Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

(FINGERPRINT ATAU FINGERSPOT)

PRESENSI SIDIK JARI

DOSEN: Elly Nielwaty,SSos.MM

DI SUSUN OLEH:

OYONG PARINGKI
1663201159

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen


Sistem Informasi Manajemen atau SIM ( bahasa Inggris: management information
system, MIS ) adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis
yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi
manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau
suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi
biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan
pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan
untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan
otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem
pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
1.1.1 Sistem Informasi Manajemen menurut para ahli memiliki beberapa
pengertian :
1. Bodnar dan Hopwood ; buku Accounting Information System : Kumpulan
perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk
mentransformasikan data dalam bentuk informasi yang berguna.

2. Turban, McLean, dan Waterbe ; buku Information Technology for


Management Making Connection for Strategies Advantages : Sistem yang
mengumpulkan,
3. memproses, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk
tujuan yang spesifik.

4. L. James Havery ; Sistem merupakan prosedur logis dan rasional guna


melakukan atau merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan
satu sama lain.

5. Ludwig Von Bartalanfy ; Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling


terikat dalam suatu antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan
lingkungan.
6. O’brien ; Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan,
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam transformasi yang teratur.

7. Azhar Susanto ; Sistem adalah kumpulan/group dari sub


sistem/bagian/komponen apapun baik fisik maupun non fisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk
mencapai satu tujuan tertentu.
1.1.2 Hubungan Antara Sistem Informasi Dengan Organisasi
Kita dapat melihat secara lebih dekat hubungan antara sistem informasi
dengan organisasi. Namun sebelumnya kita perlu mengetahui tentang bagaimana
organisasi mempengaruhi teknologi dan sistem. Organisasi akan berpengaruh
terhadap sistem informasi melalui keputusan-keputusan yang dibuat oleh manajer
dan karyawan. Manajer membuat keputusan tentang desain sistem. Mereka juga
menggunakan teknologi informasi. Manajer juga akan memutuskan siapa yang
akan membuat dan mengoperasikan sistem, dan pada akhirnya memberikan
pertimbangan rasional dalam pembuatan sistem.

1.1.3 Konsep Sistem Informasi Manajemen Pendidikan


Sistem informasi manajemen (SIM) merupakan bidang ilmu yang masih
relatif baru. Awalnya, SIM hanya merupakan bidang terapan yang mendapat
perhatian para pelaku bisnis. Pada tahun 1960-an, para akademisi dari berbagai
bidang ilmu—SIM mendapatkan kontribusi dari berbagai bidang ilmu yang lebih
mapan, seperti Ilmu Komputer, Ilmu Teknik Elektro, Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, Ilmu Matematika dan Statistika, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, serta
berbagai Ilmu Sosial lainnya seperti Psikologi, Budaya, Filsafat, dan mungkin masih
ada klaim dari ilmu lainnya yang tidak dapat diuraikan satu persatu—mulai
memperhatikan dan mengadakan kajian-kajian dan praktik dalam bidang ini.
Konsekuensi dari sebuah bidang ilmu yang relatif baru ialah para penelitinya
memiliki latar belakang non-SIM.
Mereka cenderung memanfaatkan kaidah dan metode sesuai bidang latar
belakang yang mereka anut, serta mempertahankan warna bawaannya tersebut. Para
akademisi berupaya untuk menyelesaikan permasalahan SIM dengan beraneka
ragam kerangka-acuan, sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing
(Ibrahim, 2004: 1-2). Para pakar yang fokus pada kajian sistem informasi manajemen
dalam organisasi pendidikan mengemukakan sejumlah definisi sistem informasi
manajemen pendidikan (education management information systems/EMIS).
Di antara mereka pun muncul definisi yang bervariasi seperti berikut ini. a.
Evans (1970) menyatakan:
An educational management information system is a network of communication
channels, information sources, computer storage and retrieval devices, and
processing routines that provide data to educational managers at different levels,
places, and times to facilitate decision making. b. Moses (2001: 8) mengemukakan:
An Education Management Information System (EMIS) is a comprehensive system
that bring together people, process, and technology to provide timely, cost effective,
and user appropriate information to support educational management at whatever
level is needed. c. Carrizo et al. (2003: 15) mengemukakan definisi sebagai berikut.
The education management information system (EMIS) is a sub-system of
an education system whose aim is to collect, store, process, analyze and disseminate
information. Its purpose is one of providing the basis (operating system in charge of
carrying out daily activities) and the summit (decision-making system, the organ in-
charge of defining objectives and strategic choices) of an organization with
information and knowledge, for informed decision-making. d. Cassidy (2005: 25)
menyatakan definisi berikut ini.
An Education Management Information System (EMIS) is a system for the
collection, integration, processing, maintenance and dissemination of data and
information to support decision making, policy-analysis and formulation, planning,
monitoring and management at all levels of an education system. It is a system of
people, technology, models, methods, processes, procedures, rules and regulations
that function together to provide education leaders, decision makers and managers
at all levels with a comprehensive, integrated set of relevant, reliable, unambiguous,
and timely data and information to support them in completion of their
responsibilities.
Pada level satuan pendidikan (sekolah/madrasah) berkembang istilah sistem
informasi manajemen sekolah (school management information system/SMIS)
(Telem, 1996; Isherwood et al., 2006) terkadang disebut sebagai sistem informasi
sekolah (school information system/SIS) (Selwood & Visscher, 2007; Pegler, 1993).
Pada masa-masa awal penerapan SIM dalam lembaga sekolah, Bliss (Littler, 1979:2)
menyatakan bahwa sistem informasi manajemen sekolah adalah ―system
encompassing the content and format of educational information that will best satisfy
the planning, controlling, and operational needs of all levels of school
administration‖. Selanjutnya, Telem (1998: 535) mengemukakan definisi sebagai
berikut: a MIS designed to match the structure, management tasks, instructional
processes and special needs of the school . . . [SMIS] is not a means in itself. It is a
computer artificial technological system, providing decision support to the decision
system that is a regular part of organizational management. Perkembangan konsep
selanjutnya tergambar dalam definisi yang dikemukakan oleh Visscher (Selwood &
Visscher, 2007: 271), sebagai berikut: . . . an information system based on one or
more computers, consisting of a data bank and one or more computer applications
which altogether enable the computer-supported storage, manipulation, retrieval,
and distribution of data to support school management.
Dengan mempertimbangkan uraian-uraian di atas dapat dikemukakan
definisi alternatif sistem informasi manajemen pendidikan, yakni: sistem, yang
terdiri dari sekelompok orang, pedoman, dan perangkat pengolah data, yang
memantau dan mengambil kembali data dari lingkungan, yang memperoleh data dari
transaksi dan operasi dalam organisasi, dan yang menyaring, mengatur, dan memilih
data serta menyajikannya sebagai informasi kepada para pemangku kepentingan
pendidikan/sekolah, terutama bagi para manajer pendidikan pada semua level dan
fungsi organisasi, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam menjalankan
fungsi-fungsi manajemen, untuk mendukung komunikasi, dan untuk mendukung
kegiatan operasional, termasuk di dalamnya kegiatan instruksional.
1.2 Latar Belakang Masalah
Birokrasi sebagai suatu sistem kerja yang berdasarkan atas tata hubungan
kerja sama antara jabatan-jabatan secara langsung mengenai persoalan yang formil
menurut prosedur yang berlaku dan tidak adanya rasa sentimen tanpa emosi atau
pilih kasih, tanpa pamrih dan prasangka. Birokrasi juga dimaksudkan untuk
mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Selain
itu, birokrat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus dilandasi persepsi
dan kesadaran hukum yang tinggi. Adapun ciri-ciri birokrasi, yaitu adanya
pelaksanaan prinsip-prinsip organisasi dengan sepenuhnya, adanya peraturan yang
benar-benar ditaati, para pejabat bekerja dengan penuh perhatian menurut
kemampuan masing-masing, para pejabat terikat oleh disiplin, para pejabat diangkat
berdasarkan syarat-syarat teknis berdasarkan peraturan, dana danya pemisahan yang
tegas antaraurusan dinas dan urusan pribadi. Untuk memperoleh Pegawai Negeri
Sipil yang kuat, kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki
kesetia kawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya
sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat diperlukan pembinaan jiwa korps
dan kode etik Pegawai Negeri Sipil yang semuanya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas


Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal (2)
bahwa Pegawai Negeri Sipil terbagi menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Pegawai Negeri Sipil Daerah. Birokrat yang berada di daerah bila dilihat dari sistem
Pemerintahan Indonesia yaitu Sekretaris Daerah, karena Sekretaris Daerah
merupakan jabatan paling puncak dalam pola karier Pegawai Negeri Sipil di daerah
dan karena kedudukannya sebagai pembina Pegawai Negeri Sipil di daerahnya,
maka citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh
kinerja pegawai tersebut terutama mengenai kedisiplinan pegawainya. Sekretariat
Daerah adalah unsur pembantu pimpinan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh
Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah bertugas membantu Kepala Daerah dalam
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis
daerah. Dalam pelaksanaan tugas dankewajibannya, Sekretaris Daerah bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penggunaan fingerprint sebagai alat presensi dalam pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar ?

2. Bagaimana mengatur waktu kedisiplinan guru atau pegawai dalam pelaksanaan


Kegiatan Belajar Mengajar ?

3. Bagaimana penggunaan fingerprint bagi Guru atau Pegawai untuk kedisiplinan


dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ?

1.4 Tujuan Penggunaan Presensi Finger Print atau Finger Spot


Untuk mengetahui apakah penggunaan fingerprint dapat dipakai sebagai fungsi
pengawasan atau controlling oleh manajemen bagi guru atau pegawai meningkatkan
kegiatan berdisiplin dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib dengan tepat waktu dan memenuhi target kegiatan pembelajaran yang telah
direncanakan.
1.5 Manfaat Penggunaan Presensi Finger Print atau Finger Spot
Manfaat Penggunaan Presensi Finger Print atau Finger Spot adalah untuk
Peningkatan kedisiplinan guru dan pegawai di SDN Keputran 2 Khususnya dan pada
institusi lain pada umumnya. Adapun manfaat ilmu pengetahuan yaitu : 1. Secara
Teoritis Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pembelajaran,
khususnya kepada lembaga pendidikan di SD Negeri Keputran 2 Yogyakarta dalam
mengembangkan dan meningkatkan kedisiplinan guru dan pegawai terkait kedisiplinan
waktu kegiatan mengajar. 2. Secara Praktis Makalah ini diharapkan dapat berguna
khususnya bagi penulis dan bagi masyarakat yang membaca pada umumnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan fingerprint sebagai alat presensi dalam melaksanaan Kegiatan


Belajar Mengajar
Penerapan presensi finger print diterapkan kepada pegawai sejak tahun Juli
2015 yang berada di kantor Guru. Hasil dari penerapan presensi finger print tersebut
memiliki pengaruh yang baik, sehingga tidak ada lagi guru atau pegawai yang datang
terlambat atau korupsi waktu dan tidak lagi menitip presensi kepada pegawai lain,
karena peralatan ini hanya merekam sidik jari pegawai yang bersangkutan, selain itu
peralatan ini bekerja secara online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung
dengan peralatan tersebut.
Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap
presensi para guru dan pegawai. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya
menyesuaikan diridengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi; Tidak
adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara
bagian-bagian organisasi. Adapun kriteria atau indikator dari pada efektivitas
(Tangkilisan, 2005:141) yakni diantaranya sebagai berikut :
1. Maksud dari pencapaian target disini diartikan sejauh mana target dapat ditetapkan
organisasi dapat terealisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana
pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Kemampuan Adaptasi (Fleksibelitas). Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari
sejauh mana organisasi dapatmenyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi baik dari dalam organisasi dan luar organisasi.
3. Kepuasan Kerja Suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi
yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja
organisasi. Yang menjadi fokus elemen ini adalah antara pekerjaan dan kesesuaian
imbalan atau sistem insentif yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang
berprestasi dan telah melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada.
4. Tanggung Jawab Organisasi dapat melaksanakan mandat yang telah diembannya
sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya, dan bias menghadapi serta
menyelesaikan masalah yang terjadi dengan pekerjaannya. Dari pemaparan
mengenai efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah tingkat
seberapa jauh keseimbangan suatu sistem social terhadap pencapaian tujuan dan
pemanfaatan tenaga manusia.

2.2 Mengatur waktu kedisiplinan guru atau pegawai dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar dan Tugas Tambahan lainnya.
Mesin Presensi Sidik Jari (Finger Print atau Finger Spot)
Presensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh guru atau
pegawai untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja disuatu instansi,
presensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang ditentukan oleh masing – masing
perusahaan atau institusi. Menurut Heriawanto (Faisal, 2006:26), pelaksanaan pengisian
daftar hadir atau absensi secara manual (hanya berupa buku daftar hadir), akan menjadikan
penghambatbagi organisasi untuk memantau kedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan
waktu kedatangan dan jam pulang pegawai setiap hari. Hal tersebut di khawatirkan akan
membuat komitmen pegawai terhadap pekerjaan dan organisasi menjadi berkurang.
Berkurangnya komitmen pegawai dalam bekerja akan berdampak pada motivasi dan
kinerja pegawai yang semakin menurun. Menurut Cahyana (Faisal, 2006:26), menyatakan
bahwa pencatatan presensi pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam
pengelolaan sumberdaya manusia (SDM atau Human Resources Management).
Informasi yang mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang pegawai
dapat menentukan prestasi kerja seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan
instansi/lembaga secara umum. Pada alat pencatatan presensi pegawai yang konvensional
memerlukan banyak intervensi pegawai bagian administrasi SDM maupun kejujuran
pegawai yang sedang dicatat kehadirannya. Hal ini sering memberikan peluang adanya
manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini tidak
dilakukan semestinya. Penerapan teknologi dalam satu Instansi Pemerintahan selalu
mengacu pada sistem lama/tradisional atau dapat disebut sebagai sistem manual, dimana
pada akhirnya sistem manual tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan dari suatu
organisasi. Salah satu penerapan teknologi guna mencapai tujuan meningkatkan efektifitas
kerja adalah dengan meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu dengan menggunakan mesin
presensi sidik jari (fingerprint).
Mesin presensi sidik jari adalah mesin presensi yang menggunakan sidik jari,
dimana sidik jari tiap-tiap orang tidak ada yang sama, oleh karena itu dengan mesin tersebut
otomatis tidak akan dapat dimanipulasi. Proses yang yang dilakukan sehingga
menghasilkan suatu laporandapat dibuat dengan cepat dan tepat. Mesin presensi sidik jari
(Fingerprint) merupakan Sistem Informasi Manajemen yang mengandung elemen-elemen
fisik seperti yang diungkapkan oleh Davis mengenai Sistem Informasi Manajemen
(Widyahartono, 1992:3) adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Keras Komputer, terdiri atas komputer (pusat pengolahan, unit
masukkan/keluaran, unit penyimpanan, file, dan peralatan penyimpanan data.

2. Data Base (data yang tersimpan dalam media penyimpanan computer).

3. Prosedur, komponen fisik karena prosedur disediakan dalam bentuk fisik, seperti
buku panduan dan instruksi.

4. Personalia pengoprasian, seperti operator komputer, analisis sistem pembuatan


program, personalia penyimpanan data dan pimpinan sistem informasi. Teknologi
yang digunakan pada mesin sidik jari adalah teknologi biometrik, ada beberapa
teknologi biometrik yang digunakan yaitu sidik jari,tangan, bentuk wajah, suara,
dan retina. Namun yang paling banyak digunakan adalah teknologi sidik jari, hal
ini dikarenakan teknologi sidik jari jauh lebih murah dan akurat dibanding
teknologi lainnya. Berdasarkan survey Kevin Youngdari PC Magazine pada tahun
2000, hampir 85% teknologi biometrik yang digunakan adalah sidik jari.

Berikut ini cara menggunakan presensi sidik jari :


1. Registrasi Sidik Jari Pegawai Registrasi atau pendaftaran sidik jari merupakan proses
yang menentukan dalam keberlangsungan proses presensi pegawai. Proses ini harus
dilakukan dengan benar khususnya penempatan jari saat pendaftaran pada mesin.

2.3 Penggunaan fingerprint bagi Guru atau Pegawai untuk kedisiplinan dalam
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah menuju
kearah profesionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan yang baik, perlu adanya
penyatuan arah dan pandangan bagi pegawai pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional
diseluruh bidang tugas dan unit organisasi instansi pemerintah secara terpadu. Selain itu,
pendisiplinan pegawai sangat perlu untuk meningkatkan citra, kerja, dan kinerja pegawai.
Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan
agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Sedangkan disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak pegawai yang melakukan
pelanggaran atau terlambat saat kehadiran dan pulang lebih cepat karena presensi
menggunakan presensi manual.
Contohnya terlihat di SD Negeri Keputran 2 Yogyakarta masih banyak guru atau
pegawai yang melakukan pelanggaran terutama mengenai disiplin jam kerja. Untuk itu
pihak manajemen SDM telah diterapkan presensi Finger Print atau Finger Spot sejak Juli
2015. Efisiensi menjadi dasar penggunaan sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau
instansi, alat ini mendorong perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus
menjamin keamanan. Dengan demikian, bukti kehadiran pegawai (presensi) bisa didapat
melalui alat ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk
mengevaluasi kinerja para pegawai. Contoh instansi yang berhasil menerapkan presensi
finger print untuk memotivasi kerja pegawainya, yaitu di SDN Keputran 2 Yogyakarta.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fingerprint merupakan salah satu bentuk biometrika yang merupakan sebuah
teknologi baru yang memiliki fungsi utama untuk mengenali manusia melalui sidik jari,
mata, wajah, atau bagian tubuh yang lain. Fingerprint berasal dari bahasa Inggris yang
berarti sidik jari. Sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat di kulit ujung jari. Sidik jari
berfungsi untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda lebih
erat. Suatu proses, cara, atau perbuatan untuk meningkatkan suatu usaha atau kegiatan
berdisiplin. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang
mendapat konfiks ke – an yang mempunyai arti latihan batin dan watak dengan maksud
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib untuk Peningkatan kedisiplinan
guru dan pegawai dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tepat waktu yang
di kontrol melalui fingerprint. Kaitannya dengan fungsi manajemen merupakan fungsi
pengawasan atau controlling.
B. Saran
Penggunaan fingerprint bagi Guru atau Pegawai untuk kedisiplinan dalam
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar sangat efektif dalam rangka meningkatan
kedisiplinan guru dan pegawai dengan tepat waktu. Efisiensi menjadi dasar penggunaan
sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong perusahaan
untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan. Dengan demikian,
bukti kehadiran pegawai (presensi) bisa didapat melalui alat ini. Tentu saja hal ini sangat
membantu divisi sumber daya manusia untuk mengevaluasi kinerja para pegawai.

Anda mungkin juga menyukai