Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TAKEHOME KEPERAWATAN KOMPLEMENTER SEMESTER GANJIL

STIKES RAJAWALI BANDUNG 2013


SAMROTUL FUADAH AL-ANSHORIYANI (1110026)
1. Aspek legal terapi komplementer di Indonesia
Terapi komplementer adalah salah satu model terapi yang digunakan perawat dalam melakukan
perawatan kepada pasien. Untuk perawat di seluruh dunia yang menggunakan terapi
komplementer kepada pasien dapat memberikan layanan yang berkualitas secara holistik.
Terapi pelengkap & alternatif di keperawatan dapat menggambarkan bagaimana perawat dapat
membantu pasien dalam penyembuhannya. Perawat mengakui bahwa penggunaan terapi
komplementer dapat menyebabkan pemahaman pribadi dan makna yang lebih komplek. Dalam
masing-masing terapi komplementer, komunikasi terapeutik sering terjadi antara perawat dan
pasien.
Pengobatan komplementer tradisional alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik
dan belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan Permenkes RI, Nomor :
1109/Menkes/Per/2007 adalah :
a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention): Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda
c. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah.
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EECP (Depkes, 2010)
Pemerintah telah menerbitkan beberapa landasan hukum dalam pelayanan pengobatan
komplementer-alternatif. Hal ini sangat penting sebagai perlindungan bagi konsumen dan
praktisi pengobatan komplementer-alternatif. Beberapa dasar hukumnya antara lain:
a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
1) Pasal 1 butir 16 Definisi
2) Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
3) Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan
tradisional
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik
e. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang
pedoman kriteria penetapan metode pengobatan komplementer alternatif yang dapat
diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
2. Jelaskan filosofi terapi komplementer dari aspek agama dan budaya
Basis filosofi yang mendasari penggunaan terapi komplementer berbeda dengan modal
biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan dan memperbaiki etiologi atau
masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan trauma maupun situasi darurat
lainya (weil, 1995). Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisonal yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah adalah penggunaan terapi tradisonal
kedalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
memengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah domain luas dalam sumber
daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan
adanya teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum
dimasyarakat atau budaya yang ada (Synder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau
pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan. Fokus terapi memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer
adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk
menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai single therapy
ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005).
Sementara itu tujuan terapi komplementer dalam sistem keperawatan adalah untuk mencapai
keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. NCCAM (Nasional Center For
Complementary/ Alternative Medicine) mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori serta keyakinana
dari masyarakat atau budaya dalam periode secara tertentu .
CAM mencakup semua praktik serta ide ide yang dimaknai sebagai upaya mencegah atau
mengobati penyakit atau mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan. Zollman dan vickers
(1999) menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk mengembalikan
keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada menyembuhkan proses penyakit atau
penghentian gejala. Oleh karena itu, perawat memberikan perawatan yang mencakup
modifikasi gaya hidup, perubahan diet, olah raga, pengobatan khusus, konseling, latihan,
bimbingan, pada pernafasan, relaksasi, serta resep herbal. Konsep ini menenkan pentingnya
sistem perawatan yang menerapkan pendekatan kepedulian holistik terhadap perawatan klien
yang akan meningkatkan pelayanan kesehatan.
3. Jelaskan mekanisme kerja terapi music sebagai terapi komplementer terhadap kesehatan
Mekanisme cara kerja music sebagai alat terapi yakni mempengaruhi semua organ system
tubuh. Menurut teori Candace Pert bahwa neuropeptida dan reseptor-reseptor biokimia
yang dikeluarkan oleh hypothalamus berhubungan reta dengan kejadian emosi. Sifat
riang/rileks mampu mengurangi kadar kortisol, epinefrin-norepinephrin, dopa dan hormone
pertumbuhan di dalam serum (Nicholas & Humenick, 2002). Menurut Alvin (1975), ada 5
unsur musik yang akan memberikan reaksi pada tubuh tergantung pada kualitas unsur
tersebut dan hubungan dengan unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut ialah frekuensi,
intensitas, nada suara, interval, serta durasi yang menghasilkan ritme dan tempo. Kemudian
unsur musik tersebut akan masuk ke kanalis auditorius telinga luar yang disalurkan ke
tulang-tulang pendengaran. Musik tersebut akan dihantarkan sampai ke thalamus. Musik
mampu mengaktifkan memori yang tersimpan di limbik dan mempengaruhi sistem saraf
otonom melalui neurotransmiter yang akan mempengaruhi hypothalamus lalu ke hipofisis.
Musik yang telah masuk ke kelenjar hypofisis mampu memberikan tanggapan terhadap
emosional melalui feedback negative ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran
hormon epinefrin, norepinefrin, dan dopa yang disebut hormon stres. Masalah mental
seperti stres berkurang, ketenangan dan menjadi rileks (Synder dan Lindquist, 2002).
Beberapa teknik penggunaan terapi musik perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi
yang diinginkan oleh klien. Penggunaan terapi musik dapat dilakukan secara aktif dan pasif.
Terapi musik aktif mengikutsertakan klien untuk bernyanyi, belajar memainkan alat musik,
menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat, sehingga klien ikut berinteraksi
dengan dunia musik. Sedangkan, teknik lain klien diajak mendengarkan dan menghayati
suatu alunan musik tertentu atau yang disebut terapi musik pasif. Hal terpenting dalam
teknik penggunaan terapi musik adalah pemilihan jenis musik yang tepat sesuai dengan
kebutuhan klien. Contohnya, pada klien yang membutuhkan kondisi relaksasi dapat
dilakukan terapi musik melalui teknik latihan pernapasan dan mendengarkan musik lembut
melalui headphone (Saputra, 2004).
4. Jelaskan mekanisme kerja hipnoterapi sebagai terapi komplementer terhadap kesehatan
Hypnosis bukanlah cara menguasai pikiran seseorang. Melainkan seni mengelola pikiran.
Seorang pakar hypnosis tidak mempunyai kekuatan supranatural yang bias mengendalikan
pikiran kita. Hipnosis adalah fenomena mental alami. Setiap manusia normal punya kemampuan
untuk mengalami hypnosis, kita dapat menolak hypnosis dengan cara mengabaikan semua yang
dikatakan hypnotist.
Jaringan otak manusia yang hidup menghasilkan beragam aktifitas didalamnya. Aktifitas otak
dapat diukur/dipindai dengan alat yang bernama EEG,fMRI, dan PET. Penemuan alat untuk
mengukur gelombang otak (EEG) berpengaruh positif terhadap perkembangan hypnosis.
Hypnosis yang bermula dianggap hal yang misterius , menakutkan dan dianggap fenomena
supranatural, sekarang sudah diterima secara ilmiah sebagai kondisi alami pada manusia.
Berdasarkan hasil studi event-related potential yang dilakukan oleh Rainville & price (2003),
hypnosis terbukti mengubah kesadaran normal, terutama mengubah system arousal dan atensi.
Hasil penelitian Lee, dkk (2007) yang menggunakan pemindaian fMRI dan PET menunjukkan
bahwa selama proses hypnosis telah terjadi peningkatan aktivitas di beberapa area otak dan
hilangnya aktifitas dibeberapa bagian otak lainnya, juga telah terjadi perubahan pola respon
fisiologis, yang kemudian menimbulkan kondisi trance. Berdasarkan hasil penelitian lainnya
setelah diberikan sugesti dalam prosedur hypnosis telah terjadi perubahan dalam sensasi,
memori, persepsi, emosi, perilaku dan fisiologis.
Dalam satu waktu, otak manusia menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan.
Gelombang otak yang diproduksi oleh otak manusia adalah beta, alfa, teta dan delta. Akan
tetapi, selalu ada jenis gelombang otak yang paling dominan, yang menandakan aktifitas otak
saat itu. Dalam hal ini, gelombang otak menandakan aktifitas berpikir seseorang.
a. Beta, frekuensi 12-25 Hz
Gelombang otak ini mendominasi pada saat kita dalam kondisi terjaga, menjalani aktifitas
sehari-hari yang menuntut logika atau analisa tinggi, misalnya mengerjakan soal
matemmatika, berdebat, olah raga dan memikirkan hal-hal yang rumit. Gelombang beta
memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 obyek secara bersamaan.
b. Alfa, frekuensi 8-12 Hz
Gelombang otak ini mnedominasi pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada.
Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, dan ketika kita focus pada suatu obyek.
Gelombang alfa berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Gelombang alfa juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi
hypnosis ringan.
c. Teta, frekuensi 4-8 Hz
Gelombang otak ini mendominasi saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hampir
tidur dan tidur disertai mimpi. Frekuensi ini menandakan aktifitas bawah sadar.
d. Delta, frekuensi 0.1-4 Hz
Gelombang otak ini mendominasi saat kita tidur lelap, tanpa mimpi.
Dalam kondisi terjaga, gelombang otak umumnya adalah beta. Induksi hypnosis menyebabkan
perubahan akktifitas otak diberbagai area ermasuk anterior cingulated cortex, thalamus dan
batang otak (Hernandez, 2010). Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas otak menggunakan EEG,
diperoleh hasil bahwa ketika individu dihipnosis gelombang otaknya akan mengalami penurunan
menuju alfa-teta, kondisi inilah yang dinamakan trance (Furman & Gallo, 2000). Proses
deepening dalam hypnosis menyebabkan perubahan keseimbangan dinamis antara
norepinephrine dan acetylcholine di batang otak. Bila norepinephrine mengalami penuruna
maka trance akan semakin mendalam (Furman & Gallo, 2000). Saat trance, pola hubungan saraf
menjadi destabilized untuk sementara waktu, sehingga memungkinkan untuk reorginazed, yaitu
membentuk pola hubungan sel saraf baru (Furman & Gallo, 2000). Kondisi menguntungkan bagi
proses terapeutik, dimana saat pola susunan sel saraf menjadi destabilized, informasi baru
(sugesti) bias diberikan untuk reorginazed, yaitu membentuk pola hubungan sel saraf baru. Hal
ini menjelaskan mengapa individu lebih sugestibel saat dihipnosis. Bila pola hubungan sel saraf
baru telah dibentuk, maka akan mempengaruhi bagaimana pengalaman individu di proses
dalam otak (Folensbee, 2007). Dalam hal ini individu akan mengalami pengalaman baru dalam
bersensasi, berpersepsi, beremosi, berperilaku dan bereaksi fisiologis.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hypnosis klinis (clinical hypnosis) merupakan teknik
terapeutik yang menggunakan prosedur sistematis untuk mengubah dan mefokuskan perhatian
hingga memasuki kondisi trance. Berikut ini merupakan rumusan dari prosedur hypnosis klinis:


STRUKTUR HYNOSIS
preinduksi
induksi
deepening
suggestion
terminasi
post hynotic
normal
BRAIN WAVE
BETA
THETA
BETA
ALPHA
ALPHA

Anda mungkin juga menyukai