Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR

OLEH :

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GRESIK

TAHUN AJARAN 2016-2017


KATA PENGANTAR

Bismallahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullah hiwabarakatuh.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala limpahan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Komunikasi Efektif SBAR ini. Makalah ini kami buat untuk mendapatkan nilai
mata kuliah Komunikasi efektif.
Dalam hal ini tak luput kami ucapkan terima kasih kepada Dosen bidang
studi .......................................... yang telah membimbing kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin, dan kami juga mohon maaf
jika terdapat kesalahan dalam makalah ini. Demikianlah, makalah ini semoga
bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.Wassalam mualaikum
warahmatullah hiwabarakatuh.

Gresik, 1 April 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu :

keselamatan pasien (paitent safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,

keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak

terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green

productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan

bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima

aspek keselamatan tersebut keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk

dilakukan oleh rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari

pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi

setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan.1

Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian

nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan

tuduhan mal praktek, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.

Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka

pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan, maka

rumah sakit perlu melaksanakan sasaran keselamatan pasien (SKP). Sasaran

keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan

komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,

kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh. Dari
enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke

pasien adalah komunikasi efektif.2

Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat

ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah

terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus

melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif di Instalasi Rawat

Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan

dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).

Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk

teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan

medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001).

Menurur Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik

keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal. Kegiatan

keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat serah terima tugas

(handover) dan komunikasi lewat telepon.3 Berdasarkan latar belakang diatas

maka implementasi sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif harus

dilakukan oleh perawat professional.

B. Pokok Permasalahan

Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat

ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan, kesalahan

interprestasi atau mis komunikasi.


C. Tujuan

1. Tujuan umum

Diharapkan perawat dapat menerapkan implementasi sasaran keselamatan

pasien dengan komunikasi secara efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Diharapkan dapat menghindarkan kejadian kesalahan pemberian obat.

b. Diharapkan dapat menghindarkan kesalahan melakukan tindakan.

c. Diharapkan dapat menghindarkan mis komunikasi.

D. Manfaat

Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian dengan

teman sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki

manfaat, antara lain adalah:

1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai

dengan yang dimaksudkan.

2. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari

salah persepsi.

3. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar pihak

yang diberi informasi dapat memahaminya.


BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun 2010

tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan

No 1691 setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan

pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi

pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,

pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko

pasien jatuh.2

Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari layanan asuhan ke

pasien adalah komunikasi efektif. Menghindari risiko kesalahan dalam pemberian

asuhan keperawatan pasien dan meningkatkan kesinambungan perawat dan

pengobatan maka diharuskan menerapkan komunikasi efektif.

Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah

sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,

dan dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan

menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.

Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient

safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam

hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat,

lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan

meningkatkan keselamatan pasien.


1. Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif :

a. Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena

merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

b. Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.

c. Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.

2. Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif :

a. Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

tidak efektif,

b. Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,

c. Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,

d. Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan

pendidikan kesehatan.

3. Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah :

a. Kejelasan

Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah

diterima dan dipahami oleh komunikan

b. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan

kebenaran informasi yang disampaikan.

c. Konteks

Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan

keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau

sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan

dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan

dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa

verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah

komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation),

metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke

pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan

untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi

pentingyang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi

terhadap eskalasiyang efektif dan meningkatkan keselamatan

pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah

terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau

berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke

dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan

kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan

lainnya.

Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah

- Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

- Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan

kondisi pasien.

- Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.


Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,

Assessment,Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh

semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi

tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan

pasien terintegrasi dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui

perkembangan pasien.5

1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?

- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.

- Diagnosa medis

- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan

situasi?

- Obat saat ini dan alergi

- Tanda-tanda vital terbaru

- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya

untuk perbandingan

- Riwayat medis

- Temuan klinis terbaru

3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat

- Apa temuan klinis?

- Apa analisis dan pertimbangan perawat

- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

- Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?

- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?


- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?

- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan

kondisi pasien yang akan dilaporkan.

3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan

yang harus dilanjutkan.

4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian

perawat shift sebelumnya.

5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

Situation (S) :

Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari

perawatan, DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.

Masalah keperawatan:

- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih

- Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

Background (B) :

- Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.

- Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.

- Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.

- Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit

- Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik

- Diet : rendah protein 1 gram


Assessment (A) :

- Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR

20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,

eliminasi faeses baik.

- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

- Pasien masil mengeluh mual.

Recommendation (R) :

- Awasi balance cairan

- Batasi asupan cairan

- Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter

- Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp

- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien

- Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :

Situation (S) :

- Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2

- Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24

jam, mengalami sesak napas.

Background (B) :

- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program

HD hari Senin-Kamis

- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower

kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.

- Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp


- TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah

dan asites

- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.

Assessment (A) :

- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit lebih

- Pasien tampak tidak stabil

Recommendation (R) :

- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM

- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?

- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien

karena komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient

safety). Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan

dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan

pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan,

ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang sistematis,

dan budaya.

Kerangka komunikasi yang efektif yang digunakan adalah komunikasi model

SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini

digunakan secara efektif saat serah terima antara shift atau antara staf di daerah

klinis yang sama atau berbeda. SBAR juga digunakan untuk diskusi antara

anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (perawat dokter).

B. Saran

Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam

pemberian asuhan ke pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan

terbentuk catatan dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan

dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik, sehingga

tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety). Jakarta: Bakti Husada.

2. Permenkes RI No 1691 (2010). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta :


Menteri Kesehatan RI.

3. Materi komunikasi efektif.


Diakseshttp://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-komunikasi-
efektif.html

4. Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient


safety goals.

5. Rofii, Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam


pelatihan di RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai