Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam


keperawatan
Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampuh : Teresia Elfi, S.Kep., Ns., M.Kep

OLEH

YUNITA TRISNA (011221096)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

INDONESIA

2023
Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam
keperawatan

A. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak di gunakan. Pada metode
ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu
perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan kliennya. (Situros, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar
pemamfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga
tuntutan peran yang diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan
ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional. (Situros, 2006)
Kelebihan dari metode kasus :
1. Kebutuhan pasien terpenuhi
2. Pasien merasa puas
3. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat
4. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kekurangan metode kasus :
1. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan mahasiswa perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2. Membutuhkan banyak tenaga
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan
4. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas
B. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat di beri satu atau beberapa
tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan.(Situros, 2006)
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan
tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan
kepuasan asuhan yang diterimanya. (Situros, 2006)
Kelebihan dari metode Fungsional adalah:
1. Sederhana
2. Efisien
3. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik
yang praktek untuk keterampilan tertentu
Tetapi, metode ini kurang efektif karena (Situros, 2006) :
1. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
2. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan terfragmentasi
3. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
kepada ruangan
4. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak
mendapatkan jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan
5. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat
pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut
dalam memberikan asuhan keperawatan profesional kemudian pada tahun
1950 metode tim digunakan untuk menjawab hal tersebut. (Situros, 2006).
C. Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif. Metode tim di dasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung
jawab yang tinggi. (Situros, 2006). Pelaksanaan metode tim berlandaskan
konsep berikut (Situros, 2006) : Ketua tim, sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat
membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi
asuhan keperawatan. tanggung jawab ketua tim adalah:
1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
4. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
5. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas terjamin
6. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama
melalui renpra tertulis yang merupakan pedoma pelaksanaan asuhan,
supervisi dan evaluasi
7. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
8. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil
baik apabila di dukung oleh kepala ruangan, untuk itu kepala ruangan
diharapkan telah:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampun melalui riset
keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Kelebihan metode ini adalah :
1. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
2. Pasien dilayani secara komprehensif
3. Terciptanya kaderisasi kepemimpimpinan
4. Tercipta kerjasama yang baik
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman
dan efektif
Kekurangan metode ini adalah :
Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar
mengembangkan metode keperawatan primer (Situros, 2006). Selain itu:
1. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
2. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung pada anggota tim yang mampu atau ketua tim
4. Akontabilitas dalam tim kabur
D. Metode Perawat Primer
Menurut Gillies (1989) “keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang
bertanggung jawab dalam perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan
keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Situros, 2006). Pada metode
keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primery nurse) disingkat dengan
PP. (Situros, 2006). Keuntungan dan kerugian metode keperawatan primer:
1. Keuntungan :
a. Metode praktek keperawatan profesional dapat dipraktekkan atau
diterapkan
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan
2. Kerugian
a. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
b. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain.
E. Metode Modular
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan
tim primer, yang dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas konsep
keperawatan tim melalui penugasan modular. Perawat profesional dan
vokasional bekerjasama dalam merawat sekelompok klien dari mulai masuk
ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total). Metode ini juga
memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan terampil, kemampuan
kepemimpinan baik dimana pengorganisasian pelayanan /asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan.
Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang klien.
Keuntungan Metode Medular:

1. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok


2. Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
3. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan
4. Meningkatnya kepuasan pasien
5. Biaya efektif
Kerugian Metode Medular:
1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien
yang tidak diharapkan
2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim

3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat


DAFTAR PUSTAKA

Wayan Sudarta dkk. (2019). Manajemen Keperawatan : Teori & Aplikasi Praktik
keperawatan. Cetakan I. Gosyen Publishing: Jakarta
Sitorus, R, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit; PenataanStruktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Nursalam. (2015).Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika.
Simamora, Roymond. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai