Anda di halaman 1dari 74

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
Kesehatan. Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Rumah sakit adalah salah satu fasilitas
umum yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bidang Kesehatan (Aditya, 2019).
Salah satu upaya untuk menunjang pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah dengan
melakukan inovasi pelayanan. Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan
utama, yaitu mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era
global akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus
mengalami perubahan. (Nursalam, 2014).
Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk
asuhan profesional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan kelompok
masyarakat profesional (Nursalam, 2011). Tenaga keperawatan di era global hendaknya
mempersiapkan secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian
atau peristiwa yang telah, sedang, dan akan berlangsung pada era tersebut. Keperawatan
sebagai pelayanan/asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan
holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif pasien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2014).
Manajemen adalah proses kerja sama antara kariawan untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan (Afandi, 2018). Manajemen
keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan pada masa mendatang. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan
asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
menopang (Gillies (1986), dalam Nursalam 2014).
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
Manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada
seorang pegawai, sehingga setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit
dibandingkan proses keperawatan. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang
pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana
strategis melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan pengendalian
(Nursalam, 2014).
Model Asuhan Keperawatan Profesional saat ini yang sering digunakan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah metode Primary Nursing. Metode Primary
Nursing merupakan suatu metode yang memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk
bertanggung jawab penuh sampai keluar Rumah Sakit. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat
(Nursalam, 2014). Langkah konkret pengelolaan yang dapat digunakan dalam peningkatan
pelayanan keperawatan profesional berupa penataan sistem MAKP yang meliputi
ketenagaan/pasien, penetapan sistem MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan
dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standar, mudah dilaksanakan, efektif dan efisien).
Model keperawatan profesional ini mampu mendorong keperawatan dalam memperjelas
deskripsi kerja, meningkatkan kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah
dengan tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung
gugat secara profesional terhadap tindakannya (Nursalam, 2012).
Ruang Neonatologi RSUD. SK. Lerik didapatkan bahwa Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP Modular. MAKP Modular
merupakan managemen keperawatan yang digunakan secara kombinasi dari kedua sistem
yaitu tim dan primer (Ratna S, 2000). Namun, berdasarkan hasil pengkajian awal dari
implementasi keperawatan dan data kuesioner yang dikumpulkan pada tanggal 16 Maret
2022, model MAKP yang diterapkan adalah model tim. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya kurangnya sosialisasi mengenai penerapan MAKP moduler, jumlah tenaga
perawat yang tidak seimbang dengan jumlah pasien, dan tingkat ketergantungan pasien yang
berbeda yang menyebabkan beban kerja yang sedang hingga tinggi dan pembagian tugas
yang belum dapat dilaksanakan sesuai uraian tugas yang ditetapkan. Ruang Garuda RSUD.
SK. Lerik dengan menggunakan tenaga perawat yang berjumlah 15 orang terdiri dari 1
kepala ruangan dan 1 wakil kepala ruang dengan kualifikasi S1 Keperawatan, 3 perawat
dengan kualifikasi S1 Keperawatan, 12 DIII Keperawatan,
Dalam menerapkan metode asuhan keperawatan terdapat tujuh aspek yang menjadi
perhatian, diantaranya timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, penerimaan
pasien baru, discharge planning, supervisi, dan dokumentasi keperawatan. Adapun dalam
penerapannya, ditemukan beberapa kesenjangan diantaranya pada proses timbang terima baik
pada shift pagi, siang, atau malam di ruang Neonatologi masih berfokus pada diagnosa dan
intervensi medis. Proses penerimaan pasien baru (berasal dari IGD, OK) sudah optimal
ditinjau dari aspek mekanisme dan isinya; leaflet tersedia. Pada proses supervisi, belum ada
program yang jelas mengenai waktu pelaksanaan beserta format aspek-aspek yang akan
dilakukan supervisi. Proses ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat
dilaksanakan secara optimal oleh karena belum dibentuknya tim yang mampu dalam
melaksanakan ronde yang harus melibatkan beberapa tenaga ahli terkait. Berdasarkan hasil
pengumpulan data dari perawat, proses discharge planning belum dapat dilaksanakan secara
optimal oleh karena pelaksanaannya hanya dilakukan pada saat pasien akan pulang.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktik keperawatan manajemen bagi
mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Maranatha Kupang Angkatan 9 untuk
menganalisa, mencari solusi dari permasalahan yang ada, belajar langsung mengenai
penerapan manajemen keperawatan yang baik dan benar, serta mencoba menerapkan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pelayanan asuhan keperawatan
Primary Nursing di Ruang Garuda RSUD. SK. Lerik.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan primer dalam
melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan rumah sakit
di Ruang Garuda RSUD. SK. Lerik.
B. Tujuan Khusus
Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melaksanakan pengkajian situasi di Ruang Garuda RSUD. SK. Lerik.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan rumusan masalah.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): Ketenagaan (M1), Sarana Prasarana
(M2), Metode (M3) yang terdiri dari:Timbang Terima, Penerimaan Pasien Baru,
Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning, Dokumentasi
Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5).
5. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): (1) Timbang terima, (2) Ronde
keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi keperawatan, (5) Discharge
planning, (6) Dokumentasi keperawatan (7) Penerimaan pasien baru.
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): (1) Timbang
terima, (2) Ronde keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi keperawatan, (5)
Discharge planning, (6) Dokumentasi keperawatan (7) Penerimaan pasien baru dan
mutu layanan.
1.3 Manfaat
A. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal meliputi
identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam pemberian obat, ketepatan
lokasi operasi, penurunan resiko infeksi nosokomial dan penurunan resiko jatuh pasien
selama dilakukan perawatan.
B. Bagi rumah sakit
Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup timbang
terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge planning,
dan dokumentasi keperawatan.
C. Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawatt.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

BAB II
PENGKAJIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi pengumpulan
data, analisis SWOT, identifikasi dan prioritas masalah.
2.1 Orientasi Ruangan
A. Visi RSUD SK.Lerik Kota Kupang
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Mandiri dengan pelayanan Paripurna dan Menjadi
Kebanggaan Bagi Masyarakat Kota Kupang”
B. Misi RSUD SK.Lerik Kota Kupang
1. Memberikan Pelayanan yang baik, benar, tepat waktu dan tepat sasaran.
2. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Profesional, berkualitas dan terjangkau
serta di landasi oleh KASIH.
3. Mewujudkan Pengelolaan Rumah Sakit yang Profesional, transparan dan Akuntabel.
4. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia.
C. MottoRSUD SK.Lerik Kota Kupang
Motto RSUD SK.Lerik Kota Kupang adalah “ Melayani dengan Kasih ’’
2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada hari Rabu,16 Maret 2022meliputi data M1 (Man), M2
(Materials), M3 (Method), M4 (Money), dan M5 (Mutu). Data yang didapat dianalisis
menggunakan analisis SWOT sehingga ditemukan beberapa prioritas masalah.
A. Struktur Organisasi Ruangan
Ruang Neonatologi dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala
ruangan, 15 perawat pelaksana, 2 TPP (Tenaga Pembantu Perawat) serta 2 orang yang
bertugas sebagai pekarya rumah tangga, dan 1 orang administrasi. Adapun struktur
organisasi di ruang Neonatonologi.

Secara teori, bagan struktur organisasi dapat disusun dengan bentuk sebagai

berikut:

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat primer

Pasien/Klien
Pasien/ Klien

Perawat pelaksana Perawat Perawat pelaksana jika


evening pelaksana night diperlukan days

Sumber: Diagram sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis & Hutson,1998;138)


B. JUMLAH TENAGA
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Neonatonologi RSUD SK. Lerik kota
kupang terdiri dari 15 orang dan non keperawatan terdiri dari 2 orang.Saat ini, terdapat
sejumlah 10 orang mahasiswa yang berdinas dari STIKes Maranatha yang sedang
melaksanakan Praktika Manajemen Keperawatan.
No Nama Pendidikan Status
PNS Honorer
1. Ns. Maria Y. S1.Kep.Ns
 -
Melania,S.Kep
3. Sarlince Haninuna, D 3 Kep
 -
Amd.Kep
3. Ns.Duwi S1.Kep.Ns
 -
Ani,S.Kep
4. Yohana D3.Kep
 -
Mesu,Amd.Kep
5. Siti D3 Kep
 -
Buchari,Amd.Kep
6. Maria Regina D3.Kep (Proses Menempuh
 -
Pacis, Amd.Kep S1 Keperawatan)
7. Juliana Jelly D3.Kep
 -
Lausaka,Amd.Kep
8 Ns. Hendrimina S1.Kep.Ns
- 
Suki.S.Kep
9 Ana Lukiwati - 
10 Febria Saka Tutu - 
11 Yakoba Waku, D3.Kep
- 
Amd.Kep
12 Ana Lukiwati - 
13 Ns. Julita Laku, D3.Kep
- 
S.Kep
14 Ns. Farad Waang, D3.Kep
- 
S.Kep
15 Ns. Agusto Sapage - 
Pengumpulan data dalamhalketenagaan di Ruang Neonatonologi di RSUD SK. Lerik Kota
Kupang dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat ruangan.
Tenaga keperawatan di Ruang Garuda terdiri dari 15 orang tenaga kerja yang berpendidikan S-1
dan 3 orang yang berpendidikan D-3 12 orang. Setiapperawat di Ruang Garuda diberikan
kesempatan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebihtinggi.

Pemerintah melalui rumah sakit telah memberikan kebijaksanaan kepada perawat


untuk mendapatkan kesempatan belajar dan pelatihan keperawatan yang telah diatur dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, serta telah dirubah
dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 1999. Jenjang pendidikan yang tinggi dan pelatihan
keterampilan keperawatan akan menunjang mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien. Kebijakan yang diterapkan dalam pengembangan mutu Pendidikan karyawan
di Garuda adalah memberi kesempatan satu orang perawat untuk tugas belajar sampai
dengan lulus, setelah itu dilanjutkan perawat yang lain untuk memperoleh kesempatan tugas
belajar sesuai dengan urutannya. Hal ini berkaitan dengan jumlah perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan di Garuda.

Tabel 2.3 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan Ruang Garuda di RSUD SK. Lerik
Kota Kupang pada Maret 2022

No Nama Golongan Kualifikasi


1 Dian - CS
Sumber: DokumentasiKepegawaian RuangNeonatonologi di RSUD SK. Lerik Kota Kupang

Ruang Garuda mempunyai 2 orang tenaga non-keperawatan, yang terdiridari1 CS


(CliningServise).

C. Pengaturan ketenagaan
Berikut akan dipaparkan penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat
inap dengan menggunakan rumus Departemen Kesehatan (Depkes), Metode Gillies, dan
Metode Douglas (1984).
1) Perhitungan berdasarkan rumus Depkes (2011)
Kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di rumah
sakit.Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumahsakit salah
satunya adalah ruang rawat inap. Cara penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
menurut Depkes (2011) berdasarkan: tingkat ketergantungan pasien, jumlah
perawatan yang diperlukan /hari /pasien, jam perawatan yang diperlukan /ruangan
/hari, dan jam kerja efektif tiap perawat 8 jam /hari.
a) Penghitungan tenaga ruang Garuda
Berdasarkan data pada hariSelasa15 Maret 2022 pada ruang Garuda dengan
jumlah pasien 20 orang
Jumlah jam perawatan pasien
(a) Perawatan langsung
(1) Minimal care = 14 x 2 jam = 28 jam
(2) Partial care = 4 x 3 jam = 12 jam
(3) Total care= 2 x 6 jam = 12 jam
(b) Perawatan tidak langsung : 12 x 30 menit = 360 menit = 6 jam
(c) Pendidikan kesehatan 15 menit : 12 x 0.25 jam = 3 jam
(1) Total jam perawatan yang dibutuhkan

Total=1+2+3=28+12+12=52+6+3=61 Jam

(2) Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

Jumlah jam perawatan 61


= =¿ 7,62= 8 Perawatan langsung
jam kerja aktif 8

(1) Minimal care = 14 x 2 jam = 28 jam


(2) Partial care = 4 x 3 jam = 12 jam
(3) Total care= 2 x 6 jam = 12 jam
(4) Perawatan tidak langsung : 12 x 30 menit = 360 menit = 6 jam
(5) Pendidikan kesehatan 15 menit : 12 x 0.25 jam = 3 jam
(6) Total jam perawatan yang dibutuhkan

Total=1+2+3=28+12+12=52+6+3=61 Jam

(7) Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

Jumlah jam perawatan 61


= =¿7,62= 8 Perawatan langsung
jam kerja aktif 8
(8) Loss day =

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar X ∑ perawat


Jumlah hari kerja efektif
( 52+12+1 6 ) ×15
=4,21=4 orang
285
Faktor koreksi
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas keperawatan diperkirakan 25 %
dari jam pelayanan keperawatan;
( jumlah tenaga keperawatan+lost day ) × 25 %= 8 + 2 x 25 % = 8,5% = 9 orang

Jadi jumlah tenaga: tenaga yang tersedia + faktor koreksi

(8+ 2 + 9) = 19 orang

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pada Ruang Garuda menurut Depkes
(2011) adalah 19 orang.

b) Pasien kelolaan
Berdasarkan data pada hariSelasa, 15Maret 2022 pada pasien kelolaan dengan jumlah pasien
20 orang, BOR 100 %.
Jumlah jam perawatan pasien:
(1) Perawatan langsung
(a) Minimal care = 14 x 2 jam = 28 jam
(b) Partial care = 4x 3 jam = 12 jam
(c) Total care = 2 x 6 = 12 jam
(2) Perawatan tidak langsung : 10 x 30 menit = 300 menit = 5 jam
(3) Pendidikan kesehatan 15 menit : 10 x 0.25 jam = 3 jam
(a) Total jam perawatan yang dibutuhkan;

1+2+3=28+12+12+ 5+3=60 jam

(b) Jumlah tenaga yang dibutuhkan;

jumlah jam keperawatan 60


= =7,5=8 orang
jam kerja aktif 8
(c) Loss day = 8
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar X ∑ perawat
Jumlah hari kerja efektif

( 52+12+1 6 ) ×15
=4,21=4 orang
285

(d) Faktor koreksi


Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan

¿( jumlah tenaga keperawatan+lost day )× 25

¿ ( 7,5+4,21 ) ×25 %=2,92=3 orang

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan = tenaga yang tersedia + faktorkoreksi =


(7,5+4,21) + 2,92 =14,63= 15 orang
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pada pasien kelolaan menurut
Depkes (2011) adalah 15 orang.

2) Perhitungan dengan rumus Douglas


Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Douglas (1984) dalam
Nursalam (2014) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien
dengan menggunakan standar sebagaiberikut :
a) KategoriI :Self care/ perawatan mandiri memerlukan waktu 1-2 jam/harimeliputi :
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(2) Makanan dan minum dilakukan sendiri
(3) Ambulasi dengan pengawasan
(4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
(5) Minimal dengan status psikologi stabil
(6) Perawatan luka sederhana
b) KategoriII : intermediate care/ peraatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/ hari
meliputi :
(1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
(2) Ambulasi dibantu
(3) Pengobatan dengan injeksi
(4) Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat
(5) Klien dengan infus dan klien dengan pleura pungsi.
c) KategoriIII : Total care/ intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/ hari meliputi :
(1) Semua kebutuhan klien dibantu
(2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
(3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
(4) Makan dan minum melalui selang lambung
(5) Pengobatan intravena “Perdrip”
(6) Dilakukan suction
(7) Gelisah/ disorientasi
(8) Perawatan luka kompleks
Tabel 2.5 Komposisikebutuhantenaga di Ruang Neonatonologi 15 Maret 2022
Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam


ketergantungan

Minimal 14 14 x 0,17= 2,38 14 x 0,14 = 14 x 0,07 = 0,98


1,96

Partial 4 4 x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,2 4 x 0,10 = 0,4

Total 2 2x 0,36= 0,72 2 x 0,3 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4

Jumlah 4, 18 (5) 2,76 (3) 1,78 (2)

Total tenaga perawat


Pagi = 5 orang
Sore = 3 orang
Malam = 2 orang
10 Orang
∑ Tenaga lepas = ∑ hari tidak efektif x tenaga yang tersedia
Jumlah hari efektif

80 x 10
Jumlah tenaga lepas dinas perhari: = 2,80= 3 orang
285
Jadi total perawat 10 + 2 (Karu dan WaKaru) + 3 = 15 orang

D. Analisis beban kerja


Tabel 2.7 Beban Kerja di Ruang Garuda RSUD RSK. Lerik Kupang Tanggal 15-16 Maret
2022
Beban KerjaObjektif
Shift
Prosentase Kategori

Pagi 65,7% Sedang

Siang 86,09% Tinggi

Malam 54,5% Rendah

Sumber : Data Observasi General, 2022


Keterangan:
Tinggi > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Rendah< 60 %
Penghitungan Time Motion Study dilakukan dengan cara menghitung persentasi dari jumlah
waktu yang dilakukan untuk melakukan kegiatan profesional dan non profesional
dibandingkan dengan jumlah jam kerja keseluruhan. Berdasarkan observasi Time Motion
Study yang kami lakukan pada 15 – 16 Maret 2022 mengenai beban kerja perawat ruang
Garuda yaitu pada shift pagi 65,7%, shift sore 86,09%, dan shift malam 54,5% dari angka
tersebut dapat disimpulkan bahwa perawat memiliki beban kerja yang tinggi pada shif tsore,
sedang pada shift pagi dan rendah pada shift malam.
E. Penyakit terbanyak
Tabel 2.8 Prosentase Penyakit Tebanyak di Ruang Garuda RSUD SK. Lerik Kota
Kupang pada periode bulan Januari 2022 – Februari 2022
No Penyakit Presentase

1. Kemoterapi for neoplasma 6,16%

2. Anemia 15,33 %

3. LNH 12,25%

4. Sepsis 10,71 %

5. Gangguan metabolism protein 9,9%

6. Anemia ineoplastic disease 7, 04%

7. Pneumonia 6,97%

8. Diabetes Melitus 20,03 %

9. Thalasemia 5,87%

10. DM II NIDN 5,72%

Pada periode bulan bulan Januari 2022 – Februari 2022 penyakit terbanyak di Ruang
Garuda adalah Kemoterapi DBD (20,03%).
F. Alur pasien masuk
Gambar dibawah menunjukkan tentang alur penerimaan pasien di Ruang Garuda
RSUD SK. Lerik Kota Kupang. Alur pasien masuk ke Ruang Garuda dapat melalui
beberapa alur, diantaranya adalah dari IGD. Pasien dengan keadaan umum baik dan sesuai
dengan kriteria ruangan (penyakit dalam khusus laki-laki), dapat langsung masuk ke Ruang
Garuda. Bila pasien dari IRJ, untuk mendapatkan perawatan di ruang Garuda harus terlebih
dahulu mengurus status pasien rawati nap di GDC dan mengurus BPJS maupun Askes di
pengendali. Sebelum dipindahkan keruangan Garuda, perawat harus mengsisi form
komunikasi antar unit pelayanan.

Pasien

IGD IRJ

MRS

Neonatonologi Pindahke Unit lain

Dari unit lain KRS

Pulang Dipulangkan Meninggal


Instalasi Pemula
saran Jenasah

G. BOR (Bed Occupacy Rate)


Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa dan Rabu tanggal 15-16 Maret 2022,
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Ruang Garuda 2 kelas yaitu kelas 1 dan kelas2
yaitu 4 tempat tidur diruang kelas I, dan kelas II 16 tempat tidur, dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 2.9 Jumlahtempattidur di Ruang Garuda RSUD SK. Lerik Kota Kupang 15 -
16 Maret 2022
No. Shift Ruang BOR
1. Pagi 20 bed (terisipenuh) 20
×100 %=100 %
20

2. Sore 20 bed (terisipenuh) 20


×100 %=100 %
20

3. Malam 20 bed (terisipenuh) 20


×100 %=100 %
20

Sumber: Data Primer Pengkajian tanggal 15 – 16 Maret 2022

Menurut perhitungan BOR pada tanggal 15Maret 2022 shift pagi sebesar 27,5 %,
shift sore 27,5 % %, dan shift malam 27,5 %.
Tabel 2.10 Jumlah Tempat Tidur Pasien Pre Kelolaan di Ruang Garuda RSUD SK.
Lerik Kota Kupang 15 – 16 Maret 2022
No. Shift Jumlah Bed BOR

1. Pagi 20 bed (terisipenuh) 100 %

2. Sore 20 bed (terisipenuh) 100 %

3. Malam 20 bed (terisipenuh) 100 %

Sumber: Data Primer Pengkajian15 – 16 Maret 2022 pada Pre Kelolaan

2.3 Sarana dan prasarana (M2-Material)


Penerapan proses praktika profesi manajemen keperawatan mahasiswa STIKes Maranatha
Kupang di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang. Pengkajian data awal dilakukan tanggal
15 Maret 2022. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan denah
Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan dalam kegiatan profesi
keperawatan mahasiswa STIKes Maranatha Kupang di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik
Kupang. Ruang Garuda merupakan bagian dari ruang perawatan di RSUD. S.K.Lerik
Kupang. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022, didapatkan
bahwa ruang Garuda terletak di lantai tiga (3) dengan uraian sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan tangga turun.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Ruang ICU dan OK
c. Sebelah barat berbatasan dengan tangga naik
Ruang Garuda terdiri dari 6 ruang, kelas 1 dan kelas 2 dan ruang tunggu keluarga
pasien, gudang, dapur, ruang cleaning services, ruang diskusi, ruang mahasiswa, jalur
evakuasi, kamar mandi pegawai, , ruang kepala ruangan dan nurse station.
2. Data Tempat Tidur Pasien
Jumlah kapasitas tempat tidur pasien di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang.
berdasarkan hasil pengkajian tanggal 15 Maret 2022, didapatkan sebagai berikut:
a. Kelas I : 2 Ruang ( 4 Bad)
b. Kelas II : 4 Ruangan ( 16 bed )
Total jumlah bed di ruang Garuda = 20 bed
Di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang tersedia toilet untuk pasien dengan jumlah 4
toilet, 2 toilet pasien pada kelas I dan kelas II, dan 1 toilet untuk kepala ruangan dan 1
Toilet untuk perawat.
Tabel Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi Kepmenkes No
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit.
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 21 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan jumlah
kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toliet & 1 kamar mandi. Di ruang
Neonatologi RSUD. S.K.Lerik Kupang sudah memiliki toilet dan kamar mandi, sebanyak
5.
Di Ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang terdapat 15 Perawat dengan 4 kamar
mandi sekaligus toilet. Fasilitas toilet Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang sudah terpelihara
dengan bersih dan selalu dibersihkan minimal 1 kali sehari. Di bawah ini merupakan tabel
perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet berdasarkan Kepmenkes No
1204/Menkes/SK/X/2004.
Tabel 2.18 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Jumlah
Kamar Mandi (Kepmenkes 2004)
No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi
Sumber: Data Primer Tahun 2022
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri Kesehatan No
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di rumah Sakit,
menunjukkan bahwa ruang Garuda RSUD S. K. Lerik sudah memenuhi standart tentang
jumlah karyawan, toilet dan kamar mandi yaitu sejumlah 2.
3. Peralatan dan Fasilitas
a. Peralatan medis di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang
Tabel 2.19 Peralatan Medis di Ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
No Jenis alat Jumlah Jumlah ideal Kondisi Usulan
1 ECG 1 5/ruangan Baik Ditambah 4
2 Suction 2 4/ruangan Baik Ditambah 2
3 Nebuleser 1 4/ruangan Baik Ditambah 3
4 Ambubag 1 4/ruangan Baik Ditambah 3
5 Standar infuse 12 30/ruangan Baik Ditambah 18
6 Gunting verban 3 2/ruangan Baik -
9 Termometer 2 5/ruangan Kurang Ditambah 3
10 Tensi meter 2 5/ruangan Baik Ditambah 1
11 Stetoskop 4 5/ruangan Baik Ditambah 1
12 Bengkok stenlis 3 5/ruangan Baik Ditambah 3
13 Infus pump 2 5/ruangan Baik Ditambah 3
14 Kursi roda 2 5/ruangan Baik Ditambah 3
15 Kereta injeksi 1 3/ruangan Baik Ditambah 2
16 Oxigen kecil 1 5/ruangan Kurang Ditambah 3
17 Bak injeksi stenlis 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
18 Bak instrument 1 2/ruangan Kurang Ditambah 1
20 Gliseri spuit 3 2 Baik -
21 Cuching 5 5 Baik -
25 Kulkas darah 1 1/rungan Baik -
26 Timbangan 1 4/ruangan Baik Ditambah 3
27 Rak Obat 1 1/ruangan Baik -
28 Kereta obat 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
29 Troli Emergency 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
Sumber: Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang 2022
Berdasarkan data di atas peralatan medis di ruang neonatologi sudah cukup baik
sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, namun perlu beberapa alat yang ditambah seperti
b. Sarana dan prasarana di Ruang Neonatologi RSUD. S.K.Lerik Kupang
Tabel 2.20 Sarana dan Prasarana di Ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)
N JENIS JUMLAH YANG JUMLAH KONDISI USULAN
O ALAT TERSEDIA IDEAL

1 Korden 5 Secukupnya Baik -

2 Jam dinding 4 9 Baik Ditambah


5
3 Kereta 1 1/ruangan Baik -
makan pasien

5 Kursi pasien 9 10 Baik -

6 Meja pasien 10 10 Baik -

7 Sarung bantal 30 Secukupnya Baik -

8 Baju pasien 15 20 Baik Ditambah


5

9 Perlak 20 20 Baik -

11 Bantal 20 20 Baik -
dewasa

13 Selimut tebal 36 8 Baik -

16 Tempat tidur 9 1:1 Baik -

17 Alat 1 1/ruangan Baik -


pemadam
kebakaran

18 Waslap 6 20 Baik Ditambah


14

19 Stik laken 20 20 Baik -

20 Kursi lipat - 9/bad - Ditambah


9

21 Papan 2 2/ruangan Baik -


tulis/white
board

22 Lemari besi 9 9 Baik -

23 Lemari Kaca 3 3 Baik -


24 Dapur 1 1/ruangan Baik -

25 Wastafel cuci 4 4/ruangan Baik Ditambah


tangan 1

26 Kursi 20 20 Baik -

27 Komputer 2 1/ruangan Baik -

28 Printer 1 1/ruangan Baik -

29 Telepon 1 1/ruangan Baik -

30 Scaner 1 1/ruangan Baik -

31 Kotak saran 1 1/ruangan Baik -

Sumber: Data Primer Tahun 2022


Dari tabel diatas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di ruangan Garuda RSUD.
S.K.Lerik Kupang dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, sprei, sarung bantal, perlak, stik laken, guling
bayi, baju pasien, waslap.
a. Fasilitas untuk pasien
a) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang kelas I, dan II
b) Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di pojok ruang tempat tidur masing masing
kelas.
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
a) Ruang dokter dan ruang perawat.
c. Kamar mandi pegawai dekat dengan mushola pegawai.
a) Nurse station berada di bagian tengah ruangan dan di depan.
d. Gudang berada di dekat ruang cleaning services.
e. Kantor perawat terletak ditengah diantara ruang pasien.
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari ruang
rawat inap (kelas I, kelas II dan kelas III), Nurse station, ruang konsultasi,ruang tindakan,
ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti/locker, ruang linen bersih, ruang
linen kotor, spoelhoek/cuci alat, Kamar mandi/toilet, pantri/dapur, ruang janitor/service,
gudang bersih, gudang kotor. Di ruang Pandan 1 peralatan dan fasilitas cukup baik, namun
belum ada ruang cuci alat dan kamar mandi pasien dan WC pasien digabung.
4. Consumable (Obat dan Bahan Habis Pakai)
Di bawah ini tabel stok obat emergency pada bulan Agustus 2016 di ruang Garuda RSUD.
S.K.Lerik Kupang
NO NAMA ALAT JUMLAH JUMLAH KONDISI USULAN
YANG IDEAL
TERSEDIA

Alkes

1 Jackson Reese 2 2 Baik -


dewasa

3 BVM Dewasa 1 1 Baik -

6 Nasopharingeal Tube 0 1 Baik


26

7 Nasopharingeal Tube 0 1 Baik


30

9 Ophtalmoscop set 0 1 - Ditambah1

Intubasi Set

1 Laringoskopi Handle 0 1 Baik -


+ Blade dewasa

3 ETT 6 Cuff 0 1 - Ditambah 1

4 ETT 6,5 Cuff 0 1 Baik -

5 ETT 7 Cuff 0 1 - Ditambah 1


6 ETT 7,5 0 1 - Ditambah 1

7 Suction Cateter 10 0 2 Baik -

8 Suction Cateter 12 0 1 - Ditambah 1

9 Suction Cateter 14 0 1 - Ditambah 1

10 Aqua jellly Sachet 0 2 Baik -

11 Gunting 0 2 Baik

12 Plester coklat 2.5 cm 0 secukupnya Baik -


x1m

13 Hypapix 10 cm x 5 m 0 secukupnya Baik -

14 Xylocain spray 0 1 - Ditambah 1

15 Tongue Spatle 0 1 Baik -

Consumable

1 Extention tube 0 1 - Ditambah 1

2 NGT 12 0 1 - Ditambah 1

3 NGT 14 0 1 - Ditambah 1

4 NGT 16 0 1 - Ditambah 1

5 NGT 18 0 1 - Ditambah 1

6 Cateter urine 12 0 1 Baik -

7 Cateter urine 18 0 1 - Ditambah 1

8 Urine bag 0 1 Baik -

9 IV canula 16 1 2 - Ditambah 1

10 IV canula 18 1 2 - Ditambah 1
11 IV canula 22 1 2 - Ditambah 1

12 IV canula 24 1 2 - Ditambah 1

13 IV canula 26 0 2 - Ditambah 2

14 Alkohol swab 0 10 Baik -

15 Infuset dewasa 1 3 Baik -

16 Infuset anak 1 2 Baik -

17 Three way panjang 0 2 - Ditambah 2

18 Three way pendek 0 2 - Ditambah 2

19 Blood set 0 2 - Ditambah 2

20 Spuit 3 ml 5 8 Baik -

21 Spuit 5 ml 5 6 Baik -

22 Spuit 10 ml 5 5 Baik -

23 Spuit 25 ml 0 3 Baik -

24 Kasa steril 16 x 16 0 10 Baik -

25 Elektroda 0 1 Baik -

26 Orofaringeal tube 5 Fr 0 - Ditambah

27 Orofaringeal tube 6 Fr 0 - Ditambah

28 Orofaringeal tube 8 Fr 0 - Ditambah

Cairan

1 Gelofusin 0 2 - Ditambah 2

2 Kcl 25 ml 0 5 Baik -
3 Koloid 0 3 - Ditambah 3
(Hemacel/HES)

4 Manitol 500 ml 0 1 - Ditambah 1

5 Mg SO4 20% 25 ml 0 2 - Ditambah 2

6 MgSO4 40% 25 ml 0 2 - Ditambah 2

7 NaBic 25 ml 0 5 - Ditambah 5

8 NaCl 0.9 % 500 ml 1 6 Baik -

9 Ns 25 ml 0 5 - Ditambah 5

10 RL 500 ml 1 5 Baik -

11 Salin 3% 500 ml 0 - - Ditambah

12 Steril water 0 2 Baik -

Emergency Drugs

1 Adrenaline 5 - Baik -

2 Aminophyline inj 5 2 Baik -

5 Atropin Sulfat 0.25 5 10 Baik -


mg inj

6 Ca gulconas 10% 10 5 1 Baik -


ml inj

7 D40% 25 ml 0 - - Ditambah

8 Dexamethason inj. 5 - Baik -

10 Digoxin inj 0 - - Ditambah

11 Diazepam 5 Baik -

12 Diphenhydramine inj 5 - Baik -


13 Dobutamin inj 0 - - Ditambah

14 Dopamin inj 0 - - Ditambah

15 Ephederine 50 mg inj 0 - - Ditambah

16 Fentanyl inj 0 - - Ditambah

17 Furosemid inj 5 - Baik -

18 Heparin 0 - - Ditambah

19 ISDN inj 0 - - Ditambah

20 Lidocain 2% 20 5 - Baik -
mg/ml inj

21 Midazolam 15 mg inj 0 - - Ditambah

22 Morphin inj 0 - - Ditambah

25 Norepinephrine 4 mg 0 - - Ditambah
inj

26 Pethidin inj 0 - -- Ditambah

27 Phenytoin Na inj 0 - - Ditambah

29 Neastigmin inj 0 - - Ditambah

30 Oksitosin 0 - - Ditambah

Sumber: Data Primer Tahun 2022


Pada Pandan 1 sudah tersedia Stok Obat dan alat Emergency di ruangan, namun masih ada
beberapa alat dan obat yang kurang atau belum tersedia dalam stok yang disediakan.
5. Administrasi Penunjang
a. Lembar medication chart
b. Lembar standard emergency troly
c. Buku hand over
d. SOP
e. SAK
f. Leaflet
g. Rekam Medis
h. Buku injeksi
i. Buku observasi
j. Buku dalin
Ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang Pandan 1 sudah memililki administrasi penunjang
yang lengkap.
6. Pencahayaan dan Ventilasi
Pencahayaan di Ruang ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang cukup terang, baik
pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut ruangan
sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk, disekitar individu
ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
Ventilasi di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang sudah cukup baik, sirkulasi di udara
sudah baik. Sudah terseedia kipas angin untuk setiap kamar di ruangan kamar kelas II dan I.
Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di ruang Garuda RSUD.
S.K.Lerik Kupang sudah memenuhi standart. Di ruang ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik
Kupang penghawaan yakni pada ketinggian minimal 2 meter beberapa ruangan menggunakan
AC dan sebagian tidak.

7. Alur Pengadaan Alat Kesehatan


Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian dilaporkan pada
bagian keuangan.
8. Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi masuk bagian sarana dan prasana dilakukan sesuai jadwal. untuk masing-
masing alat rata rata 1 tahun sekali. Bagian sarana akan mengontrak vendor dan kemudian
vendor akan melakukan kalibrasi alat kesehatan. Untuk pembersihan alat kesehatan secara
berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat pasca kontak dengan infeksius disease.
Warming up alat-alat hanya dilakukan untuk alat besar saja, misalnya syring pump, infus
pump, dll.
9. Pengelolaan Sampah
Tempat sampah telah dibedakan antara limbah medis dan nonmedis. Terdapat pula tempat
sampah dengan label sampah medis dan label sampah botol kaca benda tajam.
10. Hasil Angket Sarana Dan Prasarana (M2)
Di bawah ini hasil angket sarana dan prasarana di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang.
Tabel 2.22 Angket Sarana dan Prasana di ruang Garuda RSUD. S.K.Lerik Kupang
menggunakan Angket M2 (Material/Sarana dan Prasarana), Nursalam 2014.
NO DAFTAR PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah lokasi dan denah ruangan anda sudah baik ? 100% -

2 Apakah anda berancana untuk merenovasi ? - 100%

3 Apakah sarana dan prasarana perawatan diruangan anda 93% 7%


sudah sesuai standart untuk merawat pasien ?

4 Apakah anda berencana untuk menambah sarana dan 86% 14%


prasarana unruk perlengkapan perawatan ?

5 Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio 93% 7%


pasien (sesuai standar)

6 Apakah fasilitas di ruangan anda sudah lengkap untuk 92% 8%


perawatan pasien ?

7 Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan 93% 7%


semua alat-alat perawatan?

8 Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah 90% 10%


memadai

Sumber : Kuesioner menurut Nursalam 2014

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 15 orang perawat, 100%
responden menjawab lokasi dan denah ruangan sudah baik, 100% tidak berancana untuk
merenovasi, sarana dan prasarana perawatan diruangan sudah sesuai standart untuk
merawat pasien 95%, jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien (sesuai standar)
93%, 93% perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan, administrasi
penunjang yang dimiliki sudah memadai 90%.

2.2.3 Metode (M3-Methode)


A. Penerapan model asuhan keperawatan professional di Garuda
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruang Garuda, model
asuhan keperawatan yang diterapkan di ruang Garuda yaitu menggunakan metode
Tim. Namun menurut keterangan dari kepala ruangan, ruang Garuda menggunakan
metode Primer hanya saja dalam penerapannya perawat menggunakan Tim. Akan
tetapi salah satu dari perawat menjawab moduler. Metode ini menggabungkan model
perawat primer dan perawat tim untuk melaksanakan suatu asuhan keperawatan.
Pemilihan model asuhan keperawatan ini didasarkan atas pertimbangan
keterbatasan jumlah tenaga kerja yang mempunyai latar belakang pendidikan S1
Kepeawatan atau setara di ruang Garuda. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2011)
menyebutkan bahwa MAKP moduler dilakukan karena saat ini perawat yang ada di
rumah sakit sebagian besar adalah lulusan D3 sehingga dengan kombinasi ini
diharapkan perawat primer atau ketua tim dapat memberikan bimbingan asuhan
keperawatan kepada lulusan D3. Pada pelaksanaannya, perawat primer dan perawat
pelaksana akan bekerja sama dalam pengelolaan pasien setiap satu kali shift. Pada
masing- masing shift, terdapat perawat penanggung jawab yang bertugas atas shift
tersebut mulai dari timbang terima sampai dengan tanggung jawab terhadap pasien.
Tabel. M3.1 Model Asuhan Keperawatan

JAWABAN
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda memahami MAKP ? 100 % -
2 Apakah anda mengetahui uraian tugas anda ? 100 % -
3 Apa model asuhan keperawatan yang digunakan di 100 % -
ruangan sudah sesuai dengan visi dan misi
ruangan ?
4 Apakah anda mengerti/memahami model asuhan 90 % 10 %
keperawatan yang digunakan ruangan saat ini ?
5 Berdasarkan Rasio perbandingan jumlah tenaga dan 100 % -
pasien model asuhan keperawatan tim yang
dilakukan diruangan sudah sesuai ?
6 Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan - 100 %
saat ini memberikan beban kerja dan menyulitkan
bagi anda (perawat) ?
7 Apakah tugas anda sudah sesuai dengan model 100 % 0%
asuhan keperawatan yang diterapkan diruangan ?
Sumber Data: data Primer 2022
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan menggunakan angket didapatkan hasil
perbedaan persepsi mengenai model asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan
Garuda antara perawat.
B. Timbang Terima
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2014).
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011)
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah Situation,
Background, Assessmentdan Recommendation.
Situation

Data demografi Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Medis (data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment:
Kesadaran, TTV, GCS, skala nyeri,
skala resiko jatuh, dan ROS (poin
yang penting)

Recommendation:
Tindakan yang sudah
Dilanjutkan
Stop
Modifikasi
Strategi Baru

Gambar 2.3 Diagram Alur Timbang Terima (Nursalam, 2014)


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada perawat Ruang Garuda pada
tanggal 15 - 16 Maret 2022, pelaksanaan timbang terima di Garuda dilakukan 3 kali
dalam sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift sore (pukul 14.00), shift sore ke
shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke shift pagi (pukul 07.30). Pada shift pagi,
timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh seluruh perawat yang
berkepentingan. Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan timbang terima
berlangsung yaitu buku operan yang berisi catatan perkembangan pasien. Proses
timbang terima di awali dengan pembukaan oleh Kepala Ruangan dilanjutkan dengan
pelaporan kondisi pasien yang dibacakan oleh perawat yang bertugas pada saat itu
kepada perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya.
Kondisi pasien dibacakan satu-persatu dan komunikasi yang digunakan oleh
perawat sebagian besar sudah menggunakan SBAR yang meliputi S (Situation) yaitu
identitas pasien, keluhan utama dan masalah keperawatan sudah didokumentasikan
namun terkadang masih terlewatkan untuk disampaikan secara lisan. B (Background)
adalah perkembangan pasien saat ini, riwayat pembedahan, dan alat invasive yang
terpasang serta program cairan. A (Assesment) meliputi keadaan umum dan vital sign
klien. R (Recommendation) meliputi rencana pengobatan atau terapi yang akan
dilakukan dan yang perlu dilanjutkan untuk klien.
Apabila masalah belum terselesaikan maka didiskusikan kembali tindakan
selanjutnya untuk menyelesaikan masalah. Kegiatan timbang terima ditutup dengan
validasi pada pasien yaitu berkeliling dari satu pasien ke pasien yang lain, dimana
perawat menanyakan langsung pada beberapa pasien tentang apa yang dirasakan atau
keluhan. Diskusi tentang keadaan pasien terutama mengenai keluhan utama dan
memfokuskan pada intervensi medis yang akan dilakukan pada hari itu. Terkadang
pada beberapa pasien juga diberikan health education ataupun pemberian motivasi
secara singkat. Pelaksanaan timbang terima shift siang dan malam kurang lebih sama
dengan shift pagi, hanya saja timbang terima dilakukan secara individu antar perawat
dengan cara validasi langsung ke pasien. Hal-hal yang disampaikan antara lain kondisi
pasien saat itu, rencana intervensi dan terapi yang telah dan akan dilakukan.
Hasil kegiatan timbang terima yang telah dilakukan di ruangan kemudian
didokumentasikan ke dalam buku khusus (buku operan), dimana di dalam buku
tersebut terdapat tanda tangan perawat di akhir penulisan. Dalam buku khusus
(operan) juga disertakan jumlah seluruh pasien, jumlah pasien yang KRS jumlah
pasien yang MRS serta BOR.
Tabel. M3.2Timbang Terima

JAWABAN
NO PERTANYAAN SELALU KADANG- TIDAK
KADANG PERNAH
1 Apakah kegiatan overan 96 % 4% 0%
dipimpin oleh katim/kepala
ruangan ?
2 Apakah overan dilaksanakan 96 % 4% 0%
setiap waktu/shift ?
3 Apakah overan selalu dihadiri 96 % 4% 0%
oleh semua anggota shift yang
akan bertugas dan yang akan
pulang ?
4 Apakah dalam pelaksanaan 73 % 27 % 0%
overan ada interaksi yang
berlangsung antara pasien dan
petugas ?
5 Apakah masalah yang 100 % 0% 0%
disampaikan dalam overan
berfokus paada masalah
keperawatan pasien ?
Sumber Data: data Primer 2022
Hasil wawancara mengenai proses timbang terima disampaikan bahwa prinsip
timbang terima sudah sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu semua pasien
yang dirawat dioverkan dan dilanjutkan dengan validasi ke pasien, data yang
disampaikan sudah sesuai, serta masalah keperawatan sudah benar. Walaupun
sebagian perawat menyatakan operan tidak dilakukan 3kali, overan belum optimal dari
pelaksanaan timbang terima yaitu timbang terima shift siang dan malam dilakukan
secara individu antar perawat dengan cara validasi langsung dari satu pasien ke pasien
lain membawa buku laporan overan.
C. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat baik perawat primer
maupun perawat associate untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Ronde
keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan
dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan
oleh teacher nurse atau head nurse dengan anggota stafnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan profesional yang efektif dan efisien (Nursalam, 2014).
Tabel M3.3 Ronde Keperawatan

NO PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah sebagian besar perawat diruangan mengerti 93 % 7%
dengan ronde keperawatan ?
2 Apakah ruangan sudaah mendukung adanya rone 93 % 7%
keperawatan ?
3 Apakah ronde keperawatan dilaksanakan setiap 1 bulan 33 % 67 %
secara rutin ?
4 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan dapat 86 % 14 %
membantu mencegah masalah yang dialami pasien ?
5 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan 26 74 %
sudah optimal ?
Sumber Data: data Primer 2022
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang Garuda
didapatkan bahwa ruang Garuda mendukung untuk dilakukan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan
pasien yang dilaksanakan disamping pasien, membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan,
perawat associate serta melibatkan seluruh anggota tim. Namun demikian, di ruang
Garuda dalam 1 bulan tidak dilakukan ronde keperawatan 67%, dan 74 % pelaksanaan
ronde keperawatan di ruangan tersebut belum optimal menurut keterangan perawat
dalam angket yang kami berikan pada tanggal 14-26 Maret 2022.
D. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan pada
klien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan perawat. Penanggung jawab dalam pengelolaan adalah kepala
ruangan diserahkan operasional dapat didegasikan pada staf yang di tunjuk (PP).
Tujuan dari pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu peran
perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh perawat dan untuk meminimalisir resiko
kerugian baik material maupun nonmaterial. Upaya sistematik meliputi uraian terinci
tentang pengelolaan obat secara ketat oleh perawat, serta didukung peran keluarga
untuk mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
Dokter
Koordinasi dengan perawat
Pasien/ Keluarga

Farmasi/ Apotik

Pasien/Keluarga

PP/ Perawat yang menerima Surat persetujuan sentralisasi obat


dari perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima/ masuk obat
Pengaturan dan pengelolaan
oleh perawat

Pasien/Keluarga

Gambar 2.4 Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)


Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut, pada awalnya
pasien mendapat RPO (Resep Pemberian Obat) dari dokter yang merawat, kemudian
pasien atau keluarga akan menyerahkan RPO tersebut ke depo farmasi yang ada di
ruangan Neonatologi . Pasien dengan BPJS dan pasien umum memiliki perbedaan
yaitu pasien dengan BPJS harus membawa persyaratan yang diperlukan serta RPO
yang akan ditebus, sedangkan pasien umum hanya membawa RPO dan biaya yang
dibutuhkan. Setelah administrasi obat selesai, petugas depo farmasi akan
mengantarkan obat yang telah dibeli pasien kepada perawat yang bertugas saat itu.
Obat yang diterima dari depo farmasi akan disimpan di lemari obat sesuai
dengan nomer bed pasien kemudian obat tersebut akan diberikan pada pasien sesuai
dengan jadwal dengan prinsip 5T, tepat obat, tepat jadwal, tepat dosis, tepat pasien,
tepat cara pemberian, dan waspada efek samping. Perawat memastikan aspek tepat
obat dengan cara menyesuaikan terapi di rekam medis dengan obat yang didapatkan
dari farmasi. Aspek tepat jadwal dilakukan dengan cara memeriksa jadwal pemberian
obat pada RPO dengan jam pemberian obat tersebut.
Aspek tepat dosis dilakukan dengan cara memeriksa dosis terapi pasien di rekam
medis dengan dosisobat yang diberikan farmasi. Sebagian perawat melakukan aspek
tepat pasien dengan cara memanggil nama pasien, sebagian dengan mencocokan
nomor bed, dan sebagian mencocokan dengan Id band. Aspek cara pemberian
dilakukan dengan cara mencocokan terapi di RPO dengan rekam medis. Aspek
waspada efek samping dilakukan dengan cara memantau kondisi klinis pasien.
Berikut adalah alur pelayanan farmasi yang ada di Neonatologi :

Rekam pemberian obat 4 lembar

Diserahkan keluarga ke AA

Rekam pemberian obat lembar 1,2 Rekam pemberian obat lembar 3,4
diberikan ke perawat diambil oleh AA

Apoteker mengkaji penggunaan obat

AA satelit farmasi menyiapkan obat secara ODD

AA satelit farmasi menyerahkan obat ke perawat dengan buku


timbang terima dan perawat mencocokan obat sesuai dengan rekam
pemberian obat lembar 1

Perawat memberikan obat oral dan injeksi ke pasien sesuai dengan jam pemberian

Prosedur penerimaan obat di sore atau malam hari serta pada hari libur, dengan
kondisi Depo Farmasi Garuda tutup, maka prosedur pengambilan obat yaitu bagian
depo farmasi menyiapkan obat yang akan diberikan pada hari selanjutnya.

Tabel M3. 4Sentralisasi Obat

JAWABAN
NO PERTANYAAN SELALU KADANG- TIDAK
KADANG PERNAH
1 Apakah semua perawat sudah 100 % 0% 0%
melakukan sentralisasi obat ?
2 Apakah selama ini anda pernah 100 % 0% 0%
diberi wewenang didalam
sentralisasi obat ?
3 Apakah dalam pelaksanaan 100 % 0% 0%
sentralisasi obat perawat selalu
meminta persetujuan sentralisasi
obat atau keluarga ?
4 Apakah selama ini perawat selalu 100 % 0% 0%
menginformasikan obat yang telah
digunakan dan sisanya kepada
pasien / keluarga ?
5 Apakah terjalin kerja sama yang 100 % 0% 0%
baik ( serh terima obat ) antara
farmasi dan perawat ?
Sumber Data: data Primer 2022
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat, sentralisasi obat sudah menjadi
wewenang farmasi. Depo farmasi Ruang Garuda melayani pasien selama hari aktif,
dan pada hari libur akan dilayani oleh Depo farmasi bersama lantai 2. Perawat hanya
akan menerima obat yang akan dimasukkan sesuai resep yang disiapkan oleh farmasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Depo Farmasi Ruang Garuda, obat
diserahkan pada perawat setiap hari pada pukul 07.00 WIB, 14.00 WIB, 19.00 WIB
dan 21.00 WIB.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa sentralisasi obat di Ruang
Neonatologi dilakukan oleh Depo Farmasi Ruang Garuda dengan didukung kerjasama
yang baik antara farmasi, dokter dan perawat. Format Rencana Pemberian Obat (RPO)
didokumentasikan secara berkesinambungan sesuai kebutuhan pasien, ada lembar
serah terima obat dari farmasi ke perawat, dan belum ada form serah terima obat dari
perawat ke pasien atau sebaliknya. Sarana dan prasarana yang mendukung yaitu terdiri
atas almari cairan infus, emergency kit, kulkas obat/insulin.
Sentralisasi obat sangat membantu perawat dalam mengatur pemberian obat
pada pasien. Dokter memberikan RPO setiap hari sesuai kebutuhan pasien dan petugas
depo farmasi akan mengecek persediaan obat pasien. Selama ini semua perawat
melakukan pengecekan dan pemberian obat kepada pasien setiap hari. Namun, untuk
persiapan dan penyimpanan obat masih dilakukan oleh petugas farmasi.
E. Supervisi Keperawatan
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manager
berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi:
1. Langkah-langkah supervisi
2. Prinsip supervisi
3. Peran dan fungsi supervisi
4. Tugas supervisi
5. Teknik supervisi.

Tabel M3. 5 Supervisi Keperawatan


JAWABAN
SELAL KADANG- TIDAK
NO PERTANYAAN U KADANG PERNA
H
1 Apakah kepala ruangan selalu 100 % - -
melakukan supervisi secara rutin ?
2 Apakah dalam pelaksanaan supervisi 100 % - -
selalu memberikan feed back kepada
perawat ?
3 Apakah supervisi yang dilakukan 100 % - -
diruangan membantu meningkatkan
kinerja perawat ?
4 Apakah sudah ada format dan 100 % - -
instrument yang lengkap untuk
supervisi diruangan ?
5 Apakah supervisi dilakukan secara 100% - -
rutin tiap bulan ?
6 Apakah supervisi dilakukan sesuai 100% - -
alur supervisi ?
7 Apakah ada follow up untuk setiap 50% 50 % -
hasil dari supervisor ?
8 Apakah anda pernah mendapatkan 50 % 50 % -
pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi ?
Sumber Data: data Primer 2022
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruang Garuda
pada tanggal 14-26 Maret 2022, seluruh perawat mengerti mengenai supervisi dan 50
% perawat mengatakan sudah dilakukan supervisi dan mendapatkan pelatihan dan
sosialisasi mengenai supervisi. Selain itu hasil dari supervisi sebagian disampaikan
kepada perawat dan form supervisi telah sesuai dengan standar menurut perawat
Garuda.
F. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien
baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam,
2011).
Tahapan Penerimaan Pasien Baru:
1. Tahap pra penerimaan pasien baru
2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
3. Tahap pasca penerimaan pasien baru
KARU memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan :
Lembar pasien masuk RS
Buku status dan lembar format pengkajian pasien
Nursing kit
Informed Concent sentralisasi obat
Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
Lembar tingkat kepuasan pasien
Tempat tidur pasien baru

KARU, PP dan PA menyambut pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi

Evaluasi

Gambar 2.6 Bagan Alur Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2014)


Sebelum pasien datang ke ruang Garuda biasanya perawat mendapat
konfirmasi terlebih dahulu dari tempat pasien baru datang seperti IGD maupun
atau Poli kemudian perawat yang menerima informasi akan memeriksa
kelengkapan dokumen saat pasien tiba di ruangan. Apabila dokumen sudah
lengkap, perawat akan menunjukkan ruangan beserta aturan- aturan yang ada di
ruangan Garuda. Berdasarkan hasil observasi, perawat yang bertugas untuk
menerima pasien baru adalah perawat yang sedang dinas dalam ruangan, tidak
harus selalu didampingi oleh karu maupun perawat primer. Hal-hal yang
disiapkan oleh perawat saat menerima pasien baru seperti lembar pasien MRS,
lembar persetujan di rawat di ruangan Garuda, dan kartu penunggu pasien.
Pasien baru kemudian didokumentasikan di buku pasien dan di buku
overan. Kemudian lembar asuhan keperawatan yang ada di rekam medik
dilengkapi, lalu rekam medik diserahkan kepada bagian administrasi. Bagian
administrasi kemudian memasukan data dan mendokumentasikan pasien baru
tersebut ke dalam komputer ruangan.
Tabel M3. 6 Penerimaan Pasien Baru
NO PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah Anda mengerti bagaimana penerimaan 100 % -
pasien baru?
2 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang 100 % -
penerimaan pasien baru ?
3 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang 100 % -
penerimaan pasien baru ?
4 Apakah Penanggung Jawab memberitahu bahwa 100 % -
akan ada pasien baru ?
Sumber Data: data Primer 2022
Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang kami lakukan
terkait penerimaan pasien baru di ruang Garuda, didapatkan data bahwa
kurangnya tenaga keperawatan di ruang Garuda menjadi kendala dalam
pelaksanaan proses peneriman pasien baru sesuai standar.
Jika dibandingkan dengan teori yang ada, proses penerimaan pasien baru
yang ada di ruang Garuda masih belum memenuhi standar. Jumlah PP yang hanya
3 orang dan banyaknya jumlah pasien baru yang masuk membuat beban kerja PP
semakin tinggi. Pada saat-saat tertentu PP harus mendelegasikan tugasnya kepada
perawat lain yang bukan PP.

G. Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serat koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan keperawatan dan sosial sebelum dan sesudah pulang
(Nursalam, 2014:349). Menurut Hurts (1990) yang dikutip dari Nursalam (2011:336)
perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah.

NO PERTANYAAAN JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah anda sudah mengerti tentang perencanaan 100 % 0%
pulang ?
2 Apakah perawat selalu memberi promosi kesehatan / 100 % 0%
HE pada pasien yang pulang ?

3 Apakah sudah ada pembagian tugas perawat tentang 100 % 0%


perencanaan pulang ?
4 Apakah ada pemberian brosur atau leaflet tentang 100 % 0%
kesehatan saat pasien pulang ?
5 Saat melakukan perencanaan pulang apakah anda 100 % 0%
melakukan pendokumentasian pada buku yang telah
di sediakan ?
Sumber Data: data Primer 2022
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di Ruang Garuda
pada tanggal 15 - 16 Maret 2022 didapatkan bahwa discharge planning sudah
dilaksanakan pada saat pasien akan keluar rumah sakit terutama pada pasien-
pasien dengan penyakit interna. Pelaksanaaan discharge planning dilakukan oleh
perawat jaga dengan mengisi form discharge planning dan menjelaskan aturan
tertentu pada saat pasien pulang seperti jadwal kontrol, aktivitas, diet makanan
secara umum, dan perawatan di rumah. Sebagian besar perawat melakukan
discharge planning menggunakan lisan/tertulis dan menggunakan bahasa yang
dimengerti pasien (bahasa jawa), hanya sedikit pasien yang tidak mengerti bahasa
yang diterangkan oleh perawat hal ini disebabkan beberapa pasien ada yang
berasal dari luar jawa dan tak dapat berbahasa Indonesia.
H. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
buku dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan. Berdasarkan hasil
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dilakukan tanggal 15 - 16
Maret 2022 kepada perawat Ruang Garuda didapatkan sudah ada standar operasional
pelaksanaan dokumentasi keperawatan namun belum lengkap disertai petunjuk teknis
pengisian secara detail. Instrumen dokumentasi keperawatan yakni medical record
(status) pasien didapatkan hasil bahwa penggunaan instrumen pengkajian
menggunakan format Review Of System (ROS). Format diagnosis keperawatan,
intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated Note (IN) serta
menggunakan sistem komunikasi SOAP.
Tabel M3. 7 Dokumentasi Keperawatan

NO PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah anda mengerti tentang cara pengisian 100 % -
format dokumentasi yang benar dan tepat ?
2 Apakah menurut anda format yang digunakan 100 % -
dalam dokumentasi bisa memudahkan perawat
dalam melakukan pengkajian pada pasien ?
3 Apakah anda sudah melaksanakan 100 % -
pendokumentasian tepat waktu ( segera setelah
melakukan tindakan ) ?
4 Apakah menurut anda model dokumentasi yang - 100 %
digunakan menambah beban kerja perawat ?
5 Apakah menurut anda model dokumentasi yang - 100 %
digunakan menyita banyak waktu perawat ?
Sumber Data: data Primer 2022
Berdasarkan hasil wawancara, perawat menyatakan bahwa format
dokumentasi dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian kepada pasien.
Akan tetapi, model pendokumentasian yang terdiri dari banyak form menyita waktu
perawat dalam mengisinya. Dengan pembagian tugas perawat antara melayani pasien
dan mengisi RM maka lembar RM baru dapat diisi setelah selesai tindakan dan tidak
selalu lengkap. Selain itu, cara pengisian berkas RM yang berubah- ubah dan hanya
disampaikan secara lisan juga membuat perawat mengalami hambatan dalam
pengisian RM. Sebagian perawat merasa model dokumentasi yang digunakan dapat
menyita waktu dan menambah beban kerja perawat.
2.2.3 Keuangan (M4-Money)
Pengelolaan pendanaan saat ini di RSUD S.K. Lerik Kupang sudah dikelola sendiri oleh
pihak RSUD S.K. Lerik Kupang dengan tetap menggunakan dana dari APBD, pasien
BPJS dan pasien umum. Pelaksanaan billing pasien di Ruang Garuda sudah dilakukan
oleh petugas administrasi.
Terdapat 2 jenis tenaga di RSUD S.K. Lerik yaitu tenaga PNS yang digaji dari APBN,
BLUD yang di gaji dari Pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal dari
rumah sakit yang diperoleh dari APBN (pemerintah) dan APBD. Sedangkan pembiayaan
pasien berasal dari pasien umum, Jamkesda, JKN, Jamkesmas, JKN ASKES, JKN
MANDIRI, JKN JAMSOSTEK, JKN TNI-POLRI. Pada bulan Januari dan februari 2021
terdapat 40,7% JKN Mandiri, 20,1% JKN Jamkesma, 12,6% JKN jamsostek, 26,6% dari
pembiayaan lain-lain. Besar biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas
perawatan. Di Ruang Garuda, terdiri atas kelas I dan II. Berikut akan digambarkan rata-
rata penggunaan biaya dari pasien yang dirawat inap di Ruang Garuda pada Februari
2022:
Tabel 2.19 Tarif ruangan, tarif makan dan fasilitas di Ruang Garuda RSUD S.K. Lerik
Kelas Tarif ruangan Fasilitas
I 275.000 1 kamar 1 pasien, 1 bed, 1 meja, 1 kursi, 4
(kamar + makan) AC bersama.
II 125.000 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja, 2 kursi, 4
(kamar + makan) AC bersama.
Sumber:Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang RSUD S.K. Lerik

Tabel 2.20 Tarif Tindakan di Ruang Garuda RSUD S.K. Lerik


Tarif
No. Tindakan
Kelas 1 (Rp) Kelas 2 (Rp) Kelas 3 (Rp)
1. Pemasangan kateter 25.000 22.000 17.000
2. Pelepasan kateter 36.000 36.000 32.000
3. Perawatan dower kateter 14.000 12.000 9.000
4. Pengambilan kultur 25.000 22.000 17.000
5. Injeksi IM/SC/IV/IC 61.000 53.000 43.000
6. Perawatan jenazah 86.000 75.000 60.000
7. Pengambilan sampel darah 25.000 22.000 17.000
8. Pemasangan Infuse 37.000 32.000 25.000
9. Pelepasan infuse 14.000 12.000 9.000
10. Jasa konsultasi rawat inap 75.000 19.500 15.000
11. Pemasangan transfuse 47.000 41.000 32.000
12. Nebulizer 47.000 41.000 32.000
13. Pemasangan NGT 37.000 32.000 25.000
14. Pemasangan Venflon 14.000 12.000 9.000
15 Memandikanpasien 25.000 22.000 17.000
16 Merawatluka 14.000 12.000 9.000
17 Suction 25.000 22.000 17.000
18 Oksigen/jam 14.000 12.000 9.000
19 Penghapusanhidungdantengg 25.000 22.000 17.000
orokan
Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang Ruang Garuda RSUD S.K.
Lerik
Tabel 2.21 Tarif Laboratorium
NO Jenis Pemeriksaan Tarif

1. K, Na, Cl Rp 57.200

2. BUN Rp 20.000

3. Albumin-serum Rp 20.000

4. GDA Rp 20.000

5. Darah Lengkap – CBC Rp 44.000

6. Kalsium-serum Rp 22.000

7. Kreatinin-serum Rp 19.800

8. SGOT Rp 21.000

9. SGPT Rp 21.000
10. Troponin I Rp 165.000

11 Laju Endap Darah (LED) Rp 9.900

12 Ig-M, RF anti-MCV Rp 253.000

13 Ana Test (ELISA) Rp 198.000

14 C4 Rp. 190.000

15 C3 Rp. 165.000

16. Fosfat-serum Rp. 24.000

17. Analisa gas darah Rp. 83.000

Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang Ruang Neonatologi RSUD
S.K. Lerik
Tabel 2.22 Tarif Pemeriksaan Radiologi
NO Jenis Pemeriksaan Tarif

1. Pelvis Rp 103.000

2. Thorax Rp 103.000

3. Vertebra/LS AP + Lat Rp 195.000

4. Ekstremitas tampak dua sendi Rp 247.000

Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang Ruang Garuda RSUD S.K.
Lerik
Setiap bulan perawat mendapat gaji pokok selain itu juga mendapatkan remunerasi.
Remunerasi didapatkan berdasarkan total penghasilan ruangan yang bergantung dari
jumlah pasien rawat inap setiap harinya, kemudian dibagi secara merata berdasarkan
jabatan/golongan, pendidikan, dan lama pengabdian di rumah sakit. Selain itu, perawat
juga mendapatkan untuk PNS, uang makan dan minum berbeda dengan gaji pokok dan
gaji LP, namun untuk pegawai non-PNS tunjangan makan dan minum masuk jadi satu
dengan gaji pokok. Pengeluaran mengenai pembayaran listrik, air, telepon dan lainnya di
Ruang Garuda sudah terpusat langsung di bagian keuangan Garuda RSUD S.K. Lerik.
Pembayaran biaya pasien sudah terpusat di bagian keuangan Irna Medik. Semua
biaya tindakan dan perawatan pasien dientry oleh administrasi Ruang Garuda RSUD S.K.
Lerik. ke dalam komputer. Sistem komputer ruang Garuda berhubungan langsung dengan
sistem komputer di bagian keuangan Irna Medik. Hal ini membuat sistem administrasi
rumah sakit terintegrasi dengan baik.
Mayoritas pasien di Garuda RSUD S.K. Lerik adalah pasien BPJS. Apabila pasien
masuk dengan jatah BPJS mandiri kelas II tetapi menginginkan perawatan di kelas I
maka pasien wajib menandatangani form penambahan biaya kekurangan sesuai kelas I
karena biaya perawatan melebihi tanggungan BPJS yang dimiliki pasien. Pasien BPJS
kelas II tidak dapat naik ke kelas I.

2.2.4 Mutu (M5-Marketing-Mutu)


A. Standard Keselamatan Pasien(Patient Safety)
Menurut Joint Commision International Accreditation Standards for Hospital
Mutu pelayanan keperawatan berdasarkan Joint Commission International
Accreditation Standards for Hospital yaitu Standar Keselamatan Pasien yang
meliputi:
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas yang
dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi antara lain nama pasien,
nomor register, alamat dan usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi, sebelum melakukan tindakan dan
discharge planning.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 - 16 Maret di
Ruang Garuda belum semua perawat menerapkan identifikasi pasien dengan
mencocokkan gelang identitas yang dipakai pasien dan mengkonfirmasi nama
pasien, nomer register, alamat, dan usia sebelum melakukan tindakan keperawatan
setiap harinya kecuali pada pasien baru. Pada pasien lama, biasanya perawat
hanya memanggil nama dan mencocokkan nomor bed pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan dengan metode
SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR digunakan
pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima,
berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien dan melaksanakan
informed concent. Pelaksanaan komunikasi efektif di RSUD. S. K. Lerik Ruang
Garuda menggunakan metode SBAR. Metode SBAR yang digunakan masih
belum sesuai dengan teori yang ada.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar
dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien
jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Kewaspadaan terhadap obat high
alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look
A Like, Sound A Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4, Nabic, dll) dengan obat
lainnya. Pemberian elektrolit konsentrat harus dengan pengenceran dan
penggunaan label khusus, setiap penerapan obat menerapkan prinsip 7 benar.
Untuk obat LASA, sudah ada pemberian label tambahan. Salah satu cara untuk
mewaspadai pemberian obat perawat menggunakan double crosscheck mulai dari
proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15 – 16 Maret 2022, dapat
diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah
dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah
disediakan. Pemberian labeling dan double crosscheck juga sudah diilakukan di
Ruang Garuda .
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi,
tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang
dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi
yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi, sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang
OK menggunakan beberapa check list untuk mencegah kesalahan
prosedur.Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
a. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluar
pasien dan tim anestesi
b. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasi kepada tim
bedah
c. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada 15 – 16 Maret 2022, di Ruang Garuda sudah
terdapat form check list pre operasi namun belum terdapat papan daftar pasien operasi.
Pengecekan tanda lokasi operasi dengan menggunakan spidol permanen sebelum
operasi dilakukan di ruang operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Ruang Pandan I telah dibentuk Tim
Pengendalian Infeksi. Infeksi nosokomial meliputi plebitis, dekubitus, Infeksi
Saluran Kencing (ISK), Infeksi Luka Operasi (ILO). Pendataan dilakukan setiap
hari per shift yang dilakukan oleh Infection Preventif and Control Link Nurse
(IPCLN) atau anggota tim pengendalian infeksi kemudian dijadikan satu disetiap
bulannya oleh ketua tim pengendalian infeksi.
Salah satu cara pencegahan infeksi di ruangan dengan disediakan hand scrub
di setiap 2 bed pasien dengan cara 6 langkah cuci tangan, mencanangkan dengan
Five Moments dan memasangkan poster cuci tangan di dalam Ners Station dan di
samping wastafel ruangan. Namun dalam pelaksanaannya, perawat dan petugas
kesehatan lainnya masih jarang sekali melakukan hand hygiene bersama-sama
dengan keluarga pasien dan penyuluhan cuci tangan tidak rutin dilaksanakan.
a. Kejadian Plebitis
Tabel 2.23 Kejadian plebitis di Ruang Garuda RSUD S.K.Lerik Kupang 15 –
16 Maret 2022

Tanggal Total
No Variabel 1
20
9
1 Jumlah Pasien Plebitis 0 0 0
2 Jumlah pasien yang
0 0 0
terpasang iv cannule
Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 15 – 16 Maret 2022

Jumlah kejadian plebitis


Formula= ×100 %
Jumlah pasienberisiko plebitis

0
Angka kejadian pasien plebitis= ×100 %=0 %
0

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, tidak didapatkan kejadian plebitis dan


berdasarkan hasil wawancara dengan ners ruangan, penggantian IV line
dilakukan setelah 3 hari pemasangan dan apabila terjadi phlebitis atau
pembengkakan pada area yang terpasang IV line.

b. Angka kejadian dekubitus


Tabel 2.24 Kejadian pasien dekubitus di Ruang Garuda RSUD S.K.Lerik
Kupang 15 – 16 Maret 2022

Tanggal
No Variabel Total
19 20
1 Jumlah Pasien dengan decubitus 0 0 0
2 Jumlah pasien yang beresiko 0 0 0
decubitus
Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 15 – 16 Maret 2022

Jumlah kejadian dekubitus


Formula= ×100 %
Jumlah pasien berisiko dekubitus

0
Angka kejadian dekubitus= ×100 %=0 %
0

Penilaian dekubitus dilakukan pada tanggal 15 – 16 Maret 2022 di Ruang


Garuda di RSUD S.K.Lerik Kupang tidak ada yang mengalami dekubitus.
c. Pengurangan resiko pasien jatuh
1) Angka Kejadian Pasien Jatuh
Tabel 2.25 Kejadian pasien jatuh di Ruang Garuda RSUD S.K.Lerik Kupang
15 – 16 Maret 2022

Tanggal
No Variabel Skor
15 16
1 Jumlah Pasien Jatuh 0 0 0

2 Jumlah pasien yang 7 8 75 %


tidak beresiko jatuh
3 Jumlah pasien yang
beresiko rendah jatuh 3 2 25 %
4 Jumlah pasien yang
beresiko tinggi jatuh
- - -

Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 15-16 Maret 2022

Jumlah pasien jatuh


Formula= × 100 %
Jumlah pasien beresiko
0
Angka kejadian pasien jatuh= × 100 %=0 %
5

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai 0% pada angka kejadian jatuh


di ruang Garuda Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan saat awal
pasien masuk ke ruangan rawat inap dan selama perawatan menggunakan form
sesuai usia. Namun perawat masih belum mendokumentasikan penilaian resiko
jatuh setiap hari di rekam medik pasien dan belum memberi penanda resiko
jatuh pada gelang identitas pasien. Pemberian intervensi pada pasien
disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang atau tinggi berdasarkan SPO yang
telah ada. Intervensi yang dilakukan sebagai penanggulangan resiko jatuh yaitu
harus ada satu penunggu pasien, penanda gelang resiko jatuh, side rail harus
selalu ditutup dan memastikan ke keluarga untuk selalu menutupnya.
2) Angka kejadian cedera akibat restrain
Berdasarkan hasil observasi pasien pada tanggal 15 – 16 Maret 2022 pasien
yang di rawat di Ruang Garuda RSUD S. K. Lerik Kupang tidak ada pasien
yang dilakukan restrain.
3) Average Length of Stay (ALOS)
Tabel 2.30 Jumlah pasien MRS 2 bulan terakhir di Ruang Garuda pada Bulan
Januari 2022- Februari 2022

No Bulan Jumlah
1. Januari 2022 24 pasien
2. Februari 2022 19 pasien
Total 43 pasien

Berdasarkan data bulan Maret 2022, jumlah total lama pasien dirawat 59 hari

dengan total 43 pasien. Dari perhitungan, didapatkan hasil rata-rata lama rawat inap

adalah 3,1 atau setara dengan 3 hari untuk satu pasien.

2.2.5 Analisis SWOT


A. Analisa SWOT M1 (Man)
Analisa SWOT Rating x Bobot
Faktor Internal (IFAS) Bobot Rating IFAS
Stregth = S-W
1. Sudah ada SOP masing- 0,35 3 1,05 = 2,95-3,00
masing untuk petugas = -0,05
ruangan sesuai jabatan
2. Terdapat struktur organisasi 0,15 3 0,45
3. Adanya perawat yang 0,20 3 0,60
mengikuti pelatihan-
pelatihan
4. Hubungan antar perawat 0,20 3 0,60
juga terjalin dengan baik.
5. Terdapat komunikasi 0,05 3 0,15
terapeautik antara tenaga
kesehatan dengan pasien
6. Terdapat mahasiswa praktek 0,05 2 0,10
TOTAL 1 2,95
Weakness
1. Tenaga perawat shif siang 0,45 3 1,35
dan malam masing–masing
hanya berjumlah 3 orang
sehingga tidak sebanding
dengan jumlah pasien
dirawat
2. Beban kerja perawat tinggi 0,55 3 1,65

TOTAL 1 3,00
Faktor Eksternal (EFAS) EFAS
Opportunity = O-T
1. Jumlah tenaga menurut 0,50 3 1,50 = 3,15-2,40
Depkes sebanyak 30 orang = 0,75
sedangkan yang ada
dilapangan 15 orang
2. Beberapa perawat 0,35 3 1,05
mempunyai kemauan untuk
melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi
3. Adanya beberapa perawat 0,15 4 0,60
yang sedang menempuh
Pendidikan lanjutan
TOTAL 1 3,15
Theatred
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,30 3 0,90
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
2. Makin tinnginya kesadaran 0,30 3 0,90
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Adanya persaingan dengan 0,20 2 0,40
rumah sakit lain
4. Adanya pertanggungjawaban 0,20 2 0,40
legalitas bagi pasien

B. Analisa SWOT M-2 (Material)


Analisa SWOT Bobot x Rating
Faktor Internal (IFAS) Bobot Rating IFAS
Stregth = S-W
1. Mempunyai sarana dan 0,45 3 1,35 = 2,75-2,3
prasarana untuk pasien dengan = 0,45
penyakit khusus.
2. Tersedianya nurse station
diruangan. 0,25 2 0,50
3. Adanya SOP tindakan
0,30 3 0,90
TOTAL 1 2,75
Weakness

1. Nurse station Garuda kurang 0,4 2 0,8


memadai.
2. Jarak antar bed kurang ideal 0,3 3 0,9
menyebabkan tingginya resiko
infeksi nosokomial
3. Tidak adanya papan identitas 0,3 2 0,6
pasien di nurse station
TOTAL 1 2,3
Faktor Eksternal (EFAS) EFAS
Opportunity = O-T
1. Apabila ada sarana dan 0,35 4 1,40 = 3,35-2,45
prasarana yang rusak
= 0,90
langsung diganti

2. Letak nurse station berada di


0,65 3 1,95
tengah- tengah ruang Garuda
TOTAL 1 3,35
Theatred
1. Adanya tututan tinggi dari 0,45 2 0,90
masayarakaat akan prasarana
dan sarana yang memadai.
2. Adanya rumah sakit yang 0,10 2 0,20
mempunyai sarana dan
prasarana yang lebih baik dan
memadai.
3. Adanya tuntutan tinggi 0,45 3 1,35
terhadap sarana dan prasarana
yang memadai.
TOTAL 1 2,45
C. Analisa SWOT M-3 (Methode)
1. Penerapan Asuhan Keperawatan ( MAKP)
Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

1) RS memiliki visi, misi dan 0,2 4 0,8 = 3,1 -3


motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan = 0,1
pelayanan
2) Sudah ada Model MAKP 0,1 2 0,2
yang digunakan yaitu
MAKP TIM
3) Supervisi sudah dilakukan 0,1 3 0,3
Karu
4) Ada kemauan perawat 0,1 2 0,2
untuk berubah
5) Mempunyai Standar 0,1 3 0,3
Asuhan Keperawatan
6) Mempunyai Protap setiap 0,2 4 0,8
tindakan
7) Terlaksananya komunikasi 0,1 3 0,3
yang adekuat : Perawat
dan tim kesehatan lain
8) Ketenagaan keperawatan 0,1 2 0,2
sudah memenuhi syarat
untuk MAKP (S1
Keperawatan 5 orang)

TOTAL 1 3,1

Weakness

1) Pelaksanaan model MPKP 1 3 3


sudah dilaksanakan tetapi
belum maksimal

TOTAL 1 3,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS


Opportunity = O-T

a. Kebijakan pemerintah 0,4 4 1,60 = 4-3


tentang keprofesionalisme
=1
b. Adanya kesempatan bagi
perawat ruangan untuk 0,2 3 0,60

melanjutkan pendidikan
c. Adanya kebijakan RS
tentang pelaksanaan
MAKP 0,3 3 0,9
d. Adanya kewenangan
tersendiri bagi masing
0,3 3 0,9
masing tenaga medis

TOTAL 1 4

Theatred

a. Persaingan dengan rumah 0,50 3 1,50


sakit lain
b. Tuntutan masyarakat yang
menginginkan pelayanan 0,50 3 1,50

yang optimal
TOTAL 1 3

2. Timbang terima
Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Dilakukan setiap pergantian 0,15 2 0,30 = 2,60-2


sift
b. Diikuti oleh semua perawat 0,20 2 0,40 = 0,60
c. Dipimpin langsung oleh
0,25 2 0,50
kepala ruangan
d. Adanya klarifikasi dan
validasi perkembangan 0,20 4 0,80
pasien
e. Timbang terima dilakukan
langsung dengan 0,10 3 0,30
menggunakan status pasien
f. Timbang terima
0,10 3 0,30
ditandatangani oleh perawat
pelaksana antar sift dan Karu
saat pergantian sift pagi
TOTAL 1 2,60

Weakness

1. Pelaksanaan timbang terima 1 2 2,00


masih belum optimal,
khususnya dari shift sore ke
malam
TOTAL 1 2,0

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-S

a. Adanya nurse station 0,50 3 1,50 = 3,00-2,00


b. Kemampuan merata pada
0,50 3 1,50 = 1,00
semua perawat dalam
melakukan timbang terima

TOTAL 1 3,00

Theatred

a. Adanya tuntutan lebih dalam 1,00 2 2,00


pemberian pelayanan
TOTAL 1 2,00

3. Ronde
Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS)

Strength IFAS

a. Penerapan ronde sudah ada 0,45 3 1,35 = S-W


b. Ronde sudah disosialisasikan
0,55 3 1,65 = 3,00-2,00
ke seluruh perawat
TOTAL 1 3,00 =1,00

Weakness

a. Ronde jarang dilakukan 0,45 2 0,90


b. Jarang ada kasus yang
0,55 2 1,10
memerlukan ronde
TOTAL 1 2,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Adanya mahasiswa praktika 0.2 2 0,4 = 2,60-3,00


manajemen keperawatan
= -0,40
b. Adanya pelatihan dan
seminar tentang managemen 0,6 3 1,8

keperawatan
c. Adanya kesempatan dari
Karu untuk mengadakan
ronde keperawatan pada 0,2 2 0,4
perawat dan mahasiswa
Praktik

TOTAL 1 2,60

Theatred

a. Adanya persaingan dengan 1,00 3 3,00


rumah sakit lain
TOTAL 1 3,00

4. Sentralisasi obat
Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sudah ada program 0,3 3 0,9 = 3,2 -2,55


sentralisasi obat untuk kelas I
= 0,75
dan II
b. Terpusat pada nurse station 0,3 3 0,9

c. Kepala ruangan mendukung 0,2 4 0,8


kegiatan sentralisasi obat
d. Ada lembar
pendokumentasian obat yang 0,2 3 0,6
diterima
TOTAL 1 3,2

Weakness

a. Tersedianya sarana dan 0,55 3 1,65


prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat
b. Kurangnya kesiapan perawat 0,45 2 0,90
untuk melakukan sentralisasi
obat.
TOTAL 1 2,55

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Adanya kerjasama yang baik 0,50 2 1,00 = 2,00-3,00


antara mahasiswa dan
= -1,00
perawat
b. Adanya komunikasi yang
baik antara perawat dengan 0,50 2 1,00
pasien dan keluarga
TOTAL 1 2,00

Theatred

a. Tuntutan pelayanan yang 1,00 3 3,00


professional
TOTAL 1 3,00

5. Discharge planning
Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sudah dilakukan saat pasien 0,55 3 1,65 = 3,00-2,2


pulang
= 0,8
b. Pasien diberikan motivasi,
KIE. 0,45 3 1,35

TOTAL 1 3,00
Weakness

1. Keterbatasan waktu dan 0.4 1 0,4


tenaga perawat
2. Discharge planning belum 0,6 0,3 1,8
terlaksana secara optimal,
diantaranya: pemberian
pendidikan kesehatan
dilakukan secara lisan kepada
pasien/keluarga, tidak
memakai media (leaflet) dan
kartu.

TOTAL 1 2,2

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Kemauan pasien terhadap 0,55 3 1,65 = 3,00-1,00


anjuran perawat
= 2,00
b. Adanya komunikasi yang
dilakukan perawat dengan 0,45 3 1,35

baik
TOTAL 1 3,00

Theatred

a. Kesadaran pasien dan 1,00 1 1,00


keluarga kurang akan
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 1,00

6. Supervisi
Analisa Swot Bobot Rating Bobot x Rating
Internal Faktor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Menjadi RS rujukan wilayah 0,45 2 0,90 = 2,55-2,00


sekitar
= 0.55
b. Supervisi dilakukan oleh
kepala ruangan dan 0,55 3 1,65

manajemen rumah skait


TOTAL 1 2,55

Weakness

a. Supervisi tidak terjadwal 1,00 2 2,00

TOTAL 1 2,00

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Supervisi dapat dilakukan 1,00 3 3,00 = 3,00-1,6


rutin
= 1,4
TOTAL 1 3,00

Theatred

1. Adanya persaingan 0,4 1 0,4


pemberian layanan
kesehatan antara tempat
pelayanan kesehatan.
2. Makin tingginya tuntutan 0,6 2 1,2
masyarakat akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
terhadap tenaga keperawatan
TOTAL 1 1,6

7. Dokumentasi
Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal fakTor (IFAS) IFAS

Strength = S-W

a. Sistem pendokumentasian 0,55 2 1,1 = 2,45-2,45


yang berlaku di Ruang
= 0,0
Garuda saat ini adalah
SBAR
b. Rata-rata perawat mengerti 0,45 3 1,35
pengisian serta telah
melakukan dokumentasi
setelah melakukan tindakan
TOTAL 1 245

Weakness

a. Pendokumentasian masih 0,55 2 1,10


manual
0,45 3 1,35
b. Jam pendokumentasian
masih kurang tepat
TOTAL 1 2,45

Eksternal Faktor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

1. Peluang perawat untuk 0,25 2 0,50 = 2,75-2,5


meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM) 0,2 3 0,60 = 0,25
2. Mahasiswa Praktik untuk
mengembangkan system
dokumentasi
3. Adanya sitem akreditasi RS 0,30 3 0,90
sehingga memotivasi untuk
mendokumentasikan asuhan 0,25 3 0,75
keperawatan
4. Adanya dukungan kepala
ruangan terhadap
dokumentasi keperawatan

TOTAL 1 2,75

Theatred

1. Tingkat kesadaran 0,5 3 1,5


masyarakat (pasien dan
keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
2. Persaingan RS dalam 0,5 2 1
memberikan pelayanan
keperawatan

TOTAL 1 2,5

D. Analisa SWOT M-4 (Money)


Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Factor (IFAS)

Strength IFAS

a. Terdapat Petugas 0,10 1 0,10 =S–W


administrasi yang sudah
= 2,50-2,00
PNS
b. Biaya sewa kamar bisa di 0,25 3 0,75 = 0,50

jangkau oleh masyarakat


c. Adanya tugas , peran dan
0,35 3 1,05
wewenang dari petugas
administrsi
d. Administrasi dan keuangan
0,30 2 0,60
diatur dengan system
komputerisasi
TOTAL 1 2,50

Weakness

a. Tenaga administrasi 1,00 2 2,00


kurang
Total 1 2,00

Internal Factor (EFAS) EFAS

Opportunity =O–T

1. Ada kesempatan untuk 1,00 3 3,00 = 3,00-2,00


menggunakan instrumen
medis dengan re use = 1,00
sehingga menghemat
pengeluaran

TOTAL 1 3,00

Theatred

a. Adanya tuntunan dari 1,00 2 2,00


masyarakat akan pelayanan
administrasi yang cepat
TOTAL 1 2,00

E. Analisa SWOT M-5 (Market)


Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Internal Factor (IFAS)

Stregth IFAS

a. Mutu pelayanan sudah 0,35 3 1,05 = S-W


terlaksana secara efektif
= 3,65-3,00
sesuai ketentuan RSUD
S.K.Lerik = 0,65
b. Pelayanan diberikan pada 0,65 4 2,60
seluruh pasien dengan
status jamkesmas,
jamkesda, askes, maupun
umum
TOTAL 1 3,65

Weakness

a. Tata tertib pengunjung yang 0,45 3 1,35


belum diterapkan secara
optimal
b. Kapasitas melebihi 0,55 3 1,65

kapasitas ruangan

TOTAL 1 3,00

Eksternal Factor (EFAS) EFAS

Opportunity = O-T

a. Adanya program latihan 0,35 3 1,05 = 3,65-2,55


kepada perawat
= 1,10
b. Merupakan satu-satunya
paviliun yang menangani 0,35 4 1,40

pasien paru 0,30 4 1,20


c. Memiliki ruang RPK
TOTAL 1 3,65
Theatred

a. Adanya tuntutan 0,55 3 1,65


masyarakat terhadap
penigkatan mutu pelayanan
b. Persaingan dengan rumah 0,45 2 0,90

sakit lain
TOTAL 1 2,55

2.2.6 Diagram Layang Analisa Swot Di Garuda


O

2,60
2,40−
2,20−
2,00−
1,80−
1,60−
1,40−
1,20−
1,00−
0,80−
0,60−
0,40−
0,20−
-0,10−
‫׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀׀‬ -0,15−
-0,20−
-0,55-0,50-0,45-0,40-0,35-0,30-0,25-0,20-0,15-0,10-0,050,200,400,600,801,001,201,401,601,802,002,202,40
-0,25−
-0,30−
-0,35−
-0,40−
-0,45−
-0,50−
-0,55−
-,0,60−

W S

Keterangan :
T
AGRESIF

-0,05 :0,75 (M1 0,8 :2 (M3) DISCARD P


0,45 :0,9 (M2) 0,55 :1,4 (M3) {SUPERVISI]
0,1 : 1 (M3) [MAKP] 0,0 :0,25 (M3) DOC
0,6 :1 (M3) [TIMBANG TERIMA] 0,5 : 1 (M4)
1 :-0,4 (M3) [RONDE] 0,65 : 1,1 (M5)
0,75 :-1 (M3) [SENTRALISASI OBAT]

2.2.7 Identifikasi Masalah


Setelah dilakukan analisis situasi, dengan menggunakan pendekatan SWOT, maka
kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah:
A. Sarana dan Prasarana (M2)
Masalah :
a. Alat-alat yang tersedia sudah memadai namun sebagian perlu perbaikan dan
penambahan
b. Beberapa alat yang di gunakan belum sesuai dengan kebutuhan.

Penyebab :

a. Banyaknya pasien di Ruang Cempaka menyebabkan alat kesehatan sering


dipakai, sehingga alat kesehatan cepat rusak dan tidak dapat digunakan kembali.

B. MAKP (M3)
 Penerapan Model
Masalah :
a. Model asuhan keperawatan yang digunakan adalah MAKP TIM namun belum
optimal

Penyebab :

a. Sebagian perawat belum mendapat pelatihan mengenai MAKP dan 2 dari 7


perawat dengan jenjang pendidikan S1 merupakan perawat yang sedang
menempuh jenjang pendidikan S1 keperawatan.

 Timbang Terima

Masalah :

a. Timbang terima sudah dilakukan kemudian dilanjutkan dengan keliling ruangan


pasien untuk validasi.

Penyebab :

a. Banyaknya pasien dan keterbatasan waktu menyebabkan perawat tidak


melakukan validasi keliling ruangan ke semua pasien

 Sentralisasi Obat
Masalah :
a. Selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
b. Pelaksanaan sentralisasi obat belum dilakukan sementara ini

Penyebab :

a. Format dan perlengkapan sentralisasi obat belum tersedia

 Discharge Planning
Masalah :
a. Discharge planning belum terlaksana sesuai standar baku, diantaranya:
pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan kepada pasien/keluarga,
dan belum semua diberikan lieflet.

Penyebab :

a. Kurangnya sumber daya untuk melaksanakan pendokumentasian discharge


planning.

 Supervisi Keperawatan

Masalah :

a. Belum optimalnya pelaksanaan supervisi yang terjadwal


b. Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervise

Penyebab: Kesibukan kepala ruangan untuk melakukan supervisi sesuai jadwal

 Dokumentasi Keperawatan

Masalah :

a. Keterbatasan waktu perawat dalam melakukan kelengkapan status pasien


tentang pendokumentasian asuhan keperawatan
b. Pengisian lembar dokumentasi masih belum sesuai dengan format dokumentasi
yang telah tersedia
Penyebab:

a. Rasio antara perawat dan pasien membuat perawat tidak mempunyai banyak
waktu untuk melengkapi rekam medis milik pasien.
b. Keterbatasan jumlah perawat dalam merawat jumlah pasien yang begitu banyak,
membuat perawat tidak sempat melengkapi catatan perkembangan pasien.

 Ronde Keperawatan

Masalah :

a. Ronde keperawatan belum terlaksana kecuali jika ada mahasiswa praktek.


b. Kurangnya pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan

Penyebab:

a. Kurangnya sumber daya dalam melakukan ronde keperawatan.


b. Ronde keperawatan jarang dilakukan sehingga para perawat kurang memahami
ronde keperawatan

A. Money (M4)
Masalah :
a. Alokasi dana untuk penunjang kepuasan pasien masih belum optimal dalam hal
pemenuhan fasilitas ruangan dan managemen pengembangan perawat

Penyebab :

a. Tingginya kebutuhan ruangan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada


pasien tidak sebanding dengan pendapatan ruangan.

Anda mungkin juga menyukai