Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Manajemen

PEMBIMBING

Pembimbing Akademik
Rida Millati, Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik
Siti Norhasanah, S.Kep., Ns

2
3
4
5
6
7

DISUSUN OLEH:

Rezky Adhayani
211490111001182

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021/2022
A. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Pengertian
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendeffinisikan
empat unsur, yakni: Standar, Proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan Sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan
keputusan yang indevenden, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak
akan dapat terwujud. Dalam menetapkan suatu model, keempat
hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(Nursalam, 2011).
2. Faktor-Faktor yang berhubungan dalam Perubahan MAKP
a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2011) setiap upaya umtuk
meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara
menganai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:
1) Meningkatkan asuhan keperawtan kepadda pasien
/konsumen.
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3) Mempertahankan eksistensi institusi
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
b. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun
oleh Depkes RI (1995) dalam Nursalam (2011) terdiri atas
beberapa standar :
1) Meningkatkan hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit
(SPMRS).
3) Obsevasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan Nutrisi
5) Asuhan pada tindakan nonperatif dan administrative
6) Asuhan pada tindakan oprasi dan prosedur invassif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan
berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakaan


keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14
kebutuhan dasar manusia dari Henderson), meliputi:
1) Oksigen
2) Cairan dan elektrolit
3) Eleminasi
4) Keamanan
5) Keberhasilan dan kenyamanan fisik
2) Istirahat dan tidur
3) Aktivitas dan gerak
4) Spiritual
5) Emosional
6) Komunikasi
7) Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
8) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
9) Penyuluhan
10) Rehabilitasi
c. Model Praktik di Rumah Sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan
tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan dirumah
sakit dengan sikap dan kemampuannya . untuk itu, perlu
dikembangkan pengertian praktik perawatan rumah sakit dan
lingkup cakurannya sebagi bentuk praktik keperawatan
profesional, sperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi
keperawatan.
d. Praktik keperawatan rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakan pada pelaksanaan
pelayanan asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari
pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh peraawat
profesional dirumah sakit, atau melalui pengikutsertaan
perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok.
e. Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan
keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan
dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.
f. Praktik keperawatan individual
Pola pendekatan dan pelasanaan sama seperti yang diuraikan
untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat professional
senior dan berpengalaman secara sendiri/ perorangan membuka
praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi
asuhan keperawatan khusunya konsultsi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan (Nursalam. 2011).
1. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Profesional
Menurut nursalam (2011), metode system pemberian asuhan
keperawatan profesianal diantaranya:
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan (MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
5) Kepuasan dan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.
2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
a. Fungsional (Bukan Model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia ke dua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu
dan dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya merawat
luka) kepada semua pasien dibangsal
Skema 2.1 Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

Kepala Ruangan

Perawat Perawat : Penyiapan Kebutuhan


pengobatab Merawat luka Instrumen Dasar

Pasien/Konsumen

Kelebihan
1) Manajemen klasi yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior/belum berpengalaman
Kelemahan
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-piash, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Presepsi [erawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja

b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan menjadi dua atau 3 tim/grup
yang terdiri atas perawat professional, teknikal, dan pembantu,
dalam kelompok kecil yang saling membantu.
1) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
3) Konsep metode tim
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
b) Pentingnya komunikasi yang efektif angar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
4) Tanggung jawab anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada psien dibawah
tanggung jawabnya
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5) Tanggung jawab ketua tim
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
6) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan
masing-masing
(2) Mengikuti serah terima psien pada sift sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien :
gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(6) Mengikutii visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan , mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi, kepada paien atau keluarga yang baru
masuk.
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri,
(9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
dan menjaga terwujudnya visi dan misi keperawtan
dan rumah sakit.
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
scara jelas.
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan
membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi
2-3 perawat,
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak
berada ditempat kepada ketua tim.
(9) Memberi wewnang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien.
(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya dan
identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
(4) menginformasikan hal-hal yang dianggap pentingdan
berhubugan dengan askep pasien
(5) melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan
(6) membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
(7) meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
d) Pengawasan
(1) melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatn yang diberikan kepada
pasien.
(2) Melalui Supervisi
(a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui
laporan langsung secara lisa, dan
memperbaiki/atau mengawasi, kelemahan-
kelemahan yang ada saait itu juga
(b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek
daftar hadir ketua tim; membaca dan
memeriksa rencana keperawatn serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
(c) Evaluasi
(d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim.

Bagan 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan MAKP


Tim

Kepala Ruangan

a. Ketua
MAKPTim Primer Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Meode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatn pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Bagan 2.3 Sistem pemberian asuhan keperawatan Primer

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP I PP I
PA I
PA I
PA 2
PA 2

PA I
Pasien PA 2

Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan koperehensif
2) Bersifat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
Rumah Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu, selain itu asuhan
keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asetif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertibangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
b. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan
private dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti
kasus isolasi dan intensive care.
Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
2) System evaluasi dari menejerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
Bagan 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan MSAKP Kasus

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

c. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari
kedua system. Penerapan system model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-
1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada bagian tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatn dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Banjarmasin, 23 Mei 2022

Ners Muda,

(Atika Yuliani, S.Kep)

Mengetahui

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Rida Millati, Ns., M.Kep) ( Siti Norhasanah, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai