Anda di halaman 1dari 157

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dengan

pengelolaan sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga

dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien, untuk itu manajemen

keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa

depan. Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan

anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Profesional.

Melalui pemberian pelayanan keperawatan secara profesional perawat diharapkan mampu

menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan

derajat pasien menuju ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2014)

Asuhan keperawatan profesional adalah asuhan keperawatan yang diberikan

secara komprehensif kepada klien yang nantinya akan mencerminkan mutu dan kualitas

dari perawat. Salah satu asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien adalah

menciptakan lingkungan pasien bersih dan rapi, sehingga pasien akan merasa nyaman dan

dapat mempercepat proses kesembuhan

Kebutuhan pelayanan kesehatan yang meningkat dan tuntutan masyarakat yang

tinggi terhadap pelayanan kesehatan saat ini memerlukan timbal balik positif dari perawat

sebagai bagian penyedia layanan kesehatan di rumah sakit. Dunia keperawatan

diharapkan mampu mengimbangi tuntutan tersebut dengan perubahan positif ke arah

perbaikan. Perubahan nyata yang dapat dilakukan oleh perawat salah satunya adalah

membenahi sistem asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Menurt Huber ( 1996 ) pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan
, sedangkan menurut Gillies ( 1994 ) sekitar 40% - 60% pelayanan rumah sakit adalah

pelayanan keperawatan. Oleh karena itu pengelolaan pelayanan keperawatan harus

mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena pelayanan keperawatan sangat

menentukan baik buruknya citra sumah sakit. Langkah-langkah tersebut dapat berupa

penataan system model asuhan keperawatan professional (MAKP).

Model Asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur

pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.,

mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MAKP, dan perbaikan dokumentasi

keperawatan. Selain itu sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan

kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan harus

berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Dengan penerapan model

asuhan keperawatan profesional ini maka akan jelas peran dan fungsi perawat sesuai

dengan tanggung jawab dan tanggung gugatnya.

Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkwalitas sesuai dengan visi

dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen , yang merupakan satu

pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Didalam

organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen

keperawatan.

Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan ádalah manajemen

partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia,

keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian fokus perawat ádalah respon

manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik aktual maupun potensial, sehingga

lingkup garapan perawat ádalah penyimpangan pemenuhan KDM. Proses manajemen


satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan manajemen pelayanan,

dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi

Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami

perubahan mendasar dalam memasuki abad ke 21. Perubahan tersebut sebagai dampak

dari perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan pengetahuan dan

teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap perubahan sistem

pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi tenaga keperawatan

Indonesia dalam proses profesionalisasi.

Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep

manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekata,

pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan,

pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan pengendalian

(Nursalam, 2011).

Rumah Sakit Islam Fatimah adalah salah satu rumah sakit tipe c yang menerima

pasien dari berbagai daerah disekitarnya baik yang berasal dari daerah banyuwangi

sendiri atau pun yang berasal dari berbagai daerah perbatasan. Perlu menampilkan metode

pemberian ASKEP yang tepat sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkwalitas.

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25-29 Juni 2018 didapatkan bahwa di

Mina (utama) RSI Fatimah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang

dilaksanakan adalah model tim tetapi dalam penerapannya belum dilaksanakan secara

optimal, dengan struktur yang sudah terbentuk. Jenis Model MAKP tim yang digunakan

di ruang Mina (utama) berdasarkan pada kelompok dimana model ini terdiri atas anggota

yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien


sehingga dengan metode seperti itu akan berdampak pada kurangnya tingkat kepuasan

pasien, dan perawat tidak dapat menerapkan proses keperawatan dengan benar dan

persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

Berdasarkan fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan Model Asuhan

Keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan tim sesuai

dengan teori yang ada, dimana pelaksanaannnya melibatkan tenaga perawat yang

bertugas di Ruang Mina RSI Fatimah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah manajemen atau pengelolaan MAKP di Ruang Mina (utama) RSI

Fatimah ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang Mina

(utama) RSI Fatimah, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip

manajemen keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) dengan metode Tim.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan di Ruang Mina

(utama) RSI Fatimah, mahasiswa mampu :

1. Melaksanakan pengkajian data di ruang Mina (utama) RSI Fatimah

2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.

3. Menentukan rumusan masalah berdasarkan prioritas masalah.


4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional :

a. Timbang Terima,

b. Ronde Keperawatan,

c. Sentralisasi obat,

d. Supervisi Keperawatan,

e. Discharge planning,

f. Dokumentasi Keperawatan,

g. Penerimaan Pasien Baru

5. Melaksanakan :

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional

b. Timbang Terima,

c. Ronde Keperawatan,

d. Sentralisasi Obat,

e. Supervisi Keperawatan,

f. Discharge Planning

g. Dokumentasi Keperawatan,

h. Sarana dan Prasarana serta Ketenagaan

6. Mengevaluasi pelaksanaan :

a. MAKP

b. Timbang Terima,

c. Ronde Keperawatan,

d. Sentralisasi Obat,

e. Supervisi Keperawatan,

f. Discharge planning,
g. Dokumentasi Keperawatan,

h. Sarana dan Prasarana serta Ketenagaan

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi pasien dan Keluarga

1.) Mendapatkan pelayanan yang optimal

2.) Tercapainya kepuasan klien dan keluarga yang ada di ruang Mina (utama) RSI

Fatimah secara optimal.

1.4.2 Bagi perawat

1.) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

2.) Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat dengan

perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien

serta keluarga.

3.) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

1.4.3 Bagi rumah sakit

1.) Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang Mina (utama) RSI Fatimah

yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan profesional.

2.) Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun

rencana strategi.

3.) Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

1.4.4 Bagi Mahasiswa

1.) Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dalam pengelolaan

pelayanan keperawatan.
2.) Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam pengelolaan perawatan

professional.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 MAKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses

dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart

& Woods, 2006). Model Asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,

mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut

diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

Model Asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses

dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian

asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek

struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan

derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi

hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang

dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.

2.1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PERUBAHAN MAKP

1. Kualitas Pelayanan Keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu berbicara

mengenai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:

a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.

b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.


c. Mempertahankan eksistensi institusi.

d. Meningkatkan kepuasan kerja.

e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.

f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.

Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang: (1) model praktik,

(2) metode praktik, (3) standar praktik.

2. Standar Praktik Keperawatan

Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh DEPKES RI (1995)

yang terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commision on

Acreditation of Health Care (1999:1:4:249:54) terdapat 8 standar tentang asuhan

keperawatan yang meliputi (Noviiluri. 1999:1:4:249:54):

a. Menghargai hak-hak pasien.

b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit/MRS.

c. Observasi keadaan pasien.

d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

e. Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative.

f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasi.

g. Pendidikan pada pasien dan keluarga.

h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan

dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

3. Model Praktik

a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit


Perawat profesional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan

kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan

rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan

profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan.

b. Praktik Keperawatan Rumah

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan

atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.

Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit atau melalui

pengikut sertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan

berkelompok.

c. Praktik Keperawatan Kelompok

Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik

keperawatan rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional membuka

praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan

asuhan keperawatan untuk mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan

yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu

di masa depan, karena adanya pendapat bahwa perawat rumah sakit perlu

dipersingkat, mengingat biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan akan

meningkat.

d. Praktik Keperawatan Individual

Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang diuraikan

untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan

berpengalaman secara sendiri atau perorangan membuka praktik keperawatan


dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya

konsultasi dalam keperawatan masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik

keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok atau golongan masyarakat

yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang

dikembangkan pemerintah.

4. Managerial Grid

Fokus metode manajemen ini menitik beratkan pada perilaku manager yang

menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen yang tinggi pada

anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat mengurangi kompetisi

antar anggota kelompok dan komunikasi serta kebersamaan dapat ditingkatkan,

sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal (Blake & Mouton, 1964

dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V. H, 1999).

2.1.2 MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh

penentuan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan

perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus

efektif dan efisien.

1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (MAKP)

Mc Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model

pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit

adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer. Tetapi,

setiap unit keperawatan memiliki upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola
asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana-prasarana,

dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap kebijakan akan berakibat suatu stress,

maka perlu memperhatikan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode

pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).

a. Sesuai dengan Visi dan Misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus

didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan

keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat

ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas

dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa

ditunjang oleh biaya yang memadai maka tidak akan didapat hasil yang

sempurna.

d. Terpenuhinya kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien

terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik

adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan

kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan


perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam

pelaksanaannya.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan

lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan

diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara

perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

2. JENIS MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

a. Fungsional (bukan model MPKP profesional)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,

karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat

hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan

kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihannya:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas

dan pengawasan yang baik.

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan

perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum

berpengalaman.
Kekurangan:

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

b. MPKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat

ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,

teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihannya:

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan

memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahannya:

Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk konferensi

tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada

waktu – waktu sibuk.

Konsep metode tim:

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan.


2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan

terjamin.

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil

bila didukung oleh kepala ruangan.

Tanggung jawab anggota tim:

1) Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawab.

2) Kerja sama anggota tim dan antar tim.

3) Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim:

1) Membuat perencanaan.

2) Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.

3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

ketergantungan pasien.

4) Mengembangkan kemampuan anggota.

5) Manyelenggarakan konferensi.

c. Metode Primer

Metode penugasan dimana satu orang bertanggung jawab penuh selama 24

jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar

rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara si

pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan

adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang

ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinsai asuhan keperawatan

selama pasien dirawat :


Tugas Perawat Primer:

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan

oleh disiplin lain maupun perawat lain.

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

6) Menerima dan menyesuaikan rencana.

7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

8) Melakukan rujukan pada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di

masyarakat.

9) Membuat jadwal perjanjian klinik.

10) Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer:

1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.

2) Orentasi dalam merencanakan karyawan baru.

3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.

4) Evaluasi kerja.

5) Merencanakan/menyelengarakan pengembangan staf.

6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang

terjadi.

Ketenagaan metode primer:

1) Setiap perawat primer adalah perawat “Bed Side“.

2) Beban kasus 4-6 orang untuk 1 perawat primer.


3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non

profesional.

Kelebihan:

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri.

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

(Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan

karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang

diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap

pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa

mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan

komprehensif.

Kelemahannya:

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Konsep dasar metode primer:

1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.


2) Ada otonomi.

3) Ketertiban pasien dan keluarga.

d. MPKP Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat

dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift, dan tidak ada

jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya

dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus, seperti;

isolasi, intensif care.

Kelebihan:

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.

2) Sistem evaluasi dari manajerial mudah.

Kekurangannya:

1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama.

3) Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda pada tiap shift atau hari

berikutnya.

4) Mungkin praktek keperawatan dapat dijalankan.

5. MAKP Primary Team

Pada model MAKP primer digunakan secara kombinasi dari kedua metode.

Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan metode ini didasarkan pada

beberapa alasan:
a. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1

Keperawatan atau setara.

b. Metode tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan

keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c. Melalui kombinasi kedua metode tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Di

samping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS,

sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari

perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2000)

2.2 Timbang Terima

Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan adalah

suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan

dengan keadaan klien. Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.

Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan

klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasien

yang terjadi.

A. Tujuan.

a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.

b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya.

c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.


B. Metode Pelaporan

a. Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana selanjutnya

dengan membawa laporan timbang terima.

b. Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan

dengan mengunjungi klien satu persatu terutama pada klien- klien yang

memiliki masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.

c. Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta rencana tindakan

keperawatan

C. Manfaat Timbang Terima

1) Bagi perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.

2) Bagi pasien

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap.

D. Prosedur Timbang Terima

1) Persiapan

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.

b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan

timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang

belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.

c. Perawat menyampaikan timbang terima pada perawat yang dinas berikutnya,

hal yang perlu disampaikan pada timbang terima:


1. Jumlah pasien.

2. Identitas klien dan diagnosis medis.

3. Data ( keluhan/subjektif dan objektif).

4. Masalah keperawatan yang masih muncul.

5. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara

umum).

6. Intervensi kolaboratif.

7. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,

pemeriksaan dan lain-lain).

2) Pelaksanaan

a. Perawat dinas sudap siap (shift jaga).

b. Perawat yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.

d. Perawat yang melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi

terhadap hal-hal yang telah ditimbangterimakan dan berhak menanyakan

mengenai hal-hal yang kurang jelas.

e. Perawat primer menanyakan kebutuhan dasar pasien.

f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.

g. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.

h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada

petugas berikutnya.

i. Ditutup oleh kepala ruangan.


E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima

1) Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.

2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien.

3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

4) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

5) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.

6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi

klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung

di dekat klien.

7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan

di nurse station.

F. Alur Timbang – terima


2.3 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien

untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus

dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat assosiate

yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).

Karakteristik:

a. Pasien dilibatkan secara langsung.

b. Pasien merupakan fokus kegiatan.

c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.

d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.

e. Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Tujuan:

1. Tujuan Umum:

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

2. Tujuan Khusus:

a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.

b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada

masalah klien.

e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.


g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Manfaat:

1. Masalah pasien dapat teratasi.

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

3. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.

4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.

Kriteria Pasien:

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang

memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan

tindakan keperawatan.

2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

Metode: Diskusi

Alat bantu:

a. Sarana diskusi: buku, pulpen.

b. Status/ dokumentasi keperawatan pasien.

c. Materi yang dilaksanakan secara lisan.

Keterangan:

1. Pra Ronde

a. Menentukan kasus dan topik ( masalah yang tidak teratasi dan masalah yang

langkah).

b. Menentukan tim metode.


c. Mencari sumber atau literatur.

d. Membuat proposal.

e. Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian.

f. Diskusi: apa diagnosa keperawatan?; apa data yang mendukung?; bagaimana

intervensi yang sudah dilakukan dan apa hambatan yang ditentukan selama

perawatan?

2. Pelaksanaan Ronde

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah

keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah

dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

b. Diskusi antar tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor tentang masalah pasien

serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

3. Pasca Ronde

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa; intervensi keperawatan

selanjutnya.

Peran masing-masing anggota tim:

1. Peran perawat primer dan perawat associate:

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan.

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

d. Menjelaskan hasil yang didapatkan.

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.


f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

2. Peran perawat konselor

a. Memberikan justifikasi.

b. Memberikan reiforcement.

c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional

tindakan.

d. Mengarahkan dan koreksi.

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).

b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.

c. Persiapan dilakukan sebelunnya.

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah

ditentukan.

3. Hasil

a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.

b. Masalah pasien dapat teratasi.

c. Perawat dapat:

1.Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.

2.Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.

3.Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.

4.Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.


5.Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi

pada masalah pasien.

6.Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

7.Meningkatkan kemampuan justifikasi.

8.Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA RONDE PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

 Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP  Apa data yang mendukung?
PELAKSANAAN DI Penyajian  Bagaimana intervensi yang
NURSE STATION sudah dilakukan?
Masalah  Apa hambatan yang
ditemukan?

Validasi data

TAHAP RONDE PADA


Diskusi PP-PP, Konselor,
BED KLIEN
KARU

Lanjutan-diskusi di
Nurse Station
TAHAP PASCA RONDE Kesimpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

2.4 Sentralisasi Obat

1. Pengertian

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan

diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat

(Nursalam, 2011).

2. Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan

menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat

terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa

pengelolaan obat perlu terpenuhi:

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih

murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan yang

sama.

3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “ untuk memberikan terapi awal

sesuai indikasi”.

4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.


5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan yang

membuang atau lupa untuk minum.

6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang tersisa

sesudah batas kadaluarsa.

7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.

8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.

9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu

sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999).

3. Teknik Pengelolaan Obat

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara

operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk .

2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.

3) Penerimaan Obat

a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat / bidan dan obat

yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat / bidan dengan

menerima lembar terima obat.

b. Perawat / bidan menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan

sediaan ( bila perlu ) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda tangani) oleh

keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien

selanjutnuya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan

habis, serta penjelasan tentang 5 T (jenis, dosis, waktu, pasien dan cara

pemberian).

c. Pasien atau keluarga selanjutnya mandapatkan salinan obat yang harus

diminum beserta kartu sediaan obat.


d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat / bidan dalam

kotak obat (Nursalam, 2002).

4) Pembagian Obat

a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar

pemberian obat.

b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat / bidan

dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian

obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi

dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.

c) Pada saat pemberian obat, perawat / bidan menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat

kembali ke perawat / bidan setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping

pada pasien.

d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang

atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.

Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga

dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter

penanggung jawab pasien (Nursalam, 2002).

5) Penambahan Obat Baru

a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan

alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku

masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.

b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka

dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya

diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2002).


6) Obat Khusus

a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup

mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek

samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu

tertentu/sewaktu saja.

b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,

dilaksanakan oleh perawat primer.

c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat, kegunaan

obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan

wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah

pemberian. Usahakan saksi dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam,

2002).

Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat menjadi staf mengenai

obat dengan cara-cara berikut ini:

a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan

penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.

b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan

gantungkan di dinding.

c) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.

d) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.

e) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat

setiap minggu pada waktu pertemuan staf.

f) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di

perpustakaan (Mc Mahon, 1999).

g) Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2002).


Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter Perawat

Informed
consent

PASIEN/ KELUARGA

APOTEK

 Lembar serah
terima obat
 Buku serah
terima obat
 Kartu obat

PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN / KELUARGA

OBAT HABIS

Keterangan :

: Garis komando

: Garis Koordinasi
2.5 Discharge Planning

Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain

di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. The Royal Marsden

Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses

mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi

keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.

Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai merencanakan

kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang

hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya

pasca bedah.

Menurut Hurts (1996) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis,

agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien

melakukan perawatan mandiri dirumah.

1) Tujuan discharge planning

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan

yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress. Berikut adalah tujuan

discharge planning

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.


e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahun dan keterampilan serta

sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.

f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

2) Manfaat discharge planning

a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien

yang dimulai dari rumah sakit.

b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk

menjamin kontinuitas perawatan pasien.

c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan

pasien dan mengidentifikasikan kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.

d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan rumah.

e. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan

kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa

diagnosa.

f. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya

pengobatan.

g. Bahan pendokumentasian keperawatan.

3) Prinsip –prinsip discharge planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang

lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah

beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004),

yaitu :

1. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana

sumber- sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan

pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.


2. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan

kualitas tinggi pada semua pasien.

3. Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.

4. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan

adekuat.

5. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang

terutama.

6. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara

tim kesehatan dengan pasien/care giver , dan kemampuan terakhir

disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.

7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan

ketika menyusun discharge planning .

4) Hal–hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang

a. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan serta

masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.

b. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dijalankan.

c. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.

d. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri

dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain.

e. Jelaskan masalah yang timbul dan cara mengatasinya

f. Informasikan tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter, dan pelayanan

keperawatan, serta kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.

5) Mekanisme discharge planning

1. Pengkajian

Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :


a. Data kesehatan

b. Data pribadi

c. Pemberi perawatan

d. Lingkungan

e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge

planning,dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Yaitu

mengetahui problem,etiologi (penyebab),support sistem (hal yang mendukung

klien sehingga dilakukan discharge planning).

3. Perencanaan

Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien

membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada

kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang

disingkat dengan METHOD yaitu :

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

b. Environment (lingkungan)

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya

aman.pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan

untuk kelanjutan perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien

pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.


d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan

kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan

perawatan kesehatan tambahan.

e. Diet

Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya

mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran

referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan pada catatan

perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis diberikan

kepada klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan pemberi

perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang

digunakan dirumah.

5. Cara Mengukur Discharge planning

Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan

untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan,

serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan

pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden

Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien

mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini
dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur

dengan kuesioner.

6. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja

proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan

cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai. Keberhasilan

program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan

e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

6) Langkah-langkah dalam perencanaan pulang

a. Pra discharge planning :

Perawat primer mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk pulang.

a) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang akan pulang

b) Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang

c) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga

b. Tahap pelaksanaan discharge planning:

a) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan lingkungan

b) Perawat primer dibantu perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik

sesuai kondisi pasien.


c) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien

dan keluarga untuk perawatan dirumah tentang: aturan diet, obat yang harus

diminum dirumah, aktivitas, yang harus dibawa pulang, rencana kontrol,

yang perlu dibawa saat control, prosedur kontrol,jadwal pesan khusus.

d) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

memcoba mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang telah diajarkan

e) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

bertanya bila belum mengerti.

c. Tahap post pelaksanaan discharge planing

a) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang.

b) Perawat primer memberikan reinforcement atau reward kepada pasien dan

keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang sudah dilaksanakan.

Alur Discharge Planning

 Menyambut kedatangan pasien.


 Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan &
denah ruangan.
 Memperkenalkan pasien pada teman
sekamar, perawat, dokter & tenaga
kesehatan yang lain.
 Melakukan pengkajian keperawatan.
Pasien masuk

RS

Pasien selama  Pemeriksaan klinis & pemeriksaan


penunjang yang lain.  Perawat
dirawat
 Melakukan asuhan keperawatan.  Dokter
 Penyuluhan kesehatan : penyakit,
 Tim
perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kesehatan
kontrol.
lain

Perencanaan pulang
Pasien KRS
Program HE :
Penyelesaian
administrasi  Pengobatan / controldokter Lain - lain :
 Kebutuhan nutrisiahli gizi
 Aktivitas& istirahatfisioterapis - Surat
 Perawatan di rumahperawat kontrol
- Resep
- Sisa obat
- Foto
Pihak Monitoring oleh petugas
Askes ketiga umum
kesehatan & keluarga

UPP Kontrol RS Homecare

Kasir

2.6 Supervisi

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS,

1997:20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang

dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.

2.6.1 Tujuan Supervisi

Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan

bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat

melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).

2.6.2 Prinsip Supervisi

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.


2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen

dan kepemimpinan.

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui

petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisor

dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreatifitas dan motivasi.

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.

2.6.3 Pelaksana Supervisi

1) Kepala ruangan

a) Bertanggungjawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di

ruang perawatan.

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek

keperawatan di ruang perawatan.

2) Pengawas perawatan

Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala Ruangan

yang ada di instalasinya.

3) Kepala seksi perawatan


Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh

perawat secara tidak langsung.

2.6.4 Macam – macam supervisi

Supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, penerapannya

disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tujuan supervisi.

 Supervisi Langsung :

Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung.

Cara supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan

memperbaiki kesalahan yang terjadi.

Cara supervisi terdiri dari :

1. Merencanakan

Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat

perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan disupervisi,

bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan supervisi (Kron,

1987). Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur : Objektif /

tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu

pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli, 2009).

2. Mengarahkan

Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi

pengarahan tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan

kemampuan komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang

demokratis antara supervisor dan staf.

Cara pengarahan yang efektif adalah :


· Pengarahan harus lengkap

· Menggunakan kata-kata yang tepat

· Bebicara dengan jelas dan lambat

· Berikan arahan yang logis.

· Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.

· Pastikan bahwa arahan dipahami.

Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu

kegiatan tindak lanjut.

3. Membimbing

Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam

melakukan suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang supervisor.

Supervisor harus memberikan bimbingan pada staf yang mengalami kesulitan

dalam menjalankan tugasnya, bimbingan harus diberikan dengan terencana

dan berkala. Staf dibimbing bagaimana cara untuk melakukan dan

menyelesaikan suatu pekerjaan. Bimbingan yang diberikan diantaranya dapat

berupa : pemberian penjelasan, pengarahan dan pengajaran, bantuan, serta

pemberian contoh langsung.

4. Memotivasi

Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk

mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor

dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007).

· Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan

harapan tersebut kepada para staf.

· Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan

pekerjaan.
· Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan

memberikan tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman

yang bermakna.

· Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai

tugas limpah yang diberikan.

· Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.

· Menjadi role model bagi staf.

5. Mengobservasi (Nursalam, 2007)

Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan

tugasnya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang

diharapkan, maka supervisor harus melakukan observasi terhadap kemampuan

dan perilaku staf dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang

dilakukan oleh staf.

6. Mengevaluasi

Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu

pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu evaluasi

upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun

sebelumnya.

Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut

sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk mencapai tujuan organisasi.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai langsung kegiatan, memantau

kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila suatu kegiatan sudah di evaluasi,

maka diperlukan umpan balik terhadap kegiatan tersebut.

 Supervisi Tidak langsung


Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan

catatan asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan

laporan lisan seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada

supervisi tidak langsung dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor

tidak melihat langsung kejadian dilapangan. Oleh karena itu agar masalah

dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan umpan balik dari supevisor dan staf.

Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka. Per IRNA

Pra Supervisi

Menetapkan kegiatan dan tujuan


serta instrumen / alat ukur
Ka Ru

Supervisi

Supervisi
Menilai kinerja Perawat
PP 1 PP 2

Delegasi

Pasca Supervisi

 Fair PA PA
 Feed Back
 Follow Up
Kualitas Pelayanan
Meningkat

Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan supervisi

2.6.5 Langkah-langkah Supervisi

1) Pra supervisi

a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

b. Supervisor menetapkan tujuan

2) Supervisi

a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen

yang telah disiapkan.

b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.

c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk

mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.

d. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.

e. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat

Associate.

f. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan

Perawat Associate

g. Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan Perawat

Associate.
2.6.7 Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang

tersedia.

A. Manajemen pelayanan keperawatan.

Tanggungjawab supervisor adalah :

a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.

c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

B. Manajemen Anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :

a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan

yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai

tujuan RS.

b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.

c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi

begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat

dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan

kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.


2.6.8 Tehnik Supervisi

a. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu:

1) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

2) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk

menetapkan pencapaian.

3) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas

asuhan.

b. Area Supervisi.

1) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.

2) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.

3) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati.

c. Cara Supervisi

Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:

1. Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back

dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah :

1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor.

2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement

dan petunjuk.

3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi

yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan


memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang

positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.

2. Supervisi secara tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.

Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga

mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara

tertulis.

2.7 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan penerapan

manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan

yang dilaksanankan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat

sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.

Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses

keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat

dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas

dokumentasi keperawatan

1. Tujuan

a. Tujuan umum

Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar di ruang mina

rumah sakit Fatimah

b. Tujuan khusus

Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses

keperawatan) :
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan

2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan

3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan

4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan

5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan

Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat

1) Mendokumentasikan HE ( health sducation ) melalui kegiatan perencanaan

pulang

2) Mendokumentasikan timbang terima ( penggantian shift jaga)

3) Mendokumentasikan kegiatan supervisi

4) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan

2. Manfaat

a. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain

b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hokum

c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan

e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

Pelaksanaan

Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:

A. Pengkajian keperawatan

1. Pengumpulan data, kreteria – LARB; (a) lengkap; (2) akurat (3) relevan; dan

(4) baru

2. Pengelompokan data, kreteria:


a. Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital dan pemeriksaan

fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi, palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan

diagnostik/penunjang laboratorium dan foto

b. Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara dan observasi

c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS ( review of system )

yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan, observasi, dan

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/diagnostic

Keterangan lengkap seperti pada lampiran

B. Diagnosis keperawatan

Kreteria:

1. Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan

2. Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan pasien

3. Diagniosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat

4. Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S

C. Perencanaan

Komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas :

1. Prioritas masalah

Kriteria :

a. Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritasutama

b. Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas kedua.

c. Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan memenuhi syarat SMART

Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart pencapaian.

a. Tujuan dirumuskan secara singkat


b. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

c. Spesifik pada diagnosis keperawatan

d. Dapat diukur

e. Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah

f. Adanya target waktu pencapaian

3. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion Clasification) yang

telah ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana tindakan

keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan keperawatan:

1) Diagnosis / Observasi

2) Edukasi (HE)

3) Tindaskan-Independent, dependent, dan interdependent.

Kriteria:

a. Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

b. Merupakan alternatife tindakan secara tepat.

c. Melibatkan pasien/ keluarga

d. Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/ keluarga.

e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku

f. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

g. Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya, dan fasilitas

yang ada

h. Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti

i. Menggunakan formulir yang baku


D. Intervensi/ implementasi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang

mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan

mengikutsertakan pasien dan keluarga.

Kriteria :

1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

2. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.

3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien / keluarga

4. Sesuai waktu yang telah ditentuakan.

5. Menggunaakan sumber daya yang ada.

6. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien/

keluarga.

7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan.

8. Menerapkan prinsip-prinsip aseptis dan anti septis

9. Menerapkan etika keperawatan.

10. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan mengutamakan

keselamatan pasien

11. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

12. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan pasien.

13. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

14. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

15. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah

ditentukan.
Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai dengan

prosedur tetap yang telah disusun .

E. Evaluasi

Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk menilai

perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.

Kriteria :

1. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

2. Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisioligis dan tingkah laku

pasien.

3. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan

selanjutnya.

4. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.

5. Evaluasi dilakukan dengan standart (tujuan yang ingin dicapai dan standart

praktik keperawatan).

Komponen evaluasi, mencakup aspek : K-A-P-P ( Kognitif- Afektif- Psikomotor-

Perubahan Biologis) yang meliputi :

1. Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)

2. Afektif (Sikap) Klien terhadap tindakan yang dilakukan.

3. Psikomotor (Tindakan/ Perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.

4. Perubahan biologis ( Tanda Vital, system, dan imuologis).

Keputusan dalam Evaluasi

Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi :

1. Masalah teratasi

2. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan tindakan

ulang.
3. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.

4. Timbul masalah baru.


BAB 3

PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang

meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.

3.1 Gambaran Umum Ruang Mina (utama) RSI Fatimah

3.1.1 Visi, Misi dan Motto RSI Fatimah

1. Visi

Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima dan sebagai sarana dakwah

2. Misi

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu

2. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya insani

3. Menjadikan rumah sakit sebagai organisasi yang efektif dan efisien

3. Tujuan

1. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu

2. Terwujudnya standart pelayanan rumah sakit

3. Terwujudnya pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien

4. Terwujudnya pendayagunaan dan peningkatan sumberdaya insani

5. Terwujudnya fungsi rumah sakit sebagai sarana dakwah.

4. Motto

Layananku ibadahku
3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan tanggal 25-29 Juni 2018 meliputi ketenagaan, sarana

dan prasarana, MAKP, dokumentasi keperawatan, ronde keperawatan, sentralisasi obat,

supervisi, timbang terima dan discharge planning. Data yang didapat dianalisis menggunakan

analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai

prioritas masalah.

3.2.1 Ketenagaan (M1-Man)

A. Tenaga

1. Struktur Organisasi

Ruang Mina (utama) RSI Fatimah dipimpin oleh seorang kepala ruangan, 2 katim,

perawat, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan alur

masuk pasien. Adapun struktur organisasi sebagai berikut:


KEPALA RUANGAN

Resti widiawati S.Kep

KATIM I ADMINISTRASI KATIM II

Ruly. P. S.Kep.,Ns Khoirul A. S.Kep.,Ns


Isnafia

Puji Astuti

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

Ali. M. S.Kep.,Ns Fera Choirunnisa Amd.Kep

Paramita T. Amd.Kep Saipin Amd.Kep


Sulis. S. S.Kep.,Ns
Niko A. S.Kep.,Ns
Dian Purwanto S.Kep.,Ns
Mia N. S.kep.,Ns

Tabel 3.1 A Struktur organisasi diruang Mina (utama) RSI Fatimah

Tugas Pokok dan Fungsi

A. Kepala Ruangan

Pengertian : seorang tenaga keperawatan / kepetugasan yang diberi tanggung jawab dan

wewenangan dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan /

kepetugasan di ruang rawat inap.

Kepala ruangan mempunyai beberapa tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1. Menyusun rencana kerja pelayanan di ruang rawat inap.

2. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan / kepetugasan sesuai kebutuhan.

3. Menyusun dan membuat jadwal dinas

4. Mengikuti timbang terima pasien dan memimpin do’a sebelum bekerja.


5. Melaksanakan orientasi pada perawat / petugas baru.

6. Melaksanakan program bimbingan mahasiswa.

7. Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan keperawatan / kepetugasan.

8. Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain.

9. Melakukan program bimbingan para staf yang mengalami kesulitan.

10. Mendelegasikan tugas pada katim pada saat Karu tidak ada.

11. Mengadakan pertemuan berkala setiap bulan dengan staf.

12. Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan / kepetugasan.

13. Mengendalikan mutu pelayanan keperawatan / kepetugasan dengan pemantauan

angka plebitis dan angka dokubitus.

14. Mengadakan diskusi dengan staf apabila ada masalah.

15. Membuat penilaian kinerja karyawan.

16. Membuat laporan tahunan/ akuntabilitas kinerja.

B. Ketua Tim

Pengertian : seorang perawat yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam

mengelola satu tim pelayanan keperawatan pada setiap shift jaga.

Uraian tugas:

1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan shift jaga.

2. Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima pasien.

3. Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.

4. Menyusun rencana asuhan keperawatan.

5. Mengikuti visite dokter.

6. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim.

7. Menjelaskan renpra yang telah ditetapkan pada perawat pelaksana.

8. Memonitor pendokumentasian askep yang dilakukan perawat pelaksana.


9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat pelaksana.

10. Melakukan tindakan keperawatan / kepetugasan yang tidak dapat dilakukan oleh

perawat pelaksana / petugas pelaksana.

11. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laborat.

12. Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada setiap shift jaga.

13. Memberi HE pada pasien di bawah tanggung jawabnya.

14. Membuat rencana pasien pulang.

15. Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah pasien setiap shift jaga.

16. Membuat laporan kerja.

17. Melaksanakan tugas limpah yang diberikan kepala ruangan.

C. Perawat Pelaksana

Pengertian: seorang tenaga keperawatan / kepetugasan yang diberi wewenang untuk

melaksanakan asuhan keperawatan di ruang perawatan.

Uraian tugas:

1. Mengikuti timbang terima pasien dengan katim dan karu.

2. Membaca renpra yang telah ditetapkan.

3. Menerima pasien baru dan memberikan informasi tentang pasien dan keluarga.

4. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang akan dilakukan.

5. Melakukan tindakan keperawatan / kepetugasan sesuai perencanaan.

6. Mengikuti visite dokter.

7. Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien.

8. Mengkomunikasikan kepada katim apabila ada masalah.

9. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium, pengobatan dan tindakan.

10. Berperan serta dalam pendidikan kesehatan.

11. Melakukan inventaris fasilitas yang dilakukan dalam pelayanan.


12. Membantu tim lain apabila diperlukan.

13. Melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh katim/ karu.

2. Jumlah Tenaga di Ruang Mina

Tabel 2.2 Ketenagaan di Ruang Minai RSI Fatimah

NO NAMA LAMA KERJA PENDIDIKAN JABATAN


1 Susana Herlinawati Karu

2 Rully Pratiwi Ners Pj sift

3 Khoirul Anam Ners Pj sift

4 Ali M Ners Pj sift

5 Paramita Tri A Amd.kep Pj sift

6 Dian Purwanto Ners PP

7 Fera Choirunisa Amd.kep PP

8 Saipin Amd.kep PP

9 Niko A Ners PP

10 Mia N Ners PP

11 Puji Astutik SMA AP

12 Isnafiyah SMA AP

a. Pelatihan yang pernah diikuti antara lain :


No. Perawat Jenis Pelatihan

1 Susana Herlinawati PPGD,CI,PPI

2 Rully Pratiwi PPGD

3 Khoirul Anam PPGD

4 Ali M PPGD

5 Paramita Tri A PPGD,EKG


6 Dian Purwanto PPGD

7 Fera Choirunisa BTCLS

8 Saipin PPGD

9 Niko A BTCLS, BLS

10 Mia N PPGD

11 Sulis S BTCLS

Keterangan :

PPGD : Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat

CI : Clinical Instructor

PPI : Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

BTCLS : Basic Trauma And Cardiac Life Support

EKG : Elektrokardiografi

Klasifikasi derajat ketergantungan pasien di Ruang Mina dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu:

1. Minimal Care: dimana pasien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan

dan (memerlukan waktu 1 sampai 2 jam sehari)

a. Mampu naik turun tempat tidur

b. Mampu ambulasi dan jalan sendiri

c. Mampu makan dan minum sendiri

d. Mampu mandisendiri atua mandi sebagian dari bantuan

e. Mampu membersihkan mulut

f. Mampu berdandan dan berpakaian sendiri

g.Status psikologi stabil


h. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

i.Operasi ringan

2. Partial Care: pasien memerlukan bantuan perawat sebagian dan (memerlukan waktu

3 sampai 4 jam sehari)

a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur

b. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan

c. Membutuhkan bantuan ambulasi atau berjalan

d. Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap

e. Membutuhkan bantuan membersihkan mulut

f. Membutuhkan bantuan berpakaian dan berdandan

g. Membutuhkan bantuan untuk BAB/BAK

h. Post operasi minor 24 jam

i. Melewati fase akut dari post oprasi mayor

j. Fase awal dan penyembuhan

k. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali

l. Gangguan emosional ringan

3. Perawatan total, (memerlukan waktu 5 sampai 6 jam sehari)


a. Dibantu segala sesuatunya.
b. cpap
c. Posisi diatur
d. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
e. Pakai NGT.
f. Terapi intravena, pakai suction.
g. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar
h. Terpasang puls oxymatri dan infuse pump
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan klasifikasi

dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu teori Self Care
Deficit. Sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan, kelompok

menggunakan perhitungan tenaga menurut Nursalam.

Rata-rata pasien per hari di Ruang Mina RSI Fatimah Banyuwangi adalah sebanyak 14

orang.

Perhitungan jumlah tenaga perawat di Ruang Mina RSI Fatimah Banyuwangi menurut

GILLIES adalah sebagai berikut

𝐴𝑥𝐵𝑥𝐶 F
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 = = =H
(C − D)xE G

Keterangan : A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B : rata-rata jumlah pasien/hari

C : jumlah hari/tahun

D : jumlah hari libur masing-masing perawat

E : jumlah jam kerja masing-masing perawat

F : jumlah jam perawatan yang diberikan pertahun

G : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun

H : jumlah jam perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

1) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Petugasdi Ruang Mina RSI

Fatimah 25 Juni 2018

JUML KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


KLASIFIKASI AH
PASIEN PASIE Pagi Siang Malam
N
Minimal care 5
Partial care 8 4 3 2
Total care 0
Jumlah 13
Total tenaga perawat:
∑ perawatan langsung
Total care : 6 x 0 = 0 jam
Parcial care : 3 x 8 = 24 jam
Minimal care : 2 x 5 = 10 jam
Total : 34 jam
Jam perawatan tidak langsung
35 menit x 13 orang = 455 menit = 8 jam
Jam penyuluhan
15 menit x 13 orang = 195 menit = 3,25 jam = 3 jam 25 menit
Total jam perawatan yang dibutuhkan = 45,25 jam
Kebutuhan petugas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
= 45,25/13 = 3,480 = 3 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Pembagian petugas atau shift


Pagi : 47% x 3 = 1,41 = 1 orang
Sore : 35% x 3 = 1,05 = 1 orang
Malam : 17% x 3 = 0,51 = 1 orang

2) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga PetugasRuang Mina RSI

Fatimah 26 2018

KLASIFIKASI JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


PASIEN PASIEN Pagi Siang Malam
Minimal care 4
Partial care 9 4 3 3
Total care 0
Jumlah 13
Total tenaga perawat:
∑ perawatan langsung
Total care : 6 x 0 = 0 jam
Parcial care : 3 x 9 = 27 jam
Minimal care : 2 x 4 = 8 jam
Total : 35 jam
Jam perawatan tidak langsung
35 menit x 13 orang = 455 menit = 8 jam
Jam penyuluhan
15 menit x 13 orang = 195 menit = 3,25 jam = 3 jam 25 menit
Total jam perawatan yang dibutuhkan = 46,25 jam
Kebutuhan petugas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
= 46,25/13 = 3,55 = 3 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Pembagian petugas atau shift


Pagi : 47% x 3 = 1,41 = 1 orang
Sore : 35% x 3 = 1,05 = 1 orang
Malam : 17% x 3 = 0,51 = 1 orang

3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga PetugasRuang Mina RSI

Fatimah27Juni 2018

KLASIFIKASI JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


PASIEN PASIEN Pagi Siang Malam
Minimal care 6
Partial care 7 4 3 2
Total care 0
Jumlah 14

Total tenaga perawat:


Total tenaga perawat:
∑ perawatan langsung
Total care : 6 x 0 = 0 jam
Parcial care : 3 x 7 = 21 jam
Minimal care : 2 x 6 = 12 jam
Total : 32 jam
Jam perawatan tidak langsung
35 menit x 14 orang = 490 menit = 8 jam
Jam penyuluhan
15 menit x 14 orang = 210 menit = 2,10 jam = 2 jam 10 menit
Total jam perawatan yang dibutuhkan = 42,10 jam
Kebutuhan petugas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
= 42,10/14 = 3,00 = 3 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Pembagian petugas atau shift


Pagi : 47% x 3 = 1,41 = 1 orang
Sore : 35% x 3 = 1,05 = 1 orang
Malam : 17% x 3 = 0,51 = 1 orang

4) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga PetugasRuang Mina RSI

Fatimah 28 Juni 2018

KLASIFIKASI JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


PASIEN PASIEN Pagi Siang Malam
Minimal care 5
Partial care 8 4 3 2
Total care 0
Jumlah 14

Total tenaga perawat:


perawatan langsung
Total care : 6 x 0 = 0 jam
Parcial care : 3 x 8 = 24 jam
Minimal care : 2 x 5 = 10 jam
Total : 34 jam
Jam perawatan tidak langsung
35 menit x 14 orang = 490 menit = 8 jam
Jam penyuluhan
15 menit x 14 orang = 210 menit = 2,10 jam = 2 jam 10 menit
Total jam perawatan yang dibutuhkan = 44,10 jam
Kebutuhan petugas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
= 44,10/14 = 3,15 = 3 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
Pembagian petugas atau shift
Pagi : 47% x 3 = 1,41 = 1 orang
Sore : 35% x 3 = 1,05 = 1 orang
Malam : 17% x 3 = 0,51 = 1 orang

5) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga PetugasRuang Mina RSI

Fatimah29Juni 2018

KLASIFIKASI JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT


PASIEN PASIEN Pagi Siang Malam
Minimal care 6
Partial care 7 4 3 3
Total care 0
Jumlah 14

Total tenaga perawat:


∑ perawatan langsung
Total care : 6 x 0 = 0 jam
Parcial care : 3 x 7 = 21 jam
Minimal care : 2 x 6 = 12 jam
Total : 33 jam
Jam perawatan tidak langsung
35 menit x 14 orang = 490 menit = 8 jam
Jam penyuluhan
15 menit x 14 orang = 210 menit = 2,10 jam = 2 jam 10 menit
Total jam perawatan yang dibutuhkan = 43,10 jam
Kebutuhan petugas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
= 43,10/14 = 3,07 = 3 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

Pembagian petugas atau shift


Pagi : 47% x 3 = 1,41 = 1 orang
Sore : 35% x 3 = 1,05 = 1 orang
Malam : 17% x 3 = 0,51 = 1 orang
Pembagian shift ketenagaan di Ruang Mina :
Pagi : 1 karu, 1 katim, 2 PP
Sore : 1 katim, 2 PP
Malam : 1 katim, 2 PP
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 25 - 29juni 2018 didapatkan kesesuaian
antara jumlah tenaga perawat Mina dengan jumlah kebutuhan tenaga
perawat. Kebutuhan 10 perawat, sedangkan di ruang mina terdapat 12
perawat.
6) BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian mulai tanggal 25-29 Juni 2018, BOR pasien di ruangan
dapat dilihat pada gambaran kapasitas tempat tidur Mina yaitu 14 dengan rincian pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 BOR pasien di ruang Mina


BOR pasien ruang mina tanggal 25-29 Juni 2018
No. Tanggal Bed BOR %
1. 25 Juni 2018 14 bed 13/14x100% 93%
(13 bed terisi)

2. 26 Juni 2018 14 bed 13/14x100% 93%


( 13 bed terisi)
3 27 Juni 2018 14 bed 14/14x100% 100%
( 14 bed terisi)
4 28 Juni 2018 14 bed 14/14x100% 100%
(14 bed terisi)
5 29 Juni 2018 14 bed 14/14x100% 100%
( 14 bed terisi)
Rata-rata 97%

Kesimpulan: dari penghitungan didapatkan BOR Ruang MINA dari tanggal 25-29Juni 2018
adalah 97%,sedangkan indikator mutu pelayanan kesehatan 70-85% maka BOR Ruang
MINAsudah memenuhi indikator mutu pelayanan kesehatan.
7) Alur Pasien Masuk

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 25-29 Juni 2018 di ruang

MINA didapatkan alur pasien masuk dari UGD dan Poli menuju ke ruang MINA.

8) Kasus terbanyak yang ditemukan

Berdasarkan hasil observasi mulai tanggal 25-29 Juni 2018, didapatkan bahwa ruang

MINA dipimpin oleh kepala ruangan dan di bantu oleh 2 ketua tim, 8 perawat/petugas

pelaksana. Di ruangan MINA di bagi dalam 3 shift (waktu/gilir dinas) yakni shift pagi

(07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), shift malam (21.00-07.00).

Data diagnosis kasus terbanyak di ruangan MINA pada bulan Juni 2018, antara lain:

1. Colic Abdomen
2. Ca Paru
3. SC
4. Hipoglikemia
5. GEA

a. Hasil Angket Ketenaga Kerjaan


Berilah tanda centang (√) pada point yang sesuai dengan kondisi anda saat ini
1. Bagaimana struktur organisasi yang telah berjalan? Apakah anda merasa puas dan sesuai
dengan kemampuan perawat di bidangnya?
(17%) Sangat Puas (83%) Puas
( ) Tidak Puas
( ) Cukup Puas

2. Bagaimana kesesuaian pembagian tugas yang dilakukan di ruangan? Apakah anda merasa
puas sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada?
(8%) Sangat Puas (75%) Puas
(17%) Cukup Puas ( ) Tidak Puas

3. Puaskah anda dengn kinerja kepala ruangan dalam melakukan tugas-tugasnya?


(17%) Sangat Puas (50%) Puas
(33%) Cukup Puas ( ) Tidak Puas

4. Apakah anda puas dengan kinerja ketua tim/PP yng berkompetensi sesuai dengan
tugasnya?
( ) Sangat Puas (42%) Puas
(58%) Cukup Puas ( ) Tidak Puas
5. Bagaimana kebijakan rumah sakit mengenai pemberian beasiswa atau pelatihan
pendidikan keperawatan? Apakah anda merasa puas?
(8% ) Sangat Puas (75%) Puas
(17%) Cukup Puas () Tidak Puas
6. Bagaimana jumlah pendapatan yang anda terima sesuai dengan latar
pendidikan anda? Apakah anda merasa puas?
(8% ) Sangat Puas
(25%) Cukup Puas
(67%) Puas
( ) Tidak Puas

7. Puaskah anda dengan peran POS/Pembantu perawat di ruangan, apakah


membantu meringankan pekerjaan anda?
(33%) Sangat Puas
( ) Cukup Puas
(67%) Puas
( ) Tidak Puas

Berdasarkan hasil angket di atas 2 orang perawat menyatakan sangat puas

dengan struktur organisasi diruangan dan kemampuan pearawat sesuai dengan

bidangnya sebanyak 17% dan 10 orang perawat menyatakan puas dengan struktur

organisasi diruangan dan kemampuan perawat sesuai dengan bidangnya sebanyak

83%, 1 orang pearawat menyatakan sangat puas dengan struktur organisasi yang

ada diruangan sebanyak 8%, dan 2 orang perawat menyatakan cukup puas dengan

struktur yang ada diruangan sebanyak 17% dan 9 orang perawat menyatakan

puas dengan struktur yang ada diruangan sebanyak 75%, 2 orang perawat

menyatakan sangat puas dengan kinerja kepala ruangan dala melakukan tugas-

tugasnya sebanyak 17% dan 4 orang perawat menyatakan cukup puas dengan

kinerja kepala ruangan dalam melakukan tugas-tugasnya sebanyak 33% dan 6

orang perawat menyatakan puas dengan kinerja kepala ruangan dalam melakukan

tugas-tugasnya sebanyak 50%, 7 orang perawat menyatakan cukup puas dengan

kinerja ketua tim/PP yang berkompetensi sesuai dengan tugasnya sebanyak 58%

dan 5 orang perawat menyatakan puas dengan kinerja ketua tim/PP yang

berkompetensi sesuai dengan bidangnya sebanyak 42%, 1 orang pearawat


menayatakan sangat puas dengan kebijakan rumah sakit mengenai pemberian

beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan sebanyak 8% dan 2 orang

perawat menyatakan cukup puas dengan kebijakan rumah sakit mengenai

pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan sebanyak 17% dan 9

orang perawat menyatakan puas dengan kebijakan rumah sakit mengenai

pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan sebanyak 75%, 1

orang perawat menyatakan sangat puas dengan jumlah pendapatan yang diterima

sudah sesuai dengan latar pendidikan sebanyak 8% dan 3 orang perawat

menyatakan cukup puas dengan jumlah pendapatan yang diterima sudah sesuai

dengan latar pendidikan sebanyak 25% dan 8 orang perawat menyatakan puas

dengan jumlah pendapatan yang diterima sudah sesuai dengan latar pendidikan

sebanyak 67%, 4 orang menyatakan sangat puas dengan peran POS/Pembantu

diruangan sebanyak 33% dan 8 orang perawat menyatakan puas dengan peran

POS/Pembantu diruangan sebanyak 67%.


3.2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)

Penerapan proses profesi manajemen keperawatan mahasiswa Program

Studi Profesi (Ners) STIKES Banyuwangi, mengambil tempat diruang MINA

RSI FATIMAH. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 25-29 Juni 2018.

Adapun data-data yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Denah Ruang Mina

B
poli apt inf UGD
k

rdg RM Jalan
J sofa
S
U
A
mus OK Jalan
L

Arofah

jnz Marwah T
gizi Minadan
ICU

MPKU raudoh

2. Fasilitas pasien

a. Fasilitas non medis di Ruang mina

Jumla Kondis Kuran Rusa Keterang


No Nama Barang
h i Baik g Baik k an

1 AC panasonic 1 PK 14 14 Baik

2 Aiphone 15 15 Baik
3 Almari kayu 3 3 Baik

4 Keset kamar mandi 15 15 Baik

5 Spring bed 14 14 Baik

6 Kasur spon 14 14 Baik

7 Meja kayu 15 15 Baik

8 Meja kursi teras set 14 14 Baik

9 Kursi tunggu besi 14 14 Baik

10 Pijakan kaki 14 14 Baik

11 TV 14 14 Baik

12 Standar infus 14 14 Baik

13 Regulator 02 14 14 Baik

14 Jam dinding 15 15 Baik

15 Kaca rias 15 15 Baik

16 Rak sepatu plastik 1 1 Baik

17 Tempat sampah KM 14 14 Baik

18 Tempat sampah keranjang kecil 14 14 Baik

19 Keset pintu luar 17 17 Baik

20 Streples 1 1 Baik

21 Kalender 1 1 Baik

22 Korden jendela 28 28 Baik

23 Gayung 15 15 Baik

24 Remot TV 14 14 Baik

Rusak
satu remot
ac di mina
25 Remot AC 14 13 1 14
26 Hand soap dan tempat 15 15 Baik

27 kalkulator 1 1 Baik

28 Kater 1 1 Baik

29 Klip kecil 1 1 Baik

30 Lem 1 1 Baik

31 Meja perawat 1 1 Baik

32 Meja kepala ruangan 1 1 Baik

33 Almari obat 1 1 Baik

34 Almari linen 1 1 Baik

35 Bantal 28 28 Baik

36 Galon aqua 1 1 Baik

37 Loker obat oral 1 1 Baik

38 Rak sepatu 1 1 Baik

39 Kulkas 1 1 Baik

40 Tempat sampah non medis 1 1 Baik

41 Tempat sampah medis 1 1 Baik

42 Papan tulis kecil 1 1 Baik

43 Penggaris 1 1 Baik

44 Penghapus 1 1 Baik

45 Pensil merah biru 2 2 Baik

46 Papan tulis 1 1 Baik

47 timba kamar mandi 14 14 Baik

48 urinal 14 14 Baik

49 almari/ meja pasien 14 14 Baik

50 loker perawat 1 1 Baik


51 kursi petugas jaga 10 10 Baik

52 Resep 1 1 Baik

53 kabel gulung 1 1 Baik

b. Fasilitas medis di Ruang mina

1 Baik
Kursi roda 3 3
2 Baik
Termometer Axila 2 2
3 Baik
Stetoscope 6 6
4 Baik
Troli tindakan 3 3
5 Baik
Perlak 1 1
6 Baik
Gunting lurus nekrotomi 2 2
7 Baik
Gunting lurus 2 2
8 Baik
Cucing 2 2
9 Baik
Pinset anatomi 2 2
10 Baik
Pinset chirurgi 2 2
11 Baik
Bak instrumen sedang 2 2
12 Baik
ECG 1 1
13 Baik
Infus pump - -
14 Baik
Spiring pump 3 3
15 Baik
Nebulizer dan tempat 1 1
16 Baik
Suction dan tempat 1 1
17 Baik
Gunting verband 4 4
18 Timbangan Dewasa 2 2 Baik

19 Kereta 02 Kecil 1 1 Baik


20 Tromol 15 Cm 1 1 Baik

21 Tromol 20 Cm 1 1 Baik

22 Bak Instrumen Kecil 2 2

23 Lampu Senter 1 1 Baik

24 Nebulezer 1 1 Baik

25 Spet 1,3,5,10,20 Cc - - Spet

tersedia

sesuai

pasien

yang ada

c. Fasilitas administrasi penunjang di Ruang mina

1 Baik
Dokumen 14 14
2 Baik
Buku ekspedisi 1 1
3 Baik
Buku tulis 1 1
4 Baik
Formulir asuhan keperawatan 1 1
5 Baik
Formulir informed consent 1 1
6 Baik
Formulir permntaan foto 1 1
7 Baik
Formulir pemintaan laborat 1 1
8 Baik
Formulir observasi 1 1
9 Baik
Formulir konsul 1 1
10 Baik
buku ttv 1 1
11 Baik
buku diit 1 1
a. Hasil Angket Sarana Prasarana

No Daftar Pertanyaan Ya Tidak


1 Apakah lokasi dan denah ruangan Anda baik? 100% 0%
2 Apakah Anda berencana untuk merenovasi 33% 66%
ruangan?
Jika iya, ruangan apa?.......................................
3 Apakah peralatan di ruangan Anda sudah lengkap 100% 0%
untuk perawatan pasien?
4 Apakah Anda berencana untuk menambah 83% 16%
peralatan perawatan?
5 Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan 41% 58%
rasio pasien?
6 Apakah fasilitas di ruangan Anda sudah lengkap 91% 8%
untuk perawatan pasien?
7 Apakah semua perawat mengerti cara 91% 8%
menggunakan semua alat-alat perawatan pasien?
8 Apakah administrasi penunjang yang dimiliki 100% 0%
sudah memadai?
9 Apakahpersediaanalathabispakai 100% 0%
(consumable)selalutersedia yang
dibutuhkanpasien ?
Keterangan : responden 12

Berdasarkan hasil angket diatas dengan jumlah responden 12 orang

perawat, yang menjawab iya untuk ruangan dan denah ruangan baik sebanyak

100%, 8 orang (66%) tidak setuju untuk direncanakanya merenovasi ruangan dan

4 orang (33%) setuju untuk merenovasi ruangan, 12 orang (100%) mengatakan

peralatan diruangan sudah lengkap untuk perawatan pasien, 10 orang (83%)

menyetujui untuk menambah peralatan ruangan, dan 2 orang (16%) mengatakan

tidak untuk menambah peralatan ruangan, 7 orang (58%) mengatakan alat yang
tersedia belum sesuai dengan ratio pasien diruangan, 5 orang (41%) mengatakan

alat sudah sesuai dengan ratio pasien, 11 orang (91%) mengerti cara

menggunakan semua alat-alat perawatan pasien, 1 orang (8%) masih belum

mengerti cara menggunakan alat-alat untuk perawatan pasien, 11 orang (81%)

mengatakan administrasi diruangan sudah memadai, 1 otrang (8%) mengatakan

administrasi diruangan belum memadai, 12 orang (100%) setuju dengan alat

persediaan habis pakai selalu tersedia diruangan sesuai yang dibutuhkan pasien.

3.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)

1. Penerapan sistem MAKP

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25-29 Juni 2018 didapatkan

bahwa model pemberian asuhan keperawatan di ruang MINA sudah

menggunakan model tim, dengan pemilihan ketua tim berdasarkan lama kerja,

pengalaman kerja, dan senioritas, namun dalam pelaksanaan kurang optimal

karena banyak perawat yang masih belum terbiasa dengan penerapan model

tim. Komunikasi antar tim terjalin dengan baik, jika ada masalah yang tidak

bisa diatasi oleh katim, katim mendiskusikan pada karu untuk

penyelesaiannya. Ruangan sudah mempunyai SAK dan SOP setiap tindakan,

Pemisahan pasien di ruang MINA berdasarkan infeksi dan non infeksi.

Terdapat dukungan petugas keperawatan dan karu dalam praktik manajemen

keperawatan oleh mahasiswa STIKES Program Ners. Serta tingginya kemauan

perawat untuk berubah ke keadaan yang lebih baik.


a. Hasil Angket MAKP

Tabel angket MAKP di ruang MINA RSI Fatimah Banyuwangi


No Pertanyaan Ya Tidak
(%) (%)
1 Model Asuhan Keperawatan yang Digunakan
a. Apakah model asuhankeperawatan yang digunakanperawat di 100%
ruangansaatini adalah MAKP?
b. ApakahBapak/Ibumengerti/memahamidengan model 100%
asuhankeperawatan yang digunakansaatini?
c. MenurutBapak/Ibu, apakah model tersebutcocokdigunakan di 100%
ruanganBapak/Ibu?
d. Apakah model yang digunakansesuaidenganvisidanmisiruangan? 100%
2 Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
a. Apakahdenganmenggunakan model 100%
saatinimenjadikansemakinpendek lama rawatinapbagipasien?
b. Apakahterjadipeningkatankepercayaanpasienterhadapruangan? 100%
c. Apakah model yang 30% 70%
digunakansaatinitidakmenyulitkandanmemberikanbebanberatkerjaba
giBapak/Ibu?
d. Apakah model saatinitidakmemberatkandalampembiayaan? 30% 70%
e. Apakah model yang 50% 50%
digunakanmendapatbanyakkritikandaripasienpadaruangan?
3 Pelaksanaan model asuhan keperawatan
a. Apakahtelahterlaksanakomunikasi yang 100%
adekuatantaraperawatdantimkesehatan lain?
b. Apakahkontunuitasrencanakeperawatanterlaksana? 100%
c. ApakahBapak/Ibu (PP/PA) seringmendapattegurandariKetua Tim? 20% 80%
d. ApakahBapak/Ibumenjalankankegiatansesuaistandar? 100%
4 Tanggung jawab dan pembagian tugas
a. ApakahJob DescriptionuntukBapak/Ibuselamainisudahjelas? 100%
b. ApakahtugasBapak/Ibusesuaidengan model asuhankeperawatan yang 100%
saatinidigunakanruangan?
c. ApakahBapak/Ibumengenalataumengetahuikondisipasiendandapatme 100%
nilaitingkatkebutuhan?

Berdasarkan hasil angket di atasdenganjumlahresponden 12 orang

perawat, Menyatakan model yang digunakan ruangan saat ini adalah MAKP100%

.12 perawat memahami asuhan keperawatan yang di gunakan saat ini sebanyak

100%.perawat menyatakan model tersebut cocok untukdi gunakan sebagai model


keperawatan 100%.perawat menyatakan model keperawatan yang di gunakan

sesuai dengan visi dan misi ruangan 100%.perawat menyatakan model

keperawatan saat ini cocok untuk di gunakan saat ini 100%Perawat menyatakan

terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan 100%.3 orang perawat

menyatakan model yang d gunakan saat ini tidak menyulitkan dan memberikan

beban kerja pada perawat sebanyak 30% model yang di gunakan saat ini

menyulitkan beban kerja sebanyak 70%.3 perwat menyatakan model yang di

gunakan tidak memberatkan sebanyak 30%.model yang di gunakan perawat

menyulitkan sebnyak 70%.6 orang perawat menyatakan model yang di gunakan

mendapat banyak kritikan dari pasien dan ruangansebanyak 50%.6 orang perawat

menyatakan model yang di gunakan mendapat kritikan dari apsien dan ruangan

sebanyak 50%.12 Perawat menyatakan telah terlaksana komunikasi adekuat

antara perawat dan tim kesehatan lain sebanyak 100%.12 perawat menyatakan

kontunitas rencana keperawatan telah terlaksana 100%.2 perawat menyatakan

sering mendapat teguran dari ketua tim sebnyak 20%.10 perawat menyatakan

tidak sering mendapat teguran dari ketua tim sebanyak 80%.12 perawat

menyatakan telah melakukan tugas sesuai dengan setandart 100%.12 perawat

menyatakan job discription sudah jelas sebanyak 100%.12 perawat menyatakan

model asuhan keperawatan yang saat ini di gunakan sesuai di ruaangan sebanyak

100%.12 perawat mengatakan mengenal dan mengetahui kondisipasien maupun

dapat juga menilai tingkat kebutuhan sebanyak 100%


2. Penerapan Timbang Terima

Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan

yang belum, serta respon pasien yang terjadi.

Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada tanggal 25-29 Juni 2018

diruangan MINA Timbang terima sudah dilakukan, dan berjalan secara

efektif. Timbang terima dilakukan di nurse station terlebih dahulu, lalu di

lakukan timbang terima ke pasien, timbang terima di lakukan dari sift jaga ke

sift selanjutnya. Namun ketika operan dari sift pagi ke sift sore, dan sift sore

ke malam, operan hanya di lakukan di ners station dan tidak ke pasien.

Timbang terima di mulai seharusnya 15 menit sebelum operan untuk itu 15

menit perawat yang bertugas selanjutnya datang lebih awal. Rencana tindakan

selanjutnya untuk klien juga tidak di tuliskan di papan yang ada di petugas

station, namun dibuku laporan saja. Dalam proses timbang terima di ruang

MINA perawat yang bertugas sebelumnya sudah melaporkan kondisi pasien,

dan melaporkan tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan,

operan sudah lengkap dan sudah menyebutkan dari poin-poin yang meliputi :

1. Jumlah pasien.

2. Identitas klien dan diagnosis medis.

3. Data ( keluhan/subjektif dan objektif).

4. Masalah keperawatan yang masih muncul.


5. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara

umum).

6. Intervensi kolaboratif.

7. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,

pemeriksaan dan lain-lain).

Saran : Sebaiknya perawat yang bertugas selanjutnya harus datang lebih awal

yaitu 15 menit sebelum operan. Pada timbang terima di ruang Mina, perawat

selain melakukan asuhan keperawatan juga memperkenalkan perawat yang

shift berikutnya kepada keluarga pasien dan petugas tercipta hubungan yang

lebih dekat tidak terjadi kesenjangan dalam komunikasi. Serta prosedur operan

yang sudah terbentuk sistemnya bias di jalankan di setiap sift, meskipun itu

hari tidak efektif.

a. Hasil Angket Timbang Terima

Timbang Terima di Ruang Mina RSI Fatimah Bayuwangi

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah setiap shift dilakukan timbang terima? 100%

2 Apakah timbang terima telah dilaksanakan 100%


tepat waktu?

3 Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 100%


perawat yang berkepentingan?

4 Apakah timbang terima dipimpin oleh PJ 100%


Unit?

5 Adakah yang harus dipersiapkan dalam 100%


pelaksanaan timbang terima?

6 Tahukah Ibu/Bapak, apa saja yang harus 100%


disampaikan dalam pelaporan timbang
terima?

7 Adakah buku khusus untuk mencatat hasil 100%


laporan timbang terima?

8 Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan 25% 75%


laporan timbang terima?

9 Apakah ada interaksi dengan pasien saat 100%


timbang terima berlangsung?

10 Tahukan Ibu/Bapak, bagaimana teknik 100%


pelaporan timbang terima ketika berada di
depan pasien?

11 Apakah waktu untuk mengunjungi masing- 25% 75%


masing pasien antara 5-10 menit?

12 Tahukah Ibu/Bapak, bagaimana persetujuan 100%


atas penerimaan timbang terima?

13 Apakah Anda (shift pengganti) di evaluasi 100%


kesiapannya oleh kepala ruangan?

Hasil angket diatas mengenai proses timbang terima disampaikan bahwa

setiap pergantian shift selalu melakukan timbang terima sebanyak 12 orang

(100%), timbang terima sudah dilakukan oleh seluruh perawat sebanyak 12

orang (100%), seluruh perawat menghadiri timbang terima sebanyak 12 orang

(100%), timbang terima selalu di pimpin oleh PJ Unit, seluruh perawat sudah

mengetahui apa saja yang hasur disampaikan dalam laporan timbang terima

sebanyak 12 orang (100%), seluruhnya menggunakan buku khusus untuk

melakukan timbang terima sebanyak 12 orang (100%), sebagian besar perawat

mengalami kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima

sebanyak 9 orang (75%), seluruhnya berinteraksi dengan dengan pasien saat

timbang terima berlangsung sebanyak 12 orang (100%), seluruhnya


mengetahui tekhnik pelaporan timbang terima ketika berada di depan pasien

sebanyak 12 orang (100%), sebagian besar perawat mengatakan waktu untuk

mengunjungi masing-masing pasien tidak lebih dari 5 menit sebanyak 9 orang

(75%), seluruhnya mengetahui persetujuan atas penerimaan timbang terima

sebanyak 12 orang (100%), seluruhnya saat sift pergantian dievaluasi

kesiapannya oleh kepala ruangan sebanyak 12 orang (100%). Walaupun operan

belum optimal dari pelaksanaan timbang terima yaitu timbang terima shift

siang dan malam dilakukan secara individu antar perawat dan tidak melakukan

validasi langsung dari satu pasien ke pasien lain.

3. Supervisi Ruang Keperawatan

Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai misi di RSI

FATIMAH, maka dilakukan supervisi yang bekelanjutan terhadap berbagai

kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai karyawan untuk

melayani konsumen (pasien). Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan

pada tanggal 25-29 Juni 2018 di ruang MINA belum pernah kami mengikuti

supervisi yang dilakukan kepala ruangan di ruangan. Dari hasil wawancara

terhadap perawat di ruang Mina , supervisi kemungkinan pernah dilakukan

namun sebagian perawat tidak mengetahuinya, seperti tindakan kepala

ruangan yang mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek

keperawatan di ruang perawatan namun kegiatan ini tidak rutin dan juga tidak

mempunyai format supervisi dan tidak menganut alur dari supervisi yang

sebenarnya. Terkadang reward dari kepala ruangan berupa pujian kepada

petugas yang melakukan pekerjaan dengan baik, sedangkan petugas yang

tidak melaksanakan tugasnya dengan baik atau terlambat tidak mendapatkan


punishment dari kepala ruangan serta saran untuk meningkatkan kinerja

perawat.

a. Hasil Angket Supervisi Ruang Keperawatan

Angket Supervisi di ruang di ruang MINA RSI Fatimah Banyuwangi


No Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)
1 Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang 100% 0%
supervisi?
2 Apakah supervisi telah dilakukan di 67% 33%
ruangan?
3 Apakah supervisi dilakukan minimal 33% 67%
satu kali setiap bulan?
4 Apakah PJ unit melakukan supervisi? 67% 33%
5 Apakah supervisi diruangan sudah 67% 33%
sesuai dengan alur yang ada?
6 Adakah format baku untuk supervisi 42% 58%
setiap tindakan?
7 Apakah format untuk supervisi sudah 42% 58%
sesuai dengan standar keperawatan?
8 Apakah alat (instrumen) untuk supervisi 42 58%
tersedia secara lengkap?
9 Apakah hasil dari supervisi 75% 25%
disampaikan kepada perawat?
10 Apakah selalu ada feed back dari 75% 25%
supervisor untuk setiap tindakan?
11 Apakah Bapak/Ibu puas dengan hasil 42% 58%
dari feed back tersebut?
12 Apakah ada follow up untuk setiap hasil 75% 25%
dari supervisi?
13 Apakah Bapak/Ibu menginginkan 50% 50%
perubahan untuk setiap tindakan sesuai
dengan hasil perbaikan dari supervisi?
14 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan 50% 50%
pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi?

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah respondon 12 orang

perawat ruang mina mengerti tentang supervisi 100%, 8 orang perawat

menyatakan diruang mina supervisi sudah dilakukan sebanyak 67% dan 4

orang perawat menyatakan supervisi diruangan tidak dilakukan sebanyak

33%, 4 orang perawat menyatakan diruang mina supervisi sudah dilakukan

minimal satu kali setiap bulan sebanyak 33% dan 8 orang perawat menyatakan

supervisi tidak dilakukan minimal satu kali setap bulan sebanyak 58%, 8

orang perawat menyatakan PJ unit sudah melakukan supervisi sebanyak 67%

dan 4 orang menyatakan PJ unit tidak melakukan supervisi sebanyak 33%, 8

orang perawat menyatakan supervisi diruangan sudah sesuai dengan alur yang

ada sebanyak 67% dan 4 orang perawat menyatakan supervisi diruangan tidak

sesuai alur yang ada sebanyak 33%, 5 orang perawat menyatakan supervisi

setiap tindakan sudah ada format baku sebanyak 42% dan 7 orang perawat

menyatakan supervisi setiap tindakan tidak ada format baku sebanyak 58%, 5

orang perawat menyatakan format untuk supervisi sudah sesuai dengan

standar keperawatan sebanyak 42% dan 7 orang perawat menyatakan format

untuk supervisi tidak sesuai dengan standar keperawatan sebanyak 58%, 7

orang perawat menyatakan alat (instrumen) untuk supervisi tersedia secara

lengkap sebanyak 42% dan 7 orang perawat menyatakan alat (instrumen)

untuk supervisi tidak tersedia secara lengkap sebanyak 58%, 9 orang perawat

menyatakan hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat sebanyak 75%


dan 3 orang perawat menyatakan hasil dari supervisi tidak disampaikan

kepada perawat sebanyak 25%, 9 orang perawat menyatakan selalu ada feed

back dari supervisor untuk setiap tindakan sebanyak 75% dan 3 orang perawat

menyatakan tidak ada feed back dari supervisor untuk setiap tindakan

sebanyak 25%, 5 orang perawat menyatakan puas dengan hasil dari feed back

sebanyak 42% dan 7 orang perawat menyatakan tidak puas dengan hasil dari

feed back sebanyak 58%, 9 orang perawat menyatakan ada follow up untuk

setiap hasil dari supervisi sebanyak 75% dan 3 orang perawat menyatakan

tidak ada follow up untuk setiap hasil dari supervisis sebanyak 25%, 6 orang

perawat meginginkan perubahan untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil

perbaikan dari supervisi sebanyak 50% dan 6 orang perawat tidak

menginginkan perubahan untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil perbaikan

dari supervisi sebanyak 50%, 6 orang perawat menyatakan pernah

mendapakan pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi sebanyak 50% dan 6

orang perawat menyatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi

tentang supervisi sebanyak 50%.

4. Discharge Planning

Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar klien

dan keluarga yang masuk di MINA, yang sedang dalam perawatan dan yang

akan atau direncanakan pulang mengerti tentang perawatan selama pasien

dirawat Ruang MINA, sehingga keluarga dapat mengikuti semua proses

perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang terkandung didalam Dischard

Planning saat pengkajian tanggal 25-29 Juni 2018 yang sudah dijalankan

dengan baik, sudah ada form discharge planning yang diisi pada saat pasien
akan pulang. Hal-hal yang disampaikan meliputi cara meminum obat yang

diresepi dokter dan waktu untuk kontrol ulang. Kegiatan ini sudah dilakukan

oleh Karu dan seluruh anggotanya secara lisan dan tulisan dalam bentuk

Dischard Planning. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang yang

terdiri dari 3 yaitu resume medik yang diisi oleh dokter dan resume

keperawatan yang diisi oleh perawat / petugas dan surat kontrol. Sarana yang

belum ada adalah leaflet untuk 5 kasus terbanyak di Ruang MINA.

a. Hasil Angket Discharge Planning

No Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)


1 Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang 100% 0%
Discharge Planning?
2 Apakah yang Bapak/Ibu berikan saat 75% 25%
melakukan Discharge Planning?
3 Apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan 100% 0%
Discharge Planning?
4 ApakahDischarge Planning dilakukan 100% 0%
setiap pasien pulang?
5 Apakah sudah ada pembagian tugas 75% 25%
tentang Discharge Planning?
6 Apakah PJ unit telah 100% 0%
menginformasikan tentang
operasionalDischarge Planning?
7 Apakah sudah ada pemberian 100% 0%
brosur/leaflet saat melakukan
Discharge Planning?
8 Apakah Discharge Planning sudah 100% 0%
dilakukan dengan SOP yang ada?
9 ApakahDischarge Planning 100% 0%
disampaikan dengan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh
pasien/keluarga pasien?
10 Apakah bahasa yang Bapak/Ibu 50% 50%
gunakan dalam melakukan Discharge
Planning, mengalami kesulitan untuk
dipahami pasien
11 Apakah setiap selesai melakukan 100% 50%
Discharge Planning, Bapak/Ibu
melakukan pendokumentasian dari
Discharge Planning yang telah
Bapak/Ibu lakukan?

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 12 orang perawat,

100% Responden mengerti tentag Discharge planning, 9 orang perawat yang

melakukan discharge planning sebanyak 75% dan 3 orang perawat yang tidak

melakukan discharge planning sebanyak 25%, 12 orang perawat bersedia

melakukan discharge planning sebanyak 100%, 12 orang perawat melakukan

discharge planning sebelum pasien pulang sebanyak 100%, 9 orang perawat

melakukan pembagian tugas tentang discharge planning sebanyak 75% dan 3

orang perawat tidak melakukan pembagian tugas tentang discharge planning

sebanyak 25%, 12 orang perawat telah meginformasikan tentang operasional

discharge planning sebanyak 100%, 12 orang perawat sudah memberikan

brosur/leaflet saat melakukan discharge planning sebanyak 100%, 12 orang

perawat telah melakukan discharge planning dengan SOP yang ada sebanyak

100%, 12 orang perawat sudah menyampaikan discharge planning dengan

menggunakan bahasa yang di mengerti oleh pasien/ keluarga pasien sebanyak

100%, 6 orang perawat telah menggunakan bahasa yang mudah di pahami saat

melakukan discharge planning sebanyak 50% dan 6 orang perawat yang tidak

menggunakan bahasa yang mudah di pahami saat melakukan discharge

planning sebanyak 50%, 12 orang perawat setiap selesai menggunakan

discharge planning selalu melakukan pendokumentasian dari discharge

planning yang telah di lakukan sebanyak 100%.

5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat diruang MINA sudah dilakukan. Obat yang di kelola

yaitu obat oral, injeksi ataupun cairan diberikan kepada perawat. Alur

sentralisasi obat pada ruang MINA yaitu resep obat yang diresepkan oleh

dokter diserahkan kepada perawat/bidan, kemudian Resep Obat oral, injeksi

dan cairan diberikan perawat ruangan ke keluarga untuk di tebus di apotik

ataupun perawat yang nantinya memngambilkan di apotik. Setelah resep

diberikan petugas apoteker lalu di bawa keruangan .

Saat obat sudah ada diruangan oleh petugas obat injeksi disimpan di dalam

lemari obat sesuai nama pasien. Pada sentralisasi obat di ruang MINA tidak

ada buku dokumentasi keluar masuk obat. Dengan kata lain ruangan MINA

melakukan sentralisasi obat namun belum optimal.

a. Hasil Angket Sentralisasi Obat

No Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)


1 Pengadaan sentralisasi obat
a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang 67% 33%
sentralisasi obat?
b. Apakah di ruangan Bapak/Ibu ini
92% 8%
terdapat sentralisasi obat?
c. Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang
92% -
ada sudah dilaksanakan secara optimal?
d. Jika Tidak, menurut Bapak/Ibu apakah di
ruangan ini perlu diadakan sentralisasi 8% -
obat?
e. Apakah selama ini Bapak/Ibu pernah
diberi wewenang dalam sentralisasi 58% 42%
obat?
f. Apakah ada format daftar pengadaan
tiap-tiap macam obat? (Oral-Injeksi-
100% -
Supositoria-Infus-Insulin-Obat gawat
darurat)
2 Alur penerimaan obat
a. Apakah selama ini ada format
persetujuan sentralisasi obat dari 92% 8%
pasien/keluarga pasien?
b. Apakah proses penerimaan obat
67% 33%
langsung dari pasien/keluarga pasien?
3 Cara penyimpanan obat
a. Apakah di ruangan ini terdapat ruangan
67% 33%
khusus untuk sentralisasi obat?
b. Apakah kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung sentralisasi 50% 50%
obatsudahterpenuhi?
c. Apakah selama ini Bapak/Ibu
memisahkan kepemilikan antar obat-obat 100% -
pasien?
d. Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi
100% -
etiket dan alamat pada obat-obat pasien?
4 Cara penyiapan obat
a. Apakah selama ini sebelum memberikan
obat kepada pasien Bapak/Ibu selalu
17% 83%
menginformasikan jumlah kepemilikan
obat yang telah digunakan?
b. Apakah ada format tiap jenis obat
sebelum Bapak/Ibu memberikan obat ke 67% 33%
pasien?

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 12 orang perawat,

8 orang perawatmengerti tentang sentralisasi obat yaitu 67% Responden, 4

orang perawat belum mengerti tentang sentralisasi obat yaitu sebanyak 33%

responden.11 orang perawat menyatakan bahwa diruangan sudah terdapat

sentralisasi obat yaitu sebanyak 92% dan 1 orang perawat menyatakan

diruangan belum terdapat sentralisasi obat yaitu 8%.11 orang perawat sudah

melakukan sentralisasi obat secara optimal yaitu sebanyak 92% dan 1 orang

perawat menyatakan diruangan tidak perlu diadakan sentralisasi obat yaitu

sebanyak 8%. Sebanyak 7 orang perawat telah diberikan wewenang dalam

sentralisasi obat yaitu sebanyak 58% dan 5 orang perawat belum

mendapatkan wewenang dalam sentralisasi obat yaitu sebanyak 42%. 12

orang perawat menyatakan sudah ada format daftar pengadaan tiap-tiap

macam obat diruangan, sebanyak 100%. Sebanyak 11 orang perawat


menyatakan diruangan sudah ada format persetujuan sentralisasi obat dari

pasien/keluarga pasien yaitu sebanyak 92% dan 1 orang perawat menyatakan

belum ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien

sebanyak 8%, 8 orang perawat menyatakan proses penerimaan obat langsung

dari pasien/keluarga sudah berjalan sebanyak 67% dan 4 orang perawat

menyatakan proses penerimaan obat langsung dari pasien/keluarga pasien

belum berjalan sebanyak 33%, 8 orang perawat menyatakan sudah ada

ruangan khusus untuk sentralisasi obat yaitu sebanyak 67% dan 4 orang

perawat menyatakan belum ada ruangan khusus untuk sentralisasi obat yaitu

sebanyak 33%, 6 orang perawat ruangan menyatakan bahwa kelengkapan

sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat sudah terpenuhi yaitu

sebanyak 50% dan 6 orang perawat menyatakan bahwa kelengkapan sarana

dan prasarana pendukung sentralisasi obat belum terpenuhi yaitu sebanyak

50%, 12 orang perawat diruangan sudah melakukan pemisahan kepemilikan

antar obat pasien dengan pasien yang lainnya yaitu 100%, 12 orang perawat

sudah memberikan etiket dan alamat pada obat-obat pasien yaitu sebanyak

100%, 2 orang perawat selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat

sebelum memberikan kepada pasien yaitu sebanyak 17% dan 10 orang

perawat belum menginformasikan kepemilikan obat setiap sebelum

memberikan obat kepada pasien yaitu sebanyak 83%, 8 orang perawat

menyatakan sudah ada format tiap jenis obat sebelum diberikan kepada

pasien yaitu sebanyak 67% dan 4 orang perawat menyatakan tidak ada format

tiap jenis obat sebelum diberikan kepada pasien yaitu sebanyak 33%.
6. Dokumentasi Keperawatan (kepetugasan)

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada medical record (status)


didapatkan pendokumentasian yang berlaku diruang MINA dengan sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari dokter dan perawat. Berdasarkan hasil observasi seluruh status
pasien yang ada didapatkan menunjukkan bahwa dari sampel dokumen
Asuhan Keperawatan pada pasien rawat inap menunjukkan hal yang kurang
maksimal , seperti diagnosa yang diangkat kurang menyeluruh sehingga aspek
holistic biopsiko social untuk keluarga kurang tersentuh.

a. Hasil Angket Dokumentasi Keperawatan

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan Pandan 1 RSI FATIMAH?
Apakah sudah ada format pendokumentasian yang 75% 25%
baku?

2. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian format


dokumentasi tersebut dengan benar dan tepat? 75% 25%

3. Apakah menurut Anda format yang digunakan ini


bisa membantu (memudahkan) dalam melakukan 100% 0
pengkajian pada pasien?
4. Apakah Anda sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera 100% 0
setelah melakukan tindakan)?
5. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
66,7% 33,3%
digunakan ini menambah beban kerja?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi yang
digunakan ini menyita banyak waktu? 66,7% 33,3%

Berdasarkan angket di atas 9 orang perawat menyatakan bahwa format

pendokumentasian dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian

terhadap pasien, 3 orang perawat menyatakan model pendokumentasian tidak

membantu dalam melakukan pendokumentasian. 9 orang menyatakan sudah

mengerti cara pengisian format dokumentasi . 3 orang belum mengerti cara

pengisian format dokumentasi. 12 perawat bias membantu memudahkan


perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. 12 perawat sudah

melakukan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera setelah melakukan

tindakan), 8 perawat mengatakan model dokumen tasi yang digunakan

menambah beban kerja perawat, 4 orang merasa model dokumentasi yang

digunakan ini menambah beban kerja perawat.8 orang model dokumentasi

yang digunakan ini menyita banyak waktu. Sedangkan 4 orang merasa model

dokumentasi yang digunakan ini menyita banyak waktu.

7. Penerimaan Pasien Baru

Menurut pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, ditemukan

adanya alur penerimaan pasien baru di ruang MINA. Dan ada protap pelayanan di

rawat inap.

b. Hasil Angket Penerimaan Pasien Baru

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah Anda mengerti bagaimana penerimaan
100% 0
pasien baru?
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
100% 0
penerimaan pasien baru
3. Apakah setiap selesai melakukan Penerimaan Pasien
100% 0
Baru Anda melakukan pendokumentasian?
4. Apakah Penanggung Jawab memberitahu bahwa
100% 0
akan ada pasien baru

Berdasarkan angket 12 perawat mengerti bagaimana penerimaan pasien


baru, 12 perawat sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien
baru, 12 perawat melakukan pendokumentasian dari penerimaan pasien
baru, PJ memberitahu bahwa akan ada pasien baru.

8. Ronde Keperawatan

Dari hasil wawancara dengan Koordinator manajemen ruangan MINA

RSI FATIMAH merupakan pelayanan kesehatan tipe C dimana dalam


penyelesaian masalah klien dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan

berbagai profesi. Dalam keperawatan dikenal istilah ronde keperawatan yang

mencari penyelesaian dari suatu masalah keperawatan pada kasus–kasus kronis

dan baru serta langka maupun kasus yang sudah mendapatkan terapi namun

belum terlaksana, agar dapat di selesaikan dengan melibatkan berbagai profesi

kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara di ruang MINA RSI FATIMAH,

sebenarnya ronde keperawatan pernah dilakukan diruangan dengan mahasiswa

manajemen, tapi setelah itu tidak dilakukan secara berkelanjutan. Di ruang ini

memiliki kasus dan bervariasi sehingga perlu diadakan ronde keperawatan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada. Petugas keperawatan dan karu sangat

mendukung jika proses ronde keperawatan dapat dilaksanakan dan diterapakan

lagi, dengan jenis kasus yang sangat bervariasi sehingga untuk pelaksanaan ronde

sangat dianjurkan untuk rutin dilaksanakan agar semakin banyak kasus penyakit

yang bisa tertangani dengan maksimal. Mengingat pula pentingnya peningkatan

mutu pelayanan kesehatan maka perlu dipertahankan pelaksanaan ronde

keperawatan yang sudah terlaksana agar lebih tepat dalam melaksanakan

intervensi dan implementasi kepada pasien. karena ronde keperawatan merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Sebenarnya ronde

keperawatan di ruang MINA mempunyai kekuatan yaitu adanya kolaborasi

dengan tim medis seperti : perawat, petugas, dokter, laborat. Sehingga dapat

mendukung terlaksananya ronde keperawatan yang maksimal dan dapat untuk

selalu diterapkan diruangan MINA RSI FATIMAH Banyuwangi.


a. Hasil Angket Ronde Keperawatan

No Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)


1 Apakah ruangan ini mendukung 100% 0%
adanya ronde keperawatan?
2 Apakah sebagian besar perawat di 100% 0%
ruang rawat inap lantai 4 mengerti
adanya ronde keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde 42% 58%
keperawatan di ruangan ini telah
optimal?
4 Apakah setiap bulan dilakukan ronde 17% 83%
keperawatan?
5 Apakah keluarga pasien mengerti 58% 42%
tentang adanya ronde keperawatan?
6 Apakah tim dalam pelaksanaan 67% 33%
kegiatan ronde keperawatan sudah
dibentuk?
7 Apakah yang dibentuk telah mampu 42% 58%
melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan secara optimal?

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah respondon 12 orang

perawat mendukung adanya ronde keperawatan 100%, 12 orang perawat

mengerti tentang adanya ronde keperawatan di ruang Mina sebanyak

100%, 5 orang perawat melaksanakan ronde keperawatan di ruangan

secara optimal sebanyak 42% dan 7 orang perawat tidak melaksanakan

ronde keperawatan di ruangan secara optimal sebanyak 58%, 2 orang

perawat setiap bulan melakukan ronde dalam keperawatan sebanyak 17%

dan 10 orang perawat setiap bulan tidak melakukan ronde keperawatan


sebanyak 83%, 7 orang perawat mengatakan keluarga pasien mengerti

tentang adanya ronde keperawatan sebanyak 58% dan 5 orang perawat

mengatakan keluarga pasien tidak mengerti tentang adanya ronde

keperawatan sebanyak 42%, 8 orang perawat mengatakan tim dalam

pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan sudah di bentuk sebanyak 67%

dan 4 orang perawat mengatakan tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde

keperawatan belum di bentuk sebanyak 33%, 5 orang perawat mengatakan

yang sudah di bentuk telah mampu melaksanakan kegiatan ronde

keperawatan secara optimal sebanyak 42% dan 7 orang perawat

mengatakan yang sudah di bentuk tidak mampu melaksanakan kegiatan

ronde keperawatan sebanyak 58%.

9. Quality of nursing work life

Kualitas hidup perawat yang baik mampu mempengaruhi kinerja perawat

dalam bekerja. Maka ketika kualitas hidup perawat jadi prioritas rumah sakit,

mampu untuk memberikan pelayana yang optimal. Sehingga kepuasaan pasien,

dan kemajuan rumah sakit akan terbantu dengan sendirinya.

b. Hasil Angket Quality of nursing work life

No Seberapa besar hal dibawah Anda rasakan dalam lingkungan TS S


pekerjaan Anda
1 Saya memiliki tujuan dan sasaran yang jelas untuk melaksanakan 100%
tugas-tugas pekerjaan saya
2 Saya mampu untuk mengungkapkan pendapat saya dan 33% 67%
mempengaruhi perubahan dalam lingkungan kerja saya
3 Saya memiliki kesempatan untuk menggunakan kemampuan saya 33% 67%
dalam bekerja
4 Saya merasa baik-baik saja saat ini 100%
5 Atasan saya memberikan fasilitas dan fleksibilitas yang cukup 8% 92%
untuk saya bekerja dan kehidupan keluarga saya
6 Jam kerja atau jadwal kerja saya sesuai dengan kondisi saya saat 75% 25%
ini
7 Saya sering merasa tertekan saat bekerja 100%
8 Ketika saya melakukan keberhasilan dalam pekerjaan saya, hal 75% 25%
itu diakui oleh atasan langsung saya
9 Beberapa waktu yang lalu, saya merasa kecewa dan tertekan 100%
10 Saya puas dengan kehidupan saya saat ini 75% 25%
11 Saya ingin belajar keterampilan baru 100%
12 Saya merasa terlibat dalam pengambilan keputusan yang 100%
berpengaruh terhadap saya dalam lingkungan kerja saya
13 Atasan saya memberikan apa yang saya butuhkan untuk 59% 41%
melaksanakan pekerjaan saya secara efektif
14 Atasan langsung saya memberikan jadwal atau jam kerja yang 100%
fleksibel
15 Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal 100%
16 Saya bekerja dalam lingkungan yang aman 100%
17 Secara umum, semua berjalan lancar bagi saya 100%
18 Saya puas dengan kesempatan karir yang saya dapatkan 100%
19 Saya sering merasakan tekanan yang berlebihan saat bekerja 100%
20 Saya puas dengan pelatihan yang saya dapatkan untuk dapat 67% 33%
melaksanakan pekerjaan saya saat ini
21 Beberapa waktu yang lalu, saya merasa bahagia atas semua hal 100%
yang saya dapatkan
22 Kondisi pekerjaan saya memuaskan 100%
23 Saya merasa terlibat dalam pengambilan keputusan yang 50% 50%
berpengaruh terhadap orang lain dalam lingkungan kerja saya
24 Saya puas terhadap kualitas kehidupan kerja saya secara umum 100%
Keterangan : STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju)

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 12 orang

perawat, 100% Responden memiliki tujuan dan sasaran yang jelas untuk

melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya, 8 orang perawat yang mampu

mengungkapkan pendapat dan mempengaruhi perubahan dalam

lingkungan kerjanya sebanyak 67% dan 4 orang perawat yang tidak

mampu mengungkapkan pendapat dan mempengaruhi perubahan dalam

lingkungan kerjanya sebanyak 33%,8 orang perawat memiliki kesempatan

untuk menggunakan kemampuannya dalam bekerja sebanyak 67% dan 4

orang yang tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan

kemampuannya dalam bekerja sebanyak 33%, 12 orang perawat yang

merasa baik-baik saja sebanyak 100%, 11 orang perawat merasa diberikan

fasilitas dan fleksibilitas yang cukup untuk bekerja dan kehidupan

keluarganya oleh atasannya sebanyak 92% dan 1 orang perawat merasa

tidak diberikan fasilitas dan fleksibilitas yang cukup untuk bekerja dan
kehidupan keluarganya oleh atasannya sebanyak 8%, 12 orang perawat

merasa jam kerja atau jadwalnya sesuai dengan kondisinya saat ini

sebanyak 100%, 3 orang perawat merasa tertekan saat ini sebanyak 25%

dan 9 orang perawat yang merasa tidak tertekan sebanyak 75%, 12 orang

perawat merasa diakui atasannya secara langsung ketika melakukan

keberhasilan dalam pekerjaannya sebanyak 100%, 3 orang perawat yang

beberapa waktu yang lalu merasa kecewa dan tertekan sebanyak 25% dan

9 orang yang tidak merasa kecewa dan tertekan, 12 orang perawat puas

dengan kehidupannya sebanyak 100%, 12 orang perawat ingin belajar

keterampilan baru sebanyak 100%, 5 orang perawat merasa terlibat dalam

pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap dirinya dalam

lingkungan pekerjaan sebanyak 41% dan 7 orang perawat yang merasa

tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap

dirinya dalam lingkungan pekerjaan sebanyak 59%, 12 orang pearawat

yang merasa diberikan apa yang dirinya butuhkan untuk melaksanakan

pekerjaannya secara efektif oleh atasannya sebanyak 100%, 12 orang

perawat merasa diberikan jadwal atau jam kerja yang fleksibel oleh

atasanya sebanyak 100%, 12 orang perawat merasa dalam banyak hal

hidupnya mendekati ideal sebanyak 100%, 12 orang perawat bekerja

dalam lingkungan yang aman sebanyak 100%, 12 orang perawat merasa

secara umum semua berjalan lancar baginya sebanyak 100%, 12 orang

merasa puas dengan kesempatan karir yang didapat sebanyak 100%, 4

orang perawat yang merasakan tekanan yang berlebihan saat bekerja

sebanyak 33% dan 8 orang yang tidak merasakan tekanan yang berlebihan
saat bekerja sebanyak 67%, 12 orang perawat merasa puas dengan

penelitian yang didapat untuk dapat melaksanakan pekerjaannya saat ini

sebanyak 100%, 12 orang perawat merasa bahagia atas semua hal yang

didapat beberapa waktu lalu sebanyak 100%, 12 orang perawat merasa

kondisi pekerjaannya memuaskan sebanyak 100%, 6 orang perawat

merasa terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap

orang lain dalam lingkungan kerjanya sebanyak 50% dan 6 orang yang

merasa tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh

terhadap orang lain dalam lingkungan kerjanya sebanyak 50%, 12 orang

perawat merasa puas terhadap kualitas kehidupan kerjanya secara umum

sebanyak 100%.

10. Kepuasan pasien

Kepuasan pasien adalah hal pertama atau prioritas dalam hal ini. Karena

rumah sakit tidak hanya memikirkan tentang kesehatan pasien, tetapi juga

keuntungan. Semakin banyak pasien secara otomastis penghasilan atau

pemasukannya lebih banyak. Untuk mencapai hal tersebut kepuasan pasien jadi

hal yang paling berpengaruh. Sehingga untuk meningkatkan itu, di butuhkan

kerjasama antara pelayanan dan sarana prasarana untuk membuat kepuasaan

pasien terpenuhi.

a. Hasil Angket Kepuasan Pasien

Tidak Puas
Karakteristik Pernyataan Puas
Ners/Bidan mampu menangani masalah perawatan anda dengan tepat 100%
Pelayanan
dan professional
Tenaga
Ners/Bidan mampu memberikan informasi tentang staf tenaga yang 7% 93%
Kesehatan
merawat, sarana prasarana RS, peraturan RS, dan penyakit anda
Ners/Bidan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas 100%
Ners/Bidan dapat dipercaya dalam memberikan pelayanan 100%
Ners/Bidan selalu menjaga kerapian dan penampilannya 100%
Ners/Bidan memberi perhatian terhadap keluhan yang anda rasakan 100%
Ners/Bidan mudah ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan 100%
Pelayanan yang diberikan Ners/Bidan tidak memandang 100%
pangkat/status tapi berdasarkan kondisi anda
Ners/Bidan perhatian dan memberi dukungan terhadap kebutuhan 100%
pelayanan anda
Kesopanan dan keramahan Ners/Bidan dalam pelayanan 100%
Ners/Bidan bersedia menawarkan bantuan kepada anda ketika 100%
mengalami kesulitan
Ners/Bidan memberikan pelayanan tepat waktu 100%
Ners/Bidan segera menangani anda ketika sampai di rumah sakit 7% 93%
Keyamanan dan keamanan fasilitas gedung RS 100%
Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelayanan 100%
Sarana Kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan 100%
Prasarana Ketersediaan petunjuk informasi ruangan dan lokasi 100%
Kebersihan fasilitas umum, toilet, tempat ibadah, ruang tunggu 100%
Menu makanan RS: rasa, penyajian, ketepatan 7% 93%

Berdasarkan hasil angket diatas dengan jumlah 14 pasien (100%)

mengatakan bahwa ners/bidan mampu menangani masalah

keperawatan dengan tepat dan professional, 13 pasien (93%)

mengatakan bahwa ners/bidan mampu memberikan informasi tentang

staf tenaga yang merawat, sarana prasarana RS, peraturan RS,

penyakit, dan 1 pasien (7%) mengatakan bahwa tidak puas, 14 pasien

(100%) mengatakan bahwa ners/bidan mampu memberikan

pelayanan yang berkualitas, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa

ners/bidan dapat dipercaya dalam memberikan pelayanan, 14 pasien

(100%) mengatakan bahwa ners/bidan selalu menjaga kerapian dan

penampilannya, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa ners/bidan

member perhatian terhadap keluhan yang dirasakan, 14 pasien

(100%) mengatakan bahwa ners/bidan mudah ditemui dan dihubungi

bila dibutuhkan, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa pelayanan

yang diberikan ners/bidan tidak memandang pangkat/status tapi


berdasarkan kondisi, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa ners/bidan

perhatian dan member dukungan terhadap kebutuhan pelayanan, 14

pasien (100%) mengatakan bahwa kesopanan dan keramahan

ners/bidan dalam pelayanan, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa

ners/bidan bersedia menawarkan bantuan ketika mengalami kesulitan,

14 pasien (100%) mengatakan bahwa ners/bidan memberikan

pelayanan tepat waktu, 13 pasien (93%) ners/bidan segera menangani

ketika sampai dirumah sakit dan 1 pasien (7%) mengatakan bahwa

tidak puas, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa kenyamanan dan

keamanan fasilitas gedung RS, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelayanan,

14 pasien (100%) mengatakan bahwa kebersihan dan kesiapan alat-

alat kesehatan yang digunakan, 14 pasien (100%) mengatakan bahwa

ketersedian petunjuk informasi ruangan dan lokasi, 14 pasien (100%)

mengatakan bahwa kebersihan fasilitas umum, toilet, tempat ibadah,

ruang tunggu, 13 pasien (93%) mengatakan bahwa menu makanan di

RS, rasa, penyajian, ketepatan dan 1 pasien (7%) mengatakan bahwa

tidak puas.
Analisa Swot

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


1. Man (M1)
a. Ketenagakerjaan
STRENGTH
1) Perawat sudah puas dengan 0,17 4 0,68
organisasi yang telah
berjalan dan sesuai dengan
bidangnya
2) Perawat puas dengan 0,15 3 0,45 I= S-W
pembagian tugas yang telah I= 2,37-0= 2,37
terstruktur diruangan
3) Perawat sudah puas dengan 0,14 1 0,14
kinerja kepala ruangan
4) Perawat cukup puas dengan 0,13 1 0,13
kinerja ketua TIM/PP
5) Perawat puas dengan 0,15 3 0,45
pemberian beasiswa atau
pelatihan pendidikan
keperawatan
6) Perawat puas dengan 0,13 2 0,26
pendapatan yang diterima
sesuai dengan latar
pendidikan
7) Perawat sudah puas dengan 0,13 2 0,26
peran POS/pembantu
perawat diruangan.
TOTAL 1 2,37

WEAKNESS

TOTAL 0 0

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya kesempatan untuk 0,1 2 0,2
mengikuti pelatihan yang
dibiayai oleh institusi
2) Adanya kesempatan 0,1 2 0,2 E= O-T
melanjutkan pendidikan ke E= 3,1-2,4 = 0,7
jenjang yang lebih tinggi
3) Adanya mahasiswa profesi 0,3 3 0,9
4) Adanya kebijakan 0,1 2 0,2
pemerintah tentang
profesionalisasi perawat
5) Adanya program akreditasi 0,4 4 1,6
RS dari pemerintah dimana
MAKP merupakan salah
satu penilaian
TOTAL 1 3,1

THREATENED
1) Ada tuntutan tinggi dari 0,3 3 0,9
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
profesional
2) Makin tingginya kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan hukum
3) Makin tinggi kesadaran 0,2 2 0,4
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
4) Persaingan antar RS yang 0,1 1 0,1
semakin kuat
5) Terbatasnya kuota tenaga 0,1 1 0,1
keperawatan yang
melanjutkan pendidikan
tiap tahun
TOTAL 1 2,4

Material/Sarana dan Prasarana


2.
STRENGTH

1) Lokasidan denah rungan baik


2) Peralatan diruangan sudah 4 0.68
lengkap untuk merawat pasien
3) Fasilitas diruangan sudah 0.17 4 0.68
lengkap untuk perawatan
pasien
4 0.6
4) Sebenyak 11 orang perawat 0.15
(91%) mengerti cara
menggunakan semua alat-alat 4 0.68
perawatan pasien 0.17
5) Administrasi penunjang di 4 0.68
ruangan sudah memadai 0.17
6) Persediaan alat habis pakai
4 0.68
(consumable) selalu tersedia 0.17
yang dibutuhkan pasien
TOTAL 1

4
0.5
0.5 2

WEAKNESS 2 2

1) Alat yang tersedia belum 2


sesuai dengan ratio pasien
2) Tidak adanya hanger urin bag 1
di setiap ruangan mina

TOTAL 4

Eksternal Faktor (EFAS)


1
OPPORTUNITY
3
10 orang (83%) setuju untuk
menambah peralatan 3
perawatan di ruangan

TOTAL
1

THREATENED
3
1 orang perawat (8%) belum
mengerti cara menggunakan
semua alat-alat perawatan
1
pasien
3
TOTAL
3

3.
M3 (Method)

Penerapan MAKP

Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH
0.085 4 0.34
1) Mode asuahan keperawatan
di ruangan mina sudah
MAKP 100%
2) Perawat memahami
asuahan keperawatan yang 0.085 4 0.34
di gunakan 100%
3) model keperawatan yang di 0.085 4 0.34
gunakan d ruangan 100%
4) model yang di gunakan
sesuai visi dan misi ruangan 0.085 4 0.34
100%
5) Model yang di gunakan saat 0.085 4 0.34
ini menjadikan semakin
pendek lama rawat inap
bagi pasien 100% 0.085 0.34
4
6) Terjadi peningkatan
kepercayaan pasien dengan
0.081 0.243
ruangan 100% 3
7) Komunikasiyang adekuat
antara perawat dan tim 0.081 0.243
kesehatan lain sudah 3
terlaksana 70%
8) Kontunitas rencana 0.076 0.152
keperawatan sudah 2
terlaksana 70% 0.085 0.34
9) Perawat sudah menjalan 4
kan tugas sesuai setandar
50% 0.085 0.34
10) Job discription untuk 4
perawat sudah jelas 100%
0.082 0.246
11) Model asuhan
kepertawatan saat ini di 3
ruangan sudah sesuai
dengan tugas perawat 100%
12) Perawat sudah mengenal
atau mengetahui kondisi
pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
80%
1 3.604
TOTAL

WEAKNESS
1
Model yang di gunakan di 2
gunakan di ruangan mina 2
banyak mendapatkan kritikan
dari pasien dan di dapat kan
pasien mengatakan

TOTAL 1 2
Eksternal Faktor (EFAS)

OPPORTUNITY
1 3 3
1) Kepercayaan dari pasien
dan masyarakat yang
cukup baik.
1 3
TOTAL

THREATENED

1) Makin tinggi kesadaran


masyarakat akan 1 3 3
pentingnya kesehatan,
makin tinggi tuntutan
masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan

TOTAL

1 3
BAB 4

PERENCANAAN

4.1 PENGORGANISASIAN

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam

menentukan kebijakan – kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun

sruktur organisasi sebagai berikut :

Pembimbing : 1. Ns. Diana Kusumawati, S.Kep.,M.Kes

2. Anang Satrianto S.Kep., Ners

Ketua : M. Febri R.P S.Kep

Sekretaris : Rina Hafsari S.Kep

Bendahara : Lia Agustin S.Kep

Sie Dokumentasi :

1. Hendro Widyo.H S.Kep

2. Bayu Tirta.S S.Kep

Sie Humas :

1. Desi Arofah S.Kep

2. Riska Dewi.W S.Kep

3. Bugar Agung.K S.Kep

Sie Perlengakapan :

1. Sona Ariyanti S.Kep

2. Yulico Dicky.K S.Kep

3. Ainul Akodah S.Kep


Mahasiswa :
Kepala Ruangan

M. Febri R.P

KATIM 1 KATIM 2 KATIM 3

Rina Hafsari Bugar Agung K Desi Arofah

PERAWAT
PERAWAT PERAWAT
PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA
1. Ainul Akodah
1. Sona Ariyanti 1. Riska Dewi W
2. Hendro Widyo H
2. Yulico Dicky K 2. Bayu Tirta S
3. Lia Agustin

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi MAKP Tim Mahasiswa

Kelebihan dan Kelemahan

a. MAKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup

yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam

satu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihannya:

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.


3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah

di atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

4. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.

5. Terciptanya kerjasama yamg baik

Kelemahannya:

1. Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit

untuk dilaksanakan pada waktu – waktu sibuk.

2. Tim yang sati tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan

menjadi tanggung jawabnya.

3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu

atau ketua tim.

Konsep metode tim:

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.

2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan

berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.


Tanggung jawab kepala ruang :

a. Perencanaan

1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-

masing

2. Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya

3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi,

dan persiapan pulang, bersama ketua tim

4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan kebutuhan pasien brsama ketua tim, mengatur

penugasan / penjadwalan.

5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien

7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk

kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,

membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah,

serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang

baru masuk

8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan

10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b. Pengorganisasian

1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2. Merumuskan tujuan metode penugasan

3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua

tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.

5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-

lain

6. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di

tempat kepada ketua tim

9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

c. Pengarahan

1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas

dengan baik

3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap


4. Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan

berhubungan dengan askep pasien

5. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan

1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi secara

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

2. Melalui supervisi :

a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,

mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan,

dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada

saat itu juga.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua

tim tentang pelaksanaan tugas.

c. Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

d. Audit keperawatan.
Peran dan Tanggung jawab anggota tim:

1. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah

tanggung jawab.

2. Kerja sama anggota tim dan antar tim.

3. Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim:

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.

3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai

tingkat ketergantungan pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konferensi.

4.1.1 PENERAPAN MAKP

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

empat unsur yakni; standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan

dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang

diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa layanan

keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu

pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan

atau keperawatan dalam memenuhi keputusan klien tidak akan terwujud.

Tujuan : Mahasiswa dapat menerapkan model asuhan kepeawatan

professional dengan model keperawatan TIM di Ruang Mina


Penanggung jawab : Yulico Dicky.K S.Kep

Pelaksanaan : MAKP dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai

tanggal 04 Juli sampai dengan 21 Juli 2018 di Ruang Mina

RSI Fatimah.

Rencana Strategi :

a. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model professional (MAKP) yang

akan dilaksanakan yaitu model Tim.

b. Merencanakan kebutuhan perawat .

c. Melaksanakan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

d. Melakukan pembagian jadwal dan pembagian tenaga perawat

e. Menerapkan model MAKP yang di rencanakan.

Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Menentukan penanggung jawab MAKP

b. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu metode Tim

c. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat

d. Melakukan pembagian peran perawat

e. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

f. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian perawat

g. Model asuhan keperawatan professional sebelum dilaksanakan di Mina

di koordinasikan dengan pembimbing dan atas persetujuan dari

pembimbing di Ruang Mina.


2. Proses

Menerapkan MAKP

a. Tahap aplikasi tanggal 25 Juni sampai dengan 21 Juli 2018

b. Selama pelaksanaan, model asuhan keperawatan profesional di Mina

berjalan sesuai rencana.

3. Hasil

Peningkatan pemahaman mahasiswa dan perawat di Ruang Mina tentang

model asuhan keperawatan professional

4.1.2 Timbang Terima

Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan

yang belum, serta respon pasien yang terjadi.

Penanggung Jawab : Rina Hafsari S.Kep

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan

semua perawat dan mahasiswa di Mina mampu menerapkan

timbang terima secara baik dan benar

Waktu : mulai tanggal 04 Juli sampai dengan 21 Juli 2018

Rencana strategi :

a. Isi dari timbang terima tidak hanya mengenai tindakan medis, tetapi

lebih kepada tindakan keperawatan


b. Menentukan penanggung jawab timbang terima.

c. Melaksanakan timbang terima dengan baik dan benar

A. Metode Pelaporan

1) Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana

selanjutnya dengan membawa laporan timbang terima.

2) Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian

dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu persatu terutama pada

klien- klien yang memiliki masalah khusus serta memerlukan

observasi lebih lanjut.

3) Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta

rencana tindakan keperawatan.

B. Manfaat Timbang Terima

1) Bagi perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat.

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.

2) Bagi pasien

Lebih mengetahui kondisi pasien yg sesungguhnya.

C. Prosedur Timbang Terima

1) Persiapan

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.


b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien

yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki

permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan

observasi lebih lanjut.

c. Perawat menyampaikan timbang terima pada perawat yang dinas

berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada timbang terima:

1. Jumlah pasien.

2. Identitas klien dan diagnosis medis.

3. Data ( keluhan/subjektif dan objektif).

4. Masalah keperawatan yang masih muncul.

5. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

(secara umum).

6. Intervensi kolaboratif.

7. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).

3) Pelaksanaan

a. Perawat dinas sudah siap (shift jaga).

b. Perawat yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.

d. Perawat yang melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan

validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan

berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

e. Perawat primer menanyakan kebutuhan dasar pasien.

f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.


g. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara

penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan

yang telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya

selama masa perawatan.

h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

i. Ditutup oleh kepala ruangan.

D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima

1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien.

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

4. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume

suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar

sesuatu yang rahasia bagi klien. Suatu yang dianggap rahasia

sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.

7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock

sebaiknya dibicarakan di nurse station.


Alur Timbang – terima

Gambar 4.3 : Alur Timbang Terima

4.1.3 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping

melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,

kepala ruangan, perawat assosiate yang perlu juga melibatkan seluruh

anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).


Penanggung Jawab : Ainul Akodah S.Kep

1. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang

Mina diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar

2. Waktu : mulai tanggal 5 Juli 2018

3. Rencana strategi :

a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan materi).

b. Menyusun materi kegiatan ronde keperawatan

c. Membuat alur ronde keperawatan

d. Melaksanakan ronde keperawatan.

4. Mensosialisasikan kegiatan ronde keperawatan Karakteristik:

a. Keluarga dilibatkan secara langsung.

b. Pasien merupakan fokus kegiatan.

c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.

d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.

e. Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

5. Manfaat

a. Masalah pasien dapat teratasi.

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.


d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

e. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat

dan benar.

6. Kriteria Pasien:

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah

pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

sudah dilakukan tindakan keperawatan.

b. Pasien dengan kasus baru atau langka.

Metode: Diskusi

Alat bantu:

a. Sarana diskusi: buku, pulpen.

b. Status/ dokumentasi keperawatan pasien.

c. Materi yang dilaksanakan secara lisan.

Keterangan:

4. Pra Ronde

a. Menentukan kasus dan topik ( masalah yang tidak teratasi dan

masalah yang langkah).

b. Menentukan tim metode.

c. Mencari sumber atau literatur.

d. Membuat proposal.

e. Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian.


f. Diskusi: apa diagnosa keperawatan?; apa data yang mendukung?;

bagaimana intervensi yang sudah dilakukan dan apa hambatan yang

ditentukan selama perawatan?

5. Pelaksanaan Ronde

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan

dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan.

b. Diskusi antar tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor tentang

masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

6. Pasca Ronde

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa; intervensi

keperawatan selanjutnya.

Peran masing-masing anggota tim:

3. Peran perawat primer dan perawat associate:

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan.

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

d. Menjelaskan hasil yang didapatkan.

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.

f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.


4. Peran perawat konselor

a. Memberikan justifikasi.

b. Memberikan reiforcement.

c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan

serta rasional tindakan.

d. Mengarahkan dan koreksi.

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

Kriteria Evaluasi

4. Struktur

a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).

b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde

keperawatan.

c. Persiapan dilakukan sebelunnya.

5. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran

yang telah ditentukan.

6. Hasil

a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.

b. Masalah pasien dapat teratasi.

c. Perawat dapat:

1) Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.

2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.

3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.


4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.


Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA RONDE PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

TAHAP  Apa diagnosis keperawatan?


Penyajian  Apa data yang mendukung?
PELAKSANAAN DI
 Bagaimana intervensi yang
NURSE STATION Masalah
sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang
ditemukan?

Validasi data

TAHAP RONDE PADA


BED KLIEN Diskusi PP-PP, Konselor,
KARU

Lanjutan-diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
TAHAP PASCA RONDE rekomendasi solusi
masalah
4.1.4 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2002).

a. Penanggung jawab : Riska Dewi.W S.Kep

b. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di Mina

diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar

c. Waktu : mulai tanggal 04 Julli sampai dengan 21 Juli 2018

d. Rencana strategi :

1) Melaksanakan sentralisasi obat bekerja sama dengan perawat,

apoteker untuk terapi injeksi maupun oral

2) Menentukan penanggung jawab Sentralisasi obat

3) Membuat buku pencatatan sentralisasi obat yang baku

4) Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi

obat

3. Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara

bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan

keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering

mengapa pengelolaan obat perlu terpenuhi:

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.


2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat

standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki

efektivitas dan keamanan yang sama.

3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “ untuk

memberikan terapi awal sesuai indikasi”.

4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang

diperlukan.

5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya

dan yang membuang atau lupa untuk minum.

6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga

banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.

7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat

menjadi tidak efektif.

8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya

atau panas.

9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak

pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc

Mahon, 1999).

4. Teknik Pengelolaan Obat

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh

perawat.

1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan

yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang

ditunjuk .
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol

penggunaan obat.

3) Penerimaan Obat

a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan

obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat

dengan menerima lembar terima obat.

b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan

sediaan ( bila perlu ) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda

tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.

Keluarga atau pasien selanjutnuya mendapatkan penjelasan

kapan atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan

tentang 5 T (jenis, dosis, waktu, pasien dan cara pemberian).

c. Pasien atau keluarga selanjutnya mandapatkan salinan obat

yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.

d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat

dalam kotak obat (Nursalam, 2002).

4) Pembagian Obat

a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku

daftar pemberian obat.

b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh

perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam

buku daftar pemberian obat; dengan terlebih dahulu

dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter dan kartu

obat yang ada pada pasien.


c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan

tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat

dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.

d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh

kepala ruang atau petugas yang ditunjuk dan

didokumentasikan dalam buku masuk obat.

Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada

keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu

dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien (Nursalam,

2002).

5) Penambahan Obat Baru

a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau

perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan

dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan

perubahan dalam kartu sediaan obat.

b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja),

maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan

selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus

obat (Nursalam, 2002).

6) Obat Khusus

a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang

cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,


memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan

dalam waktu tertentu/sewaktu saja.

b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus

obat, dilaksanakan oleh perawat primer.

c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama

obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,

penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya

diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.

Usahakan saksi dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam,

2002).

Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat menjadi staf

mengenai obat dengan cara-cara berikut ini:

a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,

jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian berikan

salinan kepada semua staf.

b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan

gantungkan di dinding.

c) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan

obat.

d) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam

obat.

e) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu

jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.


f) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana

di perpustakaan (Mc Mahon, 1999).

g) Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2002).

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter Perawat

Informed
consent

PASIEN/ KELUARGA

APOTEK

 Lembar serah
terima obat
 Buku serah
terima obat
PENGELOLAAN OLEH PERAWAT  Kartu obat

PASIEN / KELUARGA

OBAT HABIS

Keterangan :

: Garis komando
: Garis Koordinasi

4.1.5 DISCHARGE PLANNING

Discharge planning adalah: discharge planning sebagai perencanaan

kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya

tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan

kondisi/penyakitnya.

Tujuan discharge planning :

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.

f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

Manfaat discharge planning :

a. Dapat memeberikan kesempatan untuk memeperkuat pengajaran kepada

pasien yang di mulai dari rumah sakit.

b. Dapat memberikan tindak lanjuti yang sistematis yang di gunakan untuk

menjamin kontinuitas perawatan pasien.

c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan

pasien dan mengidebtufikasi kekembuhan atau kebutuhan perawatan baru


Penerapan Discharge Planning

1. Penanggung jawab : Lia Agustin S.kep

2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan,

diharapkan di ruang Mina RSI Fatimah mampu menerapkan discharge

planning keperawatan dengan baik

3. Waktu : Pelaksanaan tanggal 04 Juli sampai dengan 21 Juli 2018

4. Rencana Strategi :

a. Menentukan penanggung jawab discharge planning

b. Menentukan materi discharge planning

c. Menentukan klien yang akan dijadikan subject discharge planning

d. Menentukan jadwal discharge planning

e. Melaksanakan discharge planning

5. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur

1. Persiapan pasien peralatan, status, kartu dan lingkungan

2. Menyusun struktur pelaksanaan discharge planning

b. Proses

1. Dischard planning dilakukan pada semua pasien pulang

2. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien

c. Hasil

1. Terdokumentasinya pelaksanaan dischard planning

2. Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan dirumah tentang :

aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, rencana


kontrol, yang perlu dibawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal

pesan khusus.

Alur Discharge Planning

 Menyambut kedatangan pasien.


 Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan &
denah ruangan.
 Memperkenalkan pasien pada teman
Pasien
sekamar, perawat, dokter & tenaga
masuk RS kesehatan yang lain.
 Melakukan pengkajian keperawatan.

Pasien selama  Perawat


 Pemeriksaan klinis & pemeriksaan
dirawat penunjang yang lain.  Dokter
 Melakukan asuhan keperawatan.  Tim
 Penyuluhan kesehatan : penyakit,
kesehatan
perawatan, pengobatan, diet, aktivitas, lain
kontrol.

Pasien KRS Perencanaan pulang

Lain - lain :
Program HE :
- Surat
Penyelesaian  Pengobatan / controldokter kontrol
administrasi  Kebutuhan nutrisiahli gizi - Resep
 Perawatan di rumahperawat - Sisa obat
- Foto

Pihak Monitoring oleh petugas


Askes ketiga umum kesehatan & keluarga

UPP
Kontrol RS Homecare
Kasir

4.1.6 Supervisi

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya

adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton,

dalam Pier AS, 1997:20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses

pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan

tugas dalam rangka mencapai tujuan.

Tujuan Supervisi

Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada

klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan

kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.

Prinsip Supervisi

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.

2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip

manajemen dan kepemimpinan.

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan

melalui petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara

supervisor dan perawat pelaksana.


5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang

spesifik.

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreatifitas dan motivasi.

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan

manajer.

Pelaksana Supervisi

4) Kepala ruangan

a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada

klien di ruang perawatan.

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek

keperawatan di ruang perawatan.

5) Pengawas perawatan

Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala

Ruangan yang ada di instalasinya.

6) Kepala seksi perawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan

seluruh perawat secara tidak langsung.


Langkah-langkah Supervisi

1) Pra supervisi

a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

b. Supervisor menetapkan tujuan

2) Supervisi

1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau

instrumen yang telah disiapkan.

2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.

3. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk

mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.

4. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.

5. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan

Perawat Associate.

3) Pasca supervisi

1. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)

2. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer

dan Perawat Associate

3. Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan

Perawat Associate
Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka. Per IRNA

Pra Supervisi

Menetapkan kegiatan dan tujuan


serta instrumen / alat ukur
Ka Ru

Supervisi

Supervisi
Menilai kinerja Perawat
PP 1 PP 2

Delegasi

Pasca Supervisi

 Fair PA PA
 Feed Back
 Follow Up

Kualitas Pelayanan
Meningkat

Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan supervisi


Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang

tersedia.

A. Manajemen pelayanan keperawatan.

Tanggung jawab supervisor adalah :

1.Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.

2.Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang

diberikan.

3.Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

B. Manajemen Anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :

1. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai tujuan RS.

2. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.

3. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat

terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan


agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat

menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

Tehnik Supervisi

a. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok,

yaitu:

1.Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

2.Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding

untuk menetapkan pencapaian.

3.Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan

kualitas asuhan.

d. Area Supervisi.

1.Pengetahuan dan pengertian tentang klien.

2.Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.

3.Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran,

empati.

e. Cara Supervisi

Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:

1.Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang

sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam

kegiatan, feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah :

a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor.


b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,

reinforcement dan petunjuk.

c. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan

diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan

memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek

yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.

2.Supervisi secara tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun

lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan

balik dapat diberikan secara tertulis.

f. Penerapan Supervisi

1. Penanggung jawab : Desi Arofah S.Kep

2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen

keperawatan, diharapkan ruang Mina mampu menerapkan supervisi

keperawatan dengan baik

3. Waktu : Pelaksanaan tanggal 04 Juli sampai dengan 21 Juli

2018

4. Rencana Strategi :

a. Menentukan materi supervisi keperawatan

b. Merevisi konsep supervisi keperawatan

c. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat

ruangan

d. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan


5. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur

1. Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan

2. Menyusun konsep supervisi keperawatan

3. Menentukan materi supervisi

b. Proses

1. Melaksanakn supervisi keperawatan bersama perawat ruangan

dan supervisor

2. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan

c. Hasil

1. Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal

2. Supervisor mengevaluasi hasil supervisi

3. Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA

4.1.7 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen

asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala

tindakan yang dilaksanankan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum

semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat

dibutuhkan.

Penanggung Jawab : Sona Ariyanti S.Kep


1. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di ruang

Mina diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar

2. Waktu : Pelaksanaan 04 Juli sampai dengan 21 Juli 2018

3. Rencana strategi :

a. Mendiskusikan kembali dokumentasi keperawatan

b. Melaksanakan dokumentasi keperawatan.

c. Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan

sesuai format yang terstandar di buku rekam medis klien

d. Menuliskan hal-hal penting yang perlu diperhatikan di buku pre

middle dan post conference

4. Manfaat

a. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain

b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum

c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu

keperawatan

e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

5. Pelaksanaan

Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:

F. Pengkajian keperawatan

1.Pengumpulan data, kreteria – LARB; (a) lengkap; (2) akurat

(3) relevan; dan (4) baru

2.Pengelompokan data, kreteria:


A .Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital

dan pemeriksaan fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi,

palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan diagnostik/penunjang

laboratorium dan foto

B .Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara

dan observasi

C .Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (

review of system ) yang meliputi data demografi pasien,

riwayat keperawatan, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang/diagnostic

G. Diagnosis keperawatan

Kriteria:

1.Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk

menentukan kesenjangan

2.Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan pasien

3.Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang

perawat

4.Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S

H. Perencanaan

Komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas :

1.Prioritas masalah

Kriteria :
a.Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas

utama

b.Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan

prioritas kedua.

c.Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2.Tujuan Asuhan Keperawatan memenuhi syarat SMART

Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart

pencapaian.

1.Tujuan dirumuskan secara singkat

2.Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

3.Spesifik pada diagnosis keperawatan

4.Dapat diukur

5.Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah

6.Adanya target waktu pencapaian

3.Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion

Clasification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan

setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga

komponen, meliputi DET tindakan keperawatan:

1.Diagnosis / Observasi

2.Edukasi (HE)

3.Tindakan-Independent, dependent, dan interdependent.

4.Kolaborasi.
Kriteria:

1.Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

2.Merupakan alternatif tindakan secara tepat.

3.Melibatkan pasien/ keluarga

4.Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien/

keluarga.

5.Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang

berlaku

6.Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

7.Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber

daya, dan fasilitas yang ada.

8.Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan

penulisan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

9.Menggunakan formulir yang baku

I. Intervensi/ implementasi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan

yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan

pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.

Kriteria :

1.Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

2.Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.

3.Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien / keluarga

4.Sesuai waktu yang telah ditentuakan.


5.Menggunaakan sumber daya yang ada.

6.Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan

pasien/ keluarga.

7.Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan

keperawatan.

8.Menerapkan prinsip-prinsip asepsis dan anti septis.

9.Menerapkan etika keperawatan.

10.Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan

mengutamakan keselamatan pasien

11.Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

12.Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam

keselamatan pasien.

13.Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

14.Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

15Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang

telah ditentukan.

Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan

sesuai dengan prosedur tetap yang telah disusun .

J. Evaluasi

Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk

menilai perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.

Kriteria :

1.Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.


2.Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisioligis dan

tingkah laku pasien.

3.Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil

tindakan selanjutnya.

4.Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.

5.Evaluasi dilakukan dengan standart (tujuan yang ingin dicapai dan

standart praktik keperawatan).

Komponen evaluasi, mencakup aspek : K-A-P-P ( Kognitif- Afektif-

Psikomotor- Perubahan Biologis) yang meliputi :

1.Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)

2.Afektif (Sikap) Klien terhadap tindakan yang dilakukan.

3.Psikomotor (Tindakan/ Perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.

4.Perubahan biologis ( Tanda Vital, system, dan imuologis).

Keputusan dalam Evaluasi

Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi :

1.Masalah teratasi

2.Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan

perencanaan tindakan ulang.

3.Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.

4.Timbul masalah baru.


BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

 Sarana Prasarana

Sarana prasarana telah dilengkapi dengan beberapa alat berupa alat pen

light, torniquet, gunting, alkohol swep, nomer kamar pasien, leaflet (cuci

tangan, batuk efektif, five moment), serta pemberian tempat obat yang

baru Perawatan dan inventarisasi sudah dilakukan oleh ruangan. Serta

pesan singkat tentang aturan – aturan yang perlu diperhatikan oleh

keluarga dan pasien setelah dilakukan MAKP oleh mahasiswa semua bisa

terlaksanakan.

 Supervisi

Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai misi di RSI

Fatimah, maka dilakukan supervisi yang bekelanjutan terhadap berbagai

kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai karyawan untuk

melayani konsumen (pasien). Berdasarkan evaluasi yang kami lakukan

pada tanggal ………………. 2018 Supervisi kepada setiap pasien

dilaksanakan setiap hari oleh ketua tim atas perintah dari kepala ruangan.

 Timbang Terima

Berdasarkan evaluasi yang kami lakukan pada tanggal ……........ 2018

diruang Mina RSI Fatimah Banyuwangi, timbang terima sudah dilakukan

secara rutin. Timbang terima dilakukan di nurse station terlebih dahulu,


kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi tiap pasien. Hal-hal yang

menyangkut keadaan pasien secara privasi dibahas di nurse station secara

lebih rinci dan bila diperlukan keluarga untuk tau maka keluarga di

panggil untuk dijelaskan tentang kondisi klien. Timbang terima di ruang

Mina dihadiri oleh sebagian perawat dari shif yang bertugas dan perawat

yang bertugas selanjutnya.

Dalam proses timbang terima yang dilakukan, perawat yang bertugas

sebelumnya melaporkan kondisi pasien dan disampaikan secara jelas

(nama, diagnosa medis, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan)

kemudian langsung menuju ke ruangan perawatan pasien, dengan waktu

yang singkat sesuai dengan kondisi pasien, petugas sift yang menerima

laporan membawa catatan kecil untuk mencatat hasil yang dilaporkan

tentang pasien.

Di Ruang Mina semua petugas mengikuti operan. Kedisiplinan waktu

saat timbang terima bisa terlaksana secara efektif, mahasiswa diberi

kesempatan untuk mengikuti timbang terima bersama petugas dan rencana

tindakan selanjutnya untuk klien juga sudah dan mahasiswa diberikan

tanggung jawab tiap pasien di tuliskan dibuku laporan yang sudah ada.

 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat di Ruang Mina sudah dilakukan. Namun obat yang di

kelola hanya obat injeksi ,cairan infus dan obat oral. Alur sentralisasi obat

di ruang mina yaitu resep obat yang diresepkan oleh dokter diserahkan

kepada perawat, kemudian resep obat oral, injeksi dan cairan diberikan
perawat ruangan ke petugas apoteker. Setelah resep diberikan petugas

apoteker kermudian ditunggu lalu dibawa keruangan . Saat obat sudah ada

diruangan oleh petugas obat injeksi dan cairan infus disimpan di dalam

lemari obat sesuai nama pasien. Pada sentralisasi obat di ruang mina sudah

ada buku dokumentasi keluar masuk obat.

Di ruangan sudah ada lemari penyimpan obat baik untuk obat injeksi

maupun cairan infus dan oral sesuai dengan nama tiap-tiap pasien. Dan

jika sudah jadwal minum obat, obat akan di berikan langsung ke pasien.

Sehingga kita bisa memastikan obat tersebut sudah minum dengan

pengawasan dari perawat.

 Discharge planning

Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan suatu bentuk

kegiatan MAKP agar klien dan keluarga yang masuk di Ruang Mina yang

sedang perawatan dan yang akan pulang atau yang akan direncanakan

pulang mengetahui tentang perawatan selama pasien dirawat di ruang mina

dan yang akan keluar RS (perawatan dirumah) sehingga klien dan keluarga

dapat mengikuti semua proses perawatannya dengan baik.

Dalam melakukan Discharge planning ada beberapa hal yang

terkandung didalamnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

yang diberikan agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah

ditetapkan secara efisien dan efektif, indikatornya adalah:


1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus

dijalankan serta masalah – masalah atau komplikasi yang dapat terjadi

melalui pemberian leaflet.

2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan dirumah.

3) Pengaturan diet sesuai dengan indikasi penyakit yang dialami klien.

4) KIE kepada keluarga untuk selalu memotivasi dan membantu klien

untuk mobilitasi secara bertahap.

Berdasarkan evaluasi yang kami lakukan pada tanggal 25 Juni-21 Juli

2018 Diruang Ruang Mina . Discharge planning sudah dijalankan antara

lain pemberian materi atau pengetahuan yang umum mengenai penyakit

yang meliputi aturan diet, obat, perawatan mandiri dirumah, serta kontrol

ulang. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh Karu dan seluruh anggotanya

secara lisan dan tulisan dalam bentuk Dischard Planning. Sarana leaflet

mahasiswa sudah membuatkan leaflet penyakit yang sering diderita pasien

di Ruang Mina.

 Ronde keperawatan

Ronde keperawatan sudah dilakukan oleh mahasiswa pada tanggal

…………… 2018 dengan pasien ……. dengan KP . Ronde keperawatan

dihadiri oleh ahli gizi, dokter sedangkan apoteker tidak hadir karena

kesibukan. Ronde keperawatan berlangsung dengan lancar. Dengan

masukan-masukan dari masing-masing disiplin kesehatan lain.

a. SARAN

Bagi Pasien dan Keluarga


Pasien dan keluarga lebih kooperatif terhadap menejemen ruangan

yang diterapkan, dan diharapkan lebih antusias dalam menanyakan

masalah keperawatan saat di ruangan diterapkan manajemen

keperawatan model MAKP tim.

Anda mungkin juga menyukai