KELOMPOK XVI
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sudah menjadi tren
dalam keperawatan Indonesia adalah asuhan keperawatan professional
dengan metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer yang
merupakan modifikasi Primary Nursing.Salah satu kritik yang dikemukakan
mengenai model keperawatan ini adalah terlalu kompleks dan teoritis, akan
tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong perawat
untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan
kemampuannya dalam mendiskusikan masalah tersebut yang melibatkan
sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka, dan membantu para perawat
tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara professional terhadap
tindakannya, maka kita telah mendapatkannya.
Keperawatan primer dilihat sebagai bentuk yang paling berkembang dan
sangat spesifik terhadap tingkatan tanggung gugat dan
organisasi.Keperawatan primer merupakan suatu model praktik professional
yang menempatkan seorang perawat yang berkualitas untuk bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan klien dengan beban
kasus yang kecil selama keseluruhan masa perawatannya.Pada kenyataanya
banyak area klinik tidak mempunyai jumlah tenaga professional yang cukup
untuk melaksanakan pendekatan semacam ini, bentuk murni perawatan ini
terlihat seperti suatu tujuan jangka panjang bukan suatu hasil akhir realitas
yang segera.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengetahuan dan aplikasi yang baik
tentang manejemen keperawatan perlu ditingkatkan agar kualitas pelayanan
dapat ditingkatkan dengan parameter waktu rawat inap semakin pendek dan
tingkat kepuasan klien semakin baik.Pengetahuan tentang manejemen
keperawatan dan aplikasinya dilapangan ini juga sangat perlu dipelajari oleh
mahasiswa sebagai calon perawat-perawat profesonal.Dasar dari penerapan
manajemen keperawatan ini adalah data-data yang di peroleh dari tatanan
dari ruangan yang kemudian di analisa, dirumuskan masalah, dan
selanjutnya melanjutkan rencana strategi yang cocok untuk menumbuhkan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (SP2KP). Penerapan SP2KP ini
meliputi beberapa hal meliputi beberapa hal antara lain: 1). Timbang terima
2). Pendokumentasian 3).Ronde keperawatan 4).Sentralisasi obat
5).Superfisi keperawatan.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manejemen
keperawatan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan
pemahaman dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip manejemen
keperawatan dalam melaksanakan model Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manejemen
keperawatan diharapkan mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan sistem pengorganisasian SP2KP
2) Melakukan pengkajian data, identifikasi dan analisa data
dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT (SP2KP,
Supervisi, timbang terima, pendokumentasian)
3) Merumuskan masalah berdasarkan hasil analisa yang di
dapatkan
4) Menentukan rencana strategi yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang di temukan.
5) Melaksanakan model pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan model SP2KP.
6) Melaksanakan kegiatan role play timbang terima, supervise,
sterilisasi obat dan ronde keperawatan sesuai dengan konsep
SP2KP.
7) Melakukan evaluasi (struktur, proses, hasil)
1.4 PRAKTIKAN
Pembelajaran tahap profesi Ners stase manajemen keperawatan
dilaksanakan di ruang Bedah Nuri RSUD Idaman Banjarbaru oleh
mahasiswa/mahasiswi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Program Profesi Ners Angkatan IX
Kelompok 16 yang terdiri dari 13 orang anggota yaitu :
1. Novika Sari, S.Kep
2. Rizki Fadillah, S.Kep
3. Iit Indrayuni, S.Kep
4. Desi Mutia Anjar Sari, S.Kep
5. Lia Puspita Sari, S.Kep
6. Muktiah, S.Kep
7. Gilang Ramadhani Muhamad, S.Kep
8. Haidir, S.Kep
9. Novia Anggraini, S.Kep
10. Hayu Hadi Perdana, S.Kep
11. Norsamiyah, S.Kep
12. Nor Emildawati E.N, S.Kep
13. Reli Setiawati, S.Kep
1.8 PENDANAAN
Pendanaan dalam penyelenggaraan praktek manejemen ini murni bersumber
dari kelompok (mahasiswa).
1.9 EVALUASI
Demikian laporan dibuat, atas perhatian, kritik dan saran dari semua pihak
kami sampaikan terima kasih.
BAB 2
TINJAUAN LAHAN
RUANG BEDAH (NURI)
RSUD IDAMAN BANJARBARU
STRUKTUR ORGANISASI
TANGGA DARURAT
WASH
WC TAFEL
WC
RUANG LUKA RUANG III
NEFROTIK LAKI-LAKI
RUANG RUANG II
IIIPEREMPUAN LAKI-LAKI
WASH
WC TAFEL
WC
WC WASH
WC WC
RUANG TAFEL
RUANG I/II
IIPEREMPUAN
RUANG CUCI
ALAT RUANG I/I
INSTRUMEN WASH
TAFEL
WC
PANTRY STAFF
WC P WC
GUDA R. RUANG
A NG LINEN ISOLASI
N BERSI BERSI
T H H
R
RUANG
Y
TINDAKAN
S
R.TADMINISTRASI
A RUANG
F STATION
NERS KARU/WAKARU
2.2.3 STRUKTUR ORGANISASI RUANG BEDAH NURI
KEPALA RUANGAN
Muhammad Abrar, S.Kep
KATIM A KATIM B
Fitrianie,S.Kep.Ns. Rina,A.MK
Siti Mariam,S.Kep Sri Wayuni, S.Kep
Meyla, A.MK
10 Rina D3 KATIM B
2) Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga non keperawatan
Nama Pendidikan Status Keterangan
No
Pegawai Terakhir Kepegawaian
1 Linda D3 Administrasi
2.3.1.2 Pasien
Tabel 2.4 Daftar 10 penyakit terbanyak di Ruang Nuri
(Ruang bedah) mulai Oktober sampai dengan
November.
No Nama Penyakit Jumlah Kasus Peringkat
1 CKR 22 1
2 Fraktur 16 2
3 Diabetik Foot 7 3
4 Abses 6 4
5 ISK 5 5
6 HIL 5 6
7 Ca Mamae 4 7
8 Struma Nodusa 3 8
9 STT 3 9
10 Apendiksitis 2 10
Sumber: Laporan bulan Oktober sampai dengan November 2016
ruang Nuri RSUD Idaman Banjarbaru.
20
15
10
Minimal - - - -
2 november 2016 8 2 2 0 2 2 16
8) Pembagian perawat/shift
Jumlah perawat untuk masing-masing shift menurut
Wastrler (Swansburg, 1996) merekomendasikan jaga
pagi 47%, jaga sore 35%, jaga malam 17%.
1. Pagi 47% x 4 orang = 1,88 orang = 2 orang.
2. Sore 35% x 4 orang = 1,4 orang = 1 orang.
3. Malam 17% x 4 orang = 0,68 orang = 1 orang
Dalam hasil observasi pada tanggal 2 November 2016 di
ruang Nuri (Bedah), perhitungan tenaga sudah lebih dari
standar jumlah perawat.
Ruang Operasi
Pulang sembuh
Pulang atas permintaan sendiri (APS)
Pindah ruangan
Meninggal
Administrasi
2.3.2 M2 (Material)
2.3.2.1 Alat tenun
Daftar alat tenun yang berada di ruangan Nuri RSUD
Idaman banjarbaru
No Nama barang Rasio Jumlah Keadaan Usulan
Baik Rusak
1 Sprai 2:1 69 69 -
3 Selimut 2:1 6 6 -
3 Tabung O2 6/ ruangan 10 10 -
4 Regulator O2 1:1 15 15 -
12 Ekg 1/ ruangan 2 2 -
16 Termometer digital 3 3 -
Termometer raksa 1 1 -
17 Cup bethadine 3 3 -
18 Matrass decubitus 2 2 -
19 Timbangan 2 2 -
22 Nebulizer 1/ ruangan 2 2 -
23 Section 2/ ruangan 2 2 -
Wall section 1 1 -
24 Kursi roda 2- 3 / ruangan 2 2 -
30 Sterilizer 1 1 -
35 Gunting jaringan 3 3 -
36 Gunting kasa 3 3 -
37 Gunting tajam 3 3 -
39 Defibrilator 1 1 -
40 O2 konsentrat 2 2 -
41 Uv room sterilizator 2 2 -
42 O2 flowmeter with 3
humidifier
4 Kulkas 2/Ruangan 3 3 -
5 Televisi 2/Ruangan 1 1 -
6 AC 7/Ruangan 7 7 -
7 Kipas Angin 14 14 -
baling- baling
8 Lemari Buku 1 1 -
12 Lemari Es 1/ ruangan 3 3 -
14 Locer Perawat 1 1 -
16 Kursi Kayu -
17 Kursi Panjang 5 5 -
18 Dispenser 2 2 -
19 Tempat Sampah 6 6 -
kecil
20 Senter -
2.3.2 M3 (Methode)
2.3.3.1 Metode Asuhan Keperawatan /SP2KP
Metode asuhan keperawatan yang diterapkan pada ruang
bedah RSUD Idaman Banjarbaru adalah metode sistem
pemberian pelayanan keperawatan prefosional (SP2KP).
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan di bagi
menjadi 2 tim.
Hasil observasi pada tanggal 02 november 2016 di
dapatkan bahwa model asuhan keperawatan di ruang bedah
menggunakan SP2KP dengan model tim belum berjalan
optimal, pada pelaksanaannya di ruangan tidak sesuai
dengan uraian tugas masing-masing anggota tim, belum ada
kejelasan yang tegas terhadap tugas, peran dan wewenang
yang jelas pada setiap anggota tim, misalnya CCM
merangkap sebagai perawat asosiatif sehingga tidak lagi
sebagai uraian perawat tim, pada dasarnya ketua tim
sebagai perawat profesional cukup mampu melakukan
sebagai teknik kepemimpinan. Ketua tim melakukan
pembuatan perencanaan, penugasan, supervisi dan evaluasi.
Ketua tim juga mengenal dan mengetahui kondisi pasien
dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
2.3.3.7 Supervisi
Dari hasil obsevasi yang dilakukan mahasiswa didapatkan
bahwa supervise ruangan dilakukan setiap hari oleh kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan yang dimana supervise
setiap dilakukan secara in formal yaitu oleh kepala ruangan
maupun wakil kepala ruangaan yang merangkap sebagai
CCM langsung ke ketua tim atau pun perawat asosiatif yang
berdinas dan telah dilakukan pencatatanya.
2.3.2 M4 (Money)
Dari hasil wawancara pada tanggal 2 november 2016
dengan kepala ruangan dan pihak administrasi yang di
ruang nuri berasal dari hasil sebagian besar sumber
pembiayaan ruang berasal dari keuntungan rumah sakit
sebagai badan layanan umum daerah (BLUD) dibawah
pengawasan provinsi kalimantan selatan. Mayorotas
pembiayaan pasien menggunakan BPJS (badan
penyelenggara Jaminan sosial) dan hanya sedikit pasen
dengan status umum (biaya sendiri).
Anggaran dana untuk pembayaran gaji perawat yang PNS
sudah di atur oleh pihak Pemerintah sedangkan
pembayaran gaji non PNS diatur oleh pihak rumah sakit
sendiri yang berlangsung dikelola oleh p[ihak keuangan
BLUD RSUD idaman banjarbaru. Sedangkan jasa
pelayanan medik dan jasa intensif diberikan sesuai dengan
pelayan, tingkat kedudukan dan golongn perawat sendiri.
2.3.5 M5 (Mutu)
2.3.5.1 Patient safety
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang
dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran
tersebut meliputi 6 elemen berikut :
1) Sasaran I : Ketetapan identifikasi pasien
2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high alert medications)
4) Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi
5) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
6) Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan di
ruang nuri (bedah) bahwa belum tersedia dokumentasi
tentang keselamatan pasien.
2.3.5.2 Kepuasan pasien
1) Tingkat kepuasan pasien
Pelaksanan evaluasi menggunakan kuesioner yang
berisi 25 soal berbentuk pertanyaan pilihan. Pertnyaan
pilihan mencakup pemberian penjelasan setiap prosedur
tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan.
Dari hasil kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat yang dibagikan kepada 7 responden
secara umum menyatakan bahwa kepuasan pasien
berdasarkan 5 karakteristik (RATER) menurut Leonard
L. Barry dan pasuranan “Marketing Service Competin
Through Quality” yang digunakan oleh pelanggan
dalam menggevalusi qualitas jasa layanan antara lain.
a. Reliability (keandalan), kemempuan untuk
memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan,
terpercaya, akurat dan konsisten dengan persentase
tidak puas 3%, puas 73%, sangat puas 24%.
b. Assurance (jaminan), yaitu berupa kemampuan
karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan
kepada konsumen dengan persentase tidak puas 3%,
puas 69%, sangat puas 28%
c. Tangible (kenyataan), yaitu berupa penampilan
fasilitas fisik, peralatan materi komunikasi yang
menarik dengan peresentase tidak puas 18%, puas
65% dan sangat puas 18%.
d. Empathi (empati), kesedihan karyawan dan
pengusaha untuk memberikan perhatian secara
pribadi kepada konsumen dengan persentase tidak
puas 3%, 73%, dan sangat puas 24%
e. Responsivenes (tanggung jawab), kemampuan dari
karyawan dan pengusaha untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta
mendengar dan mengatasi keluhan dari konsumen
dengan persentase tidak puas 12%, puas 71%, dan
sangat puas 17%
2.3.5.3 Kenyamanan
Kenyamanan merupakan keadaan pasien tidak merasa
nyeri, nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi
tubuh yang akan muncul bil;a jaringan tubuh rusak,
sehingga individu akan bereaksi atau merespon untuk
menghilangkan mengurangi rangsang nyeri.
Angka penanganan nyeri pada pasien tanggal 2 November
2016 dengan persentase pasien nyeri yang terdokumentasi
dalam askep :
6 orang x 100%
= = 86%
7 orang
2.3.5.4 Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau
dirasakan pasien dan keluarganya disaat pasien harus di
rawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk
rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan
keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap
penyakit yang diderita pasien.
3
= x 100 %
7
= 42 %
2 orang
= x 100 %
7 orang
= 28 %
v. Kapas 1 1 1 1 1
vi. Alkohol 1 1 1 1 1
viii. Gunting 1 1 1 1 1
ix. Plester 1 1 1 1 1
x. Pengalas 0 0 0 0 0
xi. Bengkok 1 1 1 1 1
b. Kriteria Pelaksanaan
i. Cuci tangan 1 1 1 1 1
25 25 25 25 25
Total 125
Presentase
b. Kriteria Pelaksanaan
1. Cuci tangan 1 1 1 1 1
2. Memperhatikan prinsip 1 1 1 1 1
aseptik
3. Membaca etiket obat 1 1 1 1 1
5. Memasukkan obat ke 1 1 1 1 1
dalam spuit, kemudian
udara dalam spuit
dikeluarkan
6. Mengatur posisi pasien 1 1 1 1 1
20 20 20 20 20
Sub total 100
Total
Persentase 100%
100
= x 100%
5 x (4+15)
= 100 %
2. Stetoskop 1 1 1 1 1
3. Buku catatan 1 1 1 1 1
4. Pasien diberi
penjelasan terhadap 1
1 1 1 1
tindakan yang akan
dilakukan
b. Kriteria Pelaksanaan
1. Cuci tanagn 0 0 0 0 0
Sub total 12 12 12 12 12
Total 60
Persentase 92 %
60
= x 100 %
5 x (4+9)
= 92 %
1. Sarung tangan 1 1 1 1 1
bersih
2. Piala ginjal dan alat 1
1 1 1 1
dressing
3. Sampiran 0 0 0 0 0
4. Pasien diberi
penjelasan terhadap 1
1 1 1 1
tindakan yang akan
dilakukan
b. Kriteria Pelaksanaan
1. Mencuci tangan 1 1 1 1 1
2. Gunakan sarung 1
1 1 1 1
tangan bersih
3. Piala ginjal
didekatkan ke tubuh 1 1 1 1 1
klien
4. Buka plaster dengan 1 1 1 1 1
kapas alcohol
5. Angkat pembalut
kotor dan masukan 1
1 1 1 1
dalam kantung
plastic
6. Ganti sarung tangan
dengan yang bersih 1 1 1 1 1
atau steril
7. Bersihkan area luka
dan area kulit
sekitarnya dengan 1 1 1 1 1
kapas basah atau
NaCl
8. Keringkan kulit 1
1 1 1 1
disekitar area luka
9. Lakukan observasi
luka dan kulit 1 1 1 1 1
sekitar luka
10. Tutup luka dengan
kasa dengan tertutup 1 1 1 1 1
plaster
11. Bereskan alat-alat
dan buang balutan 1 1 1 1 1
kotor
12. Cuci tangan 1 1 1 1 1
Sub total 19 19 19 19 19
Total 95
Persentase
95
= x 100 %
5 x (4+16)
= 95 %
4. Merawat luka 95 %
Total
BOR = 19000
720
BOR = 26,3 %
Bulan Oktober :
BOR = 305 x 100 %
24 x 31
BOR = 30500
744
BOR = 40,9 % = 41 %
Bulan September:
LOS = 190 = 3,5 hari = 3 hari.
53
Bulan Oktober:
LOS = 305 = 4,2 hari = 4 hari.
71
LOS 2 bulan (September sampai dengan Oktober)
LOS = 495 = 3,9 hari = 4 hari
124
Dari hasil perhitungan selama 2 bulan (September
sampai dengan Oktober 2016) didapatkan LOS (Length
of Stay) sebesar 4 hari. Menurut Depkes nilai parameter
LOS yang ideal adalah antara 6-10 hari dan maksimum
12 hari. Dalam hal ini terjadi percepatan lama hari
perawatan karena pasien umumnya adalah pasien pre
operasi penyakit tertentu. Ketika dalam perawatan
pasca operasinya pasien tidak mempunyai komplikasi
atau infeksi pada luka operasinya maka pasien
diberikan izin pulang sehingga tidak menambah hari
perawatan dan memperingan biaya yang dikeluarkan
baik tanggungan individu atau pemerintah. Hal ini
sejalan dengan tujuan efektifitas serta efisiensi hari
perawatan pasca operasi.
2.4.2Fungsi Pengorganisasian
2.4.2.1 Struktur Organisasi Ruang Bedah (Nuri)
KEPALA RUANGAN
Muhammad Abrar, S.Kep
KATIM A KATIM B
Fitrianie,S.Kep.Ns. Rina,A.MK
Siti Mariam,S.Kep Sri Wayuni, S.Kep
Meyla, A.MK
M1 (Man)
M2 (Material)
M3 (Metode)
Sentralisasi obat
Dokumentasi keperawatan
Discharge planning
M4 (Money)
M5 (Mutu)