Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

RESIKO PRILAKU KEKERASAN (RPK)

Disusun Oleh :
Widodo, S.Kep

Ismawati, S.Kep

Tri Putri Noprianti, S.Kep

Tuti Amnasari, S.Kep

Uswatun Hasanah, S.Kep

Vivi Fitriani S.Kep

Winda Sari, S.Kep

Nelvica Salny, S.kep

Laurentius Johan, S.Kep

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU2019
KONSEP TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

1. Definisi terapi aktivitas kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama (Stuart
& Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan
menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria, 2001).semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi
dalam kelompok (Kelliat dan Akemat, 2005).
2. Tujuan dan Fungsi Kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan
orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive
kekuatan kelompok ada pada kontribusi setiap anggotanya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu
sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif.
Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh
anggota kelompok yang lain.
3. Komponen Dalam Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat dan Akemat (2005) dalam pelaksanaan tarapi aktivitas
kelompok ada delapan komponen yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Struktur kelompok
Stuktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan, dan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok
menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pada perilaku dan interaksi.
Stuktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah
komunikasi dipadu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara
bersama.
b. Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil
menurut Struart dan Laria (2001) adalah 7-10 orang, menurut Lancester
(1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan
Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar
akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan
perasan, pendapat, danpengalamannya.Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi
informasi dan interaksi yang terjadi dikutip dari Kelliat dan (Akemat, 2005).
c. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 15-25 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi
Stuart & Laraia, 2001.Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi,
kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi
tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali / dua kali per minggu; atau
dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
d. Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang penting adalah
mengoservasi dan menganaliss pola komunikasi dalam kelompok.Pemimpin
menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota
kelompok terhadap dinamika yang terjadi.Pemimpin kelompok dapat
memgkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat
kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mngerti serta melaksanakan
kegiatan yamg di laksanakan.
e. Peran Kelompok
Pemimpin perlu megobservasi peran yang terjadi dalam kelompok.
Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok
dala kerja, yaitu (Beme & Sheat,1948 dala Stuart & Laraia, 2001),
maintenance roles, task roles, dan individual roles. Maintenance roles, yaitu
peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles,
yaitu focus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah selft – centered
dan distraksi pada kelompok.
f. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam
memengaruhi berjalannya kegiatan kelompok.Untuk menetapkan kekuatan
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling
banyak mendengar, dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.
g. Norma kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.
Pengharapan terhadap prilaku kelompok pada masa yang akan datang
berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Kesesuaian perilaku anggota
kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota
kelompok Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap
pemberontakan dan ditolak anggota kelompok lain.
h. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam
mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap
betah dalam kelompok.Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan
puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok
dapat dipertahankan.
i. Tahap-tahap Dalam Terapi Kelompok
Menurut (Yosep, 2007) ada tiga tahap yaitu:
(1) Tahap 1 : Tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan
para anggota kelompok. Tujuannya ialah agar para anggota saling
mengenal, mengetahui tujuan serta membiasakan diri untuk melakukan
diskusi kelompok.
(2) Tahap 2 : Terutama tercapainya tranference dan perkembangan identitas
kelompok. Tranferece ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien
(misalnya si A) yang seharusnya ditujukan kepada seseorang lain
(misalnya si B) tetapi dialihkan kepada orang lain lagi (si C, misalnya
therapist) contoh: perilaku seorang lansia seharusnya ditujukan kepada
orang tuanya tetapi didalam kenyataanya dialihkan kepada therapist.
Perkembangan identitas kelompok ialah tercapainya suatu “sense of
belonging” atau rasa menyatu dan berdasarkan kesatuan itu mereka
merasa mempunyai kesamaan dalam problem atau kesamaan dalam
konflik ini makin memberikan ikatan di antara kelompok.
(3) Tahap 3 : Disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap
orang akan mendapatkan informasi atau reaksi atas apa yang sudah
dikemukakan. Dengan mendapat reaksi yang macam-macam, maka
kelompok juga dapat mengambil kesimpulan reaksi mana yang benar.
Dengan demikian setiap orang akan mendapat koreksi atau kesan
kelompok secara umum atau tingkah lakunya.

TAK STIMULUS PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN ( PK )

A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) perilaku kekerasan
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
b. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah ( tanda dan gejala
marah)
c. Klien dapat menyebabkan reaksi yang dilakukan saat marah ( perilaku kekerasan)
d. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. Tujuan khusus Sesi 1 : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
C. LANDASAN TEORI
1. Defenisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motoric yang tidak terkontrol (Yosep, 2010)

2. Rentang Respon Marah


Menurut Yosep (2010), rentang respon dari marah seperti pada gambar berikut :
Respon Adaptif ………………………………… Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :
a. Asertif, adalah perilaku yang bias menyatakan perasaan dengan jelas dan lansung, jarak
bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap serius tapi tidak mengancam,
tubuh lurus dan santai, pembicaraan penuh percaya diri, bebas utnuk menolak permintaan
bebas dalam mengungkapkan alasan pribadi kepada orang lain, bias menerima penolakan
orang lain, mampu menyatakan perasaan kepada orang lain, mampu menyatakan cinta
pada orang terdekat, mampu menerima masukan/kritik dari orang lain.
b. Frustasi, merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis
atau hambatan dalam mencapai tujuan.
c. Perilaku pasif, orang yang pasif merasa haknya dibawah hak orang lain. Bila marah orang
ini akan menyembunyikan marahnya sehngga menimbulkan gangguan pada dirinya.
d. Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak destruktif tapi masih terkontrol.
e. Amuk (perilaku kekerasan) yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri, orng lain dan
lingkungan.

3. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Menurut Fitria (2006) tanda dan gelaja perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

a. Fisik: pandangan tajam, tangan menggepal, rahangnya menggatup, wajah merah serta
postur tubuh kaku.
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengankata-kata kotor, bicara dengan nada keras dan
kasar, sikap ketus.
c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
seikap menentang dan amuk agresif.
d. Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu dan berkelahi.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan
mengeluarkan kata-kata sarkasme.
f. Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka
mengejek dan mengkritik,
g. Spiritual: meras diri berkuasa, tidak realistis, kreatifitas terlambat, ingin orang lain
memnuhi keinginannya dan meras diri tidak berdosa.
4. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor predisposisi.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan faktor
psikologipsychoalnalytical theory, teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
naluri naluri, freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting,
pertama insting hidup yang diekspresikandengan seksualitas.

1) Faktor sosial buadaya


Social- learning theory : teori yang dikembangkan oleh Bandura (1977) ini
mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapat penguatan
maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajari.
2) Faktor biologis
Neorabilogical faktor (Montague, 1979) bahwa dalam susuana persyarafan ada
juga yang berubah pada saat orang agresif.Sistem limbic berperan penting dalam
meningkatkan dan menurunkan agresif.
b. Faktor presipitasi
Secara umum, seorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Acaman tersebut dpata berubah injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.Ketika seseorang merasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal.Contoh stresol internal adalah tidak
berprestasi kerja, kehilangan orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis.
Contoh stressor eksternal dalah serangan fisik, putus hubungan, dikritik orang lain.
Marah juga bias disebabkan perasaan jengkel yang menumpuk dihati atau kehilangan
control terhadap situasi. Rawah juga bias timbul pada orang yang dirawat inap.

5. Pohon Masalah
Risiko Mencederai iri, orang lain, (effect)
Dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan(core problem)

Koping Individu Tidak Efektif(causa)

6. Penatalaksanaan Keperawatan
Seseorang perawat harus berjaga – jaga terhadap adanya peningkatan agitasi
pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan.Disamping itu, perawat harus pula
mengkaji efek pasien yang berhubungan perilaku agresif.Kelengkapan pengkajian
dapat membantu perawat dalam membina hubunga terapeutik dengan pasien,
mengakaji perilaku yang berpotensi kekerasan, mengembangkan suatu perenacanaan,
dan mencegah perilaku kekerasan (Yosep, 2010).Perawat dapat mengimplemtasikan
berbagai intervensi untuk mencegah dan mengelolah perilaku agresif.Intervensi dapat
melalui rentang intervensi keperawtan.
a. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah
atau apatis maka akan sulit baginya membuat pasien tertarik.
b. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan cara berkomunikasi denga cara
mengekspresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaan, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini pada orang orang.
c. Latihan asertif
Kemampuan dasar inter personal yang harus dimiliki oleh perawat yaitu
mampu erkomunikasi secara lansung dengan setiap orang, mengatakan tidak
untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup , melakukan complain, dan
mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
d. Komunikasi
Strategi komunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang, bicara
lembut, bicara dengan tidak menhakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit,
tunjukkan dengan sikap respek, hindari kontak mata lansung, fasilitasi
pembicaraan, dengarkan pembicaraan, jangan terburu-buru menginterpretasikan,
dan jangan membuat janji yang tidak dapat ditepati.
e. Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaikna menyediakan berbagai aktivitasi seperti: membaca
kelompok program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak sesuai dan
meningkatkan adaptasi sosialnya seperti terapi aktivitasi kelompok, terapi
aktivitasi kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah yang sama.
f. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien
mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
konsekuensi yang didapat bila konrak yang dilanggar.
D. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK
1. Klien yang sudah tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak terlalu gelisah
3. Klien yang sudah kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktivitas
kelompok
4. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok

E. PROSES SELEKSI
1. Hasil observasi sehari – hari diruangan
2. Informasi dari perawat ruangan
3. Hasil diskusi kelompok
4. Kontrak dengan klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai
kegiatan, tempat, dan waktu

F. STRUKTUR KELOMPOK
1. Tempat pelaksanaan
Dirumah sakit jiwa Tampan di ruangan Kuantan
2. Waktu
30 menit
3. Jumlah Anggota
Adapun jumlah seluruh anggota kelompok 14 orang yang terdiri dari
Perawat : 9
Pasien : 5
4. Alat Bantu
a. Papan tulis
b. Buku catatan
c. Jadwal kegiatan harian klein
5. Perilaku yang diharapkan.
Klien mampu :
a. Menyebut kemarahannya
b. Menyebut respon yang dirasakan saat marah ( tanda dan gejala marah)
c. Menyebut reaksi saat marah
d. Menyebut akibat perilaku kekerasan

G. PENGORGANISASIAN
1. Co Leader : Nelvica Salny, S.kep
2. Leader : Vivi Fitriani, S.kep
3. Observer : Uswatun Hasanah, S.kep
4. Fasilitator : Tri Putri Noprianti, S.kep
Winda Sari, S.kep
Ismawati, S.kep
Widodo, S.kep
Laurentius Johan, S.kep

Tuti Amnasari, S.kep

H. DESKRIPSI TUGAS
1. Leader
Katalisitator, yaitu mempermudah komunikasi dan interkasi dengan menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan
perasaannya, auxilergy Ego yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah
atau mendominasi dan koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapain
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
2. Co Leader
Membuka acara, mendampingi leader, mengambil posisi leader jika leader blocking,
menyerahkan posisi kembali keleader dan menutup acara diskusi.
3. Terapis
Mempertahankan kehadiran peserta, mempertahankan dan meningkatkan motivasi
peserta, mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun
dalam kelompok, dan memberi terapis.
4. Fasilitator
Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan peserta, menuntun peserta apabila ada yang
kurang jelas, dan membantu dalam mengantisipasi masalah klien.
5. Observer
Mengidentifikasi kedalam kegiatan, mengidentifikasi strategi yang digunakan leader,
mengamati dan mencatat(jumlah anggota yang hadir
siapa yang terlambat daftar hadir siapa yang memberi pendapat atau ide topik
diskusi), mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang,
memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.
I. KEGIATAN
1. Setting tempat

CO
L
L

F F

Px Px

L F
Px F Px F Px
L

L
L
O

Keterangan :

Co Leader : Nelvica Salny, S.kep

Leader : Vivi Fitriani, S.kep

Observer : Uswatun Hasanah, S.kep

Fasilitator : Tri Putri Noprianti, S.kep

Winda Sari, S.kep

Ismawati, S.kep

Widodo, S.kep

Laurentius Johan, S.kep

Tuti Amnasari, S.kep


2. Persiapan
a. Megingatkan kembali kontrak dengan klien yang telah ikut sesi dua
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c. Menyiapkan media
d. Menyiapkan pasien
e. Menyiapkan tempat
3. Proses
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Klien dan trapis memakai papan nama
b. evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pakah ada penyebab marah, tanda gejala marah, serta perilaku
kekerasan yang dilakukan klien sebelum TAK saat ini
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan yang sudah
dilakukan

c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis
b. Lama kegiatan 30 menit
a) Fase orientasi 7 menit ( pembukaan, perkenalan dan menjelaskan
aturan main)
b) Fase kerja 17 menit
c) Fase terminasi 5 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
(a) Menanyakan pengalaman tiap klien
(b) Tulis dipapan tulis
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
(a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab ( tanda dan gejala)
(b) Tulis dipapan tulis
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, menciderai / memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
(a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
(b) Tulis dipapan tulis
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan
e. Mendiskusikan dampak / akibat perilaku kekerasan
(a) Tanyakan aibat perilaku kekerasan
(b) Tuliskan di papantulis
f. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
6. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
b. Tindak lanjut
1) Mengajurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
juka tanda dan gejala perilaku kekerasan terjadi serta akibat perilaku
kekerasan
c. Kontrak yang datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menyepakati waktu, tempat TAK berikutnya
d. Hasil
Klien yang mengikuti proses dengan baik, terapis menjalankan peran sesuai
dengan tugas masing-masing.
J. Proses Evaluasi

Sesi 1 : TAK
Stimulus Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mengenal perilaku kekerasan


Memberi Tanggapan Tentang
No Nama Penyebab Tanda & Perilaku Akibat
Klien PK Gejala Kekerasan PK
1
2
3
4
5
6
7

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.

Dokumentasi :

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasan ( disalahkandan tidak
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregetan dan deg – degan ), perilaku
kekerasan yang dilakukan ( memukul meja ). Akibat yang dirasakan ( tangan sakit dan
dibawa kerumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyimpankan jika semua
dirasakan selama dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai