Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS BOROBUDUR

LAPORAN AKHIR
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

1. Asna Indry, S.Kep 10. Mike Turah Asih, S.Kep


2. Betty Margaretha, S.Kep 11. Nandya Melinda, S.Kep
3. Efrin Sinaga, S.Kep 12. Novi Susanti, S.Kep
4. Fitria, S.Kep 13. Nur Sa’dah, S.Kep
5. G Dwinta Larasati, S.Kep 14. Putri Hamidah, S.Kep
6. Louisa Lobja, S.Kep 15. Siti Chodijah, S.Kep
7. M. Hisyam Sumantri, S.Kep 16. Syska Dewy Nora, S.Kep
8. M. MG Retna Asih P, S.Kep 17. Udur Hotmaria Sirait, S.Kep
9. Marudut Silalahi, S.Kep 18. Yenni Rahmadani, S.Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanankesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang
menentukan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Keberadaan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam situasi yang komplek selain 24 jam secara berkesinambungan melibatkan
klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain.

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber daya manusia serta sumber daya organisasi lainnya (Simamora,
2012). Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan
(Kuntoro, 2010). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung (Nursalam, 2013).

Perawat merupakan salah satu profesi yang sangat membutuhkan kesehatan dan keselamatan kerja.
Risiko terpajan penyakit dari pasien sangatlah tinggi sehingga kesehatan dan keselamatan kerja haruslah
diutamakan. Selain didukung oleh lingkungan kerja RS, kesadaran dari setiap perawat sangatlah
membantu demi tercapainya keselamatan saat bekerja. Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja itu
sendiri bertujuan untuk mencegah berbagai potensi bahaya yang ada di RS. Potensi bahaya yang dikenali
dengan baik dapat melindungi pekerja sehingga mereka dapat bekerja dengan aman, sehat, dan produktif.
Supari (2007) mengatakan potensi bahaya yang terdapat di RS antara lain penyebaran penyakit infeksi,
kecelakaan, radiasi, bahan-bahan kimia, gas anastesi, gangguan psikososial, dan ergonomi.

Keselamatan pasien merupakan hal yang penting dalam sebuah fasilitas kesehatan, dan di
rumah sakit keselamatan pasien juga merupakan sebuah bulir penting yang menjadi
penilaian dalam sebuah proses akreditasinya, yang mana dalam mencapai keselamatan
pasien rumah sakit, telah ditetapkan 6 sasaran keselamatan pasien. Di taraf dunia sasaran
keselamatan pasien dikenal dengan nama IPSG (Internatioal Patient Safety Goals), yang
mana terdapat 6 goals keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh JCI (Joint Commission
2
International). IPSG yang dikeluarkan oleh JCI dan dipakai oleh hampir seluruh rumah
sakit dunia, diadopsi oleh pemerintah Indonesia yang tertuang dalam PERMENKES-RI
No 1691/MENKES/PER/VII/2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri


Kesehatan no 1691/2011 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi
tonggak utama operasionalisasi keselamatan pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
keselamatan pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap keselamatan pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi
manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit keselamatan pasien secara utuh.

Program pendidikan Ners pada stase manajemen keperawatan ini merupakan suatu
kegiatan belajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat
mengaplikasikan konsep atau teori yang telah didapat dalam pendidikan formal dalam
kenyataan di lapangan untuk mengelola suatu sistem pelayanan keperawatan maupun
asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka mahasiswa melakukan
praktek manajemen keperawatan di RS Tebet khususnya diruang perawatan lantai 4 untuk
melihat penerapan manajemen keperawatan dan pada kegiatan observasi saat praktek,
mahasiswa menemukan masih belum optimalnya kepatuhan dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) dan penerapan IPSG terutama five moment hand hygiene, sehingga
mahasiswa tertarik untuk memilih pilot projek tentang ”Kepatuhan Perawat Dalam
Penerapan International Patient Safety Goals (IPSG) Terutama Tentang Five Moment
Hand Hygiene dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)”.

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 15 hari di ruang lantai 4 RS Tebet,
mahasiswa mampu menerapkan proses manajemen keperawatan.
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek selama 15 hari, mahasiswa mampu mencapai kompetensi
manajemen keperawatan, meliputi :
1. Melakukan pengkajian situasi di unit rawat inap lantai 4 RS Tebet sebagai dasar
untuk menyusun rencana strategi dan operasional tentang kepatuhan dalam
penerapan IPSG terutama tentang five moments hand hygiene dan APD.
3
2. Menentukan alternatif pemecahan masalah di unit rawat inap lantai 4
denganmengimplementasikan kepatuhan perawat dalam penerapan IPSG
terutama tentang five moments hand hygiene dan penggunaan APD.
3. Memberikan pengarahan tentang kepatuhan perawat di unit rawat inap lantai 4
dalam penerapan IPSG terutama tentang five moments hand hygiene dan
penggunaan APD.
4. Mengevaluasi proses kepatuhan perawat di unit rawat inap lantai 4 dalam
penerapan IPSG terutama tentang five moments hand hygiene dan penggunaan
APD.

3. Manfaat penulisan
a. Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat
2. Mahasiswa mendapat gambarankepatuhan perawat dalam penerapan IPSG
terutama tentang five moments hand hygiene dan penggunaan APD di RS
3. Mahasiswa dapat menyadari pentingnya penerapan IPSG terutama tentang five
moments hand hygiene dan penggunaan APDsebelum dan sesudah memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien
4. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa mengenai pengaruh
penerapan IPSG terutama tentang five moments handhygiene dan penggunaan
APD terhadap keselamatan kerja

b. Bagi Ruang Perawatan


1. Memotivasi perawat di unit rawat inap lantai 4RS Tebet untuk lebih disiplin
dalam penerapan IPSG terutama tentang five moments hand hygiene dan
penggunaan APD
2. Meningkatkan kedisiplinan perawat di unit rawat inap lantai 4 RS Tebet dalam
penerapan IPSG terutama tentang five moments hand hygiene dan penggunaan
APD pada saat memberikan asuhan keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Teori Manajemen (Umum - Keperawatan)

A. Pengertian Manajemen

Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemensebagai suatu bidang ilmu

pengetahuan (science) yang berusaha secarasistematis untuk memahami mengapa dan

bagaimana manusia bekerjabersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat

sistem ini lebihbermanfaat bagi kemanusiaan.

Schein (2008) memberi definisi manajemen sebagai profesi.Menurutnya manajemen

merupakan suatu profesi yang dituntut untukbekerja secara profesional,

karakteristiknya adalah para profesionalmembuat keputusan berdasarkan prinsip-

prinsip umum, para profesionalmendapatkan status mereka karena mereka mencapai

standar prestasi kerjatertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik

yang kuat.

Terry (2005) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja,

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatukelompok orang-orang kearah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksudyang nyata. Hal tersebut meliputi

pengetahuan tentang apa yangharus dilakukan, menetapkan cara bagaimana

melakukannya, memahamibagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur

efektivitas dariusaha-usaha yang telah dilakukan.

5
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen

adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis,

yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada

instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit.

Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat

memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi

keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer

mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan

(Swanburg, 2000).

Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga

tingkatan yaitu:

1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,

keterampilan berfikir.

2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.

3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam

berinteraksi dengan individu atau kelompok.

B. Fungsi – fungsi Manajemen

1. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan

organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas-tugas staf.

Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan

supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf

dalam menjalankan tugas-tugasnya.

6
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah proses

memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal

dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki

sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara

terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan

koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

C. Unsur Manajemen

Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan,menjaga keseimbangan di

antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi serta

efektivitas. Manajemen terdiri dariberbagai unsur, yakni man, money, method,

machine, market, material dan information.

1) Man : Sumber daya manusia

2) Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan

3) Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan

4) Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi

5) Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan

6) Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi

7) Information : Hal-hal yang dapat membantu untuk mencapai tujuan

7
2. Standar Keselamatan Pasien
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan risiko (Depkes 2008).

B. Sasaran Keselamatan Pasien


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error / kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien adalah pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi,
mengalami dis-orientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat
tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit atau akibat situasi lain.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap dan jelas dan dipahami
oleh penerima pesan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatankeselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan melalui telepon.

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai


a. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) yaitu
elektrolit konsentrat + obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike
Sound Alike / LASA)
b. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan
penandaan khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-
obat yang dimaksud (apoteker/ tenaga kefarmasian)
8
c. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit
konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya
magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri /
khusus.
d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan
meliputi ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian.
e. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu
melakukanmonitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek
samping dan tersedia antidotumnya.

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


a. Proses Verifikasi
1) Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia
pada saat tindakan pembedahan
2) Mencocokkan hal-hal tersebut diatas dengan pasien
3) Proses verifikasi sedapat mungkin dilakukan dengan melibatkan pasien
4) Proses verifikasi dicatat dalam lembar verifikasi
5) Proses verifikasi dilakukan sebelum pasien masuk kamar operasi
b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)
Semua pasien yang akan dioperasi dimana lokasi operasi memiliki
lateralisasi (sisi kanan dan kiri), struktur ganda (jari-jari tangan, kaki, lesi)
atau tingkatan berlapis (tulang belakang, tulang iga) harus dilakukan
pemberian “Surgical Site Marking”.
c. Time Out
1) RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan
pasien bedah terstandar yang diadaptasi dari WHO – surgical Safety
Checklyst berupaSign In, Time Out, Sign In
2) Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh anggota tim yang terlibat
dalam prosedur bedah atau prosedur invasif
3) Check list keselamatan bedah harus dilakukan dan dilengkapi untuk
seluruh pasienyang menerima tindakan bedah atau prosedur invasif
lainnya.
4) Tindakan Time Out dilakukan sebelum prosedur invasif atau sebelum
dilakukan insisi.

9
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih – terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream
infections) dan pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
a. Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau dengan
menggunakan antiseptik berbasis alkohol (hand rub)
b. Semua orang yang berada di RS wajib menjaga dan melaksanakan
kebersihan tangan
c. Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang
dibutuhkan.

6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


a. Perawat wajib melakukan pengkajian resiko jatuh untuk setiap pasien yang
dirawat, guna meminimalkan resiko jatuh dengan metode Morse Falluntuk
pasien dewasa dan metode Humpty Dumpty untuk pasien anak.
b. Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan memberikan identifikasi jatuh
pada setiap pasien, memberikan intervensi pada pasien yang beresiko serta
memberikan lingkungan yang aman.

C. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan. yang tergolong dalam Intens of IPSG 5 yaitu:
pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar di rumah sakit,
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan, infeksi biasanya: infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran
darah (blood stream infections) dan VAP (Ventilator Associated Pneumonia), pokok
eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat memakai pedoman hand hygiene dari WHO.

10
Pada umumnya rumah sakit telah mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
petunjuk hand hygieneyang sudah diterima secara umum untuk implementasi
petunjuk itu di rumah sakit yang bersangkutan. Elemen penilaian IPSG 5 yaitu:
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Petugas kesehatanadalah sebagai agen kuman karena dari tangannyalah seorang


pasien dapat selamat dari infeksi nasakomial rumah sakitdan kepatuhan perawat
untuk melakukan cuci tangan yaitu penelitian WHO persepsi paling baik yaitu 83,9%
pada kebersihan tangan perawat (WHO, 2009). Acuan dapat berasal dari dalam dan
luar negeri, seperti WHO mempublikasikan pedoman 6 langkah cuci tangan (hand
hygiene)dan 5 momen cuci tangan. Sebagai tambahan, program pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit membutuhkan sumber daya yang dapat memberikan
edukasi kepada semua staf dan penyediaan, seperti alcohol atau handrubs untuk hand
hygiene.

Pimpinan rumah sakit menjamin bahwa program ini mempunyai sumber daya yang
cukup untuk dapat menjalankan program ini secara efektif. Seluruh area pasien, staf
dan pengunjung rumah sakit dimasukkan dalam program pencegahan dan
pengendalian infeksi (Kemenkes, 2012). Pedoman kebersihan tangan dalam
perawatan kesehatan menyajikan bukti dasar untuk berfokus pada peningkatan
kebersihan tangan sebagai bagian dari pendekatan terpadu untuk pengurangan
perawatan kesehatan terkait infeksi/Health care-associated Infection (HCAI),
Implementasi pedoman ini sangat penting untuk mencapai dampak pada keselamatan
pasien dan panduan ini bertujuan secara aktif mendukung untuk dapat digunakan
dalam pelayanan (WHO, 2009).

11
3. Penerapan APD
Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu
berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
perawat beresiko terkena Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs merupakan
infeksi yang terjadi selama dalam proses asuhan keperawatan ataupun selama bekerja di
rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (WHO, 2009). Pekerjaan yang
dilakukan perawat mempunyai potensi yang tinggi dalam penyebaran infeksi, seperti
pembersihan cairan tubuh, injeksi/pengambilan darah, pemasangan kateter, perawatan
luka dan lain-lain. Apabila tindakan tersebut tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan akan berpotensi menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain)
atau bahkan pada petugas kesehatan (Nursalam, 2011).

Penggunaan APD merupakan bagian dari usaha perawat dalam menciptakan lingkungan
yang terhindar dari infeksi dan sebagai upaya perlindungan diri sertapasien terhadap
penularan penyakit (Potter & Perry, 2005). Penggunaan APD salah satu program
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) yang termasuk dalam kewaspadaan isolasi
yang disusun oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Kewaspadaan isolasi dibagi menjadi 2 pilar yaitu Kewaspadaan Standar


(Standard/Universal Precautions) dan kewaspadaan berdasarkan cara transmisi
(Transmission based Precautions). Kewaspadaan standar yaitu pencegahan dan
pengendalian infeksi diterapkan kepada semua pasien yang berprinsip bahwa darah dan
cairan tubuh pasien berpotensi menularkan penyakit. Sedangkan, kewaspadaan
berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk kewaspadaan standar yaitu tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksi sudah diketahui
(Akib et al, 2008; Nursalam, 2007).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini diterapkan kepada pasien yang memang sudah
terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan melalui kontak, udara, dan droplet.
Penggunaan APD akan disesuaikan dengan transmisi yang mungkin terjadi, penggunaan
APD yang tidak sesuai dengan transmisi, kemungkinan akanmenyebabkan penyebaran
infeksi tersebut. Misalnya saat pemeriksaan fisik yang tidak ada kontak dengan darah atau
cairan pasien menggunakan sarung tangan lalu perawat akan melakukan tindakan kepada
pasien lain, apabila perawat tidak mengganti sarung tangan akan menyebakan
perpindahan mikroorganisme dari pasien ke pasien lain dan apabila perawat selalu
12
mengganti sarung tangan setiap tindakan yang tidak ada kemungkinan kontak dengan
darah atau cairan pasien akan terjadi pemborosan sarung tangan sedangkan kontaminasi
yang mungkin terjadi dapat dicegah dengan melakukan cuci tangan dengan benar (WHO,
2009).Penggunaan alat pelindung diri pada perawat masih dikategorikan kurang dalam
pelaksanaan atau penerapannya.

13
BAB III
ANALISA SITUASI

1. Profil Rumah Sakit Tebet


A. Sejarah singkat
Rumah Sakit Tebet adalah Rumah Sakit swasta yang terletak di bilangan Jakarta
Selatan yang memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat.

Rumah Sakit Tebet didirikan pada tanggal 2 April 1982 oleh Yayasan Bina Sehat
Interna dalam bentuk klinik Praktek Bersama Dokter Spesialis. Pada tahun 1984
dikembangkan menjadi Rumah Sakit Tebet berdasarkan izin sementara DepKEs RI
No. 0130/YanMed/RSKS/1984, tanggal 26 Juni 1984. Kemudian Surat Izin
Sementara tersebut diperkuat menjadi Surat Izin Tetap berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI. No 0287/YanMed/RSKS/1987 tanggal 11 April 1987.

Rumah Sakit Tebet mempunyai 2 bangunan yang berlantai 8 dan berlantai 4 dengan
total luas 9.578 m2. Saat ini Rumah Sakit Tebet memiliki fasilitas layanan rawat inap
dengan jumlah tempat tidur sebanyak 146 dengan 35 produk jasa pelayanan
kesehatan. Fasilitas lainnya adalah klinik diabetes dan serebrovaskuler yang akan
menangani pasien diabetes secara terpadu yang melibatkan beberapa dokter spesialis.

B. Visi, Misi, Motto dan Tujuan RS


a. Visi
”Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang baik dan bermutu
bagi masyarakat”.

b. Misi
 Memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara utuh.
 Memberikan pelayanan kesehatan dalam segala bidang sesuai dengan
kemajuan kedokteran mutakhir tanpa meninggalkan etika kedokteran.
 Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

14
c. Tujuan
 Untuk mewujudkan palayanan kesehatan secara menyeluruh yang sesuai
dengan standar.
 Mengembangkan usaha pelayanan rumah sakit.
 Memiliki sumber daya manusia yang bermutu, berketerampilan,
berpengalaman, dan sejahtera.

d. Motto
”Memberikan pelayanan cepat, tepat dan nyaman”.

e. Tata Nilai Kami


 Kami percaya setiap individu memiliki Talenta yang unik.
 Kami percaya Empati membuat individu berkerjasama dengan baik dengan
tim.
 Kami percaya setiap tim Berguna dalam berbagai pelayanan.
 Kami percaya saleng Emong dalam tim.
 Kami percaya pada akhirnya seluruh tim menjadi yang Terpercaya.

C. Profil Ruangan
Ruang rawat inap Lt. 4 RS Tebet adalah ruang perawatan pasien umum baik dewasa
maupun anak-anak dengan kasus yang bervariasi seperti penyakit dalam, bedah, dan
kasus isolasi. Ruang perawatan lantai 4 RS Tebet memiliki 8 kamar perawatan
dengan 36 tempat tidur dengan pembagian sbb :
a. Kelas II Dewasa = 2 kamar, masing-masing 4 tempat tidur
b. Kelas II Anak = 1 kamar, terdiri dari 3 tempat tidur
c. Kelas III Dewasa = 2 kamar, masing-masing 8 tempat tidur
d. Kelas III Anak = 1 kamar, terdiri dari 5 tempat tidur
e. Kamar Isolasi = 2 kamar, masing-masing terdiri dari 2 tempat tidur

15
D. BOR Ruangan Perawatan
BOR ruang perawatan lantai 4 RS Tebet selama 15 hari praktek lapangan sbb :
TGL JUMLAH PASIEN BOR
16 Mei 2018 Orientasi Orientasi
17 Mei 2018 17 47,2%
18 Mei 2018 13 36,1%
21 Mei 2018 15 41,67%
22 Mei 2018 14 38,89%
23 Mei 2018 13 36,1%
24 Mei 2018 9 25%
25 Mei 2018 7 19,4%
28 Mei 2018 7 19,4%
30Mei 2018 7 19,4%
31 Mei 2018 13 36,1%
04 Juni 2108 11 30,56%
05 Juni 2108 7 19,4%
06 Juni 2108 7 19,4%
07 Juni 2108 11 30,56%

JadiBOR rata – ratadi unit rawat inap lantai 4 selama 14 hari praktik adalah 29,94%

E. Karakteristik Perawat Ruangan


Jumlah seluruh perawat di unit rawat inap lantai 4 RS Tebet adalah 22 orangdengan
tingkat pendidikanD3 Keperawatan sebanyak 14 orang, S1 Keperawatan sebanyak 4
orang, Profesi Ners sebanyak 3 orang, dan SPK sebanyak 1 orang. Di RS Tebet
belum menerapkan sistem leveling atau jenjang karir.Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien, unit rawat inap lantai 4 RS Tebet menggunakan metode
fungsional.

F. Analisa Situasi Ruangan


Karakteristik pasien yang dirawat di unit rawat inap lantai 4 merupakan pasien
dengan kasus medikal bedah. Kapasitas sebanyak 36 tempat tidur, terdiri dari kamar
kelas 1 yaitu kamar 406, kamar kelas 2 yaitu kamar 403 dan kamar 405, kamar kelas
3 yaitu kamar 401 dan kamar 407, kamar isolasi anak yaitu kamar 402, dan kamar
isolasi dewasa yaitu kamar 404, memiliki satu nurse station, satu kamar mandi untuk
perawat, satu ruang dapur, satu ruang disposal, satu ruang ganti perawat, dan satu
ruang ganti dokter muda.

16
2. Analisa SWOT
Strenght 1. Perawat sudah mendapat pelatihan cuci tangan.
2. Pengetahuan perawat tentang APD dan five moments hand hygiene
baik (berdasarkan hasil kuesioner yang telah diedarkan)

Weakness 1. Penerapan pengunaan APD belum optimal dan five moments hand
hygiene belum dilakukan secara konsisten.
2. Fasilitas di ruangan masih kurang.
3. Jam besuk pasien tidak sesuai dengan jam yang ditentukan oleh RS.
4. Masih menggunakan metode fungsional.

Opportunity 1. Hand rub dan hand scrub tersedia.


2. APD tersedia.
3. Gelang identitas tersedia

Threat 1. Kemungkinan terjadi risiko infeksi.


2. Pasien safety menurun.

3. Perumusan Masalah
NO MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN
1 Metode asuhan keperawatan belum Mengoptimalkan metode asuhan
optimal keperawatan
2 Format asuhan keperawatan belum Melengkapi format asuhan
lengkap keperawatan
3 Pelaksanaan SPO dan SAK belum Revisi sosialisasi dan evaluasi
optimal pelaksanaan SPO dan SAK secara
berkala
4 Belum terlaksanakan prosedur cuci Mengadakan pelatihan cuci tangan
tangan dan 5 momen cuci tangan yang benar untuk petugas rumah sakit,
dengan benar membuat leaflet cuci tangan untuk
edukasi kepada pasien dan kelurga
5 Tidak ada pemantauan khusus pada Pengadaan form pemantauan cairan
pasien dengan cairan elektrolit pekat elektrolit.
6 Tidak menggunakan tanda high alert Pembuatan label high alert dan
medication mensosialisasikan kepada staff untuk
menempel setiap obat high alert

17
7 Belum melakukan identifikasi pasien Setiap melakukan tindakan
dengan maksimal diwajibkan untuk melakukan
identifikasi pasien dengan
mengkonfirmasi ulang kepada
pasien(nama lengkap dan tanggal
lahir)
8 Tidak memakai APD (Alat Pelindung Setiap melakukan tindakan harus
Diri) saat melakukan tindakan invasive memakai APD sesuai kebutuhannya
9 Sistem operan menggunakan metode Pada saat operan melaporkan pasien-
fungsional pasien yang memerlukan
perhatian/berisiko

Dari masalah yang telah berhasil diidentifikasi dengan mempertimbangkan sumber daya,
waktu, kewenangan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada maka kelompok
mengambil projek tentang kepatuhan perawat dalam penerapan IPSG terutama tentang
five moments hand hygiene dan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) karena dirasa
lebih mudah dan efisien untuk dilaksanakan.

Penyelesian Masalah
Dilakukan pemaparan materi dan demonstrasi tentang penerapan International Patient
Safety Goals (IPSG) terutama tentang five moments hand hygiene dan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)

18
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Kesenjangan Teori dan Penyelesaian


Fokus Masalah
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
keselamatan Pasien Rumah Sakit,
 Sasaran 5 : Pengurangan Risiko Infeksi
Maksud dan Tujuan Sasaran 5 :
Melindungi petugas kesehatan dan pasien agar terbebas dari bakteri pathogen
penyebab penyakit.

 Elemen Penilaian Sasaran 5 : Melakukan cuci tangan


 Sebelum kontak dengan pasien
 Sebelum melakukan tindakan aseptic
 Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
 Setelah kontak dengan pasien
 Setelah kontak dengan lingkungan pasien

b. Penggunaan APD dalam memberikan pelayanan kesehatan


Pelaksanaan penggunaan APD dan penerapan five moments hand hygiene di lantai 4
RS Tebet sudah terlaksana, akan tetapi kepatuhan perawat dalam
mengimplementasikannya masih belum optimal.

Penyelesaian
Rumah sakit harus menyelenggarakan standar keselamatan pasien di rumah sakit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ Menkes/ Per/
Viii/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Kepedulian untuk indentifikasi
pasien secara benar telah dibuktikan dalam National Patient Safety Goals tahun2003,
penerapan IPSG tentang five moments hand hygiene dan penerapan penggunaan alat
pelindung diri (APD) merupakan sasaran bagi keselamatan pasien. Oleh karena itu setiap
rumah sakit wajib untuk menerapkan Patient Safety, dalam hal ini disebutkan bahwa
semua petugas di Rumah Sakit Tebet harus menjalankan five moments hand hygienedan
APD sesuai standar WHO.
19
2. Analisa
Karena keterbatasan mahasiswa dalam memanage waktu untuk menyelesaikan projek ini
maka pelaksanaan penerapan five moments hand hygiene dilakukan oleh pihak RS Tebet.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan observasi yang telah
dilakukan oleh mahasiswa dengan membagikan kuesioner kepada perawat di ruangan
perawatan lantai4, kuesioner yang telah diedarkan sebanyak 22 kuesioner dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 60 pertanyaan yang berisi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
perawat dalam penerapan five moments hand hygiene dan pengunaan APD.
Dari hasil pengumpulan data yang didapatkan menunjukan gambaran tentang:
1) Jenis Kelamin Perawat
Jenis kelamin perawat terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 18 orang (78,3%),
dan laki-laki sebanyak 4 orang (21,7%).
2) Masa Kerja Perawat
Masa kerja perawat terbanyak adalah > 3 tahun yaitu sebanyak 12 orang (54,5%), < 3
tahun sebanyak 8 orang (36,4%), dan 1 – 3 tahun sebanyak 2 orang (9,1%).
3) Tingkat Pendidikan Perawat
Tingkat pendidikan perawat terbanyak adalah D3 Keperawatan yaitu sebanyak 14
orang (63,6%), S1 Keperawatan sebanyak 4 orang (18,2%), Profesi Ners sebanyak 3
orang (13,6%), dan SPK sebanyak 1 orang (4,5%)
4) Pengetahuan Perawat
Pengetahuan perawat tentang penerapan five moments hand hygiene dan APD
sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 13 perawat (59,1%), dan 9
perawat (40,9%) memiliki pengetahuan kurang.
5) Gambaran Sikap Perawat
Sikap perawat tentang penerapan five moments hand hygiene dan Alat Pelindung diri
sebagian besar memiliki sikap baik yaitu sebanyak 13 perawat (59,1%), dan 9
perawat (40,9%) memiliki sikap kurang.
6) Gambaran Perilaku Perawat
Perilaku perawat tentang penerapan five moments hand hygiene dan Alat Pelindung
diri sebagian besar memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 12 perawat (54,5%), dan
10 perawat (45,5%) memiliki perilaku baik.

20
Hasil Observasi Mahasiswa
 Pada saat melakukan tindakan invasive seperti memasang infus kepada pasien
perawat tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
 Perawat di ruang perawatan lantai 4 belum melaksanakan prosedur cuci tangan 6
langkah dan 5 momen cuci tangan dengan benar.
 Perawat di ruang perawatan lantai 4 belum melakukan identifikasi pasien dengan
maksimal.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. RS tebet sudah memiliki SPO penerapan five moments hand hygiene dan penggunaan
Alat Pelindung Diri
b. Sarana dan prasarana yang tersedia untuk melakukan five moments hand hygiene dan
Alat Pelindung Diri telah memadai namun fasilitas tersebut tidak membuat perawat
patuh dalam mengimplementasikannya.
c. Pelaksanaan five moments hand hygiene dan penggunaan Alat Pelindung Diri belum
sesuai dengan SPO

2. Saran
a. Diharapkan agar perawat di RS Tebet dapat meningkatkan kepatuhan dalam
melaksanakan five moments hand hygiene dan menggunakan Alat Pelindung diri
untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien dan guna mencegah
timbulnya infeksi nosokomial.
b. Perlu meningkatkan motivasi agar perawat di RS Tebet semakin baik dalam
melaksanakan five moment hand hygiene dan menggunakan Alat Pelindung diri
sesuai SPO sehingga diharapkan dapat semakin menekan risiko terjadinya paparan
penyakit kepada perawat.
c. Lebih ditingkatkan lagi perananan dari tim PPI RS untuk melakuan sosisalisasi IPSG
dan pelatihan yang berhubungan dengan keselamatan pasien dan pencegahan infeksi
nosokomial.

22

Anda mungkin juga menyukai