Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan
professional adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui
pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat
menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada
profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap
jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan
dan sistem penghargaan yang memadai.
Di berbagai negara telah banyak dilakukan kegiatan untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan melalui pengembangan MPKP, keuntungan dari
penerapan MPKP dapat dilihat dari penurunan angka kejadian infeksi pada
kateter urin, penurunan jumlah pasien yang mengalami dekubitus, angka
perpindahan perawat menurun, adanya kepuasan pasien dan kepuasan perawat
serta adanya hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan.
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak
diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan (1983). Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi
profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada tingkat sarjana,
mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan
bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan.
Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di
Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan
dapat ditingkatkan. (Sitorus, 2006).
Menurut Sitorus dan Yulia Model Praktek Keperawatan Profesional adalah
sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang

1
memfasilitasi perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan,termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Solihati,
2012). Model Praktik Keperawatan Profesional ini diterapkan dalam pemberian
asuhan keparawatan kepada klien, termasuk individu, keluarga dan masyarakat.
Perawat bertanggung jawab membuat keadaan pasien, baik secara bio, psiko,
sosio dan kultural yang baik untuk penyembuhan pasien karena beberapa
tanggung jawab di atas wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional.
Diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata sehingga
meningkatkan mutu asuhan dan palayanan keperawatan.Layanan keperawatan
yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya, tindakan
keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada
tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri
tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan
keperawatan melalui pengembangan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) yang diperbaharui dengan SP2KP. (Sitorus, 2006).

B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui model praktek
keperawatan professional dalam
pelayanan kesehatan
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui konsep MPKP dan pengembangannya
2. Mengetahui metode penugasan : metode tim
3. Mengetahui hubungan profesional dalam MPKP

2
BAB II
KONSEP MPKP

A. PENGERTIAN
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan
teori keperawatan. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi
kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan
kesehatan yang optimal.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,
yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

B. TUJUAN DARI MPKP


a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.

C. MANFAAT MPKP
Model praktik keperawatan vokasional adalah metode penugasan
keperawatan fungsional. Namun dalam perkembangan ilmu keperawatan,
model praktik keperawatan ini tidak sesuai lagi dan sesuai dengan tuntutan

3
profesionalitas pelayanan keperawatn, salah satu adalah model praktik
keerawatan profesinal ( MPKP)
Pemanfaatan pengetahuan di bidang ilmu keperawatan, menjadi factor
penting dalam pertimbangan pengggunaanya. Hal ini berguna untuk
pemberian pelayanan dan penetapan keputusan tindakan keperawatan.
Dalam hal ini, ilmu keperawatn harus menjadi pertimbangan sebelum
menetapkan suatu kontribusi keputusan dalam pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu keperawatan merupkan sesuatu
yang penting dalam kehidupan manusia untuk pencapaian derajat kesehatan,
kebahagian dan kesejahteraan umat manuasia, baik yang sehat maupun yang
mengalami masalah kesehatan atau sakit.

D. MACAM-MACAM METODE PENUGASAN MPKP DALAM


KEPERAWATAN
1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama
kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan
metode pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006). Metode
penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, perawat kesehatan komunitas.
a. Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi
b. Kekurangan :
1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

4
2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi
satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu
ruangan. (Sitorus, 2006). Pada metode ini, kepala ruang menentukan
tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas
yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional
mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah
perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya. (Sitorus, 2006). Metode ini kurang efektif karena (Sitorus,
2006) :
a) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
b) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian
asuhan keperawatan terfragmentasi
c) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,
kecuali mungkin kepala ruangan.
d) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali
klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang
ditanyakan.
e) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kelebihan :
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam
waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

5
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk tugas sederhana.
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja
4. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
5. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

3. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi
asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim adalah :
1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi

6
4. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan
berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala
ruang diharapkan telah :
e. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
f. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
g. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
h. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
i. Menjadi narasumber bagi ketua tim
j. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992) menunjukkan
bahwa metode tim jika dilakukan dengan benar adalah metode pemberian
asuhan yang tepat untuk meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan
yang bervariasi kemampuannya (Sitorus, 2006).

Kelebihan :
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

7
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda secara efektif.
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim
dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi
staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas
Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim
terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi

4. Metode perawatan primer


Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang
dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu
yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi

8
asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Sitorus, 2006). Pada
metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse)
disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006). Metode keperawatan primer
dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi,
ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi,
dan komitmen. (Sitorus, 2006).
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan
bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah
sakit atau di suatu unit. Perawat akan melakukan wawancara mengkaji
secara komprehensif, dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawat
yang peling mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas,
kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated
nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter, dan
staff keperawatan. (Sitorus, 2006).
Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih
dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu,
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya layanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan,proteksi, informasi, dan advokasi.
Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena
(Sitorus, 2006) :
a. Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan
dan koordinasi asuhan keperawatan
b. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
c. PP bertanggung jawab selama 24 jam
d. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
e. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan
paralel.

9
Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah sakit
adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu tinggi.
(Sitorus, 2006).
Menurut Ellis dan Hartley (1995), Kozier et al (1997) seorang PP
bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang terkait dengan
asuhan keperawatan klien oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP
minimal adalah sarjana keperawatan/Ners. (Sitorus, 2006).
Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
2. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan
sepanjang hospitalisasi.
4. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
5. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh
perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui
penerapan ilmu pengetahuan.
6. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta
informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
7. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
8. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada
klien.

10
9. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
10. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
11. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan
perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
12. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
13. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
14. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
15. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
Kelemahan :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri,
memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta
merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
3. Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
5. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

5. Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan yang
bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber
keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu model kompetensi dan
model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar (registered
nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran yang
sesuai dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab

11
setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut diatur
(Sitorus, 2006).

E. PILAR-PILAR DALAM MPKP


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah
1. Pilar I : Pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan
dasar tersebut seorang perawat harus melakukan pendekatan
penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien,
dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk
masalah klien.
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1990).
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
a. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan
strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
b. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5
tahun.
c. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.

12
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi,
filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston,
1998). Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan
untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan
jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan
tahunan.
a. Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa
organisasi itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi
perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
b. Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan
organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh
misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan
pelayanan prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan
spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan
jiwa yang professional.”
c. Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang
menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi
landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
1) Individu memiliki harkat dan martabat
2) Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
3) Setiap individu memiliki potensi berubah
4) Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi
terhadap lingkungan)
d. Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan
organisasi dalam pengambilan keputusan. Contoh kebijakan di

13
ruang MPKP RSMM Bogor: “Kepala Ruangan MPKP dipilih
melalui fit and proper test” “Staf MPKP bertugas berdasarkan
SK”
e. Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP
terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan.
1. Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-
masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana
harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi
pada saat operan dan pre conference.
a. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
1) Asuhan keperawatan
2) Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
3) Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama
dengan unit lain yang terkait
4) Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
5) Operan
6) Pre conference dan Post conference
7) Mengecek SDM dan sarana prasarana
8) Melakukan interaksi dengan pasien baru atau
pasien yang memerlukan perhatian khusus
9) Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana
10) Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
11) Mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi.

14
12) Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan
asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok
sesuai tingkat ketergantungan pasien.

Contoh: Rencana Harian Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1: Rencana Harian Kepala Ruangan

Nama :
Ruangan :
Tanggal :
Jumlah perawat :
Jumlah pasien :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1),
mengecek SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien
yang memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil

12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan


yang belum teratasi
Ishoma

15
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference

14.00 Operan

b. Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
1) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada
tim yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
4) Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
5) Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
6) Operan
7) Pre conference dan Post conference
8) Merencanakan asuhan keperawatan
9) Melakukan supervisi perawat pelaksana.
10) Menulis dokumentasi
11) Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
12) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

Contoh Rencana Harian Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 : Rencana Harian Ketua Tim


Nama Perawat:
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :

16
Waktu Kegiatan Keterangan

07.00 Operan Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih


dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberi obat pasien

08.00 Pasien 1…………………………(tindakan)


Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3…………………………..(tindakan)

09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan


kebutuhan)
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)

10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok

11.00 Pasien 1…………………………(tindakan)


Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)

12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien


Ishoma

13.00 Post conference dan menulis dokumentasi


Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

14.00 Operan

c. Rencana Harian Perawat Pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan
malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim
maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan

17
perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post
conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1) Operan
2) Pre conference dan Post conference
3) Mendokumentasikan askep

Contoh : Rencana Harian Perawat Pelaksana dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Rencana Harian Perawat Pelaksana

Nama perawat :
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :
1. _____________ 4. ___________________
2. _____________ 5. ___________________
3. _____________ 6. ___________________

Waktu Kegiatan Ket


07.00 14.00 21.00 Operan
Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberikan obat (dinas
pagi)
08.00 15.00 22.00 Pasien1……………………………(tindakan)
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien 4……………………………(tindakan)
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien 1……………………………(tindakan)
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00 18.00 05.00 Pasien 4……………………………(tindakan)

18
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Istirahat
13.00 20.00 06.00 Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan
dokumentasi askep
14.00 21.00 07.00 Operan

d. Penilaian Rencana Harian Perawat


Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian
dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen jurnal
rencana harian. Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan
mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung
presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
2. Rencana bulanan
a. Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
1. Membuat jadual dan memimpin case conference
2. Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga
3. Membuat jadual dinas
4. Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan
perawat
5. Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
6. Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua
tim dan perawat pelaksana

19
7. Melakukan audit dokumentasi
8. Membuat laporan bulanan

b. Rencana bulanan ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-
kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
1. Mempresentasikan kasus dalam case conference
2. Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
3. Melakukan supervisi perawat pelaksana

c. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi
hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai
acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja
MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah
dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
b. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota
masing-masing tim.
c. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan
yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
d. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana
menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi
untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat
jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

20
2) Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan
daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian di ruang
MPKP terdiri dari:
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen
dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem
penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin
oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua
Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi
beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim
dan tiap Tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua
Tim yang terpilih.
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur
jadual dinas (pagi, sore, malam)
c. Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing
Tim.

21
d. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat
Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat
memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang
mengalami kekurangan anggota.
e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore,
malam, dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala
ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih
adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang
ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim,
sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling
kompeten di antara anggota tim.
f. Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-
masing pasien.
g. Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun
oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
h. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh
Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang
bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada
perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
i. Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan
Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah
mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas.
c. Daftar Pasien

22
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan
alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar
pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai
perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat
dan juga setiap shift dinas.

Contoh Daftar Pasien:


No Nama Nama Nama Perawat Pagi Sore Malam
Pasien Dokter Katim PJ 7/11-07 6/11- 6/11-07
07
Tim I
1 Ferri Dr. Anton Anita Beti Beti Ulfa Ujang
2 Zulkifli Dr. Anton Anita Ujang Beti Ulfa Ujang
3 Arman Dr. Anton Anita Henny Henny Pusti Ujang
4 Bary Dr. Meti Anita Ulfa Henny Ulfa Ujang
5 Dullah Dr. Meti Anita Tito Tito Pusti Ujang
6 Ahmad Dr. Meti Anita Pusti Tito Pusti Ujang
7 Dirman Dr. Anton Anita Anita Anita Pusti Ujang

Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau


malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas.
Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas
sore. Contoh diatas menunjukkan:
a. Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny,
Tito dan Anita. Beti merawat Ferri sebagai penanggung
jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet karena
Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.
b. Dinas sore tanggal 6 November 2007 adalah Ulfa dan Pusti.
c. Dinas malam tanggal 6 November 2007 adalah Ujang.

c. Pengarahan

23
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan
dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan
pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh
staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim motivasi
b. Mengelola waktu secara efisien
c. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
f. Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Menciptakan budaya motivasi
a. Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan
manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat
luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara
memotivasi (Marquis & Houston, 1998). Iklim motivasi dapat
ditumbuhkan melalui:
1) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan
mengkomunikasikan harapan tersebut secara efektif
2) Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3) Membuat keputusan yang bijaksana
4) Mengembangkan konsep kerja kelompok

24
5) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan
kebutuhan dan tujuan organisasi
6) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf
mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
7) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan
yang telah dikerjakan
8) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
9) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
10) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang
semua keputusan dan tindakan
11) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat
penilaian sesering mungkin
12) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong
dengan staf
13) Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan
kerjanya
14) Menjadi role model bagi staf
15) Memberikan reinforcement sesering mungkin

b. Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP


Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan
cara sebagai berikut:
a) Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku
positif dengan memberikan reward. Reward yang diberikan
di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Doa bersama
sebelum memulai kegiatan
b) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah
setiap personil secara mendalam dan membantu
penyelesaiannya.

25
c) Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan
pengembangan jenjang karir dan kompetensi
d) Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja

c. Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi


Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala
ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester)
dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.

2. Manajemen waktu
a. Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
1. Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
2. Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan,
menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
3. Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
b. Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan
rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui
jadual kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan.
c. Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner

3. Pendelegasian
a. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap
berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian
dilaksanakan melalui proses :

26
1) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model
peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
6) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
7) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

b. Penerapan Pendelegasian di MPKP


Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas
oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat
Pelaksana.Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian
terencana dan pendelegasian insidentil. Pendelegasian terencana
adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa :
a. Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab
Shift
c. Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
d. Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus
dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah

27
Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau
Penanggung Jawab Shift, tergantung pada personil yang
berhalangan.

c. Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP


1) Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
2) Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan
tugasnya
3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal
secara terinci, baik lisan maupun tertulis
4) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
5) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan dan hasilnya.

d. Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas


Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara
self evaluasi.

4. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.Supervisi
dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni
dalam bidang yang disupervisi.

28
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat
yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan
di MPKP.Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut
:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
b. Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala
Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan
kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi
terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan
asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi
terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang
dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi
momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang
diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf
dan jadwal supervisi.
d. Evaluasi Aktivitas Supervisi
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim
yang melakukan supervisi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi

29
5. Komunikasi efektif
a. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi
adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran
yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.

b. Penerapan Komunikasi di MPKP


Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
1. Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas
pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung
jawab shift sore.
2. Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim atau PJ.
3. Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.

30
c. Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf
perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.

6. Manajemen konflik
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah
terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya
mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang
MPKP.
b. Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya
yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu
pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP. Pendekatan
penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
b) Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
c) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan.
d) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
e) Menerapkan solusi pilihan
f) Mengevaluasi peredaan konflik.

31
c. Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat
berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan
d. Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf
keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.

4. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah
segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator
mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen
keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang
akan datang. Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data
tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau
ruangan membuat sendiri. Jadi pengendalian manajemen adalah proses
untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja

32
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :
1. Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
2. Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review.
Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, dan indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b. Survey masalah baru
c. Kepuasan pasien dan keluarga
d. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan,
yaitu
e. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
f. Penilaian kinerja perawat

33
Indikator mutu umum, antara lain :
1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %
sedangkan standar nasional BOR adalah 70 – 80 %. Rumus
penghitungan BOR sbb :
Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu
Catatan :
a. Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat
pasien yang keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
b. Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu
periode waktu
2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer
(yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang
ideal adalah 6 – 9 hari. Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh
kepala ruangan yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb:
ALOS= Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Catatan :
a. Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari
perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu.
b. Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.

34
3. Penghitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Di
MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb:
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
TOI = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
4. Penghitungan Angka Infeksi Nasokomial
Angka infeksi nasokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat
atau muncul selama dalam perawatan di rumah sakit.
5. Penghitungan Angka Dekubitus
Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami dekubitus
selama dalam perawatan di rumah sakit

b. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status
setiap pasien yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit dibuat
rekapan dalam satu bulan.

c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat
keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan
dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang
akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga,
perawat dan tenaga kesehatan lain. Di MPKP survey kepuasan pasien
dilakukan setiap pasien pulang, diberikan saat selesai menyelesaikan

35
administrasi atau saat mempersiapkan pulang dengan cara pasien dan
keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan 6
bulan sekali.

d. Evaluasi Aktivitas Pengendalian


Di MPKP aktivitas pengendalian dievaluasi melalui self evaluasi
terhadap Kepala ruangan tiap satu semester dengan menggunakan
instrumen/kuisioner sbb: Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP

No Kriteria Sll Sr Kd Tp

1 BOR dihitung setiap satu bulan


2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat
setiap bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan
setiap ada pasien pulang atau
meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan
setiap ada pasien pulang atau
meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan
dilakukan setiap ada pasien pulang
atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan
dilakukan tiap bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan
(Sumber : Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010).
Petunjuk :
Sll : selalu nilai 4
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Tp : tidak pernah nilai 1

36
Nilai : Total nilai x 100%

2) Pilar II : Sistem kompensasi dan penghargaan


Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai
hak atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi
yang didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih
dahulu dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada
MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada
kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan
profesional. Compensatory reward (kompensasi penghargaan)
menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber
daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen
keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat
produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling
banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat
di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf
yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan
agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan
pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru:

a. Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP

37
Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen
perawat yang ada di rumah sakit. Dalam menentukan perawat yang
diperlukan di ruang MPKP, perlu diketahui kategori Ruang MPKP
yang akan dikembangkan. Misalnya Untuk level MPKP
Profesional I diharapkan Karu dan Katim mempunyai latar
belakang pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang
karir minimal Perawat Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat
pelaksana minimal mempunyai latar belakang pendidikan D III
Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat Klinik 2 (PK
2). Proses rekuitmen perawat di ruang MPKP :
1. Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level
MPKP yang akan dipilih, disesuaikan dengan sumber daya
keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut, diharapkan
minimal memilih MPKP level pemula.
2. Setelah level disepakati maka kepala bidang perawatan
melakukan sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada
pimpinan dan para pejabat struktural yang ada di rumah sakit
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.
3. Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat
yang ada di ruangan tentang pembentukan ruang MPKP
disertai kriteria perawat yang dibutuhkan dengan tujuan
merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala ruangan
memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi kriteria
untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran
dan biodata.
4. Sebelum menetapkan proses rekruitmen perlu ditetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan. Jenis tenaga perawat terdiri
dari kepala ruangan (Karu), perawat primer (PP) sebagai ketua
tim, dan perawat pelaksana. Selain itu juga perlu ditetapkan
kriteria perawat yang dibutuhkan.
b. Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP

38
Proses seleksi perawat di ruang MPKP :
a) Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan
perawat yang memenuhi syarat menjadi kepala ruangan,
perawat primer/ketua tim, dan perawat pelaksana/asosiet.
b) Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes
tulis. Hasil tes tulis menetapkan perawat pelaksana yang
memenuhi kriteria dan bakal calon ketua tim dan kepala
ruangan.
c) Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
d) Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh
perawat yang memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih
kepala ruangan.
e) Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan
hasil tes maka pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan
(SK) penempatan perawat yang bekerja di ruang MPKP.
f) Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta
untuk membuat pernyataan akan kesediaannya bekerja dan
mengembangkan ruang MPKP dan menandatanganinya.
Perawat diberikan penjelasan tentang lingkup kerja dan
pengembangan karir.
c. Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP
Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui
masa orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum
seseorang bekerja pada unit kerja tertentu. Orientasi berupa
pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi
umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek dan
jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan).
Kegitatan orientasi menggunakan metode klasikal, praktik
lapangan dan praktik kerja.
Kegiatan prientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja
di ruang MPKP. Karu dan Katim membuat rencana orientasi.

39
Kegiatan MPKP yang akan diorientasikan pada program orientasi
adalah :
1. Kepala Ruangan
a. Pendekatan Management:
1) Perencanaan
a) Mengembangkan visi dan misi
b) Mempunyai filosofi
c) Menetapkan Rencana Jangka Pendek
d) Pengorgansasian
e) Membuat struktur organisasi
f) Membuat jadual dinas bersama ketua tim
g) Membuat daftar pasien bersama ketua tim
2) Pengarahan
a) Mamimpin opera
b) Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan
post conference
c) Memberi motivasi pada tim perawat di
ruangan
d) Mendelegasikan tugas pada bawahan dengan
jelas
e) Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan yang lain dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
f) Mengawasi perawat primer dan perawat
pelaksana dalam mengelola pasien melalui
komunikasi langsung.
g) Memperoleh informasi tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui supervisi dan
mendengarkan laporan langsung dari perawat
primer.
h) Melakukan pengawasan tidak langsung :

40
1. Mengecek daftar hadir perawat primer,
perawat pelaksana, pekarya dan petugas
TU.
2. Mengecek kedisiplinan.
3) Pengendalian
a. Menetapkan indikator mutu
b. Melakukan audit dokumentasi
c. Melakukan survey kepuasan pasien,
keluarga, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya.
d. Melakukan survey masalah
kesehatan/keperawatan

b. Compensatory reward
1. Melakukan rekruitmen tenaga perawat
2. Melakukan seleksi tenaga perawat
3. Melakukan orientasi
4. Melakukan penilaian kinerja
5. Melakukan pengembangan tenaga perawat

c. Hubungan Professional
1. Memimpin rapat keperawatan
2. Mengawasi pelaksanaan konfrensi kasus
3. Mengikuti rapat tim kesehatan
4. Mengawasi pelaksanaan visit dokter

d. Asuhan keperawatan
1. Menguasai asuhan keperawatan pada pasien
sesuai masalah keperawatan yang ada
2. Perawat Primer/Ketua Tim
3. Perawat Pelaksana

41
a) Membuat rencana jangka pendek (rencana
harian) tindakan keperawatan yang
ditugaskan oleh perawat primer
b) Melaksanakan tindakan keperawatan
c) Melakukan evaluasi serta dokumentasi
keperawatan
d) Mengikuti ronde keperawatan, konferensi
kasus, dan pre dan post conference.
e) Melakukan kerja sama dengan perawat
pelaksana lain dibawah timnya.
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi
atau penilaian terhadap kinerja perawat
dalam melaksanakan budaya MPKP.
Selanjutnya bagi perawat yang telah
menjalani masa orientasi dilakukan
penentuan apakah perawat tersebut diterima
atau tidak di ruang MPKP. Penentuan
dilakukan oleh pimpinan keperawatan dan
fasilitator (konsultan).

d. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala
ruangan, perawat primer dan perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM
dievaluasi dengan menggunakan supervisi baik secara langsung
(observasi) maupun tidak langsung (melalui dokumentasi). Kinerja
kepala ruangan disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang perawatan
dan fasilitator/konsultan; kinerja perawat primer disupervisi/
dievaluasi oleh kepala bidang perawatan, fasilitator/konsultan dan
kepala ruangan; kinerja perawat pelaksana disupervisi/ dievaluasi oleh
kepala ruangan dan perawat primer.

42
Kepala Bidang Perawatan bertanggung jawab mengobservasi
dan menilai keberlllangsungan seluruh aktivitas di ruang MPKP.
Dalam supervisinya didampingi oleh fasilitator atau konsultan.

e. Pengembangan tenaga perawat


Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses
yang berhubungan dengan manajemen SDM. Tujuannya adalah
membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan
posisinya dan untuk pengakuan/penghargaan terhadap kemampuan
profesional tenaga perawat yang akan memaksimalkan pencapaian
jenjang karir. Bentuk pengembangan tenaga perawat di ruang MPKP
adalah Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan dan Program
pengembangan jenjang karier. Pada tahap awal bekerja di ruang
MPKP, perawat mendapat penjelasan tentang proses pengembangan
yang dapat diikuti.

3) Pilar III : Nilai-nilai professional/ hubungan professional


Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu
praktik keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan
inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien,
menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap
ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan. Pemberian asuhan
kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa anggota tim
kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah klien.
Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu
perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan kolaborasi
tersebut.
Hubugan profesinal dalam pemberian pelayanan keperawatan
biasanya terjadi antar timkesehatan dengan penerrima pelayanan
keperawatan yaitu klien dan keluarganya. Pada pelaksanaanya,
hubungan profesional terdiri dari :

43
a. Hubungan profesional secara internal
Adalah suatu hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan, seperti hubungan antar perawat atau hubungan perawat
dengan tim kesehatan lainnya.
b. Hubungan profesional secara eksternal
Adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
keperawatan ( klien dan keuarga)
Hubungan profesional dapat terjadi secara horizontal,vertical
maupun diagonal. Sebagai contoh : hubungan profesional dalam suatu
tim, seperti rapat perawat ruangan,rapat tim keperawatn, case
conference dan visite dokter.

4) Pilar IV : Pemberian asuhan keperawatan


Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, misalnya metode kasus, fungsional, tim, dan
keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik
keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang
menggunakan the breath of keperawatan primer.
Manajemen asuhan keperawatn yang di terapkan adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawtan. Asuhan
keperawatan biasanya di sesuaikan dengan spesifikasi masalah
keperawatan di ruangan.

F. NILAI PRAKTEK KEPERAWATAN


MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang
mewujudkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan
pada MPKP adalah:
1. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )

44
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )

45
BAB III
METODE PENUGASAN : METODE TIM

A. PENGERTIAN
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model
tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat
yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.

B. TUJUAN
Tujuan metode penugasan : metode tim, yaitu :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga

46
professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam,
2002)
1. Kelebihan
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2. Kelemahan
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

D. PEMBAGIAN DAN PELAKSANA


1. Peran Kepala Ruang
a. Pengkajian
Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
b. Perencanaan
Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
a) Menunjuk ka Tim
b) Mengikuti serah terima klien
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
f) Merencanakan lgistik ruangan/failitas ruangan
g) Melakukan pendokumentasian

47
c. Implementasi
Fungsi pengorganisasian
a) Merumuskan system penugasan
b) Menjelaskan rincian tugas ketua Tim
c) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang
rawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan
f) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
g) Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim

Fungsi pengarahan
a) Meberikan pengarahan kepada ketua Tim
b) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim
c) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
d) Membimbing bawahan
e) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
f) Melakukan supervisi
g) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan yankep diruangan
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Evaluasi
Fungsi pengendalian
a) Mengevaluasi kinerja katim
b) Memberikan umpan balik pada kinserja katim
c) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
d) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
e) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

48
2. Peran Ketua Tim
a. Pengkajian
mengumpukan data kesehatan klien
b. Perencanaan
Fungsi perencanaan dan ketenagaan
a) Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
b) Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan
d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
e) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
f) Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
g) Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
c. Implementasi
Fungsi pengorganisasian
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
b) Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
c) Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
d) Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama timkesehatan lain
e) Mengatur waktu istirahat anggota tim
f) Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan
a) Memberikan pengarahan kepada anggota tim
b) Memberikan bimbingan pada anggota tim
c) Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
d) Mengawasi proses pemberian askep
e) Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
f) Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim

49
g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Evaluasi
Fungsi pengendalian
a) Mengevaluasi asuhan keperawatan
b) Memberikan umpan balik pada pelaksana
c) Memperhatikan aspek legal dan etik
d) Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

3. Peran Pelaksana
a. Pengkajian
mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.
b. Perencanaan
Fungsi perencanaan dan ketenagaan
a) Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
b) Menerima pembagian tugas dari katim
c) Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan
d) Mengikuti ronde keperawatan
e) Menerima klien baru
c. Implementasi
Fungsi pengorganisasian
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
b) Menerima pembagian tugas
c) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
d) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
e) Menyesuiakn waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
f) Melaksanakan asuhan keperawatan
g) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan

50
Fungsi pengarahan:
a) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
b) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan
melaksanakan askep dengan etik dan legal
c) Memehami pemahaman yang telah dicapai
d) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
d. Evaluasi
Fungsi pengendalian
Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.

4. Peran Karu, Perawat Primer Dan Perawat Asosiat Dalam MPKP (metode
primary team) yang dilaksanakan di ruangan.
a. Peran Kepala Ruang
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan
primerOrientasi dan merencanakan karyawan baru
b) Menyusun jadual dinas
c) Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf
f) Peran Perawat Primer
g) Menerima pasien
h) Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
i) Membuat tujuan
j) Membuat rencana keperawatan
k) Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada
PA yang menjadi anggota timnya.
l) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama PA
yang menjadi anggota timnya.
m) Melakukan kolaborasi dengan t9im kesehatan lainnya.
n) Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan.

51
o) Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
p) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
q) Menerima dan menyesuaikan rencana
r) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
s) Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan
tindakan keperawatan)
b. Peran Perawat Asosiat
a) Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang asuhan
yang direncanakan oleh PP.
b) Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP
c) Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP tentang
klien untuk keperluan asuahan keperawatan selanjutnya.
d) Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam
catatan tindakan keperawatan.

52
BAB IV
HUBUNGAN PROFESIONAL DALAM MPKP

A. MEETING MORNING
a. Pengertian
Morning Meeting yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari
sebelum dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
Banyak hal yang dapat disampaikan dalam forum itu tapi waktu dibatasi
hanya 15 menit.
b. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang
perawatan sebagai wahana informasi dan komunikasi.
c. Prosedur
No Tahapan Proses Kegiatan
Meeting Morning
1. Persiapan a) Kepala ruang mempersiapkan materi dan informasi
mengenai kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruangan
tersebut.
b) Kepala ruang menyiapkan tempat untuk
melakukan morning meeting.
c) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
d) Morning meeting diikuti oleh seluruh staff yang jaga pagi
dan malam, ditambah dengan tenaga administrasi ruang.

2. Pelaksanaan a) Kepala ruang membuka meeting morning dilanjutkan


dengan do’a bersama
b) Kepala ruang memberikan informasi dan arahan kepada
staf dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
c) Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
d) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan
e) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah

53
yang dapat ditempuh
f) Kepala ruang memberi motifasi dan reinforcement kepada
staf
3. Penutup a) Kepala ruang menutup morning meeting
b) Kepala ruang dan peserta morning meeting
menandatangani notulensi
c) Morning meeting dilanjutkan dengan operan jaga

(Sumber:Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010).


B. HANDOVER
1. Pengertian Handover (Operan)

Handover atau yang dikenal dengan operan merupakan teknilk atau cara
untuk menerima atau menyelesaikan sesuatu atau laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien. Operan klien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan
mandiri, tindakan kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan, serta
perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Operan dilakukan oleh perawaat primer keperawatan dengan
perawat primer keperawatan kepada perawat (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara lisan dan tertulis. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait dengan handover (operan).
1. Operan dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Operan dipimpin oleh kepala di luar atau penanggung jawab klien (PP)
3. Operan diikuti oleh semua perawat yang telah dinas dan perawat yang
akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan sesuai
kondisi klien saat ini, serta menjaga kerahasiaan klien.
5. Operan harus berorientasi pada perbedaan klien.
6. Pada saat melakukan operan di kamar klien, sebaiknya menggunakan
volume suara yang cukup sehingga klien di sebelahnya tidak

54
mendengarkan sesuatu yang bersifat rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
klien
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station

2. Tujuan Dan Manfaat Handover (Operan)


Handover (operan) memiliki tujuan antara lain:
1. Mengomunikasikan keadaan klien dan menyampaikan informasi yang
penting;
2. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (fokus data)
3. Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan di asuhan keperawatan
kepada klien;
4. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya;
5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Sementara itu, timbang terima (operan) juga memiliki beberapa manfaat
antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat
2. Menjalin hubungan kerja sama dan rasa tanggung jawab antar perawat
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
5. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap

3. Prosedur dan alur handover (operan)


Mekanisme timbang terima (operan) memiliki prosedur sebagaimana
tertera pada tabel berikut:

55
Tabel : prosedur handover (operan)

Tahap Kegiatan waktu Tempat Pelaksana


Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap 5 menit Nurse PP dan PA
pergantian shift stasion
2. Prinsip operan, terutama
pada semua klien baru
masuk, dan klien yang
dilakukan operan khususnya
klien yang memiliki
permasalahanyang
belum/dapat teratasi, serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan operan
pada PP berikutnya
mengenai hal yang perlu
disampaikan dalam operan
antara lain:
a. Jumlah klien
b. Identitas klien dan
diagnosis medis.
c. Data (keluhan subjektif
dan objektif)
d. Masalah keperawatan
yang muncul
e. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
f. Intervensi kolaborasi
dan dependen
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan ( persiapan
operasi, pemeriksaan

56
penunjang, dan lain
lain)
1. Kedua kelompok dinas 20 menit Nurse Karu, PP dan PA
sudah siap (shift jaga) station
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
3. Kepala ruangan membuka
acara operan
4. Perawatan yang mendapat
operan dapat melakukan
klarifikasi, 57tanya jawab,
dan melakukan validasi
terhadap hal hal yan telah
disampaikan dan berhak
menanyakan hal – hal yang
kurang jelas.
5. Kepala ruangan atau PP
menanyakan kebutuhan
dasar klien
6. Penyampain yang jelas,
singkat dan padat
7. Perawat yang melaksanakan
oeran mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan ,
dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian
yang matang, sebaiknya
dicatat secara khusus,
kemudian diserah
terimahkan kepada petugas
berikutnya
9. Lama operan untuk tiap

57
klien tidak lebih dari 5
menit, kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit
Post 1. Diskusi 5 menit Nurse Karu, PP/ Katim,
Operan 2. Pelaporan untuk operan station dan PA
dituliskan secara langsung
pada format operan yang
ditanda tangani oleh PP yang
jaga saat itu dan PP yang
jaga berikutnya, serta
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh karu

Alur handover :

PASIEN

Diagnosa
Diagnosa Medis Keperawatan
Masalah Kolaborasi

RENCANA
TINDAKAN
Yang telah dilakukan
Yang telah dilakukan
PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

MASALAH :
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah
baru
Bagian 1.2 Alur Handover. Narsalam (2011)
C. PRE DAN POST CONFERENCE

58
1) Pre Conference :
a. Pengertian
Pre conference adalah Komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh katim atau PJ Tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana
dari Katim atau PJ tim.

b. Tujuan :
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

c. Prosedur :
NO Tahapan Kegiatan
1 Persiapan a. Masing-masing tim
menyiapkan tempat
pelaksanaan pre
conference.
b. Masing-masing ketua tim
sudah menjadwalkan
kegiatan pre conference
2 Pelaksanaan a. Katim/Pj Tim membuka
acara
b. Katim/Pj Tim menanyakan
rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
c. Katim/PJ Tim memberikan
masukan dan tindak lanjut
terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu

59
d. Katim/PJ Tim memberikan
reinforcement
e. Katim/Pj Tim menutup acara

3 Dokumentasi a. Ketua tim mendokumentasi


hasil dari pre conference
b. Kepala ruangan menilai
kemampuan ketua tim
dalam melakukan pre
conference
4 Evaluasi a. Kepala ruang mengisi format
evaluasi pre conference
untuk ketua tim
(Sumber : Ratna Sitorus, 2006)

d. Alur
Langkah-langkah pre conference
1. PN Menyiapkan ruangan/tempat.
2. PN Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. PN Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference.
4. PN memandu pelaksanaan pre conference.
5. PN Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan
rencana. keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
6. PN Memberikan reinforcement positif pada anggota.
7. PN Menyimpulkan hasil pre conference.

2) Post Conference
a. Pengertian
Post Conference adalah komunikasi kepala primer dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference

60
dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab primer (Modul
MPKP, 2006).

b. Tujuan
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah
dan membandingkan masalah yang dijumpai.

c. Prosedur :
NO Tahapan Kegiatan
1 Persiapan c. Masing-masing tim
menyiapkan tempat
pelaksanaan post
conference.
d. Masing-masing ketua tim
sudah menjadwalkan
kegiatan post conference
2 Pelaksanaan a. Acara dimulai dengan
pembukaan salam oleh
ketua tim
b. Ketua tim menanyakan
hasil dan hambatan
dari pemberian asuhan
pada masing-masing pasien
b. Perawat associate
menyampaikan hasil asuhan
pada kasus yang ditangani
c. Ketua tim menanyakan
tindak lanjut asuhan pasien
yang harus di operkan
kepada perawat shift
berikutnya
d. Ketua tim memberikan
reinforcement
e. Ketua tim menutup kegiatan
post conference

61
3 Dokumentasi c. Ketua tim mendokumentasi
hasil dari post conference
d. Kepala ruangan menilai
kemampuan ketua tim
dalam melakukan post
conference
4 Evaluasi b. Kepala ruang mengisi format
evaluasi post conference
untuk ketua tim
(Sumber : Ratna Sitorus, 2006)

d. Alur :
Persiapan

Pembukaan
(Memberikan salam)

Menanyakan hasil askep


masing-masing pasien

Menanyakan kendala
dalam asuhan yang telah diberikan

Menanyakan tindak lanjut asuhan pasien


yang harus di operkan kepada perawat
shif berikutnya

Memberikan reinforcemt

Menutup kegiatan
(Sumber : Ratna Sitorus, 2006)

62
4. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Pengertian
Komunikasi Terapeurik merupakan pengalaman interaktif antara
perawat dan pasien ya ng didapatkan secara bersama melalui komunikasi.
Komunikasi disini bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang pasien
hadapi Mahmud Machfoedz (2009).
komunikasi terapeutik berfokus pada klien dalam memenuhi
kebutuhan klien, serta memiliki tujuan spesifik, dan batas waktu yang
ditetapkan bersama. Merupakan hubungan timbal balik saling berbagi
perasaan yang berorientasi pada masa sekarang Wahyu Purwaningsih dan
Ina Karlina (2010).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam membantu
klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya. Serta
mengatasi gangguan psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik
dengan orang lain Northouse (1998).

b. Tujuan
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
2. membina hubungan intrapersonal yang tidak superficial serta saling
bergantung.
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
dan penetapan tujuan yang realistis, sesuai dengan kemampuan pasien.
Tidak terlalu tinggi (ideal) atau terlalu rendah (rendah diri).
4. Meningkatnya integritas diri pasien, dan kejelasan akan identitas
dirinya. Biasanya pasien mengalami gangguan identitas personal, dan
rendah diri.

c. Prosedur
Prosedur komunikasi terapeutik dalam keperawatan, diantaranya:

63
No Tahapan
Komunikasi Kegiatan
Terapeutik
1. Tahap pra 1. Evaluasi diri
interaksi a. Apa pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki
tentang kondisi pasien ?
b. Apa yang saya ucapkan saat bertemu nanti ?
c. Bagaimana respon saya selanjutnya ?
d. Adakah pengalaman interaksi yang negative atau
menyenangkan ?
e. Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca, konsultasi
dengan peer
f. Bagaimana tingkat kecemasan saya ?
2. Penetapan tahapan interaksi
a. Apakah ini interaksi pertama atau lanjutan atau terminasi ?
b. Apa tujuan pertemuan ?
c. Apa tindakan yang akan dilakukan ?
d. Bagaimana cara melakukannya ?
3. Rencana interaksi
a. Rencana percakapan tertulis
b. Teknik komunikasi dan observasi yang akan dilakukan
c. Langkah-langkah tindakan atau prosedur yang akan
dilakukan (SOP)
Untuk tahap percakapan perawat dengan dokter perlu
direncanakan:
a. Rencana tertulis dari percakapan
b. Teknik komunikasi yang akan dilakukan
2. Tahap orientasi 1. Perkenalan
a. Salam terapeutik beserta perkenalan
b. Evaluasi validasi keadaan pasien
c. Kontrak waktu dan topic masalah yang akan dibahas
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi keadaan pasien mengenai misalnya bagaimana
kabar ibu hari ini ?, bagaimana tidurny, bagaimana latihan
nafas dalamnya ?
c. Kontrak topic

64
3. Tahap kerja 1. Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien akan dirinya,
perasaannya, pikirannya, dan perilakunya.
2. Mengembangkan, mempertahankan, dan meningkatkan
kemampuan pasien secara mandiri dalam menyeleaikan
masalah yang dihadapi.
3. Melaksanakan pendidikan kesehatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan
5. Melaksanakan tindakan kalaborasi
6. Melaksanakan observasi dan monitoring
4. Tahap terminasi 1. Terminasi sementara yaitu pertemuan lanjutan
2. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan yang telah dilakukan,
evaluasi ini disebut evaluasi objektif.
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau
setelah melakukan tindakan tertentu
c. Menyikapi tindakan lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah
(planning klien)
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak
yang perlu disepakati adalah topik, waktu, dan tempat
peremuan.
(Sumber :Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010)).

5. INFORMASI DAN ORIENTASI PASIEN BARU


1. Pengertian Penerimaan Klien Baru
Nursalam (2010) mengatakan bahwa penerimaan klien atau pasien baru
adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu
ruangan. Dalam hal ini, perlu disampaikan beberapa hal dalam orientasi
ruangan, perawatan, medis, dan tata tertip ruangan. Penerimaan klien baru
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan
melibatkan klien dan keluarga, yang tentunya sangat mempengaruhi mutu
kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan

65
adanya suatu upaya perencaanaan tentang asuhan keperawatan sejak masuk
sampai klien pulang. Penerimaan klien baru yang belum dilakukan sesuai
standar dapat menyebabkan penurunan mutu suatu kualitas pelayanan. Hal ini
tentu berakibat pada penurunan tingkat kepercayaan klien terhadap pelayanan
suatu rumah sakit.

2. Tujuan Dan Manfaat Penerimaan Klien Baru


Tercapainya pemenuhan tingkat kepuasan klien melalui penerapan asuhan
keperawatan sejak penerimaan klien baru saat masuk sampai klien pulang,
sudah tentu menjadi harapan kita bersama. Untuk itu, penerimaan klien baru
bertujuan agar klien beradaptasi lebih baik dengan ruangan, yaitu
1. Menerima dan menyambut kedatangan klien dengan hangat dan
komunikasi teraupetik
2. meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum;
4. Menjelaskan tentang medis (dokter yang menangani dan jad kunjungan)
5. Menjelaskan tentang tata tertib ruangan
6. Menurunkan tingkat kecemasan klien saat masuk rumah sakit
Sementara itu, penerimaan klien baru sesuai standar rumah sakit
manfaatnya dalam meningkatkan tingkat kepercayaan klien dan kelu arga
terhadap pelayanan suatu rumah sakit. Peningkatan kepercayaen klien
berimplikasi pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan ke perawatan).
Oleh karena itu, secara rinci, penerimaan klien baru dalan suatu ruangan atau
rumah sakit memberikan beberapa manfaat yaitu
1. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan
2. Meningkatkan kerja sama dan kepercayaan klien/keluarga kepača perawat
3. Terciptanya model asuhan keperawatan profesional melalui sandr
penerimaan klien baru;
4. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal bagi perawat.

66
Untuk mencapai tujuan dan manfaat tersebut, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksananan peneriman terhadap klien baru antan lain:
1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien;
2. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer atau perd associate
yang telah diberikan wewenang/delegasi;
3. Tetap menjaga privasi klien saat pelaksanaan
4. Melakukan komunikasi yang baik terhadap kien dengan memberikan
sentuhan terapeutik

3. Prosedur dan Alur Penerimaan Klien Baru


Mekanisme atau tahapan dalam penerimaan klien baru diatur sedemikian
rupa, sehingga dapat terlaksana secara teratur dan simastis. Mekanisme
penerimaan klien baru tentu berbeda antara rawat jalan dengan rawat inap.
Namun, pada prinsipnya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahappra
penerimaan (persiapan), tahan pelaksanaan, dan tahan penutup.

Tabel : Prosedur Penerimaan Klien Baru

Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan


Pra 1. KARU memberitahu PP bahwa Nurse 5 menit Karu
penerimaan akan ada klien baru station PP
(persiapan) 2. PP meyiapkan hal hal yang
diperlukan dalam penerimaan
klien baru, yaitu:
 Kelengkapan administrasi
 Kelengkapan kamar sesuai
pesanan
 Lembar klien masuk RS atau
format penerimaan klien baru
 Format pengkajian
 Lembar informed consent
(informed consent sentralisasi
obat)

67
 Status klien
 Nursing kit
 Lembar tata tertip klien
 Lembar kepuasan klien
 Kartu penunggu klien
3. PP meminta bantuan PA untuk
mempersiapkan tempat tidur klien
baru
4. Karu menanyakan kembali kepada
PP tentang kelengkapan untuk
penerimaan klien baru
5. PP menyebutkan hal hal yang
telah dipersiapkan
Pelaksanaan 1. Karu dan PP menyambut klien Kamar 20 menit Karu PP PA
dan keluarga dengan memberikan klien klien dan
salam, serta memperkenalkan diri keluarga
dan PP kepada klien/keluarga
2. Perawat memperkenalkan diri
kepada klien/keluarga
3. PP menunjukkan /
mengorientasikan tempt dan
fasilitas yang ada diruangan,
mengisi lembar klien masuk,
serta menjelaskan mengenai
beberapa hal yang tercantum
dalam lembar penerimaan klien
baru
4. Perawat bersama karyawan lain
memindahkan klien ke tempat
tidur (apabila klien datang
dengan branchard atau kursi
roda) dan berikan posisi yang
nyaman
5. Perkenalkan klien baru dengan
klien yang sekamar
6. Di tempat tidur klien, PP atau
perawat melakukan pengkajian

68
sesuai dengan format
7. Setelah klien tenng dan situasi
memungkinkan, perawat
memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan
(termasuk bertanggung jawab),
dan tata tertip ruangan,
8. Perawat menanyakan kembali hal
hal yang belum dimengerti
9. Apabila klien dan kuluarga suda
jelas maka diminta untuk
menanda tangani inform consent
sentalisasi obat ( PP, klien, dan
keluarga menandatangani)
10. Perawat menyerahkan kepada
klien lembar kuesioner tingkat
kepuasan klien
11. PP dan PA kembali ke ruangan
Karu
Penutup 1. Karu memberikan reward pada Nurse 5 menit Karu
PP dan PA station PP
2. PP merencanakan imtervensi PA
keperawatan
(Sumber :Arsad Suni , 2018)

Catatan :
Karu : Kepala Ruangan
PP : Perawat primer
PA : Peraat Associate (perawat pelaksana)

Secara singkat, alur penerimaan klien baru dapat dilihat pada bagan
berikut:

69
Karu memberitahu PP akan ada klien baru
Pra

PP menyiapkan:
1. Lembar klien masuk RS
2. Lembar format pengkajian klien
3. Nursing kit
4. Informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib klien dan
pengunjung
6. lembar tingkat kepuasan klien, dan
7. Tempat tidur klien baru

Pelaksanaan Karu, PP, dan PA menyambut klien baru

Anamnesis klien baru oleh PP dan PA

PP menjelaskan segala hal dalam lembar penerimaan klien baru

Terminal
Pasca

Evaluasi

(Sumber :Arsad Suni , 2018)

70
6. RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah kepeerawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu
melibatkan pasien dalam membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Saat –saat dalam kasus tertentu ronde keperawatan dilaksanakan oleh
perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,2002 dalam
Nursalam 2011). Ronde memiliki ciri-ciri:
a. Pasien dilibatkan
b. Keluarga pasien dilibatkan
c. Pasien adalah focus kegiatan
d. PA,PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
e. Konselor memfasilitasi kreatifitas
f. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA,PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

2. Manfaat
a. Masalah paien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d. Terciptanya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Menyelesaikan masalh pasien melalui berpikir kritis
b. Tujuan khusus

71
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sitematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Menumbuhkan pikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatn
6) Meningkatkankemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
Persiapan ronde keperawatan :
1. Kriteria pasien
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Pasien dengan kasus baru atau langka
2. Metode
Diskusi
3. Peralatan
a. Sarana diskusi: buku, pulpen
b. Status/dokumentasi keperawatan
c. Materi yang disampaikan secara lisan

4. Prosedur :
No Tahapan Kegiatan
1 Pra ronde 1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak
teratasi dan masalah yang langka)
2. Menentukan tim ronde
3. Mencari sumber atau literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien: informed consent dan
pengkajian
6. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Data apa yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan? Dan hambatan apa yang ditemukan
selama perawatan?

72
2 Pelaksanaan 1. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

3 Pasca ronde 1. Evaluasi, revisi, dan perbaikan


2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya

(Sumber :Arsad Suni , 2018)

5. Langkah-langkah atau alur kegiatan ronde keperawatan :

PP
Tahap
Praronde
Penetapan pasien

Persiapan pasien : 1. Apa diagnosis


 Inform consent keperawatan?
 Hasil 2. Apa data yang
pengkajian/validas mendukung?
i data
3. Bagaimana intervensi
Tahap
yang sudah
Pelaksanaan Penyajian masalah
dilakukan?
di Nurse 4. Apa hambatan yang
Station ditemukan?

Tahap Ronde Validasi data


di Bed Klien

73
PP, konselor, KARU

Lanjutan diskusi di nurse


station

Tahap Pasca Lanjutan diskusi


kesimpulan dan
Ronde rekomendasi

(Sumber :Arsad Suni , 2018)

6. Peran masing-masing anggota tim


Kegiatan ronde merupakan kegiatan menyelesaikan masalah pasien
oleh perawat dengan melibatkan keluarga pasien, berbagai tim kesehatan
lainya. Perawat memiliki perannya masing-masing agar kegiatan ronde ini
berjalan lancar. Peran anggota tim:

No Perawat Peran
1 Perawat primer a. Menjelaskan data pasien yang mendukung
masalah pasien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan
yang diambil
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum
terkaji
2 Perawat konselor a. Memberi justifikasi
b. Memberi reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan
intervensi keperawatan serta rasional tindakan

74
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah
dipelajari.
(Sumber :Arsad Suni , 2018)

7. Kriteria evaluasi
a. Struktur :
1) Persyaratan administrative (informd consent, alat daln lainya)
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditetapkan
c. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien daapt teratasi
3) Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
b) Meningkatkan cara berpikir yang sitematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (nursalam, 2014)

75
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
MPKP yaitu suatu model keperawatan profesional yang secara
keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan
dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko sosial dan spiritual.
Pengetahuan perawat tentang struktur ruang MPKP yaitu meliputi kepala
ruang, ketua tim dan perawat asosiet dan tenaga administrasi.
Tugas kepala ruang untuk bangsal MPKP yaitu mengontrol,
mengawasi, memenejemen, Membuat perencanaan ruangan: tahunan,
bulanan, mingguan, harian dan memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Tugas ketua tim/perawat primer bangsal MPKP yaitu Membuat
rencana bulanan, mingguan, dan harian timnya, Melaksanakan pengkajian
dan perencanaan asuhan keperawatan, tindakan dan evaluasi dan
mensupervisi perawat pelaksana. Tugas dari perawat asosiet/perawat
pelaksana di ruang MPKP yaitu membuat rencana harian, memberikan
pelayanan keperawatan yang profesional.

B. SARAN
Bagi perawat MPKP dapat menjaga kualitas asuhan keperawatan
dengan selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan di rumah sakit
dan bersedia jika diikutkan untuk pelatihan di luar rumah sakit.Bagi
Penelitian Keperawatan dapat menggunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian sejenis, metode yang sama ataupun berbeda di tempat
yang sama maupun tempat lain dengan jumlah sapel yang lebih luas dan bisa
dengan melibatkan pasien untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif
dan lebih baik.

76
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2009. Pedoman Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta:


EGC
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Rohmiyati, Ana. Studi fenomenologi: Pengalaman Perawat dalam
Menerapkan MPKP di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo
Semarang.
Sudarsono, R. 2000. Berbagai Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit. Seminar dan semiloka model praktek keperawatan profesional; Jakarta,
Indonesia, hal: 11.
Solihati, Indah. 2012. Gambaran Penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional Menurut Persepsi Perawat Pelaksana di IRNA B RSUP
Fatmawati. Jakarta.
Wati N.L dkk. 2011. Analisa Pelaksanaan Pemberian Pelayanan Keperawatan Di
Ruang Murai I Dan Murai Ii Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. No. 2. Vol
1 : 11-19
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta

77

Anda mungkin juga menyukai