Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

MAKP MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG CEMPAKA RSUD IBNU SINA KAB. GRESIK

Disusun Oleh:

1. Nurul Enda Fauziyah, S.Kep


2. M Adi Dimas’ud, S.Kep
3. Febian Alfiansyah, S.Kep
4. Cholisotud Diniyah, S.Kep
5. M Irba’ur Rois, S.Kep
6. Rohmania Mustofa, S.Kep
7. Sherlie Vitriana, S.Kep
8. Sheintia Prihastuti , S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya informasi dan teknologi dalam menghadapi era
globalisasi memberikan dampak positif terhadap pola pikir masyarakat saat ini
baik terhadap ekonomi, sosial, politik dan kesehatan. Fenomena ini dapat dilihat
dari semakin tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
optimal. Tingginya tuntutan masyarakat tersebut tantangan bagi perawat untuk
mengalami perubahan dalam sistem pelayanan. Perubahan ini merupakan cara
untuk mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam
mengahdapiera globalisasi. Salah satu pelaksana perubahan yang nyata adalah
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas manajerial keperawatan yang
andal.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasnya di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah proses keperawatan sehingga dapat
mengarahkan keperawatan menuju profesional. Model praktik keperawatan
professional (MAKP) merupakan suatu tatanan dalam struktur, proses, dan nilai
profesional yang bertujuan untuk meningkatkan asuhan keperawatan. Aspek
struktur adalah penetapan jumlah keperawatan, penetapan standar rencana
keperawatan. Sedangkan aspek proses adalah penggunaan metode untuk
memberikan asuhan keperawatan. Melalui penataan struktur dan proses
keperawatan diharapkan hubungan perawat dank lien berkesinambungan.
Hubungan perawat dan klien yang akan menfasilitasi penerapan nilai- nilai
professional yang meliputi: otonomi, kesinambungan, dan akuntabilitas untuk
mempertanggung jawabkan asuhan yang diberikan. Rumah sakit dalam
mengembangkan suatu model keperawatan akan menata mengenai tenganya, jenis
tenaga yang dibutuhkan, adanya standar rencana perawatan yang sudah baku, dan
ditentukannya metode pemberian asuhan keperawatan sesuain dengan kondisi
ruangan.
Salah satu sistem pelayanan keperawatan profesional adalah dengan
melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Tim. Model perawatan Tim nursing
merupakan salah satu model praktek Keperawatan professional dimana perawat
bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan
dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Model ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan
tanggung gugat. Keuntungan dari MAKP Tim antara lain Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh Mendukung pelaksanaan proses
keperawatan Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

1. 2  Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
memahami prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan
keperawatan profesional
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu:
1.2.2.1 Menganalisis lingkungan ruang perawatan, menghitung kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu ruangan perawatan.
1.2.2.2 Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan.
1.2.2.3 Melakukan supervisi keperawatan
1.2.2.4 Melakukan ronde keperawatan
1.2.2.5 Melakukan timbang terima keperawatan 
1.2.2.6 Melakukan penerapan sentralisasi obat
1.2.2.7 Melakukan Discharge Planning
1.2.2.8 Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model
Problem, Intervensi dan Evaluasi (PIE)
1.2.2.9 Menganalisis tingkat kepuasan pasien pre dan post pelaksanaan MAKP
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1.3.1.1 Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
1.3.1.2 Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP di Ruang
Cempaka RSUD Ibnu Sina Kab.Gresik
1.3.1.3 Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di Ruang
Cempaka RSUD Ibnu Sina Kab.Gresik
1.3.1.4 Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
1.3.1.5 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruang Cempaka RSUD Ibnu Sina
Kab.Gresik
1.3.2 Bagi Perawat Ruang Cempaka RSUD Ibnu Sina Kab.Gresik
1.3.2.1 Melalui Praktik Manajemen Keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan
MAKP.
1.3.2.2 Melalui Praktik Manajemen Keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP dengan optimal
1.3.2.3 Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
1.3.2.4  Terbinanya hubungan baik anara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
1.3.2.5 Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga pasien
1.3.3.1 Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
1.3.3.2 Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambaran tentang
pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni standar, proses keperawatan, Pendidikan keperawatan dan system MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang
independent, maka tujuan pelayanan kesehatan atau keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2012).
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Nursalam (2012)
mendefinisikan model praktik keperawatan professional merupakan suatu sistem
baik itu struktur, proses, maupun nilai-nilai yang berpotensi perawat profesional
memanajemen pemberian asuhan keperawatan salah satunya lingkungan untuk
mendukung proses pemberian asuhan keperawatan.

2.2 Tujuan MAKP

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
2.3 Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) dalam Nursalam (2012)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan
Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka
perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) dalam
Nursalam (2012) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan, yaitu :
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2012).
2.   Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2012).
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012) perawat yang menggunakan
metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat
kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien
jika diperlukan Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan
akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Nursalam,2012)
2.4 Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron
& Gray (1995) dalam Nursalam (2012) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya
yaitu (Nursalam, 2012) :
a. Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse) :
a)      Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan
untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam
merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada
anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b)     Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam
mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka
dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan
dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
2.5 Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
2.5.1 Tanggung jawab anggota tim:
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
2. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3. Memberikan laporan.
2.5.2 Tanggung jawab ketua tim:
1. Membuat perencanaan.
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
4. Mengembangkan kemampuan anggota.
5. Menyelenggarakan konferensi.
2.5.3 Tanggung jawab kepala ruang:
2.5.3.1 Perencanaan
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
a)      Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
b)      Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan.
c)      Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
d)     Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk RS.
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9.  Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
2.5.3.2 Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
10. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
2.5.3.3 Pengarahan
1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
  2.5.3.4Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi:
a)     Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/
mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
b)     Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
c)     Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit
keperawatan.
2.6 Strategi Kerja Tim
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima
oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua
tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung
jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian
membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada
setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana
keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim
menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya
anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri.
Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada
format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari
libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan
masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan
utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu
mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur.
Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat
rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Pada dinas pagi ketua tim
bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang
dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi
melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan
mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi
langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas
perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu
mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan
selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka
ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya.
Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota
tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut.
Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada
kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan
mengenai diet pasien yang benar. Selama anggota tim melakukan asuhan
keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan
dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama
melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang
dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang
dibuat oleh anggota tim.Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien
dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metode SOAP,
catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Bila ada pasien yang akan pulang
atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan,
sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah
yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan
kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang
didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan
antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan
atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh
perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan
pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim
melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore.
Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malam pada format yang tersedia
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2016. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat Implementasi. Jakarta: EGC

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
.

Anda mungkin juga menyukai