir.
5. Bebas dari kekurangan gizi. Bayi SGA(Baby small for
gestational age) mungkin
telah mengalami
penurunan berat badan
dalam uterus atau
mengalami penurunan
simpanan lemak atau
glikogen.
3. Kaji kulit apakah kering,
monitorturgor kulit dan
perubahan pigmentasi.
Rasional : untuk
mengetahui adanyatanda-
tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih.(sudah
dikonsultasikan dengan
ahligizi)
Rasional: membantu
dalam rencana dietuntuk
memenuhi kebutuhan
individual
Monitor kalori dan intake
nutrisi.
Rasional: mengawasi
masukan nutrisidan kalori
dalam tubuh.
23

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu


keperawatanselama 3x24 jam tubuh,letargi, apnea, malas
diharapkan pasien mampu: minum, gelisahdan
Terhindar dari resiko infeksi. ikterus.
Rasional: suhu tubuh
Dengan kriteria hasil: meningkat dannadi cepat
1. Pengetahuan: Kontrol infeksi mmerupakn awal
Indikator: terjadinyainfeksi.
a. Menerangkan cara-cara 2. Kaji riwayat ibu, kondisi
penyebaran. bayi selamakehamilan,
b. Menerangkan faktor- dan epidemi infeksi
faktor yangberkontribusi diruangperawatan.
dengan penyebaran. Rasional: mengetahui
c. Menjelaskan tanda-tanda adanya riwayatinfeksi
dan gejala. selama kehamilan.
d. Menjelaskan aktivitas 3. Ambil sampel darah.
yang dapat Rasional: untuk sampel
e. meningkatkan padapemeriksaan
resistensiterhadap laboratorium seperti
infeksi. eritrosit, leukosit,
2. Status Nutrisi. diferensiasi,
Indikator: danimmunoglobulin.
a. Asupan nutrisi 4. Upayakan pencegahan
b. Asupan makanan dan infeksi darilingkungan.
cairan Misalnya : cuci
c. Energi tangansebelum dan
d. Masa tubuh sesudah memegang bayi.
e. Berat badan Rasional: untuk mencegah
berpindahnya
mikroorganisme dari jari
tangan ke tubuh bayi.
24

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FORMAT PENGKAJIAN


STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TA. 2018/2019
NEONATUS

Hari / Tanggal Pengkajian : _Senin /22 Oktober 2018

Nama Preseptee :KELOMPOK IV

NIM :

Ruangan : _IPN_______________________________________


Nomor RM: 99 88 49
Masuk Ruang Rawat: IPN Kelas : lll Tanggal / Jam : 19-10-2018/ 00.56 WIB
Diagnosis Masuk: NCB + KPD + BBLR Masuk RS melalui : IGD
Nama Pasien: By. Ny. R Nama Ibu : Rini Andrini Anak Ke- : 1
Tanggal Lahir: 18-10-2018 Jenis Kelamin : ( √ ) Laki-laki ( ) Perempuan

Usia Gestasi: 36-37 mingguBerat Lahir : 1.800 gramPanjang Lahir: 41 cm


INFORMASI UMUM

Usia Kronologis : 3 hariBerat Badan : 1.785 gramPanjang Badan: 41 cm


Nilai APGAR : 07 menit ke- 1 dan09 menit ke- 5
LK : 31 cmLD : 20 cm LP : 24 cmLLA :9,5 cm Warna Kulit : Merah
Nadi : 140 kali/menitSuhu : 36,6 0C RR : 52 kali/menit
Kelainan Bawaan : ( √ ) Tidak Ada ( ) Ada
KELUHAN UTAMA

Alasan Masuk / Dirawat :


Bayi lahir SC dengan indikasi KPD 17 jam + PEB. Bayi lahir tidak langsung
menangis. Gestasi 36-37 minggu. Dilakukan resusitasi sampai 2 siklus. Sisa
ketuban kering. G1 P0 A0 H0 BBL 1800 gram. Sampai IPN usia 1 jam. Sesak (-),
Sianosis (-). BBM 1785 gram. S= 36,7. GDS 69 gr/dL
Bayi lahir dengan BB 1800 gram, BBS 1750 gram, BBK : 1780 gram, pada
gestasi 36-37 minggu
PENYAKIT
RIWAYAT

SAAT INI
25

RIWAYAT PERSALINAN Usia Ibu saat hamil 24 Thn Masalah Saat Kehamilan Tidak ada
Frekuensi ANC per bulan 5 kali di OK IGD
Jenis Persalinan Spontan( √ Sectio
( ) Spontan Caesarea
) Sectio Caesarea Tindakan ...............

Penolong Persalinan ( √DokterBidan/PerawatLainnya


) Dokter ( ) Bidan/perawat ( ) Lainnya…..

Gestasi ( AtermPrematurPostmatur
) Aterm ( √ ) Prematur 36-37 ( ) Postmatur
Berat badan sesuai usia ( √ ) Kecil menurut masa kehamilan
kehamilan
( ) Sesuai menurut masa kehamilan.......................

( ) Besar menurut masa kehamilan

Kondisi Air Ketuban ( JernihKeruhLainnya


) Jernih ( ) Keruh Kering
( ) Lainnya Kering
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

( √( √) Tidak
) Tidakada
ada( () Asma
) Asma( ()Hipertensi
) Hipertensi Penyakit kronik dan Infeksi : Tidak ada

( ) Jantung ( ) Diabetes Melitus ........................................................................


Penyakit keturunan : Tidak ada
( ) Lain-Lain …………..
........................................................................
Genogram (3 generasi)

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: tinggal 1 rumah
REFLEKS PRIMITIF

( √ ) Sucking/menghisap ( √ ) Rooting ( ) Ekstrusi/menolak ( √)


Swallowing/menelan

( √ ) Muntah (√ ) Berkedip ( ) Doll’s eye ( ) Glabelar

( ) Grasp Palmar/Plantar ( ) Galant ( ) Perez ( ) Otolith

( √ ) Moro ( ) Startle ( ) Patella ( ) Placing

( √ ) Babinski ( √ ) Kaku Kuduk ( ) Dancin ( ) Stepping


26

PEMERIKSAAN FISIK
Nafas cuping hidung ( Ya
) Ya ( ) Tidak

Sianosis ( )Tidak
Ya ( ) Tidak
Retraksi Dada ( ) Substernal ( ) Intercostal

Bunyi Paru ( √ ) Vesicular ( ) Ronchi( )Wheezing ( ) Lain


SISTEM PERNAFASAN

Bunyi Jantung ( √ ) Reguler ( ) Murmur( ) Gallop( ) Lain

Periode Apnea ( ) Ya, berapa kali ( √ ) Tidak Tidak

v Bantuan Oksigen ( ) Nasa ( ) CPAP ( ) Ventilator


( √ ) Tidak Menggunakan ( ) Headbox

Capillary Refil Time ( √HeadBoxJELASKAN


<) <2detik>
2 detik 2 detik ( ) > 2 detik

Masalah Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
Kerusakan pertukaran gas b.d
Penurunan curah jantung b.d
Gangguan perfusi jaringan b.d

Fontanel ( √Datar
) Datar ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Lain….…

Mata ( )Tidak
CekungCekung ( √ ) Tidak cekung

Mukosa ( √Elastis
) Elastis ( ) Kerimg

( √<) <2 2detik


detik ( ) > 2 detik
KESEIMBANGAN CAIRAN

Cubitan perut kembali

Urinasi ( ) <>
6 kali/ hari
6 kali/hari ( ) > 6 kali/ hari

Nadi ( ) < 120 kali/menit ( √ ) 120 - 160 kali/menit


( ) >160 kali/menit

Lain-lain ( ) Oedem Palpebra ( ) Pitting Edema

( ) Anasarka

Jenis Cairan IVFD D10 1/5 Ns+ Kcl 5mg & AS10% 3gm Tetes:8,3 dan
Masalah Keperawatan 2,2x/menit

Kekurangan volume cairan b.d ......................................................................

Kelebihan volume cairan b.d .........................................................................

Risiko ketidakseimbangan elektrolit


27

Refleks hisap
PENCERNAAN
( ) Kuat ( √ ) Lemah

Refleks menelan ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada

Bentuk mulut & langit-langit ( √ ) Simetris ( ) Tidak simetris

Kelainan mulut & langit-langit ( ) Labio Schizis ( ) Palato Schizis

( ) Labiopalatoschizis ( √ ) Tidak ada kelainan


Abdomen ( √ ) Datar ( ) Kembung

( ) Ada kelainan........................................................................
Bising Usus ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada
x/menit

Keluar Mekonium ( √ ) <48 jam ( ) >48 jam................


Volume Residu ( ) < 5 ml ( ) ( ) > 5 ml...................

Warna Residu KuningHijauHitam


Muntah ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan

Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan makan dan minum √


Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ......................

Ketidakefektifan pola menyusui b.d prematuritas, penurunan refles menghisap



UROGENITAL

Keadaan ( √ ) Bersih ( ) Kotor

Bentuk ( √ ) Normal ( ) Abnormal

Meatus Urinarius ( √ ) BAK spontan ( ) Kesulitan BAK .......

( √ ) Frek BAK 5x/hari


Anus ( √ ) Refleks Spincter ( ) Lecet/ruam

( √ ) Frek BABx/hari ( ) Kesulitan BAB .......

( ) Tanda prolapsus/polip ( ) Fistula Ani


Lain-lain ..............................................................................

Genetalia Perempuan Laki-laki

( ) Mons pubis ( ) ( ) Pimosis ( ) Hipospadia ( )


Pembengkakan Lesi

( ) Lubang vagina
Masalah Keperawatan ( ) ( ) Hidrocele ( ) Pembengkakan

Inkontinensia urin b.d.....................................................................................

Diare b.d ........................................................................................................

Konstipasi b.d ................................................................................................


28
Tingkat Kesadaran Compos Mentis

NEUROSENSORI DAN MUSKULOSKELETAL


((( (((
Tangisan ( ) Kuat ( ) Merintih ( √ ) Lemah

Kejang ( ) Ya ( √ ) Tidak

Gerakan ( ) Aktif ( √ ) Lemah

Bentuk Tulang Belakang ( √ ) Normal ( ) Terdapat spina bifida

Refleks Startle ( √ ) Ada ( ) Tidak Ada

Masalah Keperawatan

Gangguan perfusi serebral b.d ......................................................................

Gangguan mobilitas fisik b.d .........................................................................

Gangguan pendengaran b.d ..........................................................................


Perabaan
TERMOREGULASI

( √ ) Hangat ( ) Dingin

Bantuan yang dibutuhkan ( √ ) Inkubator, Suhu :34,0 0C ( ) Blue Light, Jenis


( ) Penghangat Radian

Kondisi ruangan ( √ ) Ber-AC, Suhu : 26 0C ( ) Tidak Ber-AC, Suhu


0
C
Treatment perawatan ( ) Sering menggunakan pintu incubator
( √ ) Melalui jendela inkubator

Kelainan lain, sebutkan Tidak ada


Masalah Keperawatan

Hipotermia b.d ...............................................................................................

Hipertermia b.d .............................................................................................

Termoregulasi tidak efektif b.d.......................................................................

 Resiko hipotermi.............................................................................................

Resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d lemak subkutan yang sedikit √

Jarak pandang bayi dan ibu <30 cm Tidak


PSIKOSOSIAL

Sentuhan diberikan oleh ibu Tidak


Kontak mata ibu terhadap bayi Ya
Posisi ibu saat menggendong dan menyusui Tidak
Keaktifan ibu dalam memberikan rangsang Ya
suara/taktil
Keterlibatan ayah dalam merawat, memberi Tidak
rangsangan
Motivasi untuk merawat anak hingga sembuh Ya
Daya tahan terhadap stressor Ya
Kebutuhan Pembelajaran, Sebutkan.....................................................................
29
Metode Penilaian Nyeri ( √ ) NIPS ( ) PIPP

NYERI
Jumlah Skor 0
Kategori ....................

Indikator Respon Skor


Noenatal Infant Pain Scale

Wajah tenang, ekspresi netral, otot relaks 00


Ekspresi wajah
Meringis, otot wajah tegang, alis berkerut, ekspresi 1
negatif
Tangisan Tenang, tidak menangis 00
Mengerang, lemah intermiten 1
Menangis kencang, melengking terus menerus 2

(catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila bayi


diintubasi
Gerakan tungkaiTidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa 00
Tegang / kaku 1
Pola Nafas Relaksasi, bernafas biasa 00
Tarikan nafas ireguler, lebih cepat dibandingkan biasaa, 1
menahan nafas, tersedak

Status terjaga
Tanggal: Terjaga tenang atau tertidur tenang
22-10-2018 0
Hemoglobin 18,4 14,0 - 18,0 g/dL
Hematokrit Rewel atau
54, 0 gelisah
42,0 - 52,0 % 1
LABORATORIUM

MCV
Interpretasi 101,7 79,0 - 99,0 fL
MCH 34,7 27,0 - 31,0 pg
RDW
Skor 0 – CV 18,4 11,5
: tidak perlu intervensi - 14,5 %
RDW – SD 68,6 35,0 - 47,0 fL
Skor 1-3
Trombosit : intervensi
124 non farmakologis
150 - 450 10^3/uL
Eosinofit 6,3 2,0 - 4,0 %
Skor 4-5 : terapi40,9
Neutrofil analgesic 50non- opioid
70 %
Motorik Kasar :________________________________________
KEMBANG

Monosit 16,9 2,0 - 8,0 %


PEMERIKSAAN

Na+
Motorik Halus 134 135 - 145 mmol/L
:________________________________________
K+ 3,1 3,5 - 5,5 mmol/L
Calcium
Bahasa 0,13 0,90 - 1,08 mmol/L
:________________________________________
TUMBUH

Sosial :________________________________________

Hambatan tumbuh kembang :________________________________________


HASIL

___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
30

Tanggal: 22-10-1018
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Imunologi : CRP Reaktif 48 <6 mg/L
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
OBAT-OBATAN HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tanggal : __________________

Jenis Pemeriksaan Temuan

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

1. Baetesin 125 mg/ 12 jam


2. Mikasin 12,5 / 12 jam
3. OM2 4 mg / hari
4. Dio 1/5 Ns + kcl 5 mg
5. As 10% 2 gr
31
32

B. Diagnosa keperawatan

MCP

ND 1 : resiko defisit nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan ND 2 : Ketidak efektifan pola menyusui bayi b/d
makan/minum penurunan refkles primitive pada bayi
Ds : DS : -
Do : DM : BBLR DO :
- Usia gestasi 36-37 minggu KA : - Reflex sucking lemah
- BBL : 1800 gram - Reflex rooting lemah
- BBK 1780 gram - BBL 1800 gram - Usia gestasi 36-37 minggu
- BBS 1750 gram - BBS 1750 gram - Terpasang infus
- Lahir SC atas indikasi PEB+KPD : 17 - Masa gestasi 36 minggu 1
jam - Terpasang infus D10 NS+KCL 5 mg
- Lahir SC dengan indikasi 5
- ANC 5 kali dibidan praktik PEB + KPD 17 jam (8,3cc/jam)
- G1 P0 A0 - Terpasang Amino Steril 2 gram 10% (2,2
- Refleks Rooting lemah
cc/jam)
- Refleks Sucking lemah
- Bising Usus 3x/menit
- Tonus Otot lemah
1
- Terpasang infus D10 NS+KCL 5
5
mg (8,3cc/jam)
Terpasang Amino Steril 2 gram 10%
(2,2 cc/jam)

Therapy : Total Parenteral Nutrusi


(TPN), Cek balance cairan, Timbang
BB/Hari
33

ND 4 : Resiko infeksi b/d ketuban pecah dini

Ds :
ND 3 :Resiko Ketidakefektifan termoregulasi b/d
lemak subkutan yang sedikit Do :

Ds : - Leukosit 5,430 /uL


- Trombosit 124.000 /uL
Do : - Hematrokit 54,0 %
- Hemoglobin 18,4 g/dL
- Kulit kemerahan - IT Ratio 0,07
- Akral dingin - CRP Reaktif 48
- Suhu ruangan 26o C - Lahir SC atas indikasi PEB+KPD : 17 jam
- BB 1780 gram - G1 P0 A0
- Kulit tipis
- Usia gestasi 36 minggu
- Suhu pasien 36,6o C
- Suhu incubator 34 o C
- Non shivering Therapy : Antibiotik :

Therapy : termorugulasi terapi - Pemberian obat bactesin 12,5 mg/12 jam


- Pemberian obat mikasin 12,5 mg/12 jam
34

C. Intervensi

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : By. R


Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawat : 1. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
mampuan makan/minum
Batasan Karakteristik : makan/minum
Ds :
Do :
- Usia gestasi 36-37 minggu - Refleks Rooting lemah
- BBL : 1800 gram - Refleks Sucking lemah
- BBK 1780 gram - Bising Usus 3x/menit
- BBS 1750 gram - Tonus Otot lemah
- Lahir SC atas indikasi PEB+KPD : 17 jam 1
- Terpasang infus D10
- ANC 5 kali dibidan praktik 5
- G1 P0 A0 NS+KCL 5 mg (8,3cc/jam)
- Terpasang Amino Steril 2 gram
10% (2,2 cc/jam)
Noc Nic
35

 Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :


a. Observasi
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan
1. Monitor makanan/cairan yang di
nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan. konsumsi dan
2. Hitung asupan kalori pasien
 Tidak terjadi penurunan BB yang
3. Pantau masukan dan pengeluaran
berarti 4. Cek residu per 6 jam
5. Cek gula perhari
 Peningkatan BB 2 (sedikit adekuat)
6. Palpasi abdomen
menjadi 3 (cukup adekuat) b. Mandiri
1. Kaji maturitas reflek berkenaan
 Turgor kulit elastis 3 (cukup adekuat)
dengan pembarian makan
menjadi 4 (sebagian besar adekuat) ( misalnya: menghisap, menelan
dan batuk,muntah)
 Intake caairan/nutrisi/makanan
2. Auskultasi ada bising usus, kaji
adekuat 3 (cukup adekuat) menjadi 4 status fisik
3. Kaji berat badan dengan timbang
(sebagian besar adekuat)
berat badan setiap hari.
 Tidak ada muntah 2 (sedikit adekuat) 4. Kaji tingkat hidrasi, turgor kulit,
membrane mukosa
menjadi 5 (sepenuh nya adekuat)
5. Penerapan Evidance based
nursing

c. Edukasi
1. Ajarkan ibu untuk memberikan
ASI eksklusif
2. Ajarkan Ibu untuk mengkonsumsi
buah dan sayuran untuk
meningkatkan ASI
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi suplemen elektrolit
sesuai indikasi
2. Kolaborasi dalam pemberian
cairan infus dengan tepat
36

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : By. R
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 2 : ketidak efektifan pola menyusui b/d prematuritas, penurunan
refleks menghisap
Batasan Karakteristik :
DS : -
DO :
- Reflex sucking lemah
- Reflex rooting lemah
- Usia gestasi 36-37 minggu
- Terpasang infus
1
- Terpasang infus D10 NS+KCL 5 mg
5
(8,3cc/jam)
- Terpasang Amino Steril 2 gram 10% (2,2
cc/jam)
Noc Nic
37

Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :


keperawatn selama 5x24 jam diharapkan a. Observasi
refleks menghisap membaik 1. Pantau BB dan pola eliminiasi
1. Breasfeding effective
Kriteria Hasil : b. Mandiri
1. Pemeliharaan pemberian ASI : 1. Kaji refleks refleks rooting
keberlangsungan pemberian ASI 3 2. Kaji refleks sucking
untuk menyediakan nutrisi bagi bayi 3. Kaji refleks swalling
3 (cukup menyimpang dari rentang
normal) menjadi 4 (sedikit c. Edukasi
menyimpang dari dari rentang 1. Evaluasi pemahaman ibu tentang
normal) isyarat menyusui
2. Kemantapan pemberian ASI 2 2. pantau keterampilan ibu dalam
(Sedikit adekuat) 3 (cukup adekuat) menempelkan bayi keputing

d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
perhitungan pemberian nutrisi
pada bayi

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : By. R
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawat 3 : Resiko ketidakefektifan termoregulasi b/d lemak subkutan yang
sedikit
Batasan Karakteristik : - Usia gestasi 36 minggu
- Kulit kemerahan - Suhu pasien 36,6o C
- Akral dingin - Suhu incubator 34 o C
- Suhu ruangan 26o C - Non shivering
- BB 1780 gram
- Kulit tipis
Noc Nic
38

Tujuan : setelah dilakukan


tindakan Aktivitas :
a. Observasi
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan
1. Monitor suhu paling tidak setiap 3
termoregulasi efektif jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor adanya tanda dan gejala
 Suhu dalam batas normal 36,5o C-
dari hipertermia dan hipotermia
o
37,5 C: 4 (ringan) menjadi (5) tidak ada 3. Monitor suhu dan warna kulit
 Suhu inkubator sesuai dengan usia b. Mandiri
pasien (range) 0
33,0 C - 34,0 C
0
: 4 1. Pasang alat monitor suhu inti
secara kontinu sesuai kebutuhan
(ringan) menjadi (5) tidak ada 2. Tingkatkan intake cairan dan
 Akral hangat : 4 (ringan) menjadi (5) nutrisi adekuat
3. Pertahankan kelembapan pada
tidak ada 50% atau lebih besar dalam
incubator untuk mencegah
hilangnya panas
4. Sesuaikan suhu lingkungan untuk
kebutuhan pasien
c. Edukasi
1. Ajarkan ibu/keluarga untuk
mengetahui suhu normal oasien
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik jika suhu nya tinggi

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : By. R
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko Infeksi b.d Ketuban Pecah Dini
Batasan Karakteristik : - IT Ratio 0,07
- Leukosit 5,430 /uL - CRP Reaktif 48
- Trombosit 124.000 /uL - Lahir SC atas indikasi PEB+KPD : 17
- Hematrokit 54,0 % jam
- Hemoglobin 18,4 g/dL - G1 P0 A0
Noc Nic
39

Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :


keperawatn selama 5x24 jam diharapkan a. Observasi
resiko infeksi tidak terjadi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Immune status 2. Monitor peningkatan leokosit
2. Knowledge infection control
Kriteria Hasil : b. Mandiri
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi: 3 1. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
(cukup terganggu) menjadi 4 (Sedikit tangan
terganggu) 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
2. Mendeskripsikan proses penularan : sesudah tindakan keperawatan
penyakit,factor yang mempengaruhi 3. Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta penatalaksanaan 2 sebagai alat pelindung
(pengetahuan tebatas) menjadi 3 4. Pertahankan teknik aseptik pada
(pengetahuan sedang) pasien yang beresiko
3. Jumlah leokosit dalam batas normal : 5. Bersihkan lingkungan setelah
4 (cukup terganggu) menjadi 5 (tidak dipakai pasien lain
terganggu)
c. Edukasi
1. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
2. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala inpeksi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic
2. Kolaborasi dalam pemeriksaan
kultur darah
3. Kolaborasi dalam pemeriksaan
darah laboratorium

D. Implementasi dan Evaluasi


IMPLEMENTASI

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


40

1.1 22 /2018 Aktivitas : S:


10:00 e. Observasi -
7. Monitor makanan/cairan O :
yang di konsumsi dan
- Terpasang infus D10
8. Hitung asupan kalori
pasien 1
NS+KCL 5 mg
9. Pantau masukan dan 5
pengeluaran (8,3cc/jam)
10. Cek gula perhari - Terpasang Amino
11. Palpasi abdomen Steril 2 gram 10%
f. Mandiri (2,2 cc/jam)
6. Kaji maturitas reflek - Pasien NPO
berkenaan dengan - BAB/BAK 180 gram
pembarian makan (1hari)
( misalnya: menghisap, - BBL 1800 gram
menelan dan - BBK 1780 gram
batuk,muntah) - BBS 1750 gram
7. Auskultasi ada bising - Balance 26,5
usus, kaji status fisik - Membrane mukosa
8. Kaji berat badan
lembab
dengan timbang berat
- IWL 35
badan setiap hari.
- Gula darah sewaktu
9. Kaji tingkat hidrasi,
turgor kulit, membrane 74 mg/dL
mukosa - Total kalori D10 +
AS: 143,9
g. Edukasi
3. Ajarkan ibu untuk - GIR : 6,9
memberikan ASI mg/kg/menit
eksklusif - Abdomen supel
4. Ajarkan Ibu untuk - Turgor kulit elastis
mengkonsumsi buah - Bising usus 3x/menit
dan sayuran untuk - Refleks sucking (+)
meningkatkan ASI tapi lemah
h. Kolaborasi - Refleks rooting (+)
3. Kolaborasi suplemen tapi lemah
elektrolit sesuai
indikasi
4. Kolaborasi dalam
pemberian cairan infus A : resiko defisit nutrisi
dengan tepat kurang dari kebutuhan tubuh
b/d ketidak mampuan
makan/minum
belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
41

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1 .2 23 /2018 Aktivitas : S:
15.00 a. Observasi -
1. Monitor O:
makanan/cairan yang
- Terpasang infus D10
di konsumsi
2. Hitung asupan kalori 1
NS+KCL 5 mg
pasien 5
3. Pantau masukan dan - Terpasang Amino
pengeluaran Steril 2 gram 10%
4. Cek gula perhari - Pasien NPO
5. Palpasi abdomen - BAB/BAK 130 gram
i. Mandiri (1hari)
1. Kaji maturitas reflek - BBL 1800 gram
berkenaan dengan - BBK 1750 gram
pembarian makan - BBS 1750 gram
( misalnya: menghisap, - Balance 87
menelan dan - Membrane mukosa
batuk,muntah) lembab
2. Auskultasi ada bising - IWL 35
usus, kaji status fisik - Gula darah sewaktu
3. Kaji berat badan 81 mg/dL
dengan timbang berat
- Total kalori D10 +
badan setiap hari.
4. Kaji tingkat hidrasi, AS : 145,1
turgor kulit, membrane
- GIR : 6,3
mukosa
b. Edukasi mg/kg/menit
- - Abdomen supel
c. Kolaborasi - Turgor kulit elastis
1. Kolaborasi suplemen - Bising usus 2x/menit
elektrolit sesuai - Refleks sucking (+)
indikasi tapi lemah
2. Kolaborasi dalam - Refleks rooting (+)
pemberian cairan infus tapi lemah
dengan tepat
A:
resiko defisit nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d
ketidak mampuan
makan/minum belum
teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
42

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1.3 24 /2018 Aktivitas : S:-


10.00 a. Observasi O:
1. Monitor - Terpasang infus D10
makanan/cairan yang
1
di konsumsi NS+KCL 5 mg
2. Hitung asupan kalori 5
pasien - Terpasang Amino
3. Pantau masukan dan Steril 2 gram 10%
pengeluaran - Pemberian intake per
4. Cek gula perhari OGT 40cc/24 jam
5. Palpasi abdomen - BAB/BAK 100 gram
b. Mandiri (1hari)
1. Kaji maturitas reflek - BBL 1800 gram
berkenaan dengan - BBK 1750 gram
pembarian makan - BBS 1740 gram
( misalnya: menghisap, - Balance 183,6
menelan dan - Membrane mukosa
batuk,muntah) lembab
2. Auskultasi ada bising - IWL 34,8
usus, kaji status fisik - Gula darah sewaktu
3. Kaji berat badan 61 mg/dL
dengan timbang berat
- Total kalori D10 +
badan setiap hari.
4. Kaji tingkat hidrasi, AS + minum : 182,8
turgor kulit, membrane
- GIR : 6,8
mukosa
d. Edukasi mg/kg/menit
- - Abdomen supel
e. Kolaborasi - Turgor kulit elastis
1. Kolaborasi suplemen - Bising usus 3x/menit
elektrolit sesuai - Refleks sucking (+)
indikasi tapi lemah
2. Kolaborasi dalam - Refleks rooting (+)
pemberian cairan infus tapi lemah
dengan tepat - Kalori ASI : 12,57

A : resiko defisit nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh
b/d ketidak mampuan
makan/minum belum
teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
43

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1.4 25 /2018 Aktivitas : S:-


15.00 a. Observasi O:
1. Monitor - Terpasang infus D10
makanan/cairan yang
1
di konsumsi NS+KCL 5 mg
2. Hitung asupan kalori 5
pasien - Terpasang Amino
3. Pantau masukan dan Steril 2 gram 10%
pengeluaran - Pemberian intake per
4. Cek gula perhari OGT 100cc/24 jam
5. Palpasi abdomen - BAB/BAK 150 gram
c. Mandiri (1hari)
1. Kaji maturitas reflek - BBL 1800 gram
berkenaan dengan - BBK 1740 gram
pembarian makan - BBS 1750 gram
( misalnya: menghisap, - Balance 138,2
menelan dan - Membrane mukosa
batuk,muntah) lembab
2. Auskultasi ada bising - IWL 35
usus, kaji status fisik - Gula darah sewaktu
3. Kaji berat badan 64 mg/dL
dengan timbang berat
- Total kalori D10 +
badan setiap hari.
4. Kaji tingkat hidrasi, AS + minum : 184,5
turgor kulit, membrane
- Kalori ASI : 30,5
mukosa
d. Edukasi
- GIR : 4,5
-
e. Kolaborasi mg/kg/menit
1. Kolaborasi suplemen - Abdomen supel
elektrolit sesuai - Turgor kulit elastis
indikasi - Bising usus 3x/menit
2. Kolaborasi dalam - Refleks sucking (+)
pemberian cairan infus tapi lemah
dengan tepat - Refleks rooting (+)
tapi lemah

A : resiko defisit nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh
b/d ketidak mampuan
makan/minum belum
teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan dan
modifikasi penerapan
Evidance Based Nursing
44

efek penggunaan earmuff


dalam pengontrol kebisingin

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1.5 26 /2018 Aktivitas : S:-


10:00 b. Observasi O:
45

6. Monitor - Terpasang IV Plug


makanan/cairan yang - Pemberian intake per
di konsumsi OGT 220cc/24 jam
7. Hitung asupan kalori - Membrane gmukosa
pasien lembab
8. Pantau masukan dan
- Kalori ASI : 100
pengeluaran
9. Cek gula perhari - Abdomen supel
10. Palpasi abdomen - Turgor kulit elastis
f. Mandiri - Bising usus 3x/menit
5. Kaji maturitas reflek - Refleks sucking (+)
berkenaan dengan
tapi lemah
pembarian makan
- Refleks rooting (+)
( misalnya: menghisap,
menelan dan tapi lemah
batuk,muntah) - Saat pemasangan
6. Auskultasi ada bising earmuff
usus, kaji status fisik a. bayi tampak
7. Kaji tingkat hidrasi, tenang
turgor kulit, membrane b. gerakan bayi
mukosa tidak terlalu aktif
8. Penerapan penerapan c. raut wajah
Evidance Based tampak tenang
Nursing efek d. Tidur lebih lelap
penggunaan Earmuff
dalam mereduksi suara
A : resiko defisit nutrisi
terhadap respon
psikologis dan perilaku kurang dari kebutuhan tubuh
pada pasien BBLR b/d ketidak mampuan
g. Edukasi makan/minum belum
- teratasi
h. Kolaborasi
- kolaborasi dalam P:
pemberian suplement
Intervensi dilanjutkan dalam
nutrisi
penerapan penggunaan
earmuff di ruangan
46

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

2.1 22 /2018 Aktivitas : S:


10:00 a. Observasi -
1. Pantau BB dan pola O :
eliminiasi
- Refleks sucking (+)
b. Mandiri tapi lemah
1. Kaji refleks refleks - Refleks rooting (+)
rooting tapi lemah
2. Kaji refleks sucking - Refleks swalling (+)
3. Kaji refleks swalling tapi lemah
- BBL 1800 gram
c. Edukasi - BBK 1780 gram
1. Evaluasi pemahaman - BBS 1750 gram
ibu tentang isyarat - Balance 26,5
menyusui - IWL 35
2. pantau keterampilan - BAB/BAK 180 gram
ibu dalam - Terpasang infus D10
menempelkan bayi 1
keputing NS+KCL 5 mg
5
(8,3cc/jam)
d. Kolaborasi - Terpasang Amino
1. Kolaborasi dengan
Steril 2 gram 10%
dokter dalam
perhitungan pemberian (2,2 cc/jam)
nutrisi pada bayi - Total kalori D10 +
AS : 143,9

A : Ketidak efektifan pola


menyusui bayi b/d
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
47

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

2.2 23 /2018 Aktivitas : S:


10:00 a. Observasi -
1. Pantau BB dan pola O :
eliminiasi
- Refleks sucking (+)
b. Mandiri tapi lemah
1. Kaji refleks refleks - Refleks rooting (+)
rooting tapi lemah
2. Kaji refleks sucking - Refleks swalling (+)
3. Kaji refleks swalling tapi lemah
- BBL 1800 gram
c. Edukasi - BBK 1750 gram
- - BBS 1750 gram
d. Kolaborasi - Balance 87
1. Kolaborasi dengan - IWL 35
dokter dalam - BAB/BAK 130 gram
perhitungan pemberian - Terpasang infus D10
nutrisi pada bayi 1
NS+KCL 5 mg
5
- Terpasang Amino
Steril 2 gram 10%
- Total kalori D10 +
AS : 145,1

-
A : Ketidak efektifan pola
menyusui bayi b/d
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
48

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

2.3 24 /2018 Aktivitas : S:


15.00 a. Observasi -
1. Pantau BB dan pola O :
eliminiasi
- Refleks sucking (+)
b. Mandiri tapi lemah
1. Kaji refleks refleks - Refleks rooting (+)
rooting tapi lemah
2. Kaji refleks sucking - Refleks swalling (+)
3. Kaji refleks swalling tapi lemah
- BBL 1800 gram
c. Edukasi - BBK 1750 gram
- - BBS 1740 gram
d. Kolaborasi - Balance 183,6
1. Kolaborasi dengan - IWL 34,8
dokter dalam - BAB/BAK 100 gram
perhitungan pemberian - Terpasang infus D10
nutrisi pada bayi 1
NS+KCL 5 mg
5
- Terpasang Amino
Steril 2 gram 10%
- Total kalori D10 +
AS + minum : 182,8

- Kalori ASI : 12,57

A : Ketidak efektifan pola


menyusui bayi b/d
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
49

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

2.5 25 /2018 Aktivitas : S:


15.00 a. Observasi -
1. Pantau BB dan pola O :
eliminiasi
- Refleks sucking (+)
b. Mandiri tapi lemah
1. Kaji refleks refleks - Refleks rooting (+)
rooting tapi lemah
2. Kaji refleks sucking - Refleks swalling (+)
3. Kaji refleks swalling tapi lemah
- BBL 1800 gram
c. Edukasi - BBK 1740 gram
- - BBS 1750 gram
d. Kolaborasi - Balance 138,2
1. Kolaborasi dengan - IWL 35
dokter dalam - BAB/BAK 150 gram
perhitungan pemberian - Terpasang infus D10
nutrisi pada bayi 1
NS+KCL 5 mg
5
- Terpasang Amino
Steril 2 gram 10%
- Total kalori D10 +
AS + minum : 184,5

- Kalori ASI : 30,5

A : Ketidak efektifan pola


menyusui bayi b/d
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
50

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

2.5 26 /2018 Aktivitas : S:


10.00 a. Observasi -
1. Pantau BB dan pola O :
eliminiasi
- Refleks sucking (+)
b. Mandiri tapi lemah
1. Kaji refleks refleks - Refleks rooting (+)
rooting tapi lemah
2. Kaji refleks sucking - Refleks swalling (+)
3. Kaji refleks swalling tapi lemah
51

- Ps terpasang IV plug
c. Edukasi - Kalori ASI : 100
-
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter dalam A : Ketidak efektifan pola
perhitungan pemberian
menyusui bayi b/d
nutrisi pada bayi
penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


52

3.1 22 /2018 a. Observasi S:


10.00 1. Monitor suhu paling - Ibu mengetahui suhu
tidak setiap 3 jam, normal
sesuai kebutuhan O:
2. Monitor adanya tanda - Suhu pasien
o
dan gejala dari 36,5 C
hipertermia dan - Warna kulit putih
hipotermia kemerahan
3. Monitor suhu dan - Pasien berada di
warna kulit incubator
- Suhu incubator
b. Mandiri o
33,0 C
5. Pasang alat monitor - Suhu ruangan
suhu inti secara kontinu o
26,0 C
sesuai kebutuhan - Terpasang monitor
6. Tingkatkan intake suhu di bagian perut
cairan dan nutrisi kanan
adekuat - Terpasang infus D10
7. Pertahankan 1
kelembapan pada 50% NS+KCL 5 mg
5
atau lebih besar dalam (8,3cc/jam)
incubator untuk - Terpasang Amino
mencegah hilangnya Steril 2 gram 10%
panas (2,2 cc/jam)
8. Sesuaikan suhu
lingkungan untuk A : Ketidak efektifan
kebutuhan pasien termoregulasi b/d lemak
c. Edukasi subkutan yang sedikit
1. Ajarkan ibu/keluarga belumteratasi
untuk mengetahui suhu
normal pasien P : Intervensi dilanjutkan
d. Kolaborasi
-

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


53

3.2 23 /2018 a. Observasi S:


10.00 1. Monitor suhu paling - Ibu mengetahui suhu
tidak setiap 3 jam, normal
sesuai kebutuhan O:
2. Monitor adanya tanda - Suhu pasien
o
dan gejala dari 36,7 C
hipertermia dan - Warna kulit putih
hipotermia kemerahan
3. Monitor suhu dan - Pasien berada di
warna kulit incubator
- Suhu incubator
b. Mandiri o
33,2 C
1. Pasang alat monitor - Suhu ruangan
suhu inti secara kontinu o
26,0 C
sesuai kebutuhan - Terpasang monitor
2. Tingkatkan intake suhu di bagian perut
cairan dan nutrisi kanan
adekuat - Terpasang infus D10
3. Pertahankan 1
kelembapan pada 50% NS+KCL 5 mg
5
atau lebih besar dalam - Terpasang Amino
incubator untuk Steril 2 gram 10%
mencegah hilangnya
panas A : Ketidak efektifan
4. Sesuaikan suhu termoregulasi b/d lemak
lingkungan untuk subkutan yang sedikit belum
kebutuhan pasien teratasi
c. Edukasi
- P : Intervensi dilanjutkan
d. Kolaborasi
-

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


54

3.3 24 /2018 a. Observasi S:


15.00 1. Monitor suhu paling O :
tidak setiap 3 jam, - Suhu pasien
o
sesuai kebutuhan 36,8 C
2. Monitor adanya tanda - Warna kulit putih
dan gejala dari kemerahan
hipertermia dan - Pasien berada di
hipotermia incubator
3. Monitor suhu dan - Suhu incubator
warna kulit o
33,4 C
- Suhu ruangan
b. Mandiri o
26,0 C
1. Pasang alat monitor - Terpasang monitor
suhu inti secara kontinu suhu di bagian perut
sesuai kebutuhan kanan
2. Tingkatkan intake - Terpasang infus D10
cairan dan nutrisi 1
adekuat NS+KCL 5 mg
5
3. Pertahankan - Terpasang Amino
kelembapan pada 50% Steril 2 gram 10%
atau lebih besar dalam
incubator untuk A : Ketidak efektifan
mencegah hilangnya termoregulasi b/d lemak
panas subkutan yang sedikit
4. Sesuaikan suhu belumvteratasi
lingkungan untuk
kebutuhan pasien P : Intervensi dilanjutkan
c. Edukasi
-
d. Kolaborasi
-

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


55

3.4 25 /2018 a. Observasi S:-


22.00 1. Monitor suhu paling O :
tidak setiap 3 jam, - Suhu pasien
o
sesuai kebutuhan 36,5 C
2. Monitor adanya tanda - Warna kulit putih
dan gejala dari kemerahan
hipertermia dan - Pasien sudah tidak
hipotermia berada di incubator
3. Monitor suhu dan - Suhu ruangan
warna kulit o
26,0 C
- Terpasang infus D10
b. Mandiri 1
1. Tingkatkan intake NS+KCL 5 mg
5
cairan dan nutrisi - Terpasang Amino
adekuat Steril 2 gram 10%
c. Edukasi
- A : Ketidak efektifan
d. Kolaborasi termoregulasi b/d lemak
- subkutan yang sedikit belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
56

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

3.5 26 /2018 a. Observasi S:-


10.00 1. Monitor suhu paling O :
tidak setiap 3 jam, - Suhu pasien
o
sesuai kebutuhan 36,5 C
2. Monitor adanya tanda - Warna kulit putih
dan gejala dari kemerahan
hipertermia dan - Pasien sudah tidak
hipotermia berada di incubator
3. Monitor suhu dan - Suhu ruangan
warna kulit o
26,0 C
- Kalori susu : 100
b. Mandiri
1. Tingkatkan intake A : Ketidak efektifan
cairan dan nutrisi termoregulasi b/d lemak
adekuat subkutan yang sedikit belum
c. Edukasi teratasi
-
d. Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
-
57

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

4.1 22 /2018 a. Observasi S:


10.00 1. Monitor tanda dan O:
gejala infeksi - Leukosit 5,430 /uL
2. Monitor peningkatan - CRP Reaktif 48
leokosit - Suhu pasien
o
36,5 C
b. Mandiri - Tidak ada tanda
6. Gunakan sabun gejala infek (kolor,
antimikrobia untuk cuci dolor, rubor,
tangan fungsilaesa)
7. Cuci tangan setiap - Lingkungan sesalu
sebelum dan sesudah dibersihkan setiap
tindakan keperawatan pergantian shift
8. Gunakan baju, sarung - Mencuci tangan
tangan sebagai alat sebelum dan sesudah
pelindung menyentuh pasien
9. Pertahankan teknik - Keluarga dan orang
aseptik pada pasien tua mengerti dengan
yang beresiko intruksi perawat
10. Bersihkan lingkungan - Pemberian obat
setelah dipakai pasien bactesin 12,5 mg/12
lain jam
- Pemberian obat
c. Edukasi mikasin 12,5 mg/12
3. Instruksikan pada jam
pengunjung untuk - Pemeriksaan kultur
mencuci tangan saat darah belum keluar
berkunjung dan setelah hasilnya
berkunjung -
meninggalkan pasien A : resiko infeksi b/d lemak
4. Ajarkan pasien dan subkutan sedikit belum
keluarga tentang tanda teratasi
dan gejala inpeksi
d. Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
4. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
5. Kolaborasi dalam
pemeriksaan kultur
darah
6. Kolaborasi dalam
pemeriksaan darah
laboratorium
58

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

4.2 23 /2018 a. Observasi S:


10.00 1. Monitor tanda dan O:
gejala infeksi - Leukosit 5,430 /uL
2. Monitor peningkatan - CRP Reaktif 48
leokosit - Suhu pasien
o
36,7 C
b. Mandiri - Tidak ada tanda
1. Gunakan sabun gejala infek (kolor,
antimikrobia untuk cuci dolor, rubor,
tangan fungsilaesa)
2. Cuci tangan setiap - Lingkungan sesalu
sebelum dan sesudah dibersihkan setiap
tindakan keperawatan pergantian shift
3. Gunakan baju, sarung - Mencuci tangan
tangan sebagai alat sebelum dan sesudah
pelindung menyentuh pasien
4. Pertahankan teknik - Keluarga dan orang
aseptik pada pasien tua mengerti dengan
yang beresiko intruksi perawat
5. Bersihkan lingkungan - Pemberian obat
setelah dipakai pasien bactesin 12,5 mg/12
lain jam
- Pemberian obat
c. Edukasi mikasin 12,5 mg/12
- jam
d. Kolaborasi - Pemeriksaan kultur
1. Kolaborasi dalam darah belum keluar
pemberian antibiotik hasilnya
-
A : resiko infeksi b/d lemak
subkutan sedikit belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
59

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

4.3 24 /2018 S:
15.00 O:
a. Mandiri - Leukosit 5,430 /uL
1. Monitor tanda dan - Suhu pasien
o
gejala infeksi\ 36,8 C
2. Monitor peningkatan - Tidak ada tanda
leokosit gejala infek (kolor,
b. Mandiri dolor, rubor,
1. 1Gunakan sabun fungsilaesa)
antimikrobia untuk cuci - Lingkungan sesalu
tangan dibersihkan setiap
2. Cuci tangan setiap pergantian shift
sebelum dan sesudah - Mencuci tangan
tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
3. Gunakan baju, sarung menyentuh pasien
tangan sebagai alat - Keluarga dan orang
pelindung tua mengerti dengan
4. Pertahankan teknik intruksi perawat
aseptik pada pasien - Pemberian obat
yang beresiko bactesin 12,5 mg/12
5. Bersihkan lingkungan jam
setelah dipakai pasien - Pemberian obat
lain mikasin 12,5 mg/12
jam
c. Edukasi - Pemeriksaan kultur
- darah belum keluar
d. Kolaborasi hasilnya
1. Kolaborasi dalam -
pemberian antibiotik A : resiko infeksi b/d lemak
subkutan sedikit belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
60

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

4.4 25 /2018 a. Observasi S:


22.00 1. Monitor tanda dan O:
gejala infeksi - Leukosit 5,430 /uL
2. Monitor peningkatan - Hasil kultur steril
leokosit - Suhu pasien
o
36,5 C
b. Mandiri - Tidak ada tanda
1. Gunakan sabun gejala infek (kolor,
antimikrobia untuk cuci dolor, rubor,
tangan fungsilaesa)
2. Cuci tangan setiap - Lingkungan sesalu
sebelum dan sesudah dibersihkan setiap
tindakan keperawatan pergantian shift
3. Gunakan baju, sarung - Mencuci tangan
tangan sebagai alat sebelum dan sesudah
pelindung menyentuh pasien
4. Pertahankan teknik - Keluarga dan orang
aseptik pada pasien tua mengerti dengan
yang beresiko intruksi perawat
5. Bersihkan lingkungan - Pemberian obat
setelah dipakai pasien bactesin 12,5 mg/12
lain jam
- Pemberian obat
c. Edukasi mikasin 12,5 mg/12
- jam
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam A : resiko infeksi b/d lemak
pemberian antibiotik subkutan sedikit belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
61

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf

4.5 26 /2018 a. Observasi S:


10.00 1. Monitor tanda dan O:
gejala infeksi - Leukosit 5,430 /uL
2. Monitor peningkatan - Hasil kultur steril
leokosit - Suhu pasien
o
36,5 C
b. Mandiri - Tidak ada tanda
6. Gunakan sabun gejala infek (kolor,
antimikrobia untuk cuci dolor, rubor,
tangan fungsilaesa)
7. Cuci tangan setiap - Lingkungan sesalu
sebelum dan sesudah dibersihkan setiap
tindakan keperawatan pergantian shift
8. Gunakan baju, sarung - Mencuci tangan
tangan sebagai alat sebelum dan sesudah
pelindung menyentuh pasien
9. Pertahankan teknik - Keluarga dan orang
aseptik pada pasien tua mengerti dengan
yang beresiko intruksi perawat
10. Bersihkan lingkungan - Pemberian obat
setelah dipakai pasien bactesin 12,5 mg/12
lain jam
- Pemberian obat
c. Edukasi mikasin 12,5 mg/12
- jam
d. Kolaborasi
11. Kolaborasi dalam A : resiko infeksi b/d lemak
pemberian antibiotik subkutan sedikit belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan menjelaskan kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada


anak dengan BBLR di IPN. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang
merupakan permasalaha kelompok tentukan di IPN. Pembahasan ini dibuat
dengan langkah proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada By. R pada tanggal 22
Oktober 2018 didapatkan bahwa alasan Bayi dirawat adalah pasien lahir
dengan SC atas indikasi KPD 17 jam + PEB pasien lahir tak lansung
menangis. Gestasi 36-37 minggu dilakukan resusitasi sampai 2 siklus. Sisa
ketuban kering G1 P0 A0 H0 riwayat ANC 5x dibidan. Berat badan lahir
1800 gr, sampai IPN 1785 gr, suhu = 36,7 C, GDS = 69 gr/dL.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan usia kronologis bayi berusia
3 hari, refleks rooting, sucking, swallowing ada tapi lemah, bising usus
3x/menit. Tonus otot teraba lemah, kulit masih tipis, suhu pasien 36,6 C,
suhu incubator 34 C, suhu ruangan 26 C, berat badan lahir 1800 gram,
berat badan sekarang 1750 gram. Riwayat muntah pada tanggal 19 oktober
2018 20 cc diberikan (15 cc muntah). Terpasang OGT, diberikan cairan
infus D10 1/5 Ns + KCL 5 mg (8,3 cc/jam) dan AS 3gr 10% (2,2 cc/jam),
GDS 74 mg/dL, PB 40 cm.
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 19 oktober 2018
didapatkan leukosit 5,430/ Ul, Trombosit 124,000/ Ul, Hematokrit 54, 0
%, Hb 18,4 g/dL, Ratio 0,07, CRP rektif 48. Hasil tentang manifestasi
klinis yang ditemukan pada bayi BBLR sejalan dengan tinjauan teori yaitu
kulit tipis, Daya isap lemah, BB < 2500 gr, Panjang badan < 45 cm
(Nelson, 2010).

59
60

B. Diagnosa
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok
dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi R. Didiagnosa
keperawatan yang didapat adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau pontensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial Pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
yang berkaitan, catatan medis pasien, dan konsultasi dengan professional
lain yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
1. Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan makan atau minum
2. Ketidakefektifan pola menyusui bayi b.d penurunan refleks primitif
pada bayi
3. Resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d lemak subkutan yang
sedikit
4. Resiko infeksi b.d KPD
Pengangkatan diagnosa ini didapatkan dari hasil pengkajian
dengan menggunakan format pengkajian neonates STIKes Payung Negeri.
Adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi daignosa NANDA tahun 2018-2020 dan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi ke-1 tahun 2017
dan disesuaikan dengan keadaan bayi.

C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakan. Intervensi atau perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,
2005).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok
menggunakan NOC dan NIC dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
Diagnosa yang utama yaitu resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan
61

makan dan minum. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama


5x24 jam diharapkan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan. Tidak terjadi
penurunan BB yang berarti, Peningkatan BB 2 (sedikit adekuat) menjadi 3
(cukup adekuat), Turgor kulit elastis 3 (cukup adekuat) menjadi 4
(sebagian besar adekuat), Intake caairan/nutrisi/makanan adekuat 3 (cukup
adekuat) menjadi 4 (sebagian besar adekuat), Tidak ada muntah 2 (sedikit
adekuat) menjadi 5 (sepenuh nya adekuat). Berdasarkan jurnal EBN
(evidence based nursing) yaitu penggunaan earmuff dalam pengontrol
kebisingin. Tingkat kebisingan ruangan perawatan intensif memerlukan
intervensi agar dapat mengurangi dampak negatif kebisingan terhadap staf
(mengurangi tingkat kesalahan dan kecelakaan kerja), serta bagi bayi.
Salah satu dari banyaknya intervensi keperawatan yang mendukung
menciptakan healing environment dalam mengurangi tingkat kebisingan di
ruangan perawatan ialah penggunaan penutup telinga earmuffs ataupun
earplugs bagi bayi dengan BBLR. Intervensi ini diharapkan mampu
menurunkan tingkat suara yang dapat mencapai pendengaran bayi yang
akhirrnya dapat mengurangi stres pada bayi prematur sehingga
mendukung mempertahankan energi yang dapat dipergunakan bayi
sebagai pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan BBLR. Hasil riset
menunjukan bahwa pengendalian suara di NICU berefek pada
peningkatan kualitas tidur yang berefek pada penambahan berat badan
(chrine a, 2009). Berdasarkan konsep devlomental care yaitu mengurangi
stres, menghemat energi dan meningkatkan pemulihan, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan, dimana beberapa Strategi intervensi nya
adalah meredupkan lampu, menutup incubator, mengontrol kebisingan
yang diijinkan <55 dB, meminimalkan interupsi (lily Rundjan , 2018).
Bayi yang berada dalam ruang perawatan intensif mengalami
stres, termasuk akibat suara intensitas tinggi, Suara lingkungan di NICU
lebih keras dibandingkan sebagian besar suara di rumah atau lingkungan
kantor dan ruangan NICU terdapat suara mengganggu berdurasi pendek
dan pada interval yang tidak teratur dan tiba – tiba (Lasky & William,
62

2009). Kebisingan dapat menyebabkan apnea, hipoksemia, peningkatan


konsumsi oksigen, perubahan saturasi oksigen yang pada akhirnya dapat
menyebabkan peningkatan denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah
sehingga penurunan jumlah kalori yang dapat digunakan bagi
pertumbuhan sehingga berat badan bayi bertambah (Morris, 2000;
Wachman, 2011).
Diagnosa yang kedua yaitu pola meyusui tidak efektif b.d
penurunan refleks primitive. Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan refleks menghisap membaik :
Breasfeding effective. Kriteria Hasil : Pemeliharaan pemberian ASI :
keberlangsungan pemberian ASI 3 untuk menyediakan nutrisi bagi bayi 3
(cukup menyimpang dari rentang normal) menjadi 4 (sedikit menyimpang
dari dari rentang normal), Kemantapan pemberian ASI 2 (Sedikit adekuat)
3 (cukup adekuat)
Diagnosa ketiga yaitu resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d
lemak subkutan yang sedikit. Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan termoregulasi efektif, Suhu
o
dalam batas normal 36,5 C- 37,5o C: 4 (ringan) menjadi (5) tidak
0
ada, Suhu inkubator sesuai dengan usia pasien (range) 33,0 C -
0
34,0 C : 4 (ringan) menjadi (5) tidak ada, Akral hangat : 4 (ringan)
menjadi (5) tidak ada
Diagnosa yang keempat yaitu resiko infeksi b.d ketuban pecah
dini. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 5x24 jam
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi. Immune status , Knowledge
infection control. Kriteria Hasil : Bebas dari tanda dan gejala infeksi: 3
(cukup terganggu) menjadi 4 (Sedikit terganggu), Mendeskripsikan proses
penularan : penyakit,factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaan 2 (pengetahuan tebatas) menjadi 3 (pengetahuan sedang),
Jumlah leokosit dalam batas normal : 4 (cukup terganggu) menjadi 5 (tidak
terganggu)
63

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada bayi untuk mengurangi
permasalahan yang dialami bayi, sehingga tujuan keperawatan nantinya
akan memberikan asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara
teori dan kebutuhan klien. Implementasi adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Selama implementasi perawat mengkaji kembali pasien,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan menuliskan kembali hasil
yang diharapkan sesuai kebutuhan (Potter & Perry 2005).
Diagnosa yang utama yaitu Resiko deficit nutrisi b.d
ketidakmampuan makan dan minum, yang dilakukan yaitu Monitor
makanan/ cairan yang di konsumsi dan Hitung asupan kalori pasien,
Pantau masukan dan pengeluaran, Cek residu per 6 jam, Cek gula perhari,
Palpasi abdomen. Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pembarian
makan ( misalnya: menghisap, menelan dan batuk,muntah), Auskultasi ada
bising usus, kaji status fisi, Kaji berat badan dengan timbang berat badan
setiap hari. Kaji tingkat hidrasi, turgor kulit, membrane mukosa, ajarkan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif, ajarkan Ibu untuk mengkonsumsi
buah dan sayuran untuk meningkatkan ASI, kolaborasi suplemen elektrolit
sesuai indikasi, Kolaborasi dalam pemberian cairan infus dengan tepat dan
penerapan EBN (Evidance Based Nursing) efek penggunaan earmuff
dalam pengontrol kebisingin dimana kelompok menerapkan hasil riset
pada hari Jumat pada tanggal 26 Oktober 2018 dengan cara membersihkan
terlebih dahulu sisi earmuff dengan alkhol swab dan meletakkan nya pada
kedua telinga bayi. Pemberian earmuff diberikan pada jam 20.00 – 03.00.
ketika di lakukan pemasangan earmuff didapatkan hasil bahwa bayi
tampak bayi tampak tenang, gerakan bayi tidak terlalu aktif, raut wajah
tampak tenang, bayi tampak tidur lebih lelap
Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan pola menyusui b/d
prematuritas, penurunan refleks menghisap yang dilakukan yaitu pantau
64

BB dan pola eliminiasi, kaji refleks rooting, kaji refleks sucking, kaji
refleks swalling, evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui,
kolaborasi dengan dokter dalam perhitungan pemberian nutrisi pada bayi.
Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko ketidakefektifan Termoregulasi
b.d lemak subkutan yang sedikit yang dilakukan yaitu monitor suhu paling
tidak setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor adanya tanda dan gejala dari
hipertermia dan hipotermia, monitor suhu dan warna kulit, pasang alat
monitor suhu inti secara kontinu sesuai kebutuhan, tingkatkan intake
cairan dan nutrisi adekuat, Pertahankan kelembapan pada 50% atau lebih
besar dalam incubator untuk mencegah hilangnya panas, sesuaikan suhu
lingkungan untuk kebutuhan pasien, ajarkan ibu/keluarga untuk
mengetahui suhu normal pasien, kolaborasi pemberian obat antipiretik jika
suhu nya tinggi.
Diagnosa yang keempat yaitu Resiko infeksi b.d ketuban pecah
dini yang dilakukan yaitu Monitor tanda dan gejala infeksi, Monitor
peningkatan leokosit, gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan, cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat pelindung, pertahankan teknik aseptik pada
pasien yang beresiko, bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain,
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien, ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotic,
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur darah, Kolaborasi dalam
pemeriksaan darah laboratorium.

E. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien lebih kurang 15
menit setelah diberikan intervensi serta hanya sesuai dengan jadwal dinas
anggota kelompok. Diagnosa keperawatan belum teratasi dan masih belum
teratasi sepenuhnya. Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan
untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005).
65

Evaluasi diagnosa utama yaitu Resiko deficit nutrisi b.d


ketidakmampuan makan dan minum yang didapatkan selama 5 hari yaitu ;
Terpasang IV Plug, Pemberian intake per OGT 220cc/24 jam, Membrane
gmukosa lembab, Kalori ASI : 100, Abdomen supel, Turgor kulit elastis,
Bising usus 3x/menit, Refleks sucking (+) tapi lemah, Refleks rooting (+)
tapi lemah, Saat pemasangan earmuff (bayi tampak tenang, gerakan bayi
tidak terlalu aktif, raut wajah tampak tenang, bayi tampak tidur lebih lelap
). Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan
makan/minum belum teratasi. Intervensi dilanjutkan dalam penerapan
penggunaan earmuff di ruangan
Evaluasi diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola menyusui b/d
prematuritas, penurunan refleks menghisap, yang didapatkan selama 5 hari
yaitu ; Refleks sucking (+) tapi lemah, Refleks rooting (+) tapi lemah,
Refleks swalling (+) tapi lemah, Ps terpasang IV plug, Kalori ASI : 100 .
Ketidak efektifan pola menyusui bayi b/d penurunan refkles primitive
pada bayi belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi diagnosa ketiga yaitu Resiko ketidakefektifan
termoregulasi b.d lemak subkutan yang sedikit didapatkan selama 5 hari
yaitu ; Suhu pasien 36,5o C , Warna kulit putih kemerahan, Pasien sudah
o
tidak berada di incubator , Suhu ruangan 26,0 C , Kalori susu : 100.
Ketidak efektifan termoregulasi b/d lemak subkutan yang sedikit belum
teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi diagnosa ke empat yaitu resiko infeksi b.d KPD yang
didapatkan selama 5 hari yaitu ; Leukosit 5,430 /uL, Hasil kultur steril,
o
Suhu pasien 36,5 C , Tidak ada tanda gejala infek (kolor, dolor, rubor,
fungsilaesa), Lingkungan sesalu dibersihkan setiap pergantian shift,
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien, Keluarga dan
orang tua mengerti dengan intruksi perawat, Pemberian obat bactesin 12,5
mg/12 jam, Pemberian obat mikasin 12,5 mg/12 jam. resiko infeksi b/d
lemak subkutan sedikit belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
66
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014),
bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan
Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 22-25
Oktober 2018, setelah di evaluasi dari 4 diagnosa keperawatan yang
ditegakakan didiapat masalah belum teratasi sehingga implementasi tetap
dilanjutkan.

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelayanan
kesehatan dalam menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang
lebih sitematis terhadap pasien dengan kasus BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperaawatan pada pasien
dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat dijadikan refrensi dalam melakukan asuhan keperaawatan
pada pasien dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

67
DAFTAR PUSTAKA

Saputra Lyndon Dr. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Penerbit
Binarupa Aksara : Tangerang Selatan.

Ikatan Dokter Indonesia. Buku Acuan nasional pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Masalah Bayi Baru Lahir. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta. 2014

Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Meadow SR, Newell SJ. 2009. Lecture notes: pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Rukmono P. 2013. Neonatologi praktis. Bandar Lampung: AURA.

Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC, 2010

Duran Ridvan, 2012. The effects of noise reduction by earmuffs on the physiologic
and behavioral responses in very low birth weight preterm infants. Esevier

Chirine A., 2009. A Randomized Clinical Trial Evaluating Silicone Earplugs for
Very Low Birth Weight Newborns in Intensive Care. Hhs public access

Anda mungkin juga menyukai