Anda di halaman 1dari 17

Penerapan Aplikasi Model Modifikasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode perawtan berubah, karena gaya hidup berubah.
Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu model
keperawatan profesional yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini membicarakan tentang Penerapan
Aplikasi Model Modifikasi.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu,
keluarga, dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang.Adanya tuntutan pengembangan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan
salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat,
sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan
sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan
harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan
pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan.Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit

terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat


untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional ?

2.

Apa tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional ?

3.

Bagaimana konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional ?

4.

Bagaimana konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional ?

5.
Bagaimna Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Tim ?
6.

Bagaimana strategi kerja dari Tim?

7.

Bagaimana modikfikasi MAKP Tim-primer ?

8.

Bagaimana metode pemberian asuhan model modular?

C.
1.

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum, dapat memahami:

Memahami Asuhan Keperawatan Model Modifikasi (Model Asuhan Keperawatan


Profesional)
2.

Tujuan Khusus, dapat :

a.

Menjelaskan pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional.

b.

Menjelaskan tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional.

c.

Menjelaskan konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional.

d.

Menjelaskan konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional.

e.
Menjelaskan tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP).
f.

Menjelaskan strategi kerja dari Tim.

g.

Menjelaskan modifikasi MAKP Tim-primer.

h.

Menjelaskan metode pemberian asuhan model modular.

D.

Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini dibuat dengan metode deskriftip melalui


pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.

E.

Sistematika Penulisan

BAB I
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II

: Landasan Teori.

BAB III

: Pembahasan.

BAB IV

: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem


(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan ( Ratna Sitorus & Yuli,2006).
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit
adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 1998; 143) yaitu:
1.

Sesuai dengan visi dan misi institusi.

2.

Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

3.

Efisien dan efektif penggunaan biaya.

4.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

5.

Kepuasan kinerja perawat.

6.

Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan,
yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model.
2. Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus.
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim.

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Pengertian

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem


(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan ( Ratna Sitorus & Yuli,2006)
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan bedasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai
dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan.

B.
1.

Tujuan MPKP
Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan


keperawatan oleh tim keperawatan.
3.

Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4.

Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.

C.

Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional

Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah

Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan


berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Huston, 1998; 143) yaitu:
1.

Sesuai dengan visi dan misi institusi.

2.

Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

3.

Efisien dan efektif penggunaan biaya.

4.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

5.

Kepuasan kinerja perawat.

6.

Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan,
yaitu:
1.

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2007).
2.

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia


dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).

3.

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan


primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga
akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan Jika perawat primer sedang
tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse).
4.

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan


dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984).

D.

Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan


dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3.

Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang terdiri
dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim/ group yang terdiri

dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2007) :
a.

Kelebihan :

1.

Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2.

Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan


memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
2.

Akuntabilitas dalam tim kabur

3. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan


didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse) :
a)

Kepemimpinan

Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional
(Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab
terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan,
merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan.
b)

Komunikasi yang efektif

Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan


keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
individual dan membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus
dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau
pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

E.
(MAKP)

Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional

1.

Tanggung jawab anggota tim:

a.

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.

b.

Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

c.

Memberikan laporan.

2.

Tanggung jawab ketua tim:

a.

Membuat perencanaan.

b.

Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

c.
Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e.

Menyelenggarakan konferensi.

3.

Tanggung jawab kepala ruang:

a.

Perencanaan

1)

Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.

2)

Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.

3)
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan
pulang bersama ketua tim.
4)
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
5)

Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

6)
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7)

Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:

a)

Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

b)
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan.
c)

Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

d)

Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk RS.

8)

Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

9)

Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.

10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.


b.

Pengorganisasian

1)

Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

2)

Merumuskan tujuan metode penugasan.

3)

Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.

4)
Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2 3 perawat.
5)
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6)

Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

7)

Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.

8)

Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.

9)

Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.

10) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.


c.

Pengarahan

1)

Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

2)
Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
3)
Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4)
Menginformasikan hal hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
5)

Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

6)
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
7)

Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d.

Pengawasan

1)
Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
2)

Melalui supervisi:

a)
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang
ada saat itu juga.
b)
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c)
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan.

F.

Strategi Kerja Tim

Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima
oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua
tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung
jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian
membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada
setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana
keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim
menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya
anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri.
Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada
format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari
libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan
masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan
utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu
mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur.
Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat
rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Pada dinas pagi ketua tim
bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang
dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi
melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan
mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi
langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas
perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu
mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan
selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka
ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya.
Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota
tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut.
Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada
kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan
mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan
memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota
tim. Anggota tim selama melakukan asuhan keperawatan harus
mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang
terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang
dibuat oleh anggota tim.Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien
dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP,
catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Bila ada pasien yang akan pulang
atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan,
sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang
sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan
kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang
didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan
antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan
atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh
perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan
pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim

melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota
tim juga menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia.

G.

Modifikasi MAKP Tim-Primer

Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP didasarkan pada
beberapa alasan:
1.
Keprawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
2.
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3.
Melalaui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat/ketua tim.

Contoh (dikutip dari Ratna S.sudarsono, 2002):


Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model
modifkasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, disamping seorang kepala ruang rawat yang juga ners,
perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri
dari lulusan D-3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang) pengelompokan tim
pada setiap sif jaga terlihat pada figur 10.7.

H.

Moduler

Metoda keperawatan modul merupakan metoda modifikasi keperawatan tim primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim
melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners) dan
anggota memberikan asuhan keperawatan dibawah pengarahan dari pimpinan
Modulnya. Idealnya 2 3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8 12
pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik
terhadap etiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah
sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metoda modular mutu pelayanan
keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara
komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga
perawat Register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif.
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat :
1.

Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatam pasien.

2.

Memberikan motivasi pada staf perawat.

3.

Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan


Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler.

1.
Memimpin, mendukung dan menginstruksikan perawat non profesional untuk
malaksanakan tindakan keperawatan
2.

Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi :

a.
Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan
keperawatan.
b.

Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat partner kerjanya.


Tugas dan Tanggung jawab anggota tim
Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim.
Keuntungan

1.

Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.

2.

Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.

3.

Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan.

4.

Meningkatnya kepuasan pasien.

5.

Biaya efektif
Kerugian

1.
Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang
tidak diharapkan
2.

Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim.

3.

Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat.

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem


(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan.
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif.
perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).

B.

Saran

1.
Dalam penerapan asuhan keperawatan modifikasi dapat diterapkan sehingga
perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain dalam bertanggung jawabnya.
2.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawan,
oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan
mutu pelayanan asuhan perawatan. Bekerja secara profesional guna meningkatkan
mutupelayanan asuhan keperawatan modifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2011. Manajemen Kseperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai