Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN

KEPERAWATAN
GERONTIK

TIM GERONTOLOGI NURSING


PSIK STIKES PAYUNG NEGERI
KONSEP KEPERAWATAN
GERONTIK
O Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-
psikososio- spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI
No.38 tahun 2014).
O Sedangkan menurut Lueckerotte (2000)keperawatan
gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan
pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan
status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
FOKUS KEPERAWATAN
GERONTIK
PENINGKATAN KESEHATAN (HEALTH
PROMOTION)

PENCEGAHAN PENYAKIT
(PREVENTIF)

MENGOPTIMALKAN FUNGSI MENTAL

MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN


YANG UMUM
TUJUAN KEPERAWATAN
GERONTIK
1. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–
hari secara mandiri dan produktif.
2. Mempertahankan kesehatan serta
kemampuan lansia seoptimal mungkin.
3. Membantu mempertahankan dan
meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang
menderita penyakit (kronis atau akut).
5. Memelihara kemandirian lansia yang sakit
seoptimal mungkin.
PROSES KEPERAWATAN

Evaluasi Pengkajian
• evaluasi
pencapaian • pengumpulan
tujuan data, validasi
dan pencatatan
Implementasi Dx Kep.
• analisa
• Observasi/monitoring Perencanaan data,merumu
• Terapi Keperawatan skan dx :
• Penkes •Aktual
• Kolaborasi •NOC • Risiko
• Potensial
• NIC
1. PENGKAJIAN
O Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu
tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh
data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan
kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data
obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual,
data yang berhubungan dengan masalah lansia serta
data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau
yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia
seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang
ada.
DATA PENGKAJIAN
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikologis
3. Perubahan Sosial Ekonomi
4. Perubahan Spiritual
5. Pengkajian khusus pada lansia :
Pengkajian Status Fungsional,
Status Kognitif, dan Status Sosial
PENGKAJIAN KHUSUS PADA
LANSIA

O Pengkajian status fungsional


O Pengkajian status kognitif /
afektif
O Pengkajian fungsi sosial
1. Pengkajian Status
Fungsional
O Pengkajian status fungsional ini meliputi
pengukuran kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
penentuan kemandirian, mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien, serta
menciptakan pemilihan intervensi yang tepat
O Melakukan pemeriksaan dengan instrumen
tertentu untuk membuat penilaian secara
objektif.
1. Pengkajian Status
Fungsional
O Instrumen yang biasa digunakan dalam pengkajian
status fungsional adalah :
1. Indeks Katz
2. Barthel Indeks
3. Sullivan Indeks Katz
O Alat ini digunakan untuk menentukan hasil
tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis.
1. Pengkajian Status
Fungsional
O Lingkup pengkajian meliputi keadekuatan 6 fungsi
yaitu :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Toileting
4. Berpindah
5. Kontinen
6. Makan
A. Indeks Katz
O Pengkajian Indeks Katz merupakan pengukuran
kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada
lanjut usia dan penyakit kronis.
O Indeks Katz meliputi keadekuatan pelaksanaan
dalam enam fungsi seperti mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen, dan makan.
O Kemandirian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan pribadi aktif.
Tujuan
Pengkajian Indeks Katz ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan
klien serta menciptakan pemilihan intervensi
yang tepat dan
2. Menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri
atau tergantung) dan secara objektif mengukur
efek tindakan yang diharapakan untuk
memperbaiki fungsi
Kriteria Indeks Katz
A: Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian, mandi
B: Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut
C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecl, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G: Ketergantungan pada keenanm fungsi tersebut
Lain-lain: Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C,D,E atau F
B. Barthel Indeks
O Pengkajian Barthel Indeks merupakan
pengukuran kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri untuk menentukan hasil
tindakan dan prognosis pada lanjut usia dan
penyakit kronis.
O Barthel Indeks meliputi keadekuatan
pelaksanaan dalam enam fungsi seperti mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan
makan.
O Kemandirian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan pribadi aktif
Tujuan
Pengkajian Barthel Indeks ini bertujuan untuk:
O Mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien serta menciptakan
pemilihan intervensi yang tepat dan
O Menggambarkan tingkat fungsional klien
(mandiri atau tergantung) dan secara
objektif mengukur efek tindakan yang
diharapakan untuk memperbaiki fungsi
Kriteria Barthel Indeks
O 0 – 20 : Tidak dapat melakukan
aktivitas
O 21–61 : Ketergantungan berat
O 62 – 90 : Ketergantungan
sedang
O 91 – 99 : Ketergantungan ringan
O 100 : Mandiri
2. Pengkajian Status Kognitif /
Afektif
O Pengkajian status kognitif / afektif merupakan
pemeriksaan status mental sehingga dapat memberikan
gambaran perilaku dan kemampuan mental dan fungsi
intelektual.
O Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian
tingkat kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa,
ingatan interpretasi bahasa, keterampilan menghitung
dan menulis, serta kemampuan konstruksional.
O Pengkajian ini meliputi :
1. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini Mental State Exam (MMSE)
A. SPMSQ
O Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi
adanya tingkat kerusakan intelektual.
O intelektual dapat diuji melalui 10 pertanyaan yang
berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi,
memori dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh, dan kemampuan
matematis atau perhitungan.
O Penilaian dalam pengkajian SPMSQ adalah nilai 1
jika rusak / salah, dan nilai 0 jika tidak rusak/
benar
B. MMSE
O Pengkajian Mini Mental State Exam (MMSE)
merupakan pemeriksaan status mental untuk
menguji aspek kognitif dari fungsi mental yaitu
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali, dan Bahasa.
O Pemeriksaan MMSE ini bertujuan untuk melengkapi
dan menilai, tetapi tidak dapat digunakan untuk
tujuan diagnostik.Pemeriksaan MMSE ini berguna
untuk mengkaji kemajuan klien.
Kriteria MMSE
O Nilai 24-30 : Normal
O Nilai 17-23 : Probable gangguan kognitif
O Nilai 0-16 : definitif gangguan kognitif
3. Pengkajian Fungsi sosial
O Pengkajian fungsi sosial ini lebih ditekankan
kepada hubungan lansia dengan keluarga
sebagai peran sentralnya dan informasi tentang
jaringan pendukung.
O Hal ini penting dilakukan karena perawatan
jangka panjang membutuhkan dukungan fisik
dan emosional dari keluarga
O Pengkajian aspek fungsi sosial dapat dilakukan
dengan menggunakan alat skrining singkat
untuk mengkaji fungsi sosial lenjut usia, yaitu
APGAR KELUARGA (Adaptation, Partnership,
Growth, Affection, Resolve).
Kriteria
O Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya
(adaptasi)
O Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan
sesuatu dan mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)
O Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
O Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan
afek dan berespons terhadap emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai (afek)
O Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
O Penilaian : Pertanyaan yg dijawab: Selalu (poin 2), kadang-
kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0 )
Pengkajian Resiko Jatuh
O Terdiri dari :
1. Fungtional Reach Test (FR
Test)
2. The Timed Up and GO Test
(TUG Test)
1. Fungtional Reach Test (FR
Test)
O Salah satu test screening faal pada lansia
untuk mengukur jarak maksimal lansia
mampu melampaui panjang lengan sambil
mempertahankan posisi berdiri.
O Fungtional Reach (FR) ini berguna untuk
mendeteksi resiko jatuh pada lansia dan
mkengajarkan lansia untuk mencapai jarak
aman pada posisi berdiri tanpa jatuh
INTERPRETASI
FUNGTIONAL REACH (FR)
TEST

O Jika usia pasien 41-69 tahun : Perempuan = 14


inchi, Laki-laki = 15 inchi
O Jika usia pasien 70-90 tahun : Perempuan =
10,5 inchi, Laki-laki = 13 inchi
O Jika jarak antara tangan I dan II kurang dari 6
inchi maka pasien diprediksi resiko jatuh
Prosedur
1. Minta pasien berdiri disisi tembok dengan
tangan direntangkan kedepan
2. Beri tanda letak tangan ke I
3. Minta pasien condong kedepan tanpa
melangkah selama 1-2 menit dengan
tangan direntangkan kedepan
4. Beri tanda letak tangan ke II pada posisi
condong
5. Ukur jarak antara tanda tangan I dan II
2. The Timed Up and Go
(TUG) Test
O Salah satu screening faal untuk menguji
kemampuan lansia dalam menjaga
keseimbangan dalam posisi duduk dan
berdiri
O Tujuan The Timed Up and GO (TUG) Test ini
adalah untuk medndeteksi resiko jatuh
pada lansia dan mealtih lansia untuk
menjaga keseimbangan tubuh
INTERPRETASI THE TIMED
UP AND GO (TUG) TEST
O Jika lama waktu yang dibutuhkan pasien ≤
10 detik : Resiko Jatuh Rendah
O Jika lama waktu yang dibutuhkan pasien 11-
19 detik : Resiko Jatuh Sedang
O Jika lama waktu yang dibutuhkan 20-29
detik : Resiko Jatuh Tinggi
O Jika lama waktu yang dibutuhkan ≥ 30
detik : Gangguan Mobilitas (Resiko Jatuh
Sangat Tinggi)
Prosedur
O Minta pasien untuk duduk dikursi terlebih
dahulu
O Minta pasien untuk berdiri dari kursi dan
berjalan 10 langkah (3 meter), dan kembali
lagi ke kursi
O Ukur waktu dalam detik
2. DIAGNOSIS
KEPERAWATAN GERONTIK
O Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment”
yang berfokus pada respon manusia terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan (vulnerability) baik pada individu,
keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015-
2017).
O diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan
klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap
kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik
lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun
lansia dalam kelompoknya.
KATEGORI DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
1. AKTUAL
2. RISIKO
3. SEHAT DAN SEJAHTERA (POTENSIAL)
4. SINDROM
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
AKTUAL
O Diagnosis berfokus pada masalah
(diagnosis aktual) adalah clinical judgment
yang menggambarkan respon yang tidak
diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan baik pada individu,
keluarga, kelompok dan komunitas. Hal ini
didukung oleh batasan karakteristik
kelompok data yang saling berhubungan.
CONTOH DIAGNOSA
AKTUAL
O Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh,
O gangguan pola nafas,
O gangguan pola tidur,
O disfungsi proses keluarga,
O ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik
keluarga
O Gangguan proses keluarga
O Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia
di…
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
RISIKO
O Adalah clinical judgment yang
menggambarkan kerentanan lansia sebagai
individu, keluarga, kelompok dan komunitas
yang memungkinkan berkembangnya suatu
respon yang tidak diinginkan klien terhadap
kondisi kesehatan/proses kehidupannya.
Setiap label dari diagnosis risiko diawali
dengan frase: “risiko” (NANDA, 2014).
CONTOH DIAGNOSIS
RISIKO
O Risiko kekurangan volume cairan,
O Risiko terjadinya infeksi,
O Risiko intoleran aktifitas,
O Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
O Risiko distress spiritual
O Risiko terjadinya disfungsi keluarga
O Risiko penurunan koping keluarga
O Risiko trauma fisik pada lansia pada
kelompok lansia di….
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SEHAT DAN SEJAHTERA
O Adalah Clinical judgement yang menggambarkan
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan
potensi kesehatan pada individu, keluarga,
kelompok atau komunitas. Respon dinyatakan
dengan kesiapan meningkatkan perilaku
kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan
pada seluruh status kesehatan. Setiap label
diagnosis promosi kesehatan diawali dengan
frase: “Kesiapan meningkatkan”…… (NANDA,
2014).
CONTOH
O Kesiapan meningkatkan nutrisi,
O Kesiapan meningkatkan komunikasi,
O Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan
pembuatan keputusan,
O Kesiapan meningkatkan pengetahuan,
O Kesiapan meningkatkan religiusitas
O Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga
O Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
keluarga
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SINDROM
O Adalah clinical judgement yang menggambarkan
suatu kelompok diagnosis keperawatan yang
terjadi bersama, mengatasi masalah secara
bersama dan melalui intervensi yang sama.
Sebagai contoh adalah sindrom nyeri kronik
menggambarkan sindrom diagnosis nyeri kronik
yang berdampak keluhan lainnya pada respon
klien, keluhan tersebut biasanya diagnosis
gangguan pola tidur, isolasi sosial, kelelahan,
atau gangguan mobilitas fisik. Kategori
diagnosis sindrom dapat berupa risiko atau
masalah.
CONTOH
O Sindrom kelelahan lansia,
O Sindrom tidak berguna,
O Sindrom post trauma,
O Sindrom kekerasan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
O Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna
untuk untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah lansia.
O Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan
dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan
praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya.
Pengetahuan dan keterampilan lain yang harus dimiliki
perawat adalah kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menulis
tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan
yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi
keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja
sama dengan perangkat kesehatan lain.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
O Pelaksanaan tindakan merupakan langkah keempat
dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam
rencana tindakan keperawatan. Tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-
bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan
memahami tingkat perkembangan lansia.
Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi lansia agar mampu mandiri
dan produktif.
EVALUASI KEPERAWATAN
O Penilaian dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
O Penilaian keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan
tindakan keperawatan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti
oleh perawat ketika evaluasi
O Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan,
O Mengumpulkan data yang berhubungan
dengan hasil yang diharapkan,
O Mengukur pencapaian tujuan,
O Mencatat keputusan atau hasil pengukuran
pencapaian tujuan,
O Melakukan revisi atau modifikasi terhadap
rencana keperawatan bila perlu.
Manfaat Evaluasi Keperawatan
O Menentukan perkembangan kesehatan klien
O Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas
asuhan keperawatan yang diberikan,
O Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,
O Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun siklus baru dalam proses
O keperawatan,
O Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan keperawatan
Jenis Evaluasi
Evaluasi Struktur

Evaluasi Proses

Evaluasi Hasil
Evaluasi Struktur
O Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan
tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi
staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
Evaluasi Proses
O Evaluasi proses berfokus pada penampilan
kerja perawat, dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan
merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian
pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat
wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi
dari perumusan diagnosa keperawatan, dan
kemampuan tehnikal perawat
Evaluasi Hasil
O Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi
klien. Respons perilaku lansia merupakan pengaruh
dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
O Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat
melakukan tindakan pada lansia.
O Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan
keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan
tingkah laku lansia setelah semua tindakan
keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan
pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Latihan kasus

Anda mungkin juga menyukai